PERANAN PAJAKDAN RETRIBUSI DAERAH DALAM DALAMRANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL (STUDI KASUS: PANTAI WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS

(1)

PERANAN PAJAKDAN RETRIBUSI DAERAH DALAM

PARIWISATA

(STUDI KASUS: PANTAI

Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DAN RETRIBUSI DAERAH DALAMRANGKA PENGEMBANGAN

PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL

(STUDI KASUS: PANTAI WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : KHAIRUL AZIZ

NIM: 20120610206

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

PENGEMBANGAN

DAN TEPUS)


(2)

PERANAN PAJAKDAN RETRIBUSI DAERAH DALAM

PARIWISATA

(STUDI KASUS: PANTAI

Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

i

DAN RETRIBUSI DAERAH DALAMRANGKA PENGEMBANGAN

PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL

(STUDI KASUS: PANTAI WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : KHAIRUL AZIZ

NIM: 20120610206

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

PENGEMBANGAN

DAN TEPUS)


(3)

ii

HALAMAN MOTTO

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam

kegembiraan besar dan saat rezeki berlimpah”

(Kahlil Gibran)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya

mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh ke ikhlasan, istiqomah dalam

menghadapi cobaan. Kuncinya yakin, ikhlas dan istiqomah”


(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis

persembahkan kepada:

Papaku Alm. Jamaluddin Sitompul, semua hasil ini berkat doa dan didikanmu.

Semoga engkau bangga di atas sana, walaupun aziz berharap engkau bisa

mendampingi keberhasilan ini tapi aziz yakin engkau bisa melihat betapa aziz

masih memegang tanggung jawab atas kepercayaanmu. Tenang disana pa, Love

You Forever.

Mamaku Yus Haidar, yang tidak henti berjuang untuk membiayai studi aziz

sampai sekarang. Doa dan support dari mama sangat mempengaruhi hasil dari

studi ini. Terima kasih mama masih percaya sama aziz, ini aziz persembahkan

untuk mama. Semoga mama bisa sedikit bangga dengan pencapaian ini.

Saudara kandungku Khairul Irfan Sitompul, terima kasih atas segala support yang

engkau berikan. Semoga kita bisa sama-sama bertanggung jawab atas

kebahagiaan mama.

Keluarga besar Hasyim Sitompul dan Syahbuddin, terima kasih atas seluruh doa

kalian.

Risma Handayani, terimakasih atas segala support yang diberikan. Semoga takdir

ALLAH mempersatukan kita, AMIN.


(5)

Assalamualaikum, Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah

dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat

kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga

mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI D

WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral

maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Bapak Dr. Trisno Rahar

Muhammadiyah Yogyakarta.

2.

Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I

3.

Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum II

iv

KATA PENGANTAR

ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah

dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat

kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar

ga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga

mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL (STUDI KASUS

WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral

maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

Dr. Trisno Rahardjo, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakulas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I

Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum II

ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah

dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat

kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar

ga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga

mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas

akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA

(STUDI KASUS

WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

tidak dapat terselesaikan

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral

maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

selaku Dekan Fakulas Hukum Universitas

Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I

Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum II


(6)

v

4.

Suluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5.

Staff Tata Usaha (Pak Dirman dan Pak Moko) Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

6.

Staff Dekanat (Pak Maman) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

7.

Staff perpustakaan hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8.

Staff perpustakaan Jurnal Universitas Muhammadyah Yogyakarta

9.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

10. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul

11. Teman-teman seperjuangan dari semester I Diana, Fizal, Putri M, Putri S, Vita, Ayu,

Annisa, Yusma, Ila, Ping-ping, Bogy, Sigit, Ucup, Aviara, Ivan, Fidel, Firyal, Dhimas,

Nanda, Ucil.

12. Mak Pur dan Mbak Wanti, terimakasih atas segala nasehat dan wejangan.

13. Mio Soul BK 2456 SQ, terimakasih sudah menjadi teman kemanapun, sudah mengantar

kemanapun, sudah menemani selama 8 tahun dan terima kasih karena tidak rewel dan

semoga terus menjadi superior jalananku.

14. Kost Bagio an seisinya, terimakasih atas kenyamanan persinggahan selama 4 tahun.

Kostan Las Vegas dan bakal tetap teristimewa, mas Tyo, Azhar, Iman, Arif, Rico, Dimas,

Idha, Ari dan Agil.

15. Keluarga PARSEL (Parkir Selatan) terimakasih telah menjadi warna tersendiri dalam

persahabatan. Canda tawa, suka duka tidak akan pernah terlupakan. Solid terus brother

16. Keluarga kost siderejo tentrem abangda Yoga Pribadi, Fahmi Amri, Alva Berry, Varuq

Elhakim, Bobby Gondokusumo, Putra, Pohan, dan Dongan Ucok Sembiring, Raisa

Kiteng, Datok, Habibi.


(7)

vi

17. Masyarakat Desa Gilanghardjo, Dusun Ngaran, Kabupaten Bantul.

18. Keluarga Pak Saiman dan Bu Sumiyati

19. KKN 16 Dusun Ngaran, Fizal, Bogy, Rizky, Amin, Azhar, Zia dan Dina

20. HIMSU (Himpunan Mahasiswa Sumatra Utara)

21. IKPM LAMANDAU Kalimantan Tengah

22. Keluarga PARSEL (Parkir Selatan)

23. Satpam dan Petugas Karcis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

24. Warga Dusun Ngebel RT 03 RW 05 Tamantiro Kasihan Bantul

25. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya 2012

26. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang sifatnya membangun semangat, penulis harapkan untuk perbaikan kekurangan

yang ada. Akhirnya penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis, para pembaca, masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hukum

Administrasi Negara.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Yogyakarta, Februari 2016

Penulis


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN MOTTO...……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...………..

v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR………. xii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. . LatarBelakang………... 1

B.

RumusanMasalah……… 7

C.

TujuanPenelitian……….. 7

D.

ManfaatPenelitian……… 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAERAH, RETRIBUSI

DAERAH, DAN PARIWISATA………... 9

A.

Pajak………. 9

B.

Pajak Daerah……… 13

C.

Retribusi Daerah……….. 21

D.

Kepariwisataan………. 27

BAB III METODE PENELITIAN………. 42

A.

JenisPenelitian………. 42

B.

LokasiPenelitian……….. 42

C.

Narasumber……….. 42


(9)

viii

E.

Sumber Data……… 43

F.

Analisis Data………... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 45

A.

GambaranUmum Wilayah Gunungkidul………..

45

B.

TujuhPantaidalam 1 Kawasan………... 46

C.

BentukPengembanganKepariwisataanKab. Gunungkidul…………..

54

D.

PeranPajakdanRetribusi Daerah dalamMendukungPengembangan

Pariwisata di Gunungkidul……….

57

E.

IdentifikasiFaktor-faktor yang MenjadiPenghambatPerkembangan

PariwisataPantai di Gunungkidul

………. 64

BAB V PENUTUP……….. 68

A.

Kesimpulan………... 68

B.

Saran………. 69

DAFTAR PUSTAKA………. 70


(10)

ix

DAFTAR TABEL

1.1 Nama Obyek Wisata Pantai yang Telah Berkembang di Gunung Kidul ... 4

1.2 Jumlah Wisatawan dan PAD Kab. Gunung Kidul ... 5

4.1 Penerimaan Retribusi Pantai Tahun 2012-2014 ... 54

4.2 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunung Kidul 2013... 61


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

4.1 Gambar Pantai Baron ... 47

4.2 Gambar Pantai Kukup ... 48

4.3 Gambar Pantai Sepanjang ... 49

4.4 Gambar Pantai Pok Tunggal ... 50

4.5 Gambar Pantai Indrayanti ... 51

4.6 Gambar Pantai Sili dan Ngandong... .. 52


(12)

(13)

(14)

ABSTRAK

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah atas pelayanan dan penggunaan fasilitas-fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah daerah bagi kepentingan masyarakat, sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku.Pajak dan retribusi daerah mempunyai peran penting dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Gunungkidul khususnya wisata alam pantai. Pembangunan sejauh ini masih sebatas pembenahan sarana prasarana pokok seperti jalan serta perbaikan pos-pos tetap pemungutan retribusi. Pembenahan sarana prasarana pokok ini diutamakan karena pemerintah ingin meningkatkan mutu kenyamanan dan pelayanan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata alam pantai.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan Pariwisata di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman dulu atau lebih tepatnya pada zaman kerajaan. Para pejabat kerajaan diketahui sangat gemar berpetualang walaupun daerah yang bisa dikunjungi terbatas disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana. Setelah Indonesia Merdeka pariwisata Indonesia dihidupkan kembali dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian negara.Pemerintah mendukung sepenuhnya kegiatan pariwisata dengan mendirikan organisasi-organisasi yang bergerak disektor kepariwisataan.1Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit.2

Indonesia mulai menetapkan otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001. Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah

1Monacool, “Sejarah Pariwisata Indonesia,

http://www.forum.republika.co.id/forum/gaya-hidup/22370./sejarah-pariwisata-indonesia.,

diakses pada 14 Oktober 2015 jam. 15:00 WIB

2Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, “Ranking Devisa Pariwisata Tahun

2004-2009”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/pariwisata-. di-indonesia. diakses pada 14 Oktober 2015


(16)

menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.3

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentangPemerintahan Daerah, pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah dapat melaksanakan otonominya.Berdasarkan Undang-Undang tersebut diharapkan pemerintah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Selain penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat berupa subsidi/ bantuan serta bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sumber pendapatan daerah tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan serta meratakan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), menetapkan ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijaksanaan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi, sekaligus menetapkan pengaturan yang cukup rinci untuk menjamin penetapan prosedur umum perpajakan daerah dan retribusi daerah.

Pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah merupakan penarikan sumber daya ekonomi (secara umum dalam bentuk uang) oleh pemerintah kepada masyarakat, guna membiayai pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tugas pemerintahan atau melayani

3

Marihot P.Siahaan, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, Raja Grafindo


(17)

kepentingan masyarakat. Pengaturan pajak diatur dalam Pasal 23A UUD 1945. Dalam Pasal tersebut menjelaskan bahwa pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakatnya harus memenuhi syarat, yaitu harus ditetapkan dengan Undang-Undang atau peraturan lainnya.4

Sejalan dengan Undang-Undang yang berlaku, maka pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidulberusaha keras untuk menata dan mengelola aspek-aspek yang berhubungan dengan pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dihasilkan dari sumber daya yang dimiliki pada Kabupaten Gunungkidul, yang mempunyai potensi pada pariwisata khususnya sektor pantai.

Kabupaten Gunungkidul memiliki obyek wisata yang cukup potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam pantai, gua, bukit dan pegunungan maupun potensi seni budaya serta peninggalan sejarah. Potensi ini sangat berarti sejalan keberadaan Kabupaten Gunungkidul sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah propinsi Bali.

Garis pantai sepanjang lebih dari 70 km yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata alam pantai. Saat ini Kabupaten Gunungkidul memiliki 46 pantai yang tersebar disepanjang garis Pantai Selatan. Selain itu hanya 14 yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunungkidul sebagai obyek wisata yang telah menarik

4Ibid, hlm. 4-5.


(18)

wisatawan dan dikenal masyarakat umum. Berikut merupakan tabel 1.1 obyek wisata pantai yang telah di tetapkan tersebut.

Tabel 1.1

Nama Obyek Wisata Pantai Yang Telah Berkembang Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012

No Nama Obyek

1. Pantai Indrayanti 2. Pantai Ngobaran 3. Pantai Pok Tunggal 4. Pantai Baron 5. Pantai Kukup 6. Pantai Sepanjang 7. Pantai Drini 8. Pantai Krakal

9. Pantai Slili/Ngandong 10. Pantai Sundak

11. Pantai Siung 12. Pantai Wediombo 13. Pantai Sadeng 14. Pantai Ngrenehan

Sumber data : DinasPariwisata dan Budaya Gunungkidul Pengembangan pariwisata harus dapat merubah suatu obyek lingkungan menjadi obyek yang lebih menarik. Pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata alam pantai diharapkan mampu


(19)

mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan domestik maupun internasional untuk berkunjung. Diharapkan nantinya dapat meningkatkan perolehan Pendapatan Asli Daerah dan pendukung dalam upaya pembangunan daerah di Kabupaten Gunungkidul.

Pengembangan dan pembangunan obyek wisata dan sarana pendukungnya harus dilakukan secara kontinyu sebagi upaya untuk meningkatkan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata yang ada di Gunungkidul. Pariwisatadi Gunungkidul merupakan industri yang prospektif dan kompetitif, keadaan ini ditandai oleh perkembangannya yang cukup pesat pada tiga tahun terakhir. Sebagaimana tergambar pada tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 1.2

Jumlah Wisatawandan PAD Kabupaten Gunungkidul

No Tahun Jumlah

Wisatawan(orang) PAD (Rp)

1. 2012 905.285 3.932.090.845

2. 2013 1.377.438 6.118.706.600

3. 2014 1.955.817 15.420.470.427

Sumber: Dinas Budaya Pariwisata Gunungkidul 2015

Menurut Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Disbudpar Gunungkidul, Hary Sukmono, berdasarkan tabel diatas kunjungan wisatawan pada seluruh obyek wisata di Gunung Kidul adalah mayoritas


(20)

pengunjungyang berwisata ke pantai.5 Penghitungan jumlah wisatawan yang berkunjung berdasarkan pada pos penarikan retribusi yang telah ditentukan pemerintah pada setiap titik. Seperti Pos baron yang berada pada wilayah kecamatan Tanjung sari dan Pos Tepus pada wilayah kecamatan Tepus, meliputi pantai baron, pantai indrayanti, pantai pok tunggal, pantai kukup, pantai sepanjang, pantai sili/ ngandong dan pantai sundak.Ketujuh pantai tersebut yang saat ini sangat populer di masyarakat umum.

Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul berperan penting dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata alam pantai, maka perlu melakukan strategi yang baik mengingat persaingan pariwisata dunia semakin kompetitif untuk diperhitungkan. Sebagai perwujudan dalam pengembangan dan pembangunan obyek wisata pantai, pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus melakukan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah pada seluruh obyek wisata yang ada di Kabupaten Gunungkidul terutama pada sektor pantai.

Hasil dari pungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut, akan dimanfaatkan pemerintah dalam perbaikan pada obyek wisata pantai di Gunungkidul. Seperti sarana prasarana, infrastruktur, perbaikan jalan, pelebaran jalan, memberikan penerangan jalan dan rambu-rambu

5Wijaya Kusuma, “Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Gunungkidul”,

http://www.travel.kompas.com/read/2015/07/23/195500427.diakses pada 15 Oktober 2015 jam. 19:55 WIB.


(21)

keselamatan,agar obyek wisata tersebut mempunyai daya tarik tersendiri selain dari fenomena alam pantai tersebut.

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka peneliti ingin meneliti tentang bagaimana peran pajak dan retribusi daerah dalam mendukung pengembangan pariwisata pantai di Gunungkidul dan faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata pantai di Gunungkidul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulismerumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanaperan pajak dan retribusi daerah dalam mendukung pengembangan pariwisata pantai di Gunungkidul?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata pantai di Gunungkidul?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran pajak dan retribusi daerah dalam mendukung pengembangan pariwisata di Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata di Gunungkidul.


(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis: Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi seluruh generasi bangsa Indonesia tentang pentingnya pajak dan retribusi untuk pembangunan yang berkelanjutan.

2. Manfaat praktis: Untuk memberikan masukan bagi aparatur negara khususnya di Kabupaten Gunungkidul untuk lebih antusias dalam operasional pajak dan retribusi.


(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH DAN PARIWISATA

A. Pajak

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama. 1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dalam pengertian secara umum, pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara.1

Definisi lain juga diungkapkan oleh Prof. Dr. P.J.A Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak dapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk

1

Rochmat Soemitro, 1979, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Jakarta, Eresen, hlm. 23.


(24)

menyelenggarakan pemerintahan.2Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak sebagai:

a. Iuran dari masyarakat kepada pemerintah.

b. Pajak dipungut oleh pemerintah, berdasarkan Undang-Undang serta aturan-aturan yang berlaku.

c. Tidak ada timbal balik secara langsung dari pemerintah kepada wajib pajak.

d. Sifatnya yang dapat dipaksakan.

e. Pajak digunakan sebagai pembiayaan pengeluaran daerah.

Disamping pajak, ada beberapa pungutan lain yang mirip tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda yang dilakukan oleh negara terhadap rakyatnya. Pungutan-pungutan tersebut antara lain:

1) Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda materai ataupun alat lainnya. 2) Bea masuk dan bea keluar, bea masuk adalah pungutan atas

barang-barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan (tarif spesifik). Sedangkan bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan barang. Bea keluar ini di Indonesia


(25)

juga dikenal dengan nama Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor Tambahan.

3) Cukai merupakan pungutan dikenakan atas barang-barang tertentu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu. Misalnya tembakau, gula, bensin, minuman keras, dan lain-lain.

4) Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar. Misalnya parkir, pasar, jalan tol.

5) Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar. 6) Lain-lain pungutan yang sah/legal berupa sumbangan wajib3

2. Fungsi Pajak

Menurut Prof. Dr. Muhammad Djafar Saidi, S.H., M.H pajak mempunyai tiga fungsi yaitu mengisi kas negara atau daerah, mengatur dan investasi. Pelaksanaan 3 fungsi tersebut tidak mutlak harus beriringan, bergantung pada kemauan politik pemerintah pada saat itu. Dalam arti bahwa kehendak politik pemerintah untuk menekan tidak terjadi kejahatan dalam masyarakat. Dalam hal tersebut, fungsi yang digunakan adalah fungsi mengatur dengan cara meningkatkan tarif


(26)

pajak sehingga masyarakat tidak dapat membelinya. Jika penghasilan negara maupun daerah hendak ditingkatkan, fungsi anggaran yang diterapkan dengan cara menjaring sebanyak-banyaknya wajib pajak. Selanjutnya dalam meningkatkan pembangunan, fungsi investasi yang diterapkan dengan cara menempatkan tarif pajak pada tahap serendah-rendahnya agar wajib pajak dapat membayar pajak.

Dalam praktik bernegara, ketiga fungsi pajak dapat diterapkan secara bersamaan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Hal ini bergantung pada kesiapan pejabat pajak untuk memberi kebijakan dengan tidak bertentangan dengan hukum pajak. Sebenarnya kebijakan selalu berada dalam koridor hukum yang berlaku sebagai konsekuensi negara yang menganut negara hukum.4

B. Pajak Daerah

Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten atau kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam

APBD.5

4

Muhammad Djafar Saidi, 2007, Pembaharuan Hukum Pajak, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 30.

5

Panca Kurniawan, 2006, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing, hlm. 47.


(27)

1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

2. Jenis Pajak Daerah

Menurut Marihot Siahaan pajak kabupaten atau kota yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 (PDRD) adalah sebagai berikut:

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir

h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan serta Perkotaan i. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan6

Dalam UU PDRD tersebut ada sebuah ketentuan terkait dengan jenis pungutan yang dapat diberlakukan disetiap daerah. Pemerintah

6

Marihot Siahaan, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 247.


(28)

daerah Kabupaten atau kota hanya dapat melakukan pungutan pada masyarakat, apabila jenisnya telah tecantum dalam UU PDRD. Pembatasan jumlah pungutan ini yang dikenal dengan istilah close list (daftar tertutup). Adapun penjelasan dari jenis pajak Kabupaten atau kota sebagai berikut:

a. Pajak Hotel

Pajak hotel menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 20 adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan dalam pasal 1 angka 21 Undang-Undang tersebut juga menjelaskan yang dimaksud dengan hotel ialah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran. Pengertian diatas mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.

b. Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Sedangkan yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan dipungut bayaran. Pengertian diatas mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga atau catering.


(29)

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial. Reklame digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan. Reklame tersebut dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh masyarakat umum.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan


(30)

galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Pekotaan adalah Pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Kabupaten atau kota. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan pedalaman dan atau laut. PBB Perdesaan dan Perkotaan merupakan jenis pajak Kabupaten atau kota yang baru diterapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.


(31)

PBB Perdesaan dan Perkotaan dewasa ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pajak pusat, yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan, dimana hasilnya sebagian besar diserahkan kepada daerah. Walaupun telah ditetapkan menjadi salah satu jenis pajak Kabupaten atau kota, tetapi tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan pemungutan PBB tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat sampai dengan tahun 2013. Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 180 ayat 5 membuat pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan pada setiap Kabupaten atau kota di Indonesia mungkin saja tidak serempak, tergantung kesiapan pemerintah Kabupaten atau kota untuk menetapkan peraturan daerah yang berkaitan. Hanya saja diharapkan paling lambat 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan telah menjadi pajak daerah pada suatu Kabupaten atau kota

i. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Yang dimaksud dengan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum uang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan


(32)

Adapun yang dimaksud dengan hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengolahan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang di bidang pertanahan dan bangunan. BPHTB merupakan jenis pajak Kabupaten atau kota yang baru diterapkan bedasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Sebagaimana halnya PBB Perdesaan dan Perkotaan, BPHTB dewasa ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pajak pusat, yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan, dimana hasilnya sebagian besar diserahkan kepada daerah. Walaupun telah ditetapkan menjadi salah satu jenis pajak Kabupaten atau kota, tetapi sepanjang pada suatu Kabupaten atau kota belum ada peraturan daerah tentang BPHTB, pemungutan BPHTB tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat sampai dengan tahun 2010.

3. Perluasan Objek Pajak Daerah

Dalam Pasal 2 ayat (4) UU Pajak Daerah dijelaskan bahwa dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis pajak Kabupaten atau kota selain yang telah ditetapkan. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah Kabupaten atau kota dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang. Hal itu mengakibatkan


(33)

perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan kesederhanaan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Untuk membuat jenis pajak Kabupaten atau kota selain yang telah ditetapkan harus memenuhi kriteria berikut:

a. Bersifat pajak bukan retribusi

Pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian pajak, sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian pajak dalam Pasal 1 angka 6 dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten atau kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten atau kota yang bersangkutan.

c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum

Artinya bahwa pajak dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikanaspek ketenteraman dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

d. Objek pajak yang bukan merupakan objek pajak Provinsi dan atau objek pajak pusat

Kriteria ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pengenaan terhadap objek yang sama, baik di daerah maupun di


(34)

pusat sehingga dengan ketentuan ini tidak akan terjadi pengenaan pajak berganda.

e. Potensi memadai

Kriteria ini berarti bahwa hasil pajak yang dipungut cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah.

f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif

Kriteria ini berarti bahwa pajak yang dipungut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor.

g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan berarti objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat dilakukan pengawasan dalam pemungutan pajaknya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan wajib pajak. Kriteria kemampuan masyarakat, berarti memperhatikan kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak.

h. Menjaga kelestarian lingkungan

Kriteria ini berarti bahwa pajak yang bersifat netral terhadap lingkungan, yakni pengenaan pajak tidak memberikan peluang


(35)

kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan, yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

C. Retribusi Daerah

Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi hasil pajak pusat yang diperuntukkan ke pemerintah daerah berasal dari retribusi daerah. Akan tetapi, untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, untuk itu pemerintahan daerah harus dapat melihat peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam menggali penerimaan dari retribusi untuk menunjang penerimaan.

1. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Indra Bastian, retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah atas pelayanan dan penggunaan fasilitas-fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah daerah bagi kepentingan masyarakat, sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku.7

Definisi lain juga diungkapkan oleh Mursyidi, yaitu retribusi dipungut oleh pemerintah daerah karena pemberian izin atau jasa kepada orang pribadi atau badan.8 Menurut Marihot Siahaan, retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya

7

Indra Bastian, 2001, Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta, BPFE, hlm. 156.

8

Mursyidi, 2009, Akuntansi Pemerintah di Indonesia, Bandung, Reflika Aditama, hlm. 135.


(36)

jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan.9

Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Daerah yang berlaku.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. 2. Jenis Retribusi Daerah

Menurut Marihot Siahaan, penggolongan jenis retribusi dimaksudkan guna menetapkankebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 108 ayat 2-4, retribusi daerah dibagi atas tiga golongan, sebagaimana disebut dibawah ini:

a. Retribusi Jasa Umum

9

Marihot Siahaan, 2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 5.


(37)

b. Retribusi Jasa Usaha

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 149 ayat 2-4 menjelaskan bahwasanya penetapan jenis retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah Provinsi dan daerah Kabupaten atau kota disesuaikan dengan kewenangan daerah masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hal yang sama juga berlaku untuk penetapan jenis retribusi jasa usaha untuk daerah Provinsi dan Kabupaten atau kota, dilakukan sesuai dengan jasa atau pelayanan yang diberikan oleh daerah masing-masing. Rincian jenis objek dari setiap retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu diatur dalam peraturan daerah yang bersangkutan.

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110-124, sebagaimana dibawah ini:

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan


(38)

3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

6) Retribusi Pelayanan Pasar

7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

10) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus 11) Retribusi Pengolahan Limbah Air

12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 13) Retribusi Pelayanan Pendidikan

14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi:

1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan

daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal

2) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum memadai disediakan oleh pihak swasta


(39)

Jenis-jenis Retribusi jasa usaha saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 127-138, sebagaimana dibawah ini:

a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan c) Retribusi Tempat Pelelangan

d) Retribusi Terminal

e) Retribusi Tempat Khusus Parkir f) Retribusi Tempat Penginapan/Villa g) Retribusi Rumah Potong Hewan h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga j) Retribusi Penyeberangan di Air

k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Dearah c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan. Dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu saat ini diatur dalam


(40)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 141-146 sebagaimana tertulis dibawah ini:

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol 3) Retribusi Izin Gangguan

4) Retribusi Izin Trayek

5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.10

D. Kepariwisataan

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk menemukan keinginan yang beraneka ragam.11

Menurut Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KEP.012/MPK/IV/2001 tentang Pedoman Umum Perizinan Usaha Pariwisata, yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata. Dengan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.

10

Ibid, hlm. 438.


(41)

Menurut Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang ini. Ruang lingkup kegiatan pariwisata mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan yang berhubungan dengan angkutan dan tempat asal wisatawan sampai ketempat tujuan, selama ditempat tujuan dan kembali ketempat asal.

2. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan pengelola atraksi, sarana dan prasarana.

3. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan jasa atau pelayanan tentang atraksi, sarana dan prasarana serta segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.

Menurut Gamal Suwantoro, yang dimaksud wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam disuatu Negara.12 Setiap orang yang melaksanakan suatu perjalanan, biasanya mempunyai alasan atau keperluan tertentu. Sama halnya dengan wisatawan, menurut Gamal Suwantoro secara garis besar alasan dan keperluan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi b) Kebutuhan pendidikan dan penelitian

c) Kebutuhan keagamaan

d) Kebutuhan kesehatan


(42)

e) Dorongan atau minat terhadap kebudayaan dan kesenian f) Kepentingan keamanan

g) Kepentingan hubungan keluarga h) Kepentingan politik13

1. Bentuk dan Jenis Pariwisata

Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal, istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan macam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk. Menurut Nyoman S Pendit mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat dibagi menurut kategori adalah menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang dipergunakan.14

Adapun uraian singkat mengenai bentuk pariwisata tersebut antara lain dibawah ini:

a. Menurut asal wisatawan

1) Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau pariwisata nusantara.

13

Ibid, hlm. 17.


(43)

2) Dari luar negeri disebut pariwisata internasional atau pariwisata mancanegara.

b. Menurut jangka waktu

1) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan hanya beberapa hari saja.

2) Pariwisata jangka panjang, apabila wisatawan berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata waktunya sampai berbulan-bulan.

c. Menurut jumlah wisatawan

1) Disebut pariwisata tunggal, apabila wisatawan berpergian hanya seseorang atau satu keluarga.

2) Disebut pariwisata rombongan, apabila wisatawan berpergian satu kelompok atau satu rombongan yang berjumlah 15-20 orang atau lebih.

d. Menurut alat angkut yang digunakan

Menurut kategori ini pariwisata dapat dibagi: 1) Pariwisata udara

2) Pariwisata laut 3) Pariwisata kereta 4) Pariwisata Mobil15


(44)

Berdasarkan keperluan perencanaan dan pembangunan kepariwisataan itu sendiri, perlu dibedakan antar pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijaksanaan apa perlu mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan dapat berwujud seperti yang diharapkan dari kepariwisataan itu.

Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang jenis pariwisata itu dianggap penting, karena dengan cara itu akan dapat menentukan beberapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan disuatu tempat atau daerah tertentu. Dilain pihak kepentingannya juga sangat berguna untuk menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan selanjutnya masa yang akan datang. Ada beberapa macam jenis pariwisata antara lain:

a) Wisata Budaya

Seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mempelajari adat istiadat, budaya, tatacara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat didaerah atau negara yang dikunjungi. Termasuk dalam jenis pariwisata ini mengikuti misi kesenian diluar negeri atau untuk me-nyaksikan festival seni dan kegiatan budaya lainnya.


(45)

b) Wisata Kesehatan

Wisata kesehetan disebut juga wisata pulih sembuh. Artinya seseorang melakukan perjalanan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Obyek wisata kesehatan adalah tempat peristirahatan, sumber air panas, sumber air mineral, dan fasilitas lain yang memungkinkan seseorang wisatawan dapat beristirahat sambil berwisata.

c) Wisata Olahraga

Seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan mengikuti kegiatan olahraga misalnya olimpiade, Thomas cup dan sea games.

d) Wisata Komersial

Istiliah lainnya adalah wisata bisnis. Wisatawan yang termasuk kedalam wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersial atau dagang, misalnya mengunjungi pameran dagang, pameran industri, pekan raya, dan pameran hasil kerajinan.

e) Wisata Industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa untuk berkunjung kesuatu industri yang besar guna mempelajari atau meneliti industri tersebut,


(46)

misalnya rombongan pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke IPTN untuk melihat industri pesawat terbang.

f) Wisata Politik

Seseorang yang berkunjung kesuatu negara untuk tujuan aktif dalam kegiatan politik, misalnya kunjungan kenegaraan, menghadiri penobatan kaisar Jepang, Penobatan ratu Inggris, juga konferensi politik atau kunjungan kenegaraan yang dilanjutkan dengan berdarmawisata mengunjungi obyek-obyek wisata dan atraksi wisata.

g) Wisata Konvensi

Seseorang yang melakukan perjalanan dan berkunjung kesuatu daerah atau negara dengan tujuan untuk mengikuti konvensi atau konverensi misalnya, KTT Non Blok yang diselenggarakan di Jakarta. Wisata konvensi ini erat hubungannya dengan wisata politik. Disamping disediakannya tempat-tempat untuk konvensi biasanya juga ada post converensi tour, yakni acara berdarmawisata seusai konferensi dengan mengunjungi obyek dan atraksi wisata.


(47)

Kegiatan wisata sosial ini adalah kegiatan wisata yang diselenggarakan dengan tujuan non profit atau tidak mencari keuntungan. Perjalanan wisata ini diperuntukan bagi remaja, atau golongan masyarakat ekonomi lemah maupun pelajar.

i) Wisata Pertanian

Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan studi, riset atau studi banding, misalnya petani dari Jawa Timur dikirim ke Jepang untuk mempelajari teknologi pertanian di Negara tersebut.

j) Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Wisata bahari ini sering dikaitkan dengan olahraga air, spertinya berselancar, menyelam, berenang dan sebagainya. Pantai, laut, danau, sungai, kepulauan, termasuk taman laut, karena kegiatannya diair, wisata ini disebut juga wisata tirta.16

2. Industri Pariwisata

Menurut R.S. Damardjati bahwa industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa atau layanan-layanan yang nantinya baik secara langsung maupun tidak


(48)

langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya.

Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan oleh wisatawan bilamana ia dalam perjalanan atau perlawatan. Dengan cara ini akan terlihat tahap-tahap dimana wisatawan sebagai konsumen melakukan pelayanan (service) tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya sampai didaerah tujuan wisata yang telah menjadi pilihannya, hingga sampai kerumah dimana ia biasanya tinggal.

Usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata sesuai dengan UU RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan dan PP No. 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan. Usaha kepariwisataan digolongkan kedalam:

a. Usaha jasa pariwisata yang terdiri dari:

1) Jasa biro perjalanan wisata, mmeripakan kegiatan usaha yang menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata.

2) Jasa agen perjalanan wisata, merupakan kegiatan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak


(49)

sebagai perantara dari dalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.

3) Usaha jasa pramuwisata, merupakan kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

4) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran, merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan, dsb) untuk membahas masalah-masalah yang terkait dengan kepentingan bersama. 5) Jasa impresariat, merupakan kegiatan kepengurusan

penyelenggaraan hiburan, baik yang merupakan mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan, serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan.

6) Jasa konsultan pariwisata, merupakan kegiatan usaha yang memberikan jasa berupa saran dan nasehat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, mulai penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya yang disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui, disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional.


(50)

7) Jasa informasi pariwisata, merupakan usaha penyelesaian informasi penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan

b. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya, terdiri dari: 1) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata budaya, merupakan

usaha pemanfaatan sumber daya manusia dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

2) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata budaya,merupakan usaha pemanfaatan seni dan budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata.

3) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus, merupakan usaha pemnfaatan sumber daya alam atau potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus bagi sasaran wisata.

c. Usaha Sarana Pariwisata

1) Usaha penyediaan akomodasi, merupakan penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan. 2) Usaha penyediaan makanan dan minuman, merupakan

usaha pengelolaan penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri.


(51)

3) Usaha penyediaan angkutan wisata,merupakan usaha khusus atau sebagian dan usaha dalam penyediaan angkutan pada umumnya yaitu angkutan khusus wisata angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata.

4) Usaha penyediaan sarana wisata tirta, merupakan usaha penyediaan dan mengelola sarana dan prasarana serta jasa yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta (dapat dilakukan dilaut, sungai, rawa, dan waduk), dermaga serta fasilitas olahraga air untuk kepentingan olahraga ski air, selancar angin, berlayar, menyelam dan memancing.

5) Usaha kawasan pariwisata, merupakan usaha yang kegiatan membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

d. Produk Industri Pariwisata

Menurut Burkat dan Medlik bahwa produk industri pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu yang terdiri dari obyek wisata, atraksi wisata, transportasi (angkutan), akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.17

Dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka tidak hanya satu macam jasa saja yang diperlukan serangkaian jasa


(52)

yang merupakan produk dari industri pariwisata. Itu pulalah sebabnya dalam kalangan pariwisata dikenal dengan istilah paket wisata (package tour) yang berarti suatu rencana perjalanan wisata yang disusun secara tetap dengan biaya tertentu dimana didalamnya telah termasuk biaya menginap, angkutan, makan, sightseeing, tour, transfer, dan lain-lainnya yang semuanya digambarkan dalam “package intineraries” yang dibuatkan khusus untuk itu. Karena itu produk industri wisata tidak dapat dibagi-bagi, hasil itu haruslah merupakan satu kesatuan yang bulat, sehingga hasil itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Ada beberapa ciri hasil atau produk industi pariwisata yang terpenting diantaranya adalah:

1) Hasil atau produk pariwisata itu tidak dapat dipindahkan. 2) Peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan kecuali

Travel Agent atau Tour Operator.

3) Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun. 4) Permintaan (demand) terhadap hasil atau produk industri tidak tetap sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekomomis.

5) Calon konsumen tidakk dapat mencicipi produk yang akan dibeli.


(53)

6) Hasil atau produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang obyektif.

7) Hasil atau produk industri pariwisata banyak tergantung pada tenaga manusia.

8) Segi pemilikan usaha, penyedian produk industri pariwisata memerlukan biaya besar, resiko tinggi, dan elastis permintaan sangat peka.18

3. Asas dan Tujuan Pariwisata

Penyelenggaraan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk :

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan

mengingkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata.

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa.

c. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. e. Mendorong pendayagunaan produk nasional.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat Empiris Kualitatif, yaitu data diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan (field research) melalui pengamatan, observasi dan wawancara.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan disektor pariwisata pantai selatan wilayah Tanjungsari dan Tepus Kabupaten Gunung Kidul.

C. Narasumber

Sebagai narasumber adalah:

a. Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul atau yang mewakili.

D. Teknik (contoh: wawancara atau observasi)

Metode yang digunakan untuk memperoleh data yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian, dilakukan dengan menggunakan: 1.Metode interview atau wawancara dengan mengadakan interview atau

tanya jawab kepada narasumber dari pihak pemerintahan dalam interview bebas terpimpin.

2.Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan mencatat seluruh kejadian dan fenomena yang terjadi.


(55)

3.Kepustakaan, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku literatur, tulisan para ahli dan peraturan perundang-undangan.

E. Sumber data

Mengenai sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu dengan menggunakan:

1.Sumber data primer, yaitu data serta keterangan yang diperoleh dari penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

2.Sumber data sekunder, yaitu berupa data atau hal-hal yang mendukung sumber data primer. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa teori dan literatur yang

berkaitan dengan permasalahan.

F. Analisis Data

Metode analisis untuk jenis penelitian hukum empiris kualitatif berupa metode deskriptif yaitu metode analisis yang digunakan untuk memaparkan suatu fenomena secara jelas dan rinci, penggunaan metode ini menempatkan peneliti hanya sebagai pelapor (pemberi informasi) sesuai hasil penelitian yang dilakukan. Selanjutnya disimpulkan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Wilayah Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul yang terletak diujung Tenggara Kota Yogyakarta sejauh 39 Km, memiliki luas wilayah 1,485,36 Km2 atau 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Gunungkidul secara geografis merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit serta berbatasan sebelah Barat dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Utara dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa, berdasarkan topografis dan keadaan tanahnya, secara garis besar dibedakan menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu:

a. Wilayah Pengembangan Utara (Zona Batur Agung) Luas wilayah ± 42,283 Ha dan ketinggian 200-700 m diatas permukaan air laut meliputi kecamatan Patuk, Nglipar, Gedang sari, Ngawen, Semin dan Ponjong bagian tengah Utara, dan Ponjong bagian tengah berpotensi sebagai obyek Ekowisata hutan dan alam pegunungan.

b. Wilayah Pengembangan Tengah (Zona Ledok Sari) Luas wilayah ± 27,908 Ha dan ketinggian 150-200 m diatas permukaan air laut meliputi


(57)

Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Semanu bagian Utara dan Ponjong bagian tengah berpotensi untuk agrowisata pertanian.

c. Wilayah Pengembangan Selatan (Zona Pegunungan Seribu) Luas wilayah ± 78,344 Ha dan ketinggian 100-300 terdiri dari daerah Tepus, Tanjungsari, Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, bagian Selatan ini berpotensi untuk wisata pantai, goa, pegunungan karst budaya sejarah.

B. Tujuh Pantai Dalam Satu Kawasan

Kabupaten Gunungkidul, memiliki obyek wisata unggulan yaitu obyek wisata alam pantai. Ada sekitar 46 pantai yang terbentang sejauh 70 Km di wilayah Selatan Kabupaten Gunungkidul mulai dari ujung Barat ke ujung Timur. Salah satunya adalah suatu kawasan yang terdiri dari tujuh pantai dan letaknya saling berdekatan. Ketujuh pantai tersebut terletak di Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Tepus sejauh 23 Km. Jarak tempuh dari Kota Wonosari( Ibukota Kabupaten Gunungkidul) menuju pantai tersebut ± 45 menit.

Pantai didaerah tersebut masih sangat alami, masing-masing pantai memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Bisa dilihat dan dibaca seputar pantai tesebut dibawah ini:


(58)

a. Pantai Baron

Gambar 4.1

Pantai Baron merupakan pintu gerbang masuk kawasan Obyek Wisata Pantai. Pantai ini dikelilingi bukit-bukit kapur yang diatasnya terdapat jalan setapak dimana wisatawan dapat menikmati keindahan laut yang luas dan khas. Disebelah Barat, terdapat muara air sungai bawah tanah (ait tawar) sehingga ada suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Ciri khas Pantai Baron adalah banyaknya aneka ikan laut dalam bentuk segar maupun siap saji (dimasak goreng, bakar, kukus) termasuk menu utama Baron yaitu Sup Kakap dengan harga yang bervariasi.

Masyarakat Nelayan setempat biasa melaksanakan upacara sedekah laut yang dilakukan rutin tiap bulan suro tahun jawa. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dari hasil tangkapan ikan yang berlimpah dan keselamatan mencari ikan di laut. Fasilitas yang tersedia antara lain: Hotel Melati, Warung


(59)

Makan, Kios-Kios untuk pedagang cendramata, juga ada panggung terbuka untuk atraksi wisata pada pertunjukkan-pertunjukkan tertentu, sebuah gedung pertemuan terbuka berbentuk joglo serta gedung tempat pelelangan ikan (TPI).

b. Pantai Kukup

Gambar 4.2

Pantai Kukup merupakan pantai berpasir putih yang indah dan luas, terdapat aneka biota laut terutama ikan hias yang dijual oleh beberapa pedagang dipinggir pantai maupun dipelihara di Gedung Aquarium Laut yang terletak pada satu kawasan di Pantai Kukup. Disini juga terdapat sebuah pulau karang kecil yang diatasnya terdapat gardu pandang untuk menikmati keindahan laut. Fasilitas yang ada di pantai kukup antara lain: sebuah pendopo untuk tempat pertemuan, Pondok Wisata, Hotel Melati, Warung Makan, dan Kios-Kios untuk Pedagang Cendramata, Pedagang Ikan Hias, dan Pedagang Ikan siap saji serta ada juga yang berdagang buah-buahan. Masyarakat nelayan setempat juga melaksanakan Upacara


(60)

Sedekah Laut dalam waktu yang bersamaan seperti halnya masyarakat nelayan di Pantai Baron.

c. Pantai Sepanjang

Gambar 4.3

Pantai Sepanjang terletak ± 1 Km sebelah Timur Pantai Kukup, merupakan pantai yang masih alami dan pantai konservasi yang pada waktu tertentu biasa sebagai tempat pendaratan penyu laut untuk bertelur.


(61)

d. Pantai Pok Tunggal

Gambar 4.4

Pantai Pok Tunggal berada di kawasan Gunungkidul Yogyakata tepatnya di desa Tepus. Pok Tunggal memiliki panorama yang indah dengan hamparan pasir putih serta perbukitan karst. Pada sisi Timur dan Barat pantai ini diapit oleh tebing-tebing karang yang menjulang. Pantai Pok Tunggal tegolong baru oleh karena itu kebersihan pantai ini masih sangat terjaga. Bahkan untuk menjaga kebersihan pantai ini akan dikenakan denda sebesar 10rb jika membuang sampah sembarangan. Pemandangan pantai jauh lebih indah jika dinikmati dari bukit sebalah Barat pantai. Selain itu bukit tebing sebelah Timur akan menjumpai beberapa primata liar yang sedang melompat kesana kemari. Satu lagi yang unik dari pantai ini adalah adanya mata air tawar yang berasal dari aliran sungai bawah tanah khas daerah karst. Air ini menjadikan sebagai


(62)

sumber air bagi penduduk setempat. Fasilitas yang ada adalah warung makan maupun tempat istirahat seperti gazebo.

e. Pantai Indrayanti

Gambar 4.5

Lokasi Indrayanti Gunungkidul terletak tepat di sisi Timur Pantai Sundak. Keduanya dibatasi oleh perbukitan karang. Pantai Indrayanti menawakan keindahan panorama yang unik dibanding pantai-pantai lain di Gunungkidul. Tidak hanya bentang pasir putih yang mempesona atau megahnya perbukitan batuan karang, jernihnya air laut yang terlihat biru bersih seolah mengajak para wisatawan untuk berenang dan berbaur didalamnya. Fasilitas yang tersedia antara lain, warung makan seafood.


(63)

b. Pantai Sili dan Ngandong

Gambar 4.6

Pantai Sili dan Ngandong merupakan dua pantai yang sangat berdekatan bahkan bisa dikatakan dua pantai yang menyatu, dan tak jauh dari situ ± 500 m ke arah Timur kita jumpai Pantai Sundak. Pantai Sili atau sering orang menyebutnya “Waktu Lawang” karena disana ada pulau kecil yang dibawahnya terdapat lorong yang menyerupai pintu (lawang- Bhs Jawa). Sedangkan Pantai Ngandong juga memiliki keindahan tersendiri, selain suasana pantai yang masih alami, para wisatawan yang berkunjung kesana bisa melakukan aktifitas seperti: Memancing ataupun Tracking dari Pantai Sili ke Pantai Sundak serta melihat para petani dan nelayan yang mencari rumput laut disekitar Pantai Sili ke Pantai Sundak. Fasilitas yang tersedia antara lain: Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ada sebuah cottage

dengan nama “CRAB RESORT” dengan bangunan yang khas dan asri, serta fasilitas arena mini Offroad. Kedua pantai ini sangat nyaman untuk bersantai dan berakhir pekan.


(64)

c. Pantai Sundak

Gambar 4.7

Pantai Sundak merupakan pantai yang cukup indah selain berpasir putih juga banyak ditumbuhi pandan laut ditepian pantai sehingga menambah kesejukan suasana pantai. Tak jauh dari pantai terdapat goa kecil yang didalamnya terdap sumber air tawar dan biasa dipakai penduduk setempat untuk mencukupi kebutuhan air minum. Selain tempatnya yang sejuk, pantai ini juga cocok untuk tempat berkemah. Fasilitas yang ada seperti sebuah bangunan pendopo kecil sebagai tempat pertemuan terbuka, ada sebuah panggung terbuka dan juga banyak terdapat warung-warung makan.

Gambaran pantai diatas, menunjukkan sebagai tempat wisata dalam implementasi pendapatan asli daerah yang bergerak disektor wisata.Sektor pariwisata adalah salah satu sektor andalan di Kabupaten Gunungkidul. Sektor pariwisata memiliki peran yang sangat strategis untuk menggerakkan pembangunan ekonomi wilayah karena


(65)

keberadaannya memiliki multiplier effect yang luar biasa dan mampu menggerakkan sektor-sektor lain, seperti sektor jasa dan sektor industri.

C. Bentuk Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul

Untuk mewujudkan sasaran dan untuk mengambil langkah-langkah serta untuk mengikuti arah kebijakan pembangunan kepariwisataan daerah yang telah tertuang dalam RPJU Renstra-Renja Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul dirumuskan sebagai berikut: Sasaran:

1. Terwujudnya upaya pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan seni budaya.

2. Terwujudnya peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana budaya.

3. Terwujudnya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku budaya.

4. Terwujudnya destinasi wisata yang menarik sebagai upaya

pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang didukung sarana prasarana yang handal.

5. Peningkatan kualitas layanan pariwisata.

6. Terwujudnya kerjasama antar sektor dan stekholder kebudayaan dan pariwisata.

7. Terwujudnya peningkatan wirausaha kepariwisataan.

8. Terwujudnya sistem jejaring pemasaran yang efektif dan efisien berdasarkan analisa pasar dan informasi yang akurat.


(66)

9. Tersedianya bahan promosi dan dukungan penyelenggaraan pemasaran pariwisata.

10. Peningkatan jumlah investor dibidang kebudayaan dan pariwisata. 11. Pariwisata yang mendorong penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan

ekonomi masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Strategi:

Sejalan dengan komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta berdasarkan RPJM Kabupaten Gunungkidul tahun 2010-2014 pengembangan dan kepariwisataan berbasis industri pariwisata dengan strategi sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan tata kelola administrasi perkantoran.

b. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas.

c. Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM kebudayaan dan pariwisata.

d. Mengembangkan kebudayaan dan pariwisata terpadu dan sinergis dikonsentrasikan pada jalur-jalur utama pergerakan wisatawan. e. Menyiapkan regulasi dan konsep tata ruang.

f. Kualitas sumber daya manusia, peran serta, partisipasi dan kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan dan pariwisata.

g. Meningkatkan sarana dan prasarana kebudayaan dan pariwisata. h. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang


(67)

i. Menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap nilai-nilai budaya lokal.

j. Mengembangkan kawasan pariwisata unggulan dan terpadu.

k. Mengembangkan Desa Budaya, Desa Wisata, Wisata Minat

Khusus

l. Meningkatkan informasi, pemasaran dan pengembangan jaringan kerjasama kebudayaan dan pariwisata.

m. Mengemas event budaya menjadi daya tarik wisata. Kebijakan:

1) Peningkatan pelayanan publik.

2) Pembinaan, pelestarian, pemberdayaan dan pengembangan seni budaya daerah.

3) Pengembangan sarana dan prasarana kebudayaan dan

pariwisata.

4) Pengembangan pemasaran dan promosi wisata.

5) Pengembangan jalinan kerjasama, keterpaduan, kemitraan, dengan stakeholder kebudayaan dan pariwisata.

6) Peningkatan kualitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) kebudayaan dan pariwisata.

7) Peningkatan kualitas dan kuantitas event budaya sebagai daya tarik wisata.

8) Pengembangan kebudayaan dan pariwisata di Desa Budaya, Desa Wisata, Wisata Minat Khusus dan jalur-jalur strategis.


(68)

9) Penyiapan regulasi dan konsep tata ruang untuk kegiatan investasi dan pengembangan daya tarik wisata dan budaya. 10) Peningkatan partisipasi dan peran masyarakat dalam

pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang berkelanjutan.

11) Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam

pemasaran pariwisata.

12) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D. Peran Pajak dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pengembangan

Pariwisata Pantai di Gunungkidul

Menurut UU No.23 tahun 2014, sumber pendapatan asli daerah terdiri atas hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.Pajak dan Retribusi daerah merupakan salah satu bagian dari PAD. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sedangkan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu, yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.Pungutan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tarif yang dikenakan, kualitas dan kuantitas jasa pelayanan yang diberikan dan


(69)

tuntutan kebutuhan masyarakat atas jasa pelayanan tersebut.Selanjutnya untuk pelaksanaan di masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk peraturan daerah.

Dalam pembangunan suatu obyek wisata fase yang pertama adalah pembentukan modal. Yang dimaksud modal adalah semua bentuk-bentuk kekayaan yang dapat memproduksi lebih lanjut, yang digunakan langsung maupun tidak langsung dalam produksi untuk menambah output.

Kekurangan modal akan berdampak mengurangi kepesatan pembangunan wisata yang dilaksanakan, karena untuk mengembangkan pariwisata tersebut membutuhkan pembangunan infrastruktur dan perluasan kegiatan pemerintah daerah. Salah satu sumber pendapatan dari sektor pariwisata adalah retribusi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dalam praktek pemupukan modal melalui retribusi sudah relatif maksimal, tetapi realiasi untuk pengembangan sarana-sarana yang dibutuhkan wisatawan untuk menikmati wisata alam pantai belum maksimal. Tabel 4.1 dibawah ini sebagai gambaran hasil pungutan retribusi pantai di wilayah Tanjungsari dan Tepus:


(70)

Tabel 4.1

Penerimaan Retribusi Pantai Tahun 2013-2014

No Pos Retribusi 2013 2014

1. Baron/Tanjungsari 4.665.159.000 7.022.960.500

2. Tepus 2.069.883.000 2.105.627.500

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul

Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwasanya Pantai Selatan wilayah Tanjungsari dan Tepus yang meliputi Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Pok Tunggal, Indrayanti, Sili Ngandong dan Sundak mempunyai potensi besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Pantai-pantai ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat umum, bahkan sudah menjadi primadona dalam wisata alam pantai di Gunungkidul.

Kebijakan penganggaran dan kerangka kebutuhan yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata, seni dan budaya tidak terlepas dari kebijakan tahun-tahun sebelumnya. Secara umum kebijakan APBD diarahkan dalam rangka mengoptimalkan serta meningkatkan pencapaian target pendapatan yang diselaraskan dengan langkah-langkah untuk mengefisienkan dan mengefektifkan belanja.

Kebijakan pendapatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul diarahkan pada upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini tertumpu pada hasil retribusi pantai yang terdiri dari 6 Peraturan Daerah yaitu:


(71)

1. Perda Nomor 6Tahun 2012 tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga 2. Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tempat Khusus Parkir 3. Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pemakaian Kekayaan Daerah

4. Perda Nomor13Tahun2012tentangRetribusiPelayanan

Persampahan/Kebersihan

5. Perda Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penginapan, Pesanggrahan dan Villa

6. Perda Nomor 4 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Pariwisata.

Dari penjelasan diatas maka dapat dilihat pada tabel dibawah tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam membantu mengembangkan pelaksanaan pembangunan pariwisata.

Tabel 4.2

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunungkidul 2013 N

o Pendapatan Asli Daerah Anggaran Realisasi %

1 Pendapatan Pajak

Daerah 10.970.075.000,00 12.350.676.839,00 112,59

2 Pendapatan

Retribusi 24.538.644.077,00 25.024.939.544,00 101,98 3 Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6.654.257.0 71,25 6.815.317.916, 25 102,42

4 Lain-lain PAD

yang sah 34.511.210.979,08 39.236.513.523,17 113,69

Jumlah 76.674.187.


(72)

Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tabel 4.3

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunungkidul 2014 N

o Pendapatan Asli Daerah Anggaran Realisasi %

1 Pendapatan Pajak

Daerah 27.365.530.627,00 28.477.674.863,50 104,06

2 Pendapatan Retribusi 22.262.387. 703,00 25.682.892.16 7,00 115,36 3 Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

7.938.941.8

73,89 7.939.323.691,06 100,00

4 Lain-lain PAD yang sah 86.800.357. 241,09 97.204.447.49 8,66 110,99

Jumlah 144.367.217

.444,98 159.304.338.220,22 110,35 Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain, PAD yang sah pada tahun 2013-2014 terus mengalami peningkatan. Hasil dari Pendapatan Asli Daerah tersebut tidak akan langsung diberikan hanya kepada satu sektor saja, namun akan dibagi kembali untuk membantu pembangunan sektor apa yang akan dikembangkan di daerah Gunungkidul. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata, Dinas Kebudayaandan Pariwisata kemudian akan menganggarkan kembali seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan sarana dan prasaran guna meningkatkan minat masyatakat terhadap sektor pariwisata terutama wisata pantai yang ada di Gunungkidul.Oleh sebab itu


(73)

pendapatan dari pajak dan retribusi daerah sangat membantu dalam pembangunan dari berbagai sektor terutama disektor pariwisata. Hal tersebut juga semakin mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana agar peningkatan pendapatan melalui pajak dan retribusi daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi sumber pendapatan daerah yang berkelanjutan.

Pajak dan retribusi daerah mempunyai peran penting dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Gunungkidul khususnya wisata alam pantai. Pembangunan sejauh ini masih sebatas pembenahan sarana prasarana pokok seperti jalan serta perbaikan pos-pos tetap pemungutan retribusi. Pembenahan sarana prasarana pokok ini diutamakan karena pemerintah ingin meningkatkan mutu kenyamanan dan pelayanan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata alam pantai.

Dinas Kebudayaan danPariwisata Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk normalisasi jalan menuju seluruh pantai yang telah berkembang. Termasuk tujuh pantai dalam satu kawasan yang telah dikenal oleh masyarakat umum, seperti Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Pok Tunggal, Indrayanti, Sili Ngandong dan Sundak. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, pengunjung atau wisatawan yang berkunjung tidak hanya menggunakan kendaraan sepeda motor melainkan mobil dan bus juga banyak digunakan wisatawan untuk menuju destinasi pantai tersebut. Oleh sebab itu hasil


(74)

dari pajak dan retribusi daerah saat ini digunakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk terus memperbaiki sarana prasarana jalan untuk menuju obyek wisata pantai yang ada di Gunungkidul.

Selanjutnya dalam hal pembenahan pelayanan pungutan retribusi. Selama ini banyak pos pemungutan retribusi yang belum tetap, sehingga pemerintah melakukan pembangunan pos tetap untuk mengurangi pungutan-pungutan liar. Pembangunan pos tetap tersebut nantinya akan menjadi gerbang-gerbang destinasi wisata pantai yang ingin di kunjungi. Pemerintah berharap dengan terbangunnya pos tetap tersebut akan lebih memudahkan wisatawan untuk memilih berkunjung ke berbagai pantai yang sudah berkembang khusunya pantai di wilayah Tanjungsari dan Tepus.

Hal yang mendukung seperti sarana olahraga air, tempat persinggahan keluarga (villa), tempat kuliner dan toko cendramata khas Gunungkidul masih dalam wacana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Mengingat visi misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul adalah berbasis masyarakat, mengembangkan fasilitas dalam mendukung pengembangan sektor wisata alam pantai perlunya koordinasi dengan masyarakat untuk berkerjasama dalam membangun pengembangan pariwisata pantai tersebut. Dalam hal ini pemerintah masih berusaha untuk merubah pemikiran masyarakat yang agraris menjadi sadar wisata, yaitu yang mau terjun dalam industri pariwisata.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)