TA : Rancang Bangun Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) Pada Ruang Bedah (Studi Kasus : RS. Petrokimia Gresik).

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI COMPUTERIZED

MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS)

PADA RUANG BEDAH.

(Studi Kasus : RS. Petrokimia Gresik)

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

RIVAL WIDYANANDA 10.41010.0113

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Rumah Sakit ... 7

2.2 Aset ... 9

2.2.1 Definisi Aset ... 9

2.2.2 Kategori Aset... 9


(3)

2.2 Manajemen Perawatan ... 11

2.2.1 Tujuan Perawatan (Maintenance) ... 12

2.2.2 Fungsi Perawatan (Maintenance) ... 13

2.2.3 Kategori Perawatan (Maintenance) ... 14

2.3 Central Sterille Supply Department (CSSD) ... 16

2.3.1 Tujuan Pusat Sterilisasi ... 16

2.3.2 Tugas Instalasi Pusat Sterilisasi ... 17

2.3.3 Aktifitas Fungsional Pusat Sterilisasi ... 18

2.4 Computerized Maintenance Management System (CMMS) ... 19

2.4.1 Definisi CMMS ... 19

2.4.2 Keuntungan Menerapkan CMMS ... 21

2.4.3 Beberapa Modul CMMS ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1 Metode Penelitian ... 23

3.2 Studi Literatur ... 24

3.3 Akuisisi kebutuhan... 25

3.3.1 Wawancara ... 25


(4)

xii

3.4 Analisis Kebutuhan ... 27

3.5 Desain ... 32

3.5.1 Desain sistem (alur sistem)...32

3.5.2Desain database...36

3.5.3 Desain antar muka (user interface)...54

3.6 Coding ... 75

3.7 Testing ... 75

3.7.1 Black Box ... 76

3.8 Analisis Hasil Uji Coba ... 77

3.9 Pelaporan ... 77

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 78

4.1 Implementasi Sistem ... 78

4.1.1 Kebutuhan Hardware (Perangkat Keras) ... 78

4.1.2 Kebutuhan Software (Perangkat Lunak) ... 78

4.2 Implementasi dan Hasil Testing Sistem ... 79

4.2.1 Implementasi dan testing terhadap fungsi autentikasi Login .... 80

4.2.2 Implementasi dan testing terhadap fungsi menampilkan fitur Dasboard ... 82

4.2.3 Implementasi dan testing terhadap fungsi fitur Assets ... 84


(5)

4.2.5 Implementasi dan testing terhadap fungsi fitur Work Order... 90

4.2.6 Implementasi dan testing terhadap fungsi menampilkan dan menyimpan laporan (report) ... 94

4.3 Analisis Hasil Testing ... 96

4.4 Evaluasi ... 98

BAB V PENUTUP ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100


(6)

1 BABBIB PENDAHULUANB

1.1 BLatarBBelakangBMasalahB

Sesuai dengan amanat Pasal 28 H, ayat (l) perubahan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu (Azwar, 1999).

Rumah Sakit selaku institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU No. 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 (Kemenkes, 2009) mengenai perbandingan nilai investasi Rumah Sakit peralatan medik, seperti instrument gunting, pinset, cathether, linen, endoscopi, dan mesin anestesi adalah komponen investasi yang terbesar, yaitu sebesar 37,73% sedangkan peralatan non medik, seperti mesin sterilisasi, rak penyimpanan alat instrument, keperluan cucian instrument, sekitar 13,76%. Peralatan medik dan non medik yang


(7)

banyak dan beragam jenisnya akan terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan perkembangan Rumah Sakit dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien, serta tuntutan persaingan yang semakin ketat antar Rumah Sakit.

Salah satu Departemen di Rumah Sakit yang bersifat penting (krusial) dan berhubungan langsung dengan keselamatan pasien adalah Departemen Bedah. Proses bisnis utama pada Departemen Bedah terdiri dari tiga proses yaitu proses sterilisasi yang dilakukan pada unit Central Sterile Supply Department (CSSD),

proses perawatan aset (maintenance) dan proses manajemen operasi.

Proses perawatan aset (maintenance) pada Departemen Bedah baik medik maupun non medik sangat mempengaruhi proses manajemen pelayanan operasi mengingat hampir semua aset bedah memiliki fungsi dan standar persyaratan (indikator) tersendiri pada tiap aset. Sebagai contoh mesin anestesi yang memiliki fungsi sebagai alat pembiusan pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan sebagai pengantar anestesi inhalasi umum kepada pasien secara kontinyu atau intermitten untuk menjaga ventilasi alur udara pernapasan pasien (Kemenkes Tahun 2014, Tentang Kompendium Alat Kesehatan). Berdasarkan pada penjelasan tentang mesin anestesi tersebut, jika mesin anestesi tidak dilakukan perawatan dengan baik, maka akan berdampak pada ketersediaan (availability) alat anestesi pada saat proses operasi. Hal ini dapat berakibat fatal pada pasien, karena apabila alat anestesi tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak dapat digunakan ketika dibutuhkan maka dapat terjadi kerusakan otak, curah jantung terganggu atau kematian (Menkes Tahun 2014, Tentang Kompendium Alat Kesehatan).

Saat ini, masih sering ditemukan permasalahan proses perawatan aset


(8)

3

pada Departemen Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik (RSPG) mengingat banyaknya jumlah item aset serta standart persyaratan perawatan yang berbeda di hampir setiap aset yang ada dan berdampak langsung pada proses pelayanan operasi. Seperti halnya (1) inventarisasi peralatan yang kurang baik karena sulit melacak keberadaan aset (alat), (2)lambatnya pemberian informasi status kondisi aset (availability) ketika dibutuhkan, (3) tidak tercatatnya history perawatan aset medik maupun non medik pada Departemen Bedah secara lengkap,(4)serta tidak adanya catatan atau dokumentasi hasil pemeliharaan yang dilakukan (report).

Keberadaan suatu sistem yang mampu mempermudah perawatan aset baik medik maupun non medik yaitu Computeriped Maintenance Management System

(CMMS), dibutuhkan untuk dapat mengatasi permasalahan perawatan aset

(maintenance) pada Central Sterile Supply Department (CSSD) dan Ruang Bedah

pada Departemen Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik (RSPG), sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Computeriped Maintenance Management System

(CMMS) merupakan salah satu bagian dari manajemen aset yang memiliki fungsi yaitu mempermudah melakukan perawatan peralatan aset Rumah Sakit, terutama untuk peralatan rumah sakit yang penting dan berkaitan dengan keselamatan pasien, sehingga dapat menjamin ketersediaan aset (availability) ketika aset dibutuhkan (Daryl, 2003).

Berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis menawarkan solusi penyelesaian dengan membuat sebuah aplikasi berbasis Computeriped

Maintenance Management System (CMMS) pada Central Sterile Supply

Department (CSSD) dan Ruang Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik, yang


(9)

medik maupun non medik sehingga dapat menjamin ketersediaan aset (availability)

ketika aset dibutuhkan pada Rumah Sakit Petrokimia Gresik (RSPG).

1.2 PerumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:B

Bagaimana membangun Aplikasi Computeriped Maintenance Management System

(CMMS) Ruang Bedah (Studi Kasus : RS. Petrokimia Gresik).B

1.3 PembatasanBMasalahB

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Sistem yang dibahas menampilkan informasi berdasarkan data aset (medik dan

non medik) pada Central Sterile Supply Department (CSSD) dan ruang Bedah di Departemen Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik (RSPG).

2 Data aset yang dipergunakan hanya pada unit CSSD dan Ruang Bedah.

3 Jenis data aset yang digunakan adalah aset yang perlu dilakukan perawatan, bukan sebagai aset bahan pelancar atau berdasarkan frekuensi pemakaian. 4 Sistem hanya membahas pada bagian area manajemen perawatan

(maintenance) pada Departemen Bedah.

5 Sistem tidak membahas masalah pembelian (purchasing).


(10)

5

1.4BTujuanB

Dengan mengacu pada perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu:B

Menghasilkan sebuah Aplikasi Computeriped Maintenance Management System

(CMMS) Pada Central Sterile Supply Department (CSSD) Dan Ruang Bedah (Studi Kasus : Departemen Bedah di RS. Petrokimia Gresik).B

1.5BSistematikaBPenulisanB

Laporan Laporan Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BabBIB :BPendahuluanB

Bab ini berisi tentang latar belakang diambilnya topik Tugas Akhir, rumusan masalah dari topik Tugas Akhir, batasan masalah atau ruang lingkup pekerjaan dan tujuan dari Tugas Akhir ini.

BabBIIB:BLandasanBTeoriB

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai Rumah Sakit, Aset, Manajemen Perawatan, Central Sterille Supply Department (CSSD) serta Computeriped Maintenance Management System (CMMS) yang digunakan didalam pembahasan TA ini.

BabBIII:BMetodeBPenelitianB

Bab ini berisi penjelasan tentang tahap-tahap yang dikerjakan dalam penyelesaian Tugas Akhir yang terdiri dari studi literatur, akuisisi kebutuhan, wawancara , investigasi hard data, analisis kebutuhan, desain sistem (alur sistem), desain antarmuka (user interface), desain database


(11)

(pemodelan Domain Model, Use Case, Robustness Diagram, Sequential

Diagram, Class Diagram dan Entity Relationship Diagram)

BabBIV:BTestingB,BImplementasiBdanBEvaluasiB

Bab ini yang berisi penjelasan tentang implementasi sistem dan testing

serta hasil analisis dari testing yang telah dilakukan. BabBVB:BKesimpulanB

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil testing dan analisis yang dilakukan pada BAB IV.


(12)

7

BABBIIB

LANDASANBTEORIB

2.1RumahBSakitB

Rumah sakit merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah yang berlaku (Kottler, 1983).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa : “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah : “Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”. Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga


(13)

perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Rumah sakit sendiri mempunyai fungsi sebagai (1) penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, (2) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, (3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan (4) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU No. 44 Tentang Rumah Sakit, 2009).

Sehubungan dengan fungsi rumah sakit tersebut maka rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari beban tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang bermutu bagi pasien. Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).


(14)

9

2.2AsetB

2.2.1BDefinisiBAsetB

Aset adalah barang (thingh atau sesuatu barang (anythingh yang mempunyai nilai ekonomi (economic valueh, nilai komersial (commercial valueh atau nilai tukar (exchange valueh yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa aset adalah sesuatu yang memiliki nilai ekonomi, nilai fungsi, nilai pemilikan, nilai ciri khas, dan nilai prestise yang dimiliki baik oleh perorangan/individu maupun kelompok/organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siregar, 2004).

2.2.2BKategoriBAsetB

Kategori aset menurut (Budi Susilo, 2005) yaitu :

1. Aset operasional adalah yang dipergunakan dalam operasional perusahaan atau pemerintah yang dipakai secara berkelanjutan dan atau dipakai pada masa mendatang; dimiliki dan dikuasai/diduduki untuk digunakan/dipakai operasional perusahaan/pemerintah; bukan asset khusus, jika aset khusus yang berupa prasarana dan aset peninggalan sejarah yang dikontrol oleh pemerintah, tetapi secara fisik tidak harus dihuni untuk tujuan operasional, diklasifikasikan sebagai aset operasional;

2. Aset non operasional adalah aset yang tidak merupakan bagian integral dari operasional perusahaan/pemerintahan dan diklasifikasikan sebagai aset berlebih. Aset berlebih merupakan aset non integral yang tidak dipakai untuk penggunaan secara berkelanjutan atau mempunyai potensi untuk digunakan di masa akan datang, dan karena itu bersifat surplus terhadap persyaratan operasional;


(15)

3. Aset infrastruktur adalah aset yang melayani kepentingan publik yang tidak terkait, biaya pengeluaran dari aset ditentukan kontinuitas penggunaan aset bersangkutan, seperti jalan raya, jembatan dan sebagainya;

4. Community asset, sebenarnya adalah aset milik pemerintah dimana penggunaan aset tersebut secara terus menerus, umur ekonomis atau umur gunanya tidak ditetapkan dan terkait pengalihan yang terbatas (tidak dapat dialihkan). Contoh aset ini adalah musium, kuburan, rumah ibadah dan sebagainya.

2.2.3BPermasalahanBAsetB

Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi suatu organisasi baik organisasi pemerintahan maupun swasta dalam pengelolaan aset terutama dalam pengelolaan aset fisik sebagai berikut (Priyatiningsih, 2011):

1. Aset berjumlah banyak dan tersebar secara geografis. 2. Aset memiliki penanganan (treatment) yang spesifik

3. Aset memiliki “nilai” tertentu dikaitkan dengan posisi geografis 4. Aset memiliki masalah-masalah legal yang berbeda-beda

5. Pemanfaatan aset belum optimal, sehingga “kinerja” aset masih rendah 6. Proses pencatatan aset tidak sistematis dan terintegrasi.

7. Manajemen data masih manual.

8. Perencanaan pemanfaatan aset di masa yang akan datang belum optimal. Permasalahan-permasalahan aset yang dijelaskan diatas menjadi sebuah tantangan bagi instansi atau organisasi bagaimana dengan permasalahan yang ada suatu organisasi dapat menciptakan sebuah sistem atau konsep dengan manajemen yang baik untuk dapat menghadapi hambatan atau permasalahan dalam pengelolaan aset.


(16)

11

Perlakuan aset di rumah sakit selain untuk keperluan penyusunan laporan keuangan, juga diperlukan dalam manajemen aset yang ditujukan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan pelayanan serta pendapatan, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi rumah sakit kepada masyarakat.

2.2BManajemenBPerawatanB

Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dan/atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima (Corder, 1992). Perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas peralatan aset dan mengadakan perbaikan atau penggantian yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan (Assauri, 1999).B

B Berdasarkan pada teori diatas maka perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas, aset, mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan proses pelayanan yang memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan. Manajemen perawatan adalah pengorganisasian operasi perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan fasilitas industri atau non industri. Pengorganisasian ini mencakup penerapan metode manajemen dan metode yang menunjang keberhasilan manajemen ini adalah dengan mengembangkan dan menggunakan suatu penguraian sederhana yang dapat diperluas melalui gagasan dan tindakan.

Pada umumnya sebuah aset atau barang yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal


(17)

dengan pemeliharaan. (Corder, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

2.2.1BTujuanBPerawatanB(Maintenance)

Tujuan pemeliharaan secara umum dapat didefenisikan sebagai berikut (Assauri,1999) :

1. Untuk memperpanjang kegunaan asset.

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. Tujuan utama dari pemeliharaan secara umum untuk memelihara dan menjaga fasilitas atau peralatan serta mengadakan perbaikan, penggantian sparepart yang diperkirakan, agar aset atau mesin dan peralatan berada dalam kondisi yang siap pakai sehingga kontinuitas proses produksi dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan perusahaan atau instansi terkait.

Syarat-syarat yang diperlukan agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan secara efisien, menurut (Assauri, 1999) adalah sebagai berikut :

1. Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki instansi atau perusahaan.

2. Harus ada planning dan scheduling.

3. Harus ada surat perintah (work ordersh yang tertulis. 4. Harus ada persediaan alat-alat / sparepart (stores controlh.


(18)

13

5. Harus ada catatan (recordsh.

6. Harus ada laporan, pengawasan dan anilisis (reports, control and analysish.

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dari peralatan di suatu instansi atau perusahaan tergantung dari kebijakan itu sendiri, yang terkadang berbeda dengan kebijakan instansi atau perusahaan lainnya. Kebijakan bagian pemeliharaan biasanya ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan. Walaupun kebijakan telah ditentukan, tetapi di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut manajer bagian pemeliharaan harus memperhatikan enam persyaratan di atas agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan secara efisien.

2.2.2BFungsiBPerawatanB(Maintenance)

Fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari aset atau peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi (Corder, 1992).

Keuntungan- keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap aset, adalah sebagai berikut :

1. Aset dan atau peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang.

2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancer.

3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan.


(19)

4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula.

5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan.

6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.

2.2.3BKategoriBPerawatanB(Maintenance)

Konsep perawatan dibagi menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan pencegahan (preventive maintenanceh dan pemeliharaan korektif (corrective maintenanceh.

1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenanceh

Preventive Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana seperangkat tugas pemeliharaan seperti inspeksi dan perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan, penyesuaian dan penyamaan dilakukan (Bagadia, 2006). Sedangkan menurut (Mather, 2003) mengemukakan bahwa Preventive Maintenance adalah pemeliharaan pencegahan yang merupakan kegiatan pemeriksaan rutin dan pelayanan yang dirancang bangun untuk melihat secara dini kondisi kegagalan potensial dan melakukan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan yang dapat menghindari persoalan besar operasi.

Jadi preventive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan, dengan demikian semua fasilitas produksi


(20)

15

yang mendapat preventive maintenance akan terjamin kontinuitas produksinya dan selalu diusahakan dalam kondisi yang siap dipergunakan untuk setiap proses produksi setiap saat.

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakan Preventive Maintenance menurut (Bagadia, 2006) adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi frekuensi kerusakan dan lamanya waktu kerusakan mesin. 2. Memperpanjang umur peralatan yang dimiliki perusahaan

3. Menjadikan lingkungan kerja yang aman.

4. meningkatkan kualitas produksinya yang dihasilkan. 2. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenanceh

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenanceh adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, 1992). Menurut (Mather, 2003) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya.

Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance bersifat perbaikan pasif yaitu menunggu sampai kerusakan terjadi terlebih dahulu, kemudian baru diperbaiki agar fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga operasi dalam proses produksi dapat berjalan lancar dan kembali normal.


(21)

Perbaikan yang dilakukan disebabkan karena adanya kerusakan yang terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance, ataupun melakukan preventive maintenance tetapi sampai pada waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak atau tidak dapat dipergunakan. Sehingga dalam corrective maintenance sifatnya hanya menunggu sampai fasilitas atau peralatan mengalami kerusakan terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan perawatan (perbaikan) agar dapat dipergunakan (beroperasi) kembali.

2.3BCentral Sterille Supply DepartmentB(CSSD)B

Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu unit yang ada pada Departemen Bedah yang memiliki fungsi menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan (Depkes, 2009). Unit CSSD atau pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi mengingat banyaknya jumlah alat atau instrument dalam operasi serta fungsi dan standart penggunaan yang berbeda. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, CSSD atau pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit tersebut maka dapat menggangu proses dan hasil sterilisasi.

2.3.1BTujuanBPusatBSterilisasiBB

1. Membantu Departemen Bedah atau unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi.

2. Menurunkan angka kejadia infoeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.


(22)

17

3. Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien.

4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

2.3.2BTugasBInstalasiBPusatBSterilisasiB

1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien. 2. Melakukan proses sterilisasi alat dan bahan.

3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi maupun ruangan lainnya.

4. Berpatisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.

5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan perawatan pasien.

6. Mempertahakan standar yang telah ditetapkan.

7. Mendokumentasikan setiap aktifitas pembersihan, disifeksi maupun sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

8. Melakukan penelitian terhadap sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian nosokomial. 9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

10. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern.


(23)

Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standart/pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kepala instalasi pusat sterilisasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medis.

2.3.3BAktifitasBFungsionalBPusatBSterilisasiBB

Alur aktifitas fungsional dari Pusat Sterilisasi (CSSD) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pembilasan : pembilasan alat – alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang perawatan (ruang bedah).

2. Pembersihan : semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

3. Pengeringan : proses pengeringan dilakukan sampai kering.

4. Inspeksi dan pengemasan : setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannnya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.

5. Pemberian label : setiap kemasan harus mempunyai lalbel yang menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

6. Sterilisasi : sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf yang terlatih. 7. Penyimpanan : harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi


(24)

19

8. Distribusi : dapat dilakukan berbagi sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit masing – masing.

Untuk melaksanakan aktifitas tersebut diatas dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan Pusat Sterilisasi maka diperlukan kontrol dan pemeliharaan yang teratur terhadap mesin atau alat sterilisasi. Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standart/pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kepala instalasi pusat sterilisasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medis.

2.4BComputerized Maintenance Management System (CMMS)B

2.4.1BDefinisiBCMMSB

Computerized Maintenance Management Systems (CMMSh merupakan salah satu bagian kecil dari model empiris Operational Reliability Maturity Continuum pada Strategic Assets Management (SAMh. CMMS sering digunakan untuk mengelola dan mengendalikan perawatan peralatan di industry manufaktur dan jasa yang modern sebagai pengelolaan aset.

Salah satu pendekatan terintegrasi yang dilakukan dalam membangun Total Productive Maintenance (TPM) dalam bentuk Computerized Maintenance Management System (CMMSh. CMMS harus dipertimbangkan oleh seluruh perusahaan baik dari perusahaan yang kecil sampai perusahaan besar. Penerapan CMMS yang baik akan dapat menghasilkan efisiensi dalam berbagai hal termasuk efisiensi dalam hal manajemen yang sangat tidak mungkin dapat dicapai tanpa menggunakan CMMS.


(25)

Computerized Maintenance Management System (CMMS) adalah sebuah program komputer yang dirancang untuk membantu dalam perencanaan, manajemen, dan fungsi administratif yang dibutuhkan dalam pemeliharaan yang efektif. Hal-hal yang termasuk ke dalam fungsi tersebut adalah membangun, merencanakan, dan melaporkan work orders; perkembangan dari catatan - catatan mengenai pemeliharaan yang mudah untuk dicari; dan dapat mencatat transaksi pembelian komponen (Bagadia, 2006).

CMMS bukan sekedar digunakan sebagai alat pengontrol sistem pemeliharaan, namun sekarang ini CMMS dapat digunakan meningkatkan kondisi peralatan dan juga outputnya. CMMS menawarkan fungsi-fungsi dari pemeliharaan yang tidak hanya terbatas pada hal manufaktur saja. CMMS juga dapat diaplikasikan untuk fasilitas, utilitas, dan berbagai tipe organisasi lainnya di mana peralatan digunakan sebagai subjek, dan perbaikan yang harus dilakukan terhadap peralatan- peralatan yang mengalami kerusakan.

CMMS dapat digunakan untuk menangani berbagai macam proses dari sistem pemeliharaan, membantu perusahaan dalam membuat sistem pemeliharaan menjadi lebih efisien, dan menganalisa peralatan yang lebih jauh digunakan untuk optimasi performansi peralatan tersebut (Mather, 2003). Sebuah CMMS dasar terdiri dari: equipment data management, preventive maintenance, labor, work order system, scheduling rplanning, vendor, inventory control, purchasing, dan budgeting.

Modul-modul ini data berdiri sendiri ataupun bergabung antara modul yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, CMMS yang menggabungkan equipment data dan work orders modul dapat dengan otomatis memasukkan informasi dari


(26)

21

peralatan ke dalam work orders yang dapat dilakukan hanya dengan menginput identitas dari peralatan tersebut. Hasilnya akan lebih cepat dan lebih akurat.

Kebutuhan dan penggunaan CMMS tidak hanya dapat digunakan pada satu jenis perusahaan saja. Setiap perusahaan yang membutuhkan pemeliharaan bagi peralatan yang mereka miliki merupakan kandidat yang berpotensi utnuk menggunakan CMMS. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan CMMS merupakan perusahaan yang dirancang untuk mendukung persyaratan dari ISO 9000, peraturan lainnya, dan merupakan sebuah bagian kunci dari Total Productive Maintenance (TPM).

Saat ini CMMS telah banyak digunakan untuk merawat peralatan Rumah Sakit, terutama untuk peralatan Rumah Sakit yang penting (bersifat krusial) dan berkaitan dengan keselamatan pasien. CMMS menjadi dasar penerapan ISO 9000:2000 karena pada dasarnya sistem CMMS didisain untuk mendukung kebutuhan pengendalian dokumen di IS0 9000:2000 serta merupakan suatu bagian kunci dari filosofi Total Productive Maintenance (TPMh.

2.4.2BKeuntunganBMenerapkanBCMMSB

Keuntungan-keuntungan ditawarkan dengan penerapan CMMS, adalah sebagai berikut:B

1. Meningkatkan ketersediaan plant, dengan adanya pengurangan waktu tunggu akibat mode kegagalan peralatan produksi.

2. Memperkecil biaya operasional, dengan mengurangi waktu lembur, persediaan cadangan.


(27)

4. Mengurangi kebutuhan persediaan spare part, dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berkaitan dengan peralatan.

5. Meningkatkan kendali melalui jadwal dan dokumentasi perawatan preventif. 6. Mempermudah akses data dan membuat statistik perawatan dengan

menggunakan penghasil laporan (report generator).

7. Dan salah satu keuntungan utama dari penerapan CMMS adalah untuk membantu dan mendukung pengguna untuk fokus pada praktik perawatan yang baik, dimana prosedur-prosedur akan diformalkan dan diorganisasikan untuk mencukupi kebutuhan sistem baru.

2.4.3BBeberapaBModulBCMMSB

Pada umumnya CMMS terbagi atas 4 modul yaitu :B

a) Perencanaan Work Order dan penjadwalan perawatan.

b) Kontrol inventaris dan pemeliharaan.

c) Modul untuk pembaharuan Up-Date data pemeliharaan preventif


(28)

23 BABBIIIB

METODEBPENELITIANB 3.1BMetodeBPenelitianB

Pada bagian ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk membahas penyelesaian permasalahan-permasalahan dalam tugas akhir. Tahapan proses yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Metode penelitian pada aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) pada Central Sterile Supply Department (CSSD)


(29)

3.2BStudiBLiteraturB

Proses studi literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari konsep, teori serta materi dari buku dan literatur yang mengarah pada pemecahan masalah.

a. Rumah Sakit

Sebagai referensi untuk mempelajari alur proses bisnis pada rumah sakit (Kottler, 1983).

b. Aset

Sebagai referensi untuk mempelajari teori dan konsep mengenai aset dimulai dari definisi aset (SAP, 2005) dan (Siregar, 2004), kategori aset (Budi Susilo, 2005), karakteristik aset (Sutrisno, 2010) serta permasalahan aset (Priyatiningsih, 2011).

c. Manajemen Perawatan

Sebagai referensi untuk mempelajari mengenai teori dan konsep dari manajemen perawatan aset (Corder, 1992) dan (Assauri, 1999).

d. Central Setrile Supply Department (CSSD)

Sebagai referensi untuk mempelajari alur proses bisnis pada unit Central Sterile Supply Department (CSSD) di rumah sakit (Depkes, 2009).

e. Computerized Maintenance Management System (CMMS)

Sebagai referensi untuk mempelajari mengenai sistem dari perawatan aset berbasis aplikasi (Bagadia, 2006).


(30)

25 3.3BAkuisisiBkebutuhanB

Proses akuisisi kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan kontak secara langsung dengan objek dan mengumpulkan data secara real time, seperti wawancara, survei atau investigasi hard data. Berikut urutan dari proses akuisisi kebutuhan :

3.3.1BWawancaraB B

Terdapat 2 informan kunci yang diwawancarai dan dianggap oleh peneliti layak untuk dapat mewakili kebutuhan terutama yang berkaitan dengan aset bedah dan perawatan aset bedah, yaitu salah satu karyawan dari CSSD (Central Sterile Supply Department) dan salah satu karyawan dari ruang bedah di RS. Petrokimia Gresik.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan manajer Departemen Bedah dan salah satu karyawan CSSD (Central Sterile Supply Department),Bdidapatkan informasi bahwa :

a. Departemen Bedah memiliki 3 proses utama : (1) proses sterilisasi yang dilakukan pada unit Central Sterile Supply Department (CSSD). (2) proses perawatan aset (maintenance) dan (3) proses manajemen operasi (bedah). b. Central Sterile Supply Department (CSSD) memiliki fungsi sebagai unit pusat

sterilisasi peralatan bedah atau peralatan lain yang dibutuhkan dalam merawat atau melakukan tindakan kepada pasien.

c. Proses perawatan aset (maintenance) merupakan proses yang sangat vital diantara kedua proses utama lainnya.

d. Terdapat empat masalah pada proses perawatan aset (maintenance), yaitu (1) inventarisasi peralatan yang kurang baik karena sulit melacak keberadaan aset


(31)

(alat), (2) lambatnya pemberian informasi status kondisi aset (availability)

ketika dibutuhkan, (3) tidak tercatatnya history perawatan aset medik maupun non medik pada Departemen Bedah secara lengkap, (4) serta tidak adanya catatan atau dokumentasi hasil pemeliharaan yang dilakukan (report).

e. Departemen Bedah pada Central Sterile Supply Department (CSSD) dan ruang bedah membutuhkan aplikasi pengelolaan perawatan aset.

3.3.2B InvestigasiBHardBdataB

Proses ini dilakukan dengan cara melakukan penyesuaian kebutuhan data setelah melakukan wawancara. Penyesuaian ini dilakukan dengan cara melakukan permintaan dokumen, foto atau pun file yang terkait dengan hasil wawancara sebelumnya sebagai penambahan referensi wawancara terkait kebutuhan dokumen penelitian (Kendall, 2011). Berikut investigasi hard data yang penulis dapatkan :

a. Data aset pada Ruang CSSD dan Ruang Bedah (lampiranB1)

b. Data Standart Operasional Prosedur (SOP) perawatan per aset (lampiranB2) c. Data informasi cara penggunaan aset (user manual) (lampiranB3)


(32)

27 3.4B AnalisisBKebutuhanB

Pada proses analisis kebutuhan dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil proses akuisisi kebutuhan untuk memastikan data yang dikumpulkan sudah mencakup kebutuhan secara keseluruhan atau terjadi pengurangan kebutuhan sesuai dengan hasil akuisisi kebutuhan yang telah dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan kebutuhan aplikasi Computerized Maintenance Management System

(CMMS) pada Central Sterile Supply Department (CSSD) dan Ruang Bedah studi kasus di RS. Petrokima Gresik secara keseluruhan berdasarkan akuisisi.

RS. Petrokima Gresik selaku studi kasus Tugas Akhir ini adalah salah satu usaha dari PT. Petro Graha Medika (PGM) yang merupakan rumah sakit dari perusahaan PT. Petro Kimia Gresik dimana RS. Petrokimia Gresik (RSPG) merupakan anak perusahaan dari perusahaan utama PT. Petro Kimia Gresik. Kegiatan yang dilakukan sama halnya seperti rumah sakit lainnya, namun pada rumah sakit ini terdapat fasilitas kerjasama antar instansi, dimana perusahaan dapat memberikan fasilitas jaminan kesehatan pada karyawan mereka ke pihak RS. Petrokimia Gresik.

Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi rumah sakit pada landasan teori sub bab 2.1, diketahui bahwa rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari beban tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang bermutu bagi pasien. Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai


(33)

dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Pelayanan pada RS. Petrokimia Gresik merupakan bagian terpenting dari salah satu proses bisnis yang ada pada rumah sakit. Semakin baik pelayanan yang diberikan, maka semakin banyak pasien yang percaya untuk berobat ke rumah sakit tersebut. Hal tersebut juga didorong dengan semakin kuatnya persaingan bisnis global, sehingga pihak RS. Petrokimia Gresik tetap berkomitmen dalam memberikan pelayanan jasa yang terbaik bagi masyarakat.

Departemen bedah merupakan salah satu departemen yang bersifat krusial pada rumah sakit, karena berhubungan langsung dengan keselamatan pasien. Salah satu kegiatan pelayanan kesehatan pada departemen bedah yaitu proses operasi. Pada Departemen Bedah terdapat tiga proses utama yang dilakukan yaitu (1) proses sterilisasi yang dilakukan oleh unit Central Setrile Supply Department (CSSD), (2) proses perawatan aset (maintenance) dan (3) proses manajemen operasi (bedah). Proses perawatan aset (maintenance) merupakan proses yang vital karena berpengaruh terhadap jalannya kedua proses utama lainnya.

Sebagai penunjang pelayanan proses operasi yang baik, departemen bedah harus memperhatikan proses perawatan aset medik maupun non medik, karena sangat mempengaruhi proses manajemen pelayanan operasi. Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya mengenai permasalahan aset pada landasan teori sub bab 2.2.3, bahwa hampir semua aset memiliki persyaratan dan standart indikator perawatan tersendiri di hampir setiap aset. Sebagai contoh perawatan pada mesin anestesi dan pasien monitor yang memiliki cara perawatan yang berbeda dalam perawatan rutinnya (preventive maintenance).


(34)

29 Dalam melakukan proses perawatan aset, pihak Departemen Bedah juga melakukan proses sterilisasi aset pada unit CSSD. Berdasarkan penjelasan landasan teori pada sub bab 2.4 Central Sterile Supply Department (CSSD) mengenai tujuan pusat sterilisasi, agar pelaksanakan tugas sterilisasi dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan pusat sterilisasi maka diperlukan kontrol dan pemeliharaan yang teratur terhadap mesin atau alat sterilisasi agar proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik.

Dari hasil akuisisi kebutuhan yang telah dijabarkan pada sub bab 3.3 dengan melakukan wawancara didapatkan permasalahan pada proses perawatan

(maintenance), yaitu : (1) inventarisasi peralatan yang kurang baik menyebabkan sulitnya melacak keberadaan aset (alat), (2) lambatnya pemberian informasi status kondisi aset (availability) ketika dibutuhkan, (3) tidak tercatatnya history perawatan aset medik maupun non medik pada Departemen Bedah secara lengkap, serta (4) tidak adanya catatan atau dokumentasi hasil pemeliharaan yang dilakukan (report). Dari penjelasan permasalahan tersebut jelas memiliki resiko besar pada pelayanan manajemen operasi. Agar permasalahan di atas dapat diselesaikan, maka dibutuhkan aplikasi CMMS di Departemen Bedah RS. Petrokimia Gresik untuk mengelola perawatan (maintenance) aset yang pada CSSD dan ruang bedah.

Penggunaan aplikasi CMMS merupakan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada pada Departemen Bedah terutama di ruang CSSD dan ruang bedah. Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) merupakan aplikasi yang memiliki fungsi memanajemen aset berbasis komputer dengan tujuan mengurangi terjadinya kerusakan pada aset agar tidak menggangu proses pelayanan operasi, terutama pada ketersediaan (availability) aset ketika


(35)

dibutuhkan dan memperpanjang umur asset, dengan perawatan lebih efektif. Sesuai dengan penjelasan pada landasan teori sebelumnya pada sub bab 2.3 manajemen perawatan, aplikasi CMMS juga dapat menjadwalkan secara otomatis berdasarkan jadwal perawatan berkala (preventive maintenance) dan dapat melaporkan (mencatat) perawatan yang bersifat mendadak atau korektif (corrective maintenance).

Mengacu pada penjelasan mengenai modul CMMS pada sub bab 2.5.3 dijelaskan bahwa pada umumnya sistem CMMS terbagi atas 4 modul yaitu : (1) Perencanaan Work Order dan penjadwalan perawatan, (2) Kontrol inventaris aset dan pemeliharaan, (3) Modul untuk pembaharuan update data pemeliharaan preventif dan (4) Laporan pemeliharaan (Report). Modul tersebut menjadi acuan dasar dalam pembuatan aplikasi CMMS di RS. Petrokimia Gresik menyesuaikan berdasarkan kebutuhan serta permasalahan yang diambil dari hasil akusisi kebutuhan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Pada aplikasi CMMS di RS. Petrokimia Gresik terdapat beberapa fitur Pada aplikasi CMMS di RS. Petrokimia Gresik terdapat beberapa fitur utama dan di setiap fitur memiliki fungsional yang berbeda-beda, fitur tersebut antara lain : 1. Login

Login berfungsi untuk autentikasi sebelum masuk kedalam halaman menu utama aplikasi. pada aplikasi CMMS terdapat dua pengguna yaitu (1) admin, yang memiliki hak akses penuh terhadap aplikasi dan (2) teknisi untuk melaporkan kegiatan perawatan baik sebelum dilakukan perawatan, saat perawatan, atau selesai perawatan. Data login diambil dari tabel InternalEmployee untuk dilakukan pengecekan apakah login yang digunakan sesuai atau tidak, jika tidak maka sistem akan memberikan informasi bahwa login tidak valid.


(36)

31 2. Dasboard

Dasboard berfungsi untuk memberikan informasi mengenai perawatan aset dalam bentuk grafik. Terdapat 3 informasi dasboard utama pada halam awal aplikasi yaitu : grafik total perawatan aset (yang sudah selesai dilakukan perawatan) (bisa per bulan, per tahun), grafik informasi total perawatan aset pada work order berdasarkan status perawatan dan grafik informasi keterlambatan pengerjaan perawatan ketika sudah selesai perawatan.

3. Job Request

Job Request berfungsi untuk memasukkan (mencatat) perawatan aset yang bersifat tiba-tiba (corrective maintenance). Proses penambahan data Job Request baru mengambil beberapa data lain sebagai pelengkap informasi seperti aset yang diambil dari tabel aset dan job priority yang diambil dari tabel

job priority yang kemudian data job request akan tersimpan di tabel Job Request. Pada fitur ini menyediakan generate data dari job request ke work order sehingga data job request dapat langsung masuk ke dalam menu work order untuk dilakukan perawatan.

4. Work Order

Work Order berfungsi mencatat aset apa saja yang akan dilakukan perawatan baik data dari Job Request maupun data dari perawatan berkala aset (Preventive Maintenance). Pengguna aplikasi (admin) juga dapat menambahkan data Work Order baru tanpa menginputkan pada Job Request. Saat penambahan data

Work Order baru, sistem juga mengambil beberapa data lain dari tabel lain sebagai pendukung perawatan aset tersebut seperti data Work Template, data


(37)

Order List menampilkan keseluruhan aset yang akan dilakukan perawatan baik dari generate Job Request maupun dari jadwal perawatan berkala aset

(Preventive Maintennace).

5. Report

Report berfungsi untuk menampilkan data laporan perawatan. Aplikasi CMMS menyediakan 2 jenis laporan, yaitu : (1) laporan hasil perawatan aset berdasarkan filter tanggal dan tahun, dan (2) laporan informasi status kondisi aset (availability) berdasarkan status pekerjaan aset pada Work Order. Fitur

Report juga dapat menyimpan Report dalam bentuk pdf.

3.5B DesainB

Pada proses desain dilakukan representasi dari hasil analisis kebutuhan ke dalam bentuk desain. Terdapat beberapa desain yang terkait dengan penelitian Tugas Akhir, yaitu :

3.5.1BB DesainBsistemB(alurBsistem)B

Terdapat alur pemodelan mekanisme alur sistem aplikasi CMMS

(Computerized Maintenance Management System) pada gambar 3.2:

Alur mekanisme sistem CMMS (Computerized Maintenance Management System) dimulai dari proses menginputkan modul data master. Modul data master tersebut meliputi :

a. Master Location

Pada master Location berisi data lokasi pada ruang CSSD dan ruang Bedah rumah sakit Petrokimia Gresik.

b. Master Assets


(38)

33 c. Master Document

Pada master Document terbagi menjadi 2 yaitu : DocumentAsset berisi mengenai dokumen cara penggunaan aset (user manual) dan DocumentWorkTemplate

berisi mengenai instruksi cara perbaikan atau perawatan (SOP).

d. Master Sparepart dan Raw Material Maintenance

Pada master Sparepart dan Raw Material Maintenance berisi data sparepart per aset dan bahan kebutuhan untuk proses perawatan.

e. Master Vendor

Pada master Vendor berisi data mengenai vendor alat atau aset yang digunakan pada rumah sakit Petrokimia Gresik.

f. Master Technical

Pada master Technical berisi data teknisi per vendor yang digunakan di rumah sakit Petrokimia Gresik.

g. Master Job Priority

Pada master Job Priority berisi status jenis prioritas pekerjaan perawatan aset. h. Master Job Type

Pada master Job Type berisi tipe pekerjaan saat perawatan aset. i. Master Job Status

Pada master Job Status berisi status pekerjaan saat perawatan aset. j. Master Internal Employee

Pada master Internal Employee berisi data karyawan pada ruang CSSD dan ruang bedah.

k. Master Skill


(39)

l. Master Work Template

Pada master Work Template berisi daftar pekerjaan perawatan yang bersifat berkala (preventive maintenance).

m. Apabila terdapat aset yang tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya atau rusak secara tiba-tiba (corrective maintenance) maka informasi tersebut dapat dilaporkan (dicatat) ke dalam modul Job request, dan akan dilanjutkan ke modul Work Order untuk dilakukan proses perawatan.

n. Modul Work Order (Work Order Management) merupakan proses utama aplikasi CMMS, modul ini digunakan untuk memasukkan proses utama perawatan aset dari modul Job Request dan perawatan berkala (Preventive Maintenance). Pada modul Work Order memiliki sub fitur Work Template yang berisi daftar pekerjaan perawatan yang bersifat berkala (rutin). Fitur tersebut dapat digunakan apabila pada modul Work Order terdapat proses perawatan aset yang bersifat rutin atau berkala. Sehingga ketika terdapat pekerjaan perawatan aset secara berkala, maka informasi cara perawatan pekerjaan aset tersebut dapat diambil dari fitur Work Template.

o. Aplikasi CMMS juga dapat menampilkan dan memberikan laporan hasil perawatan aset dan laporan informasi status kondisi aset (availability)

berdasarkan bulan atau pun tahun dari modul Report. Pada halaman utama aplikasi juga akan diberikan beberapa informasi perawatan dalam bentuk

dasboard agar pengguna aplikasi atau pun tingkat manajemen dapat langsung mengetahui informasi perawatan aset tersebut.


(40)

35 Gambar 3.2 Mekanisme Pemodelan Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS)


(41)

3.5.2B DesainBdatabaseB

A.BBPerancanganBDomainBModelB

B Gambar 3.3 Domain Model Aplikasi Computerized Maintenance Management

System (CMMS)B

Gambar 3.3 menjelaskan bahwa domain model aplikasi CMMS diawali dari user (admin) yang memiliki account untuk melakukan login. Login berfungsi untuk autentikasi sebelum masuk kedalam halaman menu utama aplikasi. Aplikasi CMMS memiliki 4 modul utama yaitu :

class Domain Model

Aplikasi CMMS Login User Account

Database CMMS

Job Request Work Order

Asset

Sparepart Generate Work

Order

Document Asset Dasboard

Report

Work Template Document Work Instruction


(42)

37 1. Dasboard

Fitur dasboard digunakan untuk menampilkan informasi status work order, status pekerjaan aset pada work order dan informasi keterlambatan pekerjaan perawatan ketika sudah selesai perawatan dalam bentuk grafik.

2. Job Request

Fitur Job Request digunakan untuk memasukkan perawatan aset yang bersifat tiba-tiba atau mendadak (corrective maintenance). Corrective maintenance

merupakan kegiatan perawatan aset yang dilakukan saat alat/aset tersebut rusak atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada fitur Job Request juga menyediakan fitur create Work Order sehingga data pada Job Request dapat langsung masuk ke dalam list Work Order untuk dilakukan proses perawatan. 3. Work Order

Fitur Work Order merupakan proses utama aplikasi CMMS, modul ini digunakan untuk memasukkan proses utama perawatan aset. Pada modul Work Order memiliki fitur Work Template yang berisi daftar pekerjaan perawatan yang bersifat berkala (rutin), di dalam fitur Work Order memiliki dokumen pendukung untuk penyelesaian pekerjaan perawatan yang dapat di upload ke dalam Work Template yang bernama Document Work Template dimana dokumen tersebut berisi informasi urutan atau tata cara perawatan. Fitur tersebut dapat digunakan apabila pada modul Work Order terdapat proses perawatan aset yang bersifat rutin atau berkala. Sehingga ketika terdapat pekerjaan perawatan aset secara berkala, maka informasi cara perawatan pekerjaan aset tersebut dapat diambil dari fitur Work Template.


(43)

4. Report

Fitur Report digunakan untuk menampilkan laporan. Terdapat 2 laporan yang dapat dihasilkan aplikasi, yaitu:

a. Laporan hasil perawatan aset

Laporan ini didapat dari modul Work Order. Laporan ini menampilkan hasil perawatan aset yang sudah selesai dilakukan perawatan berdasarkan filter tanggal maupun tahun.

b. Laporan informasi status kondisi aset (availability)

Laporan ini didapat dari modul Work Order. Laporan ini menampilkan status kondisi ketersediaan aset berdasarkan dari status pekerjaan perawatan asset pada Work Order.


(44)

39 B.BBPerancanganBUse Case DiagramB

Gambar 3.4 Use Case Aplikasi Computerized Maintenance Management System

(CMMS)

Gambar 3.4 menggambarkan Use Case Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS), diawali dari pengguna aplikasi (admin atau teknisi) melakukan login dengan menginputkan username dan password

kemudian menekan tombol Login untuk masuk ke dalam aplikasi. Setelah berhasil masuk ke dalam aplikasi, aplikasi akan menampilkan halaman utama dasboard.

uc Use Case Model

Admin Login Job Request Asset Sparepart Document Asset Work Order Dasboard Report Menampilkan Grafik Status Work Order

Menampilkan Grafik Jumlah Work Order

Laporan Informasi Perawatan Aset Status Complete Laporan Hasil Perawatan Aset Keseluruhan Status Menampilkan Report Create Work Order

Work Template Document Work Template

Laporan Informasi Perawatan Aset Status In Progress

Laporan Informasi Status Perawatan Aset Status Cancel

Laporan Informasi Perawatan Status Order Laporan Informasi Perawatan Aset Status Pending Teknisi «extend» «include» «include» «include» «extend» «extend» «extend» «extend» «include» «extend» «extend» «include» «include» «include» «include» «extend» «extend»


(45)

Apabila terdapat aset yang tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya atau rusak secara tiba-tiba (corrective maintenance) maka informasi tersebut dapat dilaporkan (dicatat) ke dalam modul Job Request, admin akan menginputkan informasi Job Request tersebut dengan cara memilih menu Job Request atau dapat juga dengan cara memilih tombol cepat yang ada pada halaman utama aplikasi. setelah admin menginputkan informasi Job Request baru, admin juga dapat membuat Work Order langsung dengan cara memilih action Create” pada Job Request List dan otomatis data Job Request tersebut akan generate menjadi Work Order untuk dilakukan proses perawatan (maintenance) selanjutnya.

Pembuatan Work Order baru akan otomatis menampilkan list aset yang akan dimasukkan ke dalam Work Order dan sparepart yang dibutuhkan oleh aset tersebut. Pada fitur Work Order juga dapat menambahkan daftar pekerjaan yang sering dilakukan beserta informasi tata cara pengerjaan perawatannya, admin tinggal memilih Work Template mana yang akan digunakan sesuai dengan perawatan yang akan dilakukan.

Aplikasi juga dapat menampilkan laporan hasil perawatan aset (log work order) berdasarkan per tanggal maupun tahun serta laporan informasi status kondisi aset (availability) berdasarkan status aset saat perawatan.


(46)

41 C.BBPerancanganBRobustnessBDiagramB

a.BRobustness Diagram LoginB

B Gambar 3.5 Gambar Robustness Diagram LoginB

Basic Path :

Pengguna aplikasi (admin atau teknisi) melakukan login dengan menginputkan username dan password kemudian menekan tombol login untuk masuk ke dalam aplikasi. Setelah admin menekan tombol login, maka sistem akan melakukan verifikasi username dan password yang diambil dari tabel

InternalEmployee. Hasil verifikasipada tabel InternalEmployee akan menampilkan halaman utama aplikasi (dasboard).

Alternate Path:

Saat sistem menemukan username dan password yang tidak sesuai dengan apa yang disimpan pada tabel InternalEmployee, maka sistem menampilkan pesan kesalahan pada halaman login.

sd Login

Admin/Teknisi Login Verifikasi Usernamedan Password

Tabel InternalEmployee Username dan

Password Salah

Halaman Utama Aplikasi

Ya Tidak


(47)

b.BRobustness Diagram DasboardB

B Gambar 3.6 Gambar Robustness Diagram DasboardB

Basic Path :

Setelah admin melakukan login aplikasi, maka aplikasi akan menampilkan halaman utama aplikasi dengan tampilan utama dasboard. Sistem akan melakukan

query data ke dalam tabel WorkOrder untuk menampilkan ke dalam bentuk

dasboard.

sd Dasboard

Admin

Dasboard Query Data Work Order

Tabel WorkOrder Menampilkan Data

Work Order Dalam Bentuk Grafik Dasboard Membuka Halaman Dasboard


(48)

43 c.BRobustness Diagram Job RequestB

B Gambar 3.7 Gambar Robustness Diagram Job RequestB

Basic Path :

Apabila admin ingin melihat data Job Request, maka admin memilih menu

Job Request. Tampilan pertama pada menu Job Request adalah Form Job Request List yang berisi kumpulan data Job Request secara menyeluruh. Dalam kondisi ini, sistem melakukan query data ke dalam tabel JobRequest kemudian menampilkannya ke dalam form Job Request List. Apabila admin ingin menambahkan data Job Request baru maka admin harus menekan tombol tanda tambah (+) yang kemudian aplikasi akan membuka form Job Request Add. Admin

sd Job Request

Admin Form Job Request List

Query Data Job Request

Tabel Job Request Create Job Request ke

Work Order

Menyimpan Work Order dari Job Request Tabel Work Order

Menampilkan Data Job Request

Form Add Job Request

Membuat Job Request

Baru Menyimpan Job

Request Baru Batal Membuat Job

Request Baru

Query Tabel Job Priority

Query Tabel Asset Tabel Job Priority

Tabel Asset

Gagal Menyimpan Job Request Menampilkan Notifikasi

Tidak Dapat Tersimpan Membuka Form Job Request List

Membuat Job Request Baru

Ya

Berhasil

Tidak


(49)

menginputkan kebutuhan data aset dan Job Priority ke dalam field yang telah disediakan pada form Job Request Add. Jika semua kebutuhan (field) sudah terisi sesuai dengan yang di butuhkan, maka admin harus menekan tombol save untuk menyimpan data Job Request baru tersebut. Admin juga dapat mem-create data dari

Job Request menjadi Work Order dengan cara menekan tombol Manage kemudian pilih Create Work Order. Sistem akan secara otomatis menampilkan data hasil

generate ke form Work Order untuk dilakukan proses Work Order. Alternate Path:

Apabila admin ingin membatalkan pembuatan Job Request baru dengan menekan tombol cancel pada form Job Request Add, sistem akan otomatis mengembalikan tampilan ke form Job Request List. Proses penyimpanan data Job Request baru dipengaruhi oleh isian field yang sudah disediakan pada form Job Request Add, apabila terjadi ketidaksesuaian (tidak terisi) maka sistem otomatis akan mengagalkan proses save data Job Request baru dan memberikan notifikasi bahwa terdapat field yang belum lengkap terisi, atau pengisian pada field yang telah disediakan tidak sesuai.


(50)

45 d.BRobustness Diagram Work OrderB

Gambar 3.8 Gambar Robustness DiagramWork Order Basic Path :

Apabila admin ingin memproses data Work Order, maka admin atau teknisi harus memilih menu Work Order kemudian sistem akan menampilkan form Work Order List. Dalam kondisi tersebut, sistem melakukan query data ke dalam tabel

WorkOrder untuk ditampilkan ke dalam form Work Order List. Apabila admin ingin menambahkan data Work Order baru maka admin harus membuka form Work Order Add. Pada form Work Order sudah tersedia field untuk melakukan penambahan data Work Order. Dalam kondisi ini, sistem melakukan query ke dalam tabel InternalEmployee, Technical, Asset, JobType, dan WorkTemplate

untuk menampilkan informasi data InternalEmployee, Technical, Asset, JobType,

sd Work Order

Admin

Form Work Order List Menampilkan Data

Work Order Tabel Work Order Query Data Work Order

Form Add Work Order Membuat Work Order

Baru Menyimpan Data WorkOrder Baru Gagal Menyimpan

Work Order Menampilkan Notifikasi

Gagal Menyimpan

Batal Membuat Work Order Baru

Query Data Work Template Tabel WorkTemplate Query Data InternalEmployee Tabel InternalEmployee

Query Data Asset Tabel Asset

Query Data Job Request Tabel JobRequest

Query Data Technical Tabel Technical

Teknisi

Membuka Form Work Order List

Membuat Work Order Baru

Ya Gagal Membuka Form Work Order List

Berhasil


(51)

dan WorkTemplate ke dalam form Work Order. Setelah semua field terisi pada form Add New Work Order, maka admin harus menekan tombol save untuk menyimpan data Work Order tersebut. Sistem akan menyimpan data Work Order tersebut ke dalam tabel Work Order.

Alternate Path:

Saat admin menambahkan data Work Order baru namun terjadi ketidaksesuaian (terdapat field kosong) ketika melakukan penginputan pada field

yang telah disediakan maka sistem secara otomatis akan menampilkan informasi bahwa terdapat inputan yang belum sesuai atau belum terisi dan menunjukkan field

mana yang tidak sesuai pada form Add Work Order. Ketika admin batal menambahkan data Work Order baru, sistem akan secara otomatis mengembalikan tampilan ke form Work Order List.

e.BRobustness Diagram ReportB

B Gambar 3.9 Gambar Robustness DiagramReportB

Basic Path :

Admin juga dapat melihat dan mencetak report yang telah tersedia pada sistem dengan membuka menu report, kemudian aplikasi akan menampilkan form

sd Report

Admin Form Report Menampilkan Report Query Data Work Order

Tabel WorkOrder Menampilkan Report

(Preview Report) Preview Tampilan

Report

Menyimpan Report Membuka Form Report


(52)

47

Report. Admin akan memilih report mana yang akan ditampilkan atau disimpan berdasarkan per tanggal maupun status perawatan. Sistem akan melakukan query

data ke tabel WorkOrder ketika admin ingin melihat atau menyimpan report.

D.BBPerancanganBSequentialBDiagramB

Gambar 3.10 Gambar Sequential Diagram Login

Gambar 3.11 Gambar Sequential Diagram Dasboard

sd Login

Admin/Teknisi

Form Login Control DB Driver Tabel

InternalEmployee Halaman Utama Username()

Password() Klik Login()

Verifikasi Username dan Password()

Mengecek Username dan Password()

Menampilkan Halaman Utama() Pesan Gagal Login()

Display Login()

sd Dasboard

Admin

Form Dasboard Control DB Driv er Tabel WorkOrder

Membuka Form Dasboard()

Query Data Work Order() Mengambil Data Work Order()

Menampilkan Data Work Order Dalam Bentuk Grafik Dasboard()


(53)

Gambar 3.12 Gambar Sequential DiagramJob Request

sd Job Request

Admin

Form Job Request

List Form Add JobRequest Control DB Driver Tabel JobRequest Tabel AssetTabel WorkOrderTabel JobPriority Membuka Form Job Request List()

Query Data Job Request()

Mengambil Data Job Request() Menampilkan Data Job Request()

Create Job Request ke Work Order() Menyimpan Data Create Job Request ke Work Order()

Membuat Job Request Baru()

Membuat Job Request Baru()

Menyimpan Data Job Request Baru() Query Data Asset()

Query Data Job Priority() Gagal Menyimpan Job Request()

Notifikasi Gagal Menyimpan Data Job Request() Batal Menambahkan Data Job Request Baru()


(54)

49 Gambar 3.13 Gambar Sequential DiagramWork Order


(55)

Gambar 3.14 Gambar Sequential Diagram Report

E.BBPerancanganBClass DiagramB

Gambar 3.15 Gambar Class Diagram

sd Report

Admin

Form Report Control DB Driv er Tabel WorkOrder Membuka Form Report()

Klik Preview Report()

Query Data Work Order()

Mengambil Data Work Order() Menampilkan Report()

Menyimpan Report()

class Class

Dasboard - dataSource: DataSource - utility: Utility + getAsstLine(int) : List + getColumnWorkOrder(String) : int + grafikWorkOrder(int, int) : List

Report - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility + reportAsset(String) : List

+ reportWorkOrder(String, String, WorkOrderEntity) : List

JobRequest - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ addJobRequest(JobRequestEntity) : StatusCode + deleteJobRequest(JobRequestEntity) : StatusCode + editJobRequest(JobRequestEntity) : StatusCode + getJobRequest(String) : JobRequestEntity + getJobRequestId() : int + listAssets(AssetEntity) : List

+ listJobRequest(String, String, JobRequestEntity) : List + updateJobRequest(JobRequestEntity) : StatusCode

Asset - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility + addAsset(AssetEntity) : StatusCode + deleteAsset(AssetEntity) : StatusCode + editAsset(AssetEntity) : StatusCode + getAssCount() : int + getAsset(String) : AssetEntity + listAsset(String, String, AssetEntity) : List + listAssets(AssetEntity) : List + updateAsset(AssetEntity) : StatusCode

DocumentAsset - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ addDocumentAsset(DocumentAssetEntity) : StatusCode + deleteDocumentAsset(DocumentAssetEntity) : StatusCode + editDocumentAsset(DocumentAssetEntity) : StatusCode + getDocumentAsset(String) : DocumentAssetEntity + getDocumentCount() : int

+ listDocumentAsset(String, String, DocumentAssetEntity) : List Sparepart

- dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ addDetailSparepart(DetailSparepartEntity) : StatusCode + deleteDetailSparepart(DetailSparepartEntity) : StatusCode + listDetailSparepart(String, String, DetailSparepartEntity) : List

User - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utiity

+ addEmployee(EmployeeEntity) : StatusCode + deleteEmployee(EmployeeEntity) : StatusCode + editEmployee(EmployeeEntity) : StatusCode + getEmployee(String) : EmployeeEntity + getEmployeeCount() : int

+ listEmployee(String, String, EmployeeEntity) : List + listEmployees(EmployeeEntity) : List

WorkOrder - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ getWorkOrder(String) : WorkOrderEntity + listWorkOrder(String, String, WorkOrderEntity) : List

WorkTemplate - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ addWorkTemplate(WorkTemplateEntity) : StatusCode + deleteWorkTemplate(WorkTemplateEntity) : StatusCode + editWorkTemplate(WorkTemplateEntity) : StatusCode + getDetilWorkOrder(String) : WorkOrderEntity + getWorkTemplate(String) : WorkTemplateEntity + getWorkTemplateCount() : int

+ listWorkTemplate(String, String, WorkTemplateEntity) : List + listWorkTemplateForOrder(String, String, WorkTemplateEntity) : List + saveWorkOrder(WorkOrderEntity) : StatusCode

+ updateWorkOrder(WorkOrderEntity) : StatusCode CMMS

- dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility + listAssetForSchedule() : List

Login - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility + getCount() : int + getKoneksi() : int

Account - dataSource: DataSource - fop: FileOutputStream - input: InputStream - utility: Utility

+ getFeatures(FeatureEntity) : StatusCode + getPrivillege() : int


(56)

51 Pada gambar 3.15 merupakan gambar Class Diagram dari aplikasi CMMS. Di dalam Class Diagram tersebut terdapat beberapa Class utamadiantaranya Class Login, Class Report, Class Dasboard, Class JobRequest, dan Class WorkOrder.

Pada Class Dasboard terdapat method penarikan dan menampilkan data dalam bentuk grafik, terdapat 3 grafik dasboard yang ditampilkan, yaitu (1) Grafik Work Order berdasarkan status pekerjaan, (2) Grafik Work Order berdasarkan total selesainya perawatan, dan (3) Grafik pekerjaan perawatan selesai beserta waktu selesainya (informasi keterlambatan).

Untuk autentikasi Login menggunakan Class Login yang memiliki Class Diagram User untuk memanajemen pengguna dan Class Account sebagai pengaturan hak akses pada aplikasi CMMS. Kemudian untuk mencatat atau melaporkan perawatan yang bersifat korektif atau mendadak terdapat pada Class JobRequest. Pada Class Job Request juga terdapat method menarik data dari Class Asset. Pada Class Asset sendiri memiliki hubungan dengan Class Sparepart untuk memanajemen sparepart pada aset dan Class DocumentAsset yang digunakan untuk memanajemen dokumen-dokumen terkait mengenai asset sebagai contoh dokumen pengoperasian aset dan dokumen garansi aset.

Class Work Order merupakan Class untuk memanajemen perawatan pada CMMS. Pada Class Work Order memiliki hubungan dengan Class Work Template

untuk memanajemen dokumen-dokumen terkait dengan perawatan aset sebagai contoh dokumen cara perbaikan alat atau aset. Pada CMMS juga dapat menampilkan dan menyimpan data laporan (report) seperti laporan (1) laporan hasil perawatan aset berdasarkan filter bulan dan tahun serta (2) laporan informasi


(57)

status kondisi aset (availability) berdasarkan status pekerjaan perawatan aset tersebut.


(58)

53 F.BBPerancanganBEntityBRelationshipBDiagramB(ERD)B


(59)

3.5.3B DesainBantarBmukaB(user interface)B

Pada proses desain antar muka, terdapat beberapa desain yang terkait dengan penelitian Tugas Akhir, yaitu:

a. RancanganBDesainBFormBHalamanBUtamaBB

Gambar 3.17 Tampilan awal aplikasi CMMS

Form pada gambar 3.17 merupakan tampilan awal dari menu aplikasi CMMS. Tampilan awal aplikasi menampilkan beberapa informasi dari proses perawatan aset berupa dasboard. Terdapat 3 informasi dasboard utama pada halam awal aplikasi yaitu : grafik total perawatan aset (yang sudah selesai dilakukan perawatan) (bisa per bulan, per tahun), grafik informasi total perawatan aset pada work order berdasarkan status perawatan dan grafik informasi keterlambatan pengerjaan perawatan ketika sudah selesai perawatan.

Pada tampilan utama aplikasi CMMS juga menyediakan 3 tombol cepat yang sering digunakan pada saat proses perawatan aset berlangsung, yaitu tombol


(60)

55

Work Order digunakan untuk menambahkan proses Work Order, dan tombol

Asset digunakan untuk menambahkan atau pun melihat daftar aset. b. RancanganBDesainBFormBMenuBMasterBDataB

1.BBJobBStatusB

B Gambar 3.18 Tampilan Master Data Job Status List

Form pada gambar 3.18 merupakan tampilan list dari master data


(61)

Gambar 3.19 Tampilan Master Data Job Status Add

Form pada gambar 3.19 merupakan tampilan form untuk menambahkan data master Job Status baru.

2.BJobBPriorityB

B Gambar 3.20 Tampilan Master Data Job Priority List


(62)

57 Form pada gambar 3.20 merupakan tampilan list dari master data

job priority. Job Priority berisi status jenis prioritas pekerjaan perawatan aset.

Gambar 3.21 Tampilan Master Data Job Priority Add

Form pada gambar 3.21 merupakan tampilan form untuk menambahkan data master Job Priority baru.


(63)

3.BJobBTypeB

B Gambar 3.22 Tampilan Master Data Job Type List

Form pada gambar 3.22 merupakan tampilan list dari master data

Job Type. Job Type berisi tipe pekerjaan perawatan aset.


(64)

59 Form pada gambar 3.23 merupakan tampilan form untuk menambahkan data master Job Type baru.

c. RancanganBDesainBFormBMenuBAssetsB 1.BAssetsB

Gambar 3.24 Tampilan Menu Assets, Asset ListB

Form pada gambar 3.24 merupakan tampilan list dari menu Assets, Asset List. Assets List berisi data aset yang dapat dilakukan perawatan secara berkala.


(65)

Gambar 3.25 Tampilan Menu Assets, Asset AddB

Form pada gambar 3.25 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Asset baru.

2.BAssetsBCriticalityB

B Gambar 3.26 Tampilan Menu Assets, Assets Criticality List


(66)

61 Form pada gambar 3.26 merupakan tampilan list dari menu Assets, Assets Criticality List. Assets Criticality List berisi data jenis aset.

B Gambar 3.27 Tampilan Menu Assets, Asset Criticality AddB

Form pada gambar 3.27 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Asset Criticality baru.


(67)

3.BLocationB

B Gambar 3.28 Tampilan Menu Assets, Location ListB

Form pada gambar 3.28 merupakan tampilan list dari menu Assets, Location List. Location List berisi data lokasi pada ruang CSSD dan ruang Bedah RS. Petrokimia Gresik.


(68)

63 Form pada gambar 3.29 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Location baru.

3.BLocationBGroupB

B Gambar 3.30BTampilan Menu Assets, Location Group ListB

Form pada gambar 3.30 merupakan tampilan list dari menu Assets, Location Group List. Location Group List berisi data lokasi berdasarkan ruangan atau gedung.


(69)

Gambar 3.31 Tampilan Menu Assets, Location Group Add

Form pada gambar 3.31 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Location Group baru.

4.BSparepartB

B Gambar 3.32 Tampilan Menu Assets, Sparepart ListB

Form pada gambar 3.32 merupakan tampilan list dari menu Assets, Sparepart List. Sparepart List berisi data sparepart per aset dan bahan kebutuhan untuk proses perawatan.


(70)

65

Gambar 3.33 Tampilan Menu Assets, Spareapart Add

Form pada gambar 3.33 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Sparepart baru.

5.BInventoryBGroupB

B Gambar 3.34 Tampilan Menu Assets, Inventory Group ListB


(71)

Form pada gambar 3.34 merupakan tampilan list dari menu Assets, Inventory Group List. Inventory Group List berisi data pengelompokan aset maupun sparepart berdasarkan jenis inventorinya.

Gambar 3.35 Tampilan Menu Assets, Inventory Group Add

Form pada gambar 3.35 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Inventory Group baru.


(72)

67 d. RancanganBDesainBFormBMenuBEmployeeB

1.BEmployeeB

Gambar 3.36 Tampilan Menu Employee, Employee List

Form pada gambar 3.36 merupakan tampilan list dari menu

Employee, Employee List. Employee List berisi data karyawan pada ruang CSSD dan ruang Bedah.

Gambar 3.37 Tampilan Menu Employee, Employee Add


(73)

Form pada gambar 3.37 merupakan tampilan form untuk menambahkan data Employee baru.

2.BSkillB

B Gambar 3.38 Tampilan Menu Employee, Skill ListB

Form pada gambar 3.38 merupakan tampilan list dari menu

Employee, Skill List.


(1)

segera dilakukan penanganan perawatan, yang diwakili pada test case id 9 sampai 11.

5. Fitur Work Order sudah dapat menambahkan dan menampilkan data aset yang akan dilakukan perawatan, menyimpan data Work Order serta mengubah status perawatan aset serta telah diuli, sehingga semua informasi penanganan perawatan aset tercatat dengan lengkap beserta status perawatan aset tersebut seperti prakiraan tanggal selesai dilakukan perawatan, tanggal selesai dilakukan perawatan, informasi mengenai instruksi perawatan aset serta siapa yang menangani pekerlaan perawatan aset tersebut, yang diwakili pada test case 12 sampai 16.

6. Fitur Report sudah dapat menampilkan laporan berdasarkan filter tanggal dan tahun, menampilkan laporan status kondisi aset berdasarkan status pekerlaan aset pada Work Order dan menyimpan laporan sudah dapat dilakukan serta telah diuli, sehingga dapat memberikan informasi kepada pihak departemen bedah rumah sakit Petrokimia Gresik mengenai status kondisi aset (availability) ketika dibutuhkan dan history mengenai perawatan aset tercatat secara keseluruhan beserta informasi perawatan aset tersebut, yang diwakili pada test case 17 sampai 19.


(2)

98

4.4BEvaluasiB

Hasil dari implementasi dan testing sistem yang telah dilakukan pada Rancang Bangun Aplikasi Computerized Maintenance Management System eCMMS) pada Ruang Bedah estudi kasus i RS. Petrokima Gresik) ini mendapatkan nilai 100%. Nilai tersebut didapat dari terpenuhinya semua hasil testing sistem berdasarkan penyelesaian permasalahan yang ada pada RS. Petrokimia Gresik, sehingga dapat dipastikan aplikasi ini dapat berlalan dengan baik di RS. Petrokimia Gresik.


(3)

99 5.1B KesimpulanB

Berdasarkan hasil implementasi dan evaluasi dari Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) pada Ruang Bedah (Studi Kasus : RS. Petrokimia Gresik) dapat disimpulkan bahwa aplikasi tersebut layak dipergunakan. Hal tersebut didukung oleh pertimbangan bahwa Aplikasi CMMS mampu memberikan solusi terhadap permasalahan perawatan aset yaitu :

1. Aplikasi CMMS mampu menginventarisasi aset dengan baik sehingga dapat memberikan informasi aset dengan lengkap seperti lokasi keberadaan aset, vendor yang digunakan, informasi tanggal terakhir dilakukan perawatan, interval Preventive Maintenance perawatan aset, dokumen cara penggunaan aset, dan sparepart aset tersebut melalui fitur Assets.

2. Aplikasi CMMS mampu memberikan informasi status ketersediaan aset (availability) ketika aset dibutuhkan, informasi yang ingin ditampilkan dapat berdasarkan tanggal yang dipilih melalui fitur Report.

3. Aplikasi CMMS mampu mencatat semua perawatan (log work order) aset berupa informasi penanganan perawatan aset beserta status perawatan aset tersebut seperti prakiraan tanggal selesai dilakukan perawatan, tanggal selesai dilakukan perawatan, informasi mengenai instruksi perawatan aset serta siapa yang menangani pekerjaan perawatan aset tersebut melalui fitur Work Order dan dapat mencatat perawatan yang bersifat mendadak (Corrective Maintenance) agar dapat segera dilakukan perawatan aset, pencatatan tersebut melalui fitur Job Request.


(4)

100

4. Aplikasi CMMS mampu memberikan laporan hasil dokumentasi pemeliharaan aset berdasarkan filter tanggal dan tahun serta laporan status kondisi aset berdasarkan status pekerjaan aset pada Work Order. Laporan hasil dokumentasi pemeliharaan juga dapat disimpan berupa file pdf melalui fitur Report.

5.2B SaranB

Untuk pengembangan Aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) Ruang Bedah (Studi Kasus : RS. Petrokimia Gresik), terdapat saran untuk pengembangan aplikasi selanjutnya. Saran tersebut adalah kedepannya aplikasi ini dapat dikembangkan kembali dengan menambahkan modul Inventory beserta modul Purchasing agar informasi yang dihasilkan saat perawatan rutin (Preventive Maintenance) ataupun perawatan secara tiba-tiba (Corrective Maintenance) menjadi lebih detil lagi.


(5)

1011 1

Azwar,1 A.1 1999.1Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga.1 Jakarta:1 PT.1 Binarupa1Aksara1

Assauri,1Sofjan.11999. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Keempat. Jakarta.1 Lembaga1Penerbit1Fakultas1Ekonomi1Universitas1Indonesia.1

Bagadia,1Kishan.12006.1Computerized Maintenance Management System : How to Evaluate, Select and Manage CMMS. McGraw1Hill1Maintenance,1McGraw1 Hill1Book1Company,1New1York.1

Budisusilo,1Suryantoro.12005.1Makalah1Seminar: Penilaian dan Pengelolaan Asset Daerah dalam Pembangunan Daerah.1Jogjakarta.1

Corder,1Anthony.11992.1Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta.1Erlangga.1 Departemen1 Kesehatan1 RI.1 2009.1Pedoman Pusat Instalasi Sterilisasi (Central

Sterile Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit.1Jakarta1

Kementerian1Kesehatan1Indonesia,12009,1Profil1Kesehatan1Indonesia1Tahun12008,1 Jakarta1:1Kementerian1Kesehatan1RI.1

Kementerian1Kesehatan1Indonesia.12014.1Keputusan1Menteri1Kesehatan1Republik1 Indonesia1 tentang1 Kompedium1 Alat1 Kesehatan.1 No.1 118/MENKES/SK/IV/2014.1Jakarta1:1Kementerian1Kesehatan1RI.1

Kementerian1Kesehatan1Indonesia.12004.1Keputusan1Menteri1Kesehatan1Republik1 Indonesia1 tentang1 Persyaratan1 Kesehatan1 Lingkungan1 Rumah1 Sakit.1 No.1 1204/MENKES/SK/X/2004.1Jakarta1:1Kementerian1Kesehatan1RI.1

Kementerian1Kesehatan1Indonesia.12010.1Keputusan1Menteri1Kesehatan1Republik1 Indonesia1 tentang1 Persyaratan1 Kesehatan1 Lingkungan1 Rumah1 Sakit.1 No.1 340/MENKES/PER/III/2010.1Jakarta1:1Kementerian1Kesehatan1RI.1

Kendall,1Kendall.,12011.1Systems Analysis And Design Eight Edition, Camden,1New1 Jersey.1


(6)

1021 1

1 1

Kottler,1Philip.,11983.1Strate is Marketing for Nonprofit Organizations Casses and Readings 3 ed,1Prentice1-1Hall1International1Inc.,1En1glewood,1Cliffs,1NY1 Mather,1Daryl.12003.1CMMS A Time Saving Implementation Process.1New1York.1

CRC1Press.1

Priyatiningsih,1Katharina.12011.1Bahan Ajar Strategi Pengelolaan Aset.1Bandung:1 Polban.1

Republik1Indonesia.12009.1Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Menimbang1(b).1Sekretariat1Negara.1Jakarta.1

Romeo.1 2003.1 Testing dan Implementasi Sistem Edisi Pertama. Surabaya:1 STIKOM.1

Siregar,1Doli1D.12004.1Manajemen Aset.1Jakarta:1Gramedia1Pustaka1Utama.1 Sutrisno,1Mei.12010.1Bahan Ajar Manajemen Infrastruktur.1Bandung:1Polban.1 1