Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

38 penimbang berlatar belakang pendidikan yang terdiri dari dua orang lulusan S3 UPI, satu orang lulusan S2 UPI, dan dua orang lulusan S1 UPI.

a. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis disusun dalam bentuk esai. Kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan mengungkap ide matematis dalam bentuk gambar, diagram atau grafik, membuat model matematis serta menuliskan penjelasan dan alasan dalam bahasa yang logis. Pemberian skor pada kemampuan komunikasi disesuaikan dengan pedoman yang diusulkan Cai, Lane dan Jakabcin 1996 seperti pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Skor Menulis Matematika Menggambar Matematika Ekpresi Matematis Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa. 1 Hanya sedikit dari penjelasan yang benar Hanya sedikit dari gambar, tabel atau diagram yang benar Hanya sedikit dari model matematika yang benar 2 Penjelasan secara matematk masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar Melukiskan, diagram, gambar atau tabel namun kurang lengkap dan benar Membuat model matematika dengan benar, namun salah dalam mendapatkan solusi 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa Melukiskan diagram, gambar dan tabel dengan lengkap dan benar Membuat model matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan ataupun mendapatkan solusi secara lengkap 4 Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis Skor max 4 3 3 Diadaptasi dari model Cai, Lane dan Jakabcin 1996 dan Helmaheri 2004 39

b. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis disusun dalam bentuk esai. Soal bentuk esai dianggap lebih cocok digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pemecahan masalah matematis digunakan siswa dalam menyelesaikan masalahnya. Penyusunan soal merujuk pada pendapat Brownell dalam, Helmaheri 2004 yaitu masalah yang akan diajukan dalam tes pemecahan masalah harus dapat dipahami siswa, baik dari pertimbangan materi prasyarat, konsep yang sedang diuji, maupun penyusunan soal. Akan tetapi, dari apa yang mereka ketahui tersebut tidak secara langsung dapat diperoleh jawaban yang memuaskan. Pemberian skor atas jawaban siswa diadaptasi dari langkah-langkah pemecahan masalah model Polya dengan tahapan memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan penyelesaian dan melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban seperti pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Skor Memahami Masalah Menyusun rencana Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Salah menginterpreta- sikan soal atau salah sama sekali Tidak ada rencana penyelesaian Tidak ada penyelesaian Tidak ada keterangan 1 Tidak mengindahkan kondisi soal atau interpretasi kurang tepat Membuat rencara strategi yang tidak relevan Melaksanakan prosedur yang mengarah pada jawaban benar tapi salah perhitungan atau penyelesaian tidak lengkap Pemeriksaan hanya pada hasil perhitungan 2 Memahami soal selengkapnya Membuat rencana strategi penyelesaian yang kurang relevan Melaksanakan prosedur yang benar dan mendapat hasil Pemeriksaan kebenaran proses 40 sehingga tidak dapat dilaksanakan yang benar keseluruhan 3 Membuat rencana strategi yang benar tetapi tidak lengkap 4 Membuat rencana strategi penyelesaian yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar max 2 4 2 2 Diadaptasi dari model Polya dalam Ratnaningsih 2003

1. Validitas Butir Soal