Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
3 Subjeknya kaum muslim yang kaya.
4 Tujuannya untuk membiayai kebutuhan negara.
5 Diberlakukan karena adanya kondisi darurat khusus, yang harus
segera diatasi oleh Ulil Amri pemerintah.
38
Dilihat dari segi syariah yang berkaitan dengan ekonomi islam maka didapatkan tiga hal yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan
yaitu; a
Ada nash Al-quran dan hadist, jika dilihat dari sisi subyeknya Pajak Bumi dan Bangunan ini jelas bertentangan dengan syariah, karena
muslim ikut dibebankan atas tanah danatau bangunan yang mereka miliki, tempati dan manfaatkan, padahal mereka adalah pemilik dari
bumi dan bangunan yang tertuang dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya : “
dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah- rumah dan harta benda mereka, dan begitu pula tanah
yang belum kamu injak [1211]. dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.
” QS.Al-Ahzab;27
39
b Ada pemisahan antara muslim dan non muslim, bahwa atas tanah-
tanah taklukan, kaum kafir wajib membayar kharaj. Jika dijual kepada kaum muslim, ia tetap dikenakan karena status kharajiyah tersebut,
meskipun nilainya berubah menjadi zakat terhadap tanah kharaj dan
38
Gusfahmi.,
Op.Cit.,
hlm
.32
39
Departemen Agama RI,
Op.Cit.,
hlm. 671
tanah kharajiyah negeri taklukan yang penduduknya telah masuk islam maka disana berlaku kharaj sampai kiamat. Setiap penduduk
muslim dan non muslim yang memanfaatkan tanah kharaj diwajibkan membayar kharaj kepada negara.
c Dikenakan hanya terhadap orang kaya. Pajak Bumi dan Bangunan juga
tidak memisahkan orang kaya dan miskin, karena kewajiban pajaknya melekat pada objeknya yaitu bumi danatau bangunan.
40
Pajak Bumi dan Bangunan tidak memiliki dasar syariah, sebagaimana prinsip pendapatan pertama. Hal ini dapat menimbulkan
penindasan dan kezaliman pada kaum muslim, terutama yang lemah. Di Indonesia kaum muslim tidak boleh dipungut Pajak Bumi dan Bangunan
PBB, dan termasuk juga terhadap non muslim. Karena tanah yang mereka tinggali bukan termasuk tanah kharajiyah. Kharaj termasuk
penerimaan negara resmi atas non muslim atas tanah kharajiyah, namun karena Indonesia bukan termasuk tanah kharajiyah, maka PBB tidak boleh
dipungut.
41
Namun jika kita ikuti pendapat para ulama yang memperbolehkan pemungutan pajak atas dasar kemaslahatan, maka pajak saat ini memang
merupakan sudah kewajiban warga negara dalam sebuah negara Muslim, dengan alasan dana pemerintahan tidak mencukupi untuk membiayai
berbagai “pengeluaran” yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul kemudharatan. Sedangkan mencegah suatu kemudharatan
40
Gusfahmi.,
Op.Cit.,
hlm.222
41
Gusfahmi.,
Op.Cit.,
hlm.236-237