Metode Analisis Data PENDAHULUAN

9 menggunakan daftar pertanyaan, yang dimana dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang penulis teliti. 2 Observasi Obseevasi adalah kegiatan peninjauan yang dilakukan di lokasi penelitian dengan pencatatan, pemotretan, dan perekaman tentang situasi dan kondisi serta peristiwa hukum di lokasi. 12 Dalam hal ini observasi dilakukan di Desa Kecapi Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. 3 Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau interview berupa catatan, buku, agenda, surat kabar, dan sebagainya. 13 Metode ini penulis gunakan dalam memperoleh data tentang demografis dan geografis Desa Kecapi Kecamatan Kalianda Lampung Selatan mengenai perkawinan wanita hamil akibat hubungan di luar nikah.

H. Metode Analisis Data

Untuk menganalisa data dilakukan secara kualitatif, dalam metode berfikir induktif yaitu berfikir dengan berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang konkrit dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi 12 Ibid, h. 85 13 Ibid, hlm. 274 10 yang mempunyai sifat umum. 14 Dengan metode ini penulis dapat menyaring atau menimbang data yang telah terkumpul dan dengan metode ini data yang ada dianalisa, sehingga didapatkan jawaban yang benar dari permasalahan. Di dalam analisa data penulis akan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan dan lapangan. Data-data tersebut akan penulis olah dengan baik dan untuk selanjutnya diadakan pembahasan terhadap masalah-masalah yang berkaitan. 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1983, h. 80 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perkawinan Menurut Hukum Islam dan Undang-undang No 1 Tahun

1974 1. Pengertian Perkawinan Dalam hukum Islam, perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia disamping itu merupakan asal usul dari suatu keluarga, yang mana keluarga sebagai unsur dari suatu Negara. Pengertian perkawinan itu sendiri dalam Bahasa Arab disebut dengan al nikah yang bermakna al wathi‟ dan al dammu wa al takhul, terkadang juga disebut dengan al dammu wa al jam‟u, atau „ibarat‟an al wath‟ wa al „aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul, dan akad. 15 Menurut istilah ilmu fiqih, nikah berarti suatu akad perjanjian yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai lafaz nikah atau tazwij. Nikah atau zima’ sesuai dengan lafaz linguistiknya, berasal dari kata “al-wath” yaitu bersetubuh atau bersenggama. Nikah adalah akad yang mengandung pembolehan untuk berhubungan seks dengan lafaz an-nikah atau at- tazwij, artinya bersetubuh dengan pengartian menikahi perempuan makna hakikatnya menggauli istri dan kata “munakahat” diartikan saling menggauli. 16 15 Amir Nurudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih, UU No 11974 sampai KHI Jakarta: Permada Media, 2004, h.38 16 Beni Ahmad Saebani, Fiqih munakahat 1, Pustaka Setia, Bandung, 2009, h.11