Perubahan Struktur Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA

39 Perubahan atau transformasi struktural lebih tepat ditunjukkan oleh perubahan komposisi struktur produksi sektoral, jumlah, dan macam sektor yang membentuk ekonomi nasional seperti yang dikemukakan. Di samping itu, hal yang penting dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi adalah proses atau tahap-tahap dari perubahan tersebut. Perubahan produksi sektoral dapat diakibatkan oleh perubahan permintaan, perdagangan, dan penggunaan faktor- faktor produksi. Interaksi dari faktor-faktor tersebut selanjutnya akan mempengaruhi produktivitas ekonomi. Hollis B. Chenery yang menyelidiki pola-pola pembangunan dan melakukan pengkajian empiris tentang proses perubahan struktural di sejumlah Negara-negara Dunia Ketiga selama kurun waktu pasca Perang Dunia Kedua menyimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembangunan pada umumnya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah jumlah dan jenis sumber daya alam yang dimiliki tiap-tiap negara, ketepatan rangkaian kebijakan dan sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah setempat, tersedianya modal dan teknologi dari luar, serta kondisi-kondisi di lingkungan perdagangan internasional. Banyak di antara faktor-faktor tersebut berada di luar jangkauan kendali negara-negara berkembang Todaro, 2000. Sukirno 2011 dan Suyana 2006 menyatakan secara lengkap faktor- faktor yang dianalisis oleh Chenery dan Syrquin pada tahun 1975 menunjukkan corak sepuluh jenis perubahan dalam struktur perekonomian yang terjadi dalam proses pembangunan negara-negara berkembang. Perubahan-perubahan tersebut dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: 1 perubahan-perubahan dalam struktur 40 ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses akumulasi, 2 perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses alokasi sumber-sumber daya, dan 3 perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses demografis dan distributif. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang termasuk sebagai proses akumulasi adalah pembentukkan modal atau investasi, penerimaan pemerintah, dan usaha menyediakan pendidikan bagi masyarakat. Yang tergolong sebagai alokasi sumber daya adalah struktur permintaan domestik, struktur produksi, dan struktur perdagangan. Dalam golongan ketiga, yaitu proses demografis dan distributif termasuk proses perubahan dalam faktor alokasi tenaga kerja dalam berbagai sektor, urbanisasi, tingkat kelahiran dan kematian, serta distribusi pendapatan. Secara lengkap faktor-faktor yang dianalisis oleh Chenery dan Syrquin untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi dalam proses pembangunan, dan cara-cara yang digunakan untuk menunjukkan corak perubahan tersebut dapat dikemukakan dalam Tabel 2.1. 2.2.1 Sumber-sumber Perubahan Struktur Ekonomi Perubahan struktur ekonomi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Oleh karena itu diperlukan penelusuran mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan dan selanjutnya mempengaruhi kondisi transformasi. Tambunan 2009 mengatakan bahwa perubahan struktur ekonomi dapat disebabkan oleh adanya perubahan dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran di samping secara langsung atau tidak 41 langsung dipengaruhi oleh intervensi pemerintah. Kalau digambarkan akan tampak seperti Gambar 2.3. Gambar 2.3 Faktor-faktor yang Mengakibatkan Perubahan Struktur Ekonomi Sumber: Tambunan, 2009 Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa dari sisi permintaan perubahan struktur ekonomi disebabkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya menyebabkan meningkatnya pendapatan per kapita atau daya beli masyarakat. Di samping memperbesar permintaan barang-barang yang ada juga memperbesar pasar bagi barang-barang baru non makanan. Perubahan ini selanjutnya akan menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru di satu pihak dan di pihak lain meningkatkan laju pertumbuhan output industri-industri atau sektor-sektor ekonomi. Dari sisi penawaran, faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan struktur ekonomi di antaranya adalah pergeseran keunggulan 42 komparatif, perubahankemajuan teknologi, peningkatan pendidikan atau kualiatas sumber daya manusia SDM, penemuan material-material baru untuk produksi, dan akumulasi modal. Hal ini menambah koleksi jenis-jenis industri yang tumbuh dan selanjutnya menyebabkan semakin besar kontribusi output industri terhadap pembentukkan PDB. Berkaitan dengan sisi penawaran Djojohadikusumo 1993 mengatakan bahwa upaya perubahan sruktur ekonomi atau pendobrakan terhadap keadaan stagnan yang dihadapi penduduk negar-negara berkembang ketika mulai melaksanakan pembangunan pada umumnya taraf hidup diukur dengan rata-rata pendapatan per kapita jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan di negara- negara maju, yaitu pada tahap awal industrialisasi pada akhir abad kedelapan belas atau awal abad kesembilan belas. Upaya pokok yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan berproduksi supaya tersedia lebih banyak barang dan jasa dengan mutu yang memadai artinya pendapatan riil meningkat. Hal ini berarti usaha untuk menanggulangi kekakuan penawaran supply rigidities and supply constraints. Dalam hal menonjolkan sisi penawaran supply side bukan berarti bahwa sisi permintaan tidak memegang peranan. Sisi permintaan dan pengelolaan tentang permintaan agregatif management of aggregate demand tetap penting untuk menjaga kestabilan dalam proses pembangunan. Upaya pendobrakan terhadap stagnasi ekonomi dan usaha mengatasi kekakuan dan kendala pada sisi penawaran dalam tata susunan ekonomi dilakukan untuk mewujudkan akumulasi mengenai sumber daya produksi. Akumulasi itu harus disertai dengan penggunaan 43 alokasi yang tepat mengenai sumber daya produksi. Proses dasar yang menyangkut segi akumulasi dan alokasi harus dilengkapi dengan pembagian hasil produksi yang lebih wajar lebih merata terhadap ekonomi masyarakat Djojohadikusumo, 1993. Dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, perubahan struktur ekonomi memberikan interaksi yang berantai terhadap perkembangan atau pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Lewis Todaro, 2000 bahwa dengan teori dualisme ekonomi dan penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas beranggapan pembangunan ekonomi akan berlangsung apabila modal yang terakumulasi sebagai akibat dari adanya peralihan surplus tenaga kerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis. Dengan penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas pada sektor pertanian, maka sifat kurva penawarannya adalah elastis. Pada kondisi demikian, tenaga kerja dapat ditarik tanpa batas berdasarkan upah yang berlaku dari sektor pertanian yang subsisten. Sektor pertanian yang ditinggalkan tidak akan kehilangan produktivitasnya, sedangkan sektor industri yang menampung kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian akan terus dapat meningkatkan outputnya. Hal ini dimungkinkan dengan meningkatnya investasi dan akumulasi modal di sektor modern. Pada awalnya memang terjadi hambatan dalam penarikan tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri, tetapi hal itu bersifat hambatan semu. Hal ini dapat segera ditanggulangi dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Studi empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Clark menganalisis proses industrialisasi di Jepang tahun 1914-1954 dengan menggunakan analisis 44 input-output menyimpulkan bahwa pada periode tersebut perekonomian Jepang telah mengalami transformasi dari ekonomi negara terbelakang menjadi ekonomi negara maju. Simpulan penting lainnya dari studi tersebut menunjukkan bahwa hampir 25 persen dari peningkatan kemampuan sekotr-sektor produksi dalam perekonomian disebabkan oleh peningkatan ekspor dan perubahan permintaan domestik. Sementara itu tiga perempat sisanya ternyata dipengaruhi oleh perubahan supply, termasuk peningkatan aktivitas manufaktur domestik untuk substitusi impor dan memproduksi produk-produk primer. 2.2.2 Hubungan Perubahan Struktur Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan per kapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor kunci ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan skala hasil yang meningkat relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas, perdagangan dan jasa sebagai motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan bahwa semakin cepat proses peningkatan per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi ketersediaan tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi. Pola dari perubahan struktur ekonomi seperti ini memang merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses pembangunan dan industrialisasi Tambunan, 2009. Menurut Chenery Suyana Utama, 2006 pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur ekonomi. Transformasi struktural sendiri 45 merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa, dimana masing-masing perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur dan transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lainnya yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan per kapita.

2.3 Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir Subandi, 2012. Proses pembangunan adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan dapat menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan ekonomi dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan atau aktivitas ekonomi untuk meningkatkan taraf hidupkemakmuran Income per-kapita dalam jangka panjang. Kemakmuran itu sendiri ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat dan adanya keseimbangan antara supply dan demand di pasar. Pada dasarnya dalam pembangunan ekonomi memiliki dua sifat yaitu yang pertama bersifat deskriptif analitis dan kedua bersifat pilihan kebijakan. 46 Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka Arsyad 1999 mendefenisikan ekonomi pembangunan sebagai suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisa masalah- masalah yang dihadapi oleh negara sedang berkembang dan mencari cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah itu agar negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya lebih cepat lagi. Definisi pembangunan ekonomi menurut pendapat Meier Kuncoro, 1997 adalah suatu proses dimana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan growth plus change dalam: pertama, perubahan struktur ekonomi, dari pertanian ke industri jasa; dan kedua, perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan. Ada 3 tiga kategori masyarakat secara sosiologis, yaitu masyarakat yang masih bersifat tradisional; masyarakat yang bersifat peralihan; dan masyarakat yang sudah maju. Perubahan dalam masyarakat yang bersifat menyeluruh dapat dikembangkan secara sadar oleh pemerintah, yang sebaiknya pula mewakili kekuatan-kekuatan perubahan yang ada. Pembangunan yang dilakukan secara terencana adalah suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang. Todaro 2000 mengartikan pembangunan sebagai fenomena yang tidak dapat sepenuhnya ditangkap dengan kasat mata, melainkan melampaui sisi materi dan keuangan kehidupan manusia. Untuk itu, pembangunan idealnya merupakan 47 proses yang akan melibatkan pengorganisasi dan peninjauan kembali terhadap keseluruhan sistem ekonomi dan sosial, bahkan sikap-sikap, kebiasaan, adat istiadat, sistem kepercayaan dan aspek sosial lainnya. Selanjutnya Simanjuntak dan Muklis 2012, mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang bukan saja mencakup pertumbuhan ekonomi melainkan juga terjadinya perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan, dimana hasil konkritnya ditunjukkan dengan terjadinya penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan absolut dan mengecilnya tingkat pengangguran. Sukirno 2010, mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara yang dibarengi dengan terjadinya perkembangan dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi lainnya, seperti: pendidikan, kesehatan, infrastruktur, teknologi, pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan pada hakekatnya harus mencerminkan adanya perubahan total atau penyesuaian sistem sosial masyarakat secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju kehidupan yang lebih baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, indikator pembangunan ekonomi tidak saja diukur dengan indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, melainkan dilengkapi juga dengan indikator sosial lainnya, seperti: ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan dan penduduk miskin. Melengkapi dengan indikator sosial, pembangunan ekonomi sudah mengarah kepada paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan