IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015 (Studi Kasus : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2016)

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

(Studi Kasus : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2016) SKRIPSI

Oleh : DIDI MULYADI

20130520144

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA


(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

(Studi Kasus : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2016) SKRIPSI

Oleh : DIDI MULYADI

20130520144

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Didi Mulyadi

NIM : 20130520144

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : FISIPOL

Menyatakan dengan ini sebenar - benarnya yang saya tulis ini merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Desember 2016

Yang Membuat Pernyataan


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa hormat dan bangga, saya persembahkan Skripsi ini untuk :

 Kedua Orang Tuaku, Jemaat.SP dan Nur Jannah yang selalu berdoa untuk keberhasilannku, kasih sayangnya sungguh besar dan budimu tidak akan pernah bisa terbalaskan.

 Kakek ku M.Amin dan Nenek ku dari pihak Mamak selalu mendoakan cucunya

 Kakek ku Wahab dari pihak bapak selalu mendoakan cucunya

 Paman ku Nur Husin dan Inepun ku Ramlah selalu mendoakan dan memberi semangat untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini

 Abng ku Yusnar Ariffin dan kakak Ipar Via selalu memberi bantuan secara pinansial selama kuliah

 Adikku Ruh Mini dan Ikhlas Riski dan Nasbullah Porang (paling bangsu) yang selalu mendukung, mendoakanku dan sudah membantuku dalam banyak hal.

 Seluruh keluarga besarku atas bantuan morilnya selama ini.

 Teman-teman dan sahabat-sahabat yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan semangat dalam pembuatan skripsi ini.


(5)

MOTTO

Berjalanlah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga

Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan

( Surat At-Taubah, 9:105 )

Barang siapa yang tidak pernah merasakan pahit getirnya menuntut ilmu

meskipin sedikit, tentulah ia akan terjerumus kedalam kebodohan selamanya.

( Imam Safi’i ) Saya sangat bahagia menjadi seorang muslim Allah tidak membutuhkanku,

melainkan akulah yang membutuhkan Allah


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena dengan melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dari awal sampai akhir penulisan, kepada :

1. Bapak Ali Muhammad, S.IP, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dian Eka Rahmawati, S.IP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, terimakasih atas bimbingan, dorongan, waktu, pengalaman, bantuan pemikiran dan inspirasi yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Erni Zuhriyati, S.S., S.IP., MA. selaku Dosen Penguji 1, terimakasih atas masukan dan rekomendasinya yang sangat membangun bagi penulis.


(7)

5. Bapak Dr. Ulung Pribadi. M.Si. selaku Dosen Penguji 2 Skripsi yang banyak memberikan masukan dalam pembuatan skripsi.

6. Ibu Mumarwantini selaku Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, ibu Suryatni selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan Pendidikan Daerah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Bapak Sukoco selaku Staf Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, ibu Lis selaku Staf Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, bapak Hendro Basuki selaku seksi Pengembangan Partisipasi Perempuan Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta, ibu Nani selaku staf bagian Perencanaan Badan Pemerintah Kota Yogyakarta.

7. Kedua Orang Tuaku, Jemaat.SP dan Nur Jannah yang selalu berdoa untuk keberhasilannku, kasih sayangnya sungguh besar dan budimu tidak akan pernah bisa terbalaskan.

8. Kakek ku M.Amin dan Nenek ku dari pihak Mamak selalu mendoakan cucunya

9. Kakek ku Wahab dari pihak bapak selalu mendoakan cucunya

10. Paman ku Nur Husin dan Inepun ku Ramlah selalu mendoakan dan memberi semangat untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini

11. Abng ku Yusnar Ariffin dan kakak Ipar Via selalu memberi bantuan secara pinansial selama kuliah

12. Adikku Ruh Mini dan Ikhlas Riski dan Nasbullah Porang (paling bangsu) yang selalu mendukung, mendoakanku dan sudah membantuku dalam banyak hal.

13. Seluruh keluarga besarku atas bantuan morilnya selama ini.

14. Teman (Team Futsal IP) dan sahabat-sahabat IP-UMY yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

15. Seluruh keluarga besarku, terimakasih atas segala dukungannya baik materi maupun non materi.

16. Mas Sakir, Mas Anwar, Mas Eko, Mbak Sekar terimakasih sudah memberikan semangat dan bantuannya dalam penyelesaian Skripsi ini.


(8)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan yang ada pada penulis sangat terbatas. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mohon kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga atas bantuannya, baik moril maupun material akan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Desember 2016 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SINOPSIS ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 5

C. TUJUAN DAN MANFAAT ... 5

D. KERANGKA TEORI ... 6

a. Kebijakan Publik ... 6

b. Implementasi Kebijakan ... 11

c. Kota Layak Anak ... 17

E. DEFINISI KONSEPSIONAL ... 21

F. DEFINISI OPERASIONAL ... 22

G. METODE PENELITIAN ... 23

a. Jenis Penilitian ... 23

b. Unit Analisis Data ... 23

c. Jenis Data ... 23

d. Teknik Pengumpulan Data ... 25

e. Teknik Analisa Data ... 27

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 29


(10)

b. Posisi Wilayah ... 30

c. Demografi ... 31

d. Pendidikan ... 35

BAB III PEMBAHASAN ... 38

A. Implementasi Program KLA Bagian Pendidikan ... 40

a. Jaminan Pendidikan Daerah ... 40

b. Program Inklusi ... 48

c. Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD) ... 50

B. Faktor (Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, Struktur Birokrasi) ... 56

a. Komunikasi ... 56

b. Sumber Daya ... 62

c. Disposisi ... 68

d. Struktur Birokrasi ... 78

BAB IV KESIMPULAN ... 82

SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Siswa Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Daerah

Kota Yogyakarta ... 3

Tabel 1.2. Indikator Kampung Ramah Anak Kota Yogyakarta ... 19

Tabel 1.3. Jumlah Informan Penelitian ... 23

Tabel 1.4. Data Primer Penelitian ... 24

Tabel 1.5. Data Sekunder Penelitian ... 25

Tabel 1.6. Narasumber Penelitian ... 26

Tabel 2.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Wilayah Kecamatan Di Kota Yogyakarta (di atas Permukaan Laut) Tahun 2014 ... 30

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011- 2014 ... 33

Tabel 2.3. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013-2014 ... 35

Tabel 2.4. Jumlah Sekolah SD, SMP, SMA dan SMK Di Kota Yogyakarta Menurut Kecamatan dan Status 2015 ... 36

Tabel 3.1. Jaminan Pendidikan Daerah Dalam dan Luar Kota Tahun 2015 (Tahap 1 dan 2) ... 47

Tabel 3.2. Jumlah Sekolah Inklusif (ABK, Anak-Anak Cerdas Dan Berbakat), Jumlah Ruang Kelas dan Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Se-Kota Yogyakarta Tahun 2014 ... 50

Tabel 3.3. Jumlah Sekolah Inklusif (ABK, Anak-Anak Cerdas dan Berbakat), Jumlah Ruang Kelas dan Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Se-Kota Yogyakarta Tahun 2014 ... 61

Tabel 3.4. Jumlah Penerima Jaminan Pendidikan Daerah Dalam dan Luar Kota Tahun 2015 (Tahap 1 dan 2) ... 66

Tabel 3.5. Jumlah Anak Putus Sekolah Se-Kota Yogyakarta ... 71

Tabel 3.6 Jumlah Sekolah Inklusif (ABK, Anak-Anak Cerdas dan Berbakat), Jumlah Ruang Kelas dan Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Se-Kota Yogyakarta Tahun 2014 ... 75


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Tahap-tahap Kebijakan ... 8

Bagan 1.2. Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada Implementasi ... 16

Bagan 3.1. Proses Implementasi Jaminan Pendidikan Daerah ... 41

Bagan 3.2. Proses Sosialisasi ... 42

Bagan 3.3. Sosialisasi ke Jenjang Sekolah ... 43

Bagan 3.4. Proses Sosialisasi ... 44

Bagan 3.5. Proses Pendataan Penerima JPD ... 45

Bagan 3.6. Langkah-Langkah Mendapatkan Kartu Menuju Sejahtera ... 47

Bagan 3.7. Hierarki Implementasi ... 70

Bagan 3.8. Perubahan Kondisi Kelompok Sasaran Menggambarkan Pencapaian Tujuan Implementasi ... 76

Bagan 3.9. Perubahan Kondisi Kelompok Sasaran Menggambarkan Pencapaian Tujuan Implementasi ... 77


(13)

(14)

SINOPSIS

Skripsi ini mengambil judul “Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bagian Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015 (Studi Kasus : Di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 2016). Berbicara tentang program Kota Layak Anak berarti memenuhi lima Hak-hak Anak (Hak Hidup, Hak Tumbuh Hak Berkembang, Hak Berpartisifasi, Hak Perlindungan), disini kita lihat realitanya masih ada siswa yang putus sekolah karena faktor pendidikan semakin mahal, dan tidak mendapatkan layanan biaya sekolah tambahan JPD (Jaminan Pendidikan Daerah), Dinas Pendidikan menyelenggarakan layanan anak berkebutuhan khusus (Inklusi) untuk memenuhi hak anak yang berkebutuhan khusus, Peningkatan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Untuk mengetahui sejauh mana Dinas Pendidikan mengimplementasikan program KLA bagian pendidikan maka dalam penelitian ini akan menjawab, Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak bagian pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015 dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak di Bagian Pendidikan Di Kota Yogyakarta pada Tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara dengan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kantor Perlindungan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta, Badan Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Bentuk Implementasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan terhadap program Kota Layak Anak (KLA) tahun 2015 adalah dengan Implementasi program KLA yang ada Di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Terhadap Program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD), Sekolah Inklusi, Peningkatan Pendidikan Usia Dini (PAUD).

Dinas Pendidikan telah mengimplementasikan programJaminan Pendidikan Daerah, Peningkatan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini dan Program Inklusi berjalan dengan baik, walau masih ada beberapa faktor yang membuat program Jaminan Pendidikn Daerah sedikit terhambat dalam mengimplementasikan, diakibatkan karena Faktor Internal: Konten Kebijakan, Kapasitas Organisasi dan Faktor Ekternal : Lingkungan Kebijakan dan Kelompok sasaran program.

Kendala atau kesulitan yang muncul di dalam program KLA sebagai dampak program Kota Layak Anak Di Kota Yogyakarta dari Dinas Pendidikan yaitu kurang maksimalnya pelayanan masyarakat yang mengurus JPD Di Dinas Pendidikan dan tidak melakukan pemantauan lanjutan ke masing-masing desa karena terkendala jumlah personil yang ada di Dinas Pendidikan pelayanan JPD, sehingga jumlah staf di bidang JPD harus di tambah karena jumlah yang ditangani sangat banyak akibatnya pelayananpun terhambat.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasi Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak-hak anak, melalui Keputusan

Presiden (Keppres) No. 36/0 tanggal 25 Agustus 1990. Dengan adanya konvensi

tersebut, berarti secara hukum negara berkewajiban menjamin dan melindungi hak

anak-anak, baik sosial, politik, budaya, dan ekonomi (Hardius Usman & Nachrowi

Djalal Nachrowi, 2004, hal. 1). Kota Layak Anak (KLA) adalah istilah yang

diperkenalkan pertama kali oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

tahun 2005 melalui Kebijakan Kota Layak Anak. Karena alasan untuk

mengakomodasi pemerintahan kabupaten dan kota yang ada di wilayah Indonesia.

Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) di DIY

Tahun 2014 jumlah siswa putus sekolah mencapai angka 58 siswa terdiri dari SD

sebanyak 4 siswa, SMP sebanyak 45 dan SMA sebanyak 9 siswa, sehingga masalah

pendidikan ini harus segera di peroleh jalan keluarnya, suatu daerah memiliki

kualitas pendidikan yang baik, maka niscaya daerah tersebut akan lebih maju dan

berkembang. Hal ini memberikan gambaran, bahwa mempasilitasi pendidikan anak

sangat diperlukan demi mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Keluarga

sebagai lingkungan terdepan bagi anak sangat menentukan masa depan anak,

kerapuhan keluarga menjadi faktor dominan terhadap komleksitas permasalahan


(16)

dari hulu sampai hilir dengan basis utama pada penguatan pendidikan masa

keemasan anak (http://www.kpai.go.id. 2016).

Keberadaan KLA akan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan anak,

khususnya masyarakat yang tinggal dan menetap di Wilayah Kota Yogyakarta.

Kontribusi yang diberikan misalnya anak mampu memanfaatkan waktu luang untuk

kegiatan belajar, serta yang terpenting anak mendapatkan hak-haknya seperti putus

sekolah dan meraih cita-cita anak, yang dapat membahayakan anak itu sendiri. Selain itu, bertujuan untuk menyatukan potensi sumber daya manusia, sumberdaya

alam, sumber daya sarana prasarana dan teknologi yang ada pada pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan

dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak (Permen PP dan PA Nomor 12

Tahun 2011).

Menyandang predikat sebagai Kota Layak Anak (KLA) merupakan suatu

kebanggaan bagi Kota Yogyakarta, sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah

Kota Yogyakarta. Dengan demikian, Kota Yogyakarta terus berbenah diri untuk

menerapkan dan menjadikan Kota Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak, di

samping sebagai kota pendidikan dan kota budaya. Hal ini sudah menunjukkan

bahwa Kota Yogyakarta memperolehnya kategori tingkat Madya

(http://jogja.tribunnews.com. 2016) untuk menuju kota layak anak tingkatan Kota

Layak Anak dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yaitu : Pertama, Madya, Nindyaa,

Utama, dan Kabupaten/Kota Layak Anak (Sutama, 2012, hal. 6).

Namun, kategori Madya yang diperoleh Kota Yogyakarta sebagai kota yang


(17)

anak. Hal ini terbukti bahwa berdasarkan riset yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 2012-2013, hanya mengalami sedikit

penurunan pelajar putus seperti tabel berikut :

Tabel 1.1. Jumlah Siswa Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Daerah Kota Yogyakarta

No Tahun SD SMP SMA Jumlah

1 2012 8 7 6 5 110 43 179

2 2013 8 4 31 13 104 17 177

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Supaya dapat menjadi Kota Layak Anak, Pemerintah Kota Yogyakarta harus

memenuhi indikator yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator

Kabupaten/Kota Layak Anak, salah satu persyaratan pokok utama adalah adanya

instrumen hukum daerah yang menjamin pemenuhan hak-hak anak. Hal ini

tentunya sangat penting dan harus dicermati agar jangan sampai intrumen tersebut

hanya digunakan untuk memenuhi persyaratan administrasi untuk mencapai

predikat kota layak anak kususnya bidang pendidikan tingkat PAUD, TK, SD,

SMP, SMA. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana hak-hak anak dan

perlindungan terhadap anak dapat terpenuhi.

Kota Layak Anak termasuk salah satu bentuk urusan Pemerintah Wajib yang

tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, yaitu berkaitan dengan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, dan terus mengupayakan agar setiap anak dapat

terpenuhi hak-haknya sebagai anak, sesuai dengan konvensi hak anak yang


(18)

Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengembangan Kota Layak Anak. Berdasarkan siswa

putus sekolah dan siswa berkebutuhan kusus berhak mendapatkan pendidikan

layaknya anak normal lainnya yang perlu di cari jalan keluarnya.

Peneliti ini tertarik menganalisa implementasi program Kota Layak Anak Di

Kota Yogyakarta bagian pendidikan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta seperti

Jaminan Pendidikan Daerah (JPD), Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini

(PAUD), Program Inklusi. Berdasarkan wawancara bersama ibu Nani yang peneliti

dapatkan tentang pelaksanaan program KLA mengatakan :

“Program KLA tidaklah mudah membalik telapak tangan dibutuhkan komitmen setiap sektor seperti sektor Pendidikan. Pemerintah, Masyarakat dan Dunia Usaha untuk sama-sama terlibat dalam mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak” (Wawancara dengan Ibu Nani selaku staf BAPPEDA bagian perencanaan pada tanggal 11 November 2016).

Selain gambaran implementasi program KLA di Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta peneliti juga ingin mengetahui bagaimana implementasi kebijakan

pengembangan KLA bagian Pendidikan Di Kota Yogyakarta tahun 2015 dan

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi program KLA Di Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta. Menurut ibu Mumarwantini selaku Kepala Seksi

PAUD :

“Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta sangat mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan implementasi program KLA” (Wawancara dengan Ibu Mumarwantini selaku Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan pada tanggal 10 November 2016).

Jika tidak ada komitmen dan kemauan dari pemerintah Kota Yogyakarta


(19)

kemauan dan komitmen dari pemerintah Kota Yogyakarta maka program KLA

akan berjalan dengan baik. Hal inilah yang menjadi salah satu fokus dari penelitian

tentang implementasi program KLA di Kota Yogyakarta bagian pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak

Bagian Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun 2015 ?

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pengembangan

Kota Layak Anak Di Bagian Pendidikan Di Kota Yogyakarta pada Tahun

2015?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui Implementasi yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta untuk melakukan Implementasi Kebijakan

Pengembangan Kota Layak Anak Bagian Pendidikan di Kota Yogyakarta

pada Tahun 2015 dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Di Bagian Pendidikan Di Kota

Yogyakarta pada Tahun 2015.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara komprehensif berfungsi sebagai filter


(20)

maupun praktis. Oleh karena itu kegunaan penelitian dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Secara Teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya

pengetahuan Ilmu Pemerintahan khususnya tentang Implementasi

Program Daerah Kota Yogyakarta.

b. Sasaran Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan atau referensi tambahan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta

dalam upaya melakukan pemberdayaan hak-hak anak.

D. KERANGKA TEORI a. Kebijakan Publik

Kebijakan menurut Amir Santoso mengatakan proses kebijakan terdiri

dari enam tahapan yakini : perumusan masalah, pembuatan agenda,

pembuatan kebijakan, adopsi kegiatan, penerapan kebijakan dan evaluasi

kebijakan (Santoso, 1990, hal. 23)

Menurut Thomas Dye dalam buku Subarsono, kebijakan publik adalah

apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever goverments choose to do or not to do) (Subarsono, 2012, hal. 2). Sedangkan Menurut James E. Anderson dalam buku Subarsono,

kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan

aparat pemerintah (Subarsono, 2012, hal. 2). Chandler dan Plano mengatakan


(21)

sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah

(Subarsono, 2012, hal. 2).

William N.Dunn dalam buku Subarsono, Kebijakan Publik adalah suatu

rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga

atau pejabat Pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas

Pemerintahan, sepeti pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan,

kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain (Subarsono,

2012, hal. 2).

Shfritz & Russel dalam Subarsono mendefinisikan kebijakan publik dengan sederhana dan menyebut “is whatever governments dicides to do or

not to do” (Subarsono) dan Chaizi Nasucha mengatakan bahwa kebijakan publik adalah kewenangan Pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan

yang digunakan dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut

bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan

dijadikan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis

(Subarsono, 2012, hal. 2).

Thomas L. Dye dalam buku Thomas, Kebijakan Publik sebagai: “Pilihan Pemerintah untuk bertindak atau tidak bertindak”. Dalam bukunya yang berjudul” The Political Sytem” (Thomas L. Dye, 1972, hal. 27).

Menurut Budi Winarno tahap-tahap kebijakan sebagai berikut:


(22)

Bagan 1.1. Tahap-tahap Kebijakan

a. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menetapkan masalah pada

agenda publik. Sebelum masalah-masalah ini berpetensi terlebih dahulu

untuk dapat masuk ke agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah

masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu

masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain

pembahasan untuk masalah tersebut ditunda dalam waktu yang lama. b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah yang didefinisikan untuk Tahap Penyusunan

Agenda

Tahap Formulasi Kebijakan

Tahap Implementasi Kebijakan Tahap Adopsi

Kebijakan

Tahap Penilaian Kebijakan


(23)

kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut

berasal dari alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu

masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan

kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai

kebijakan yang diambil untuk memecahkan permasalahan. Pada tahap ini,

masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah

terbaik

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para

perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut

diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara

lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu kebijakan program hanya akan menjadi catatan-catatan elite, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program

kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah yang

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi

yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia pada tahap

implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

organisasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa

yang lain akan ditentang oleh para pelaksana.


(24)

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu

memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih

dampak yang diinginkan. Dengan hal ini, memperbaiki masalah yang

dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik

telah meraih dampak yang diinginkan.

Nugroho dalam buku Kismartini, Kebijakan Publik adalah jalan

mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan. Sehingga kebijakan publik

mudah untuk dipahami dan mudah diukur, bahwa terdapat beberapa hal yang

terkandung dalam kebijakan yaitu: (Kismartini, dkk, 2005, hal. 16).

a) Tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tertentu adalah tujuan

yang berpihak kepada kepentingan masyarakat.

b) Serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan. Serangkaian tindakan

untuk mencapai tujuan adalah strategi yang disusun untuk mencapai

tujuan dengan lebih mudah yang acapkali dijabarkan ke dalam

bentuk program dan proyek.

c) Usulan tindakan dapat berasal dari perseorangan atau kelompok dari

dalam ataupun luar pemerintahan,

d) Penyediaan input untuk melaksanakan strategi. Input berupa sumber

daya baik manusia maupun bukan manusia.

e) Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara


(25)

Berdasarkan pengertian-pengertian kebijakan publik di atas, maka

disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan pemerintah yang

bersifat mengatur dalam rangka merespon permasalahan yang dihadapi

masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu, berorientasi kepada kepentingan

masyarakat dan bertujuan untuk mengatasi permasalahan, memenuhi

keinginan dan tuntutan seluruh anggota masyarakat. Kebijakan juga memuat

semua tindakan pemerintah baik yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh

pemerintah yang dalam pelaksanaannya terdapat unsur pemaksaan kepada

pelaksana atau pengguna kebijakan agar dipatuhi, bahwa kebijakan

mengandung nilai paksaan yang secara sah dapat dilakukan pemerintah

sebagai pembuat kebijakan (Nawawi, 2009, hal. 19). b. Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program

atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut (Nugroho R. , Public Policy, 2003, hal. 657).

Implementasi kebijakan yang operasionalnya adalah program, dalam

prosesnya terdapat tiga unsur pendukung yang penting dan mutlak, yaitu

adanya : (Syukur, 1998, hal. 52)


(26)

b. Target group yaitu kelompok yang menjadi sasaran penerima

manfaat program dan

c. Unsur pelaksana, yaitu organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengawasan proses

implementasi tersebut

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam buku Solichin, “Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat nyata pada

masyarakat atau kejadian (Solichin, 1991, hal. 65).

Menurut Meter dan Horn dalam buku Solichin, “Implementasi adalah tindakantindakan yang dilakukan baik oleh individu/pejabat atau kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Solichin, 1991, hal. 65).

Dan menurut Riant Nugroho D “Cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang” (Riant Nugroho D, 2003, hal. 158).

Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan

administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula


(27)

atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang

terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak, baik yang

diharapkan ataupun tidak diharapkan.

Suatu implementasi tentunya mempunyai tujuan untuk memperoleh

keberhasilan jika memenuhi lima kriteria keberhasilan. Menurut Nakamura

memiliki tujuan sebagai berikut (Solichin, 1991, hal. 43). a. Pencapaian tujuan kebijakan

b. Efisien

c. Kepuasan kelompok sasaran

d. Daya tanggap klien

e. Sistem pemeliharaan

Menurut Edward III (1980) dalam buku Suranto studi implementasi

kebijakan adalah krusial bagi administrasi publik termasuk di dalamnya

kebijkan publik. Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan

antara pembuatan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi

masyarakat yang dipengaruhinya (Suranto, 2014, hal. 38).

Edward III (1980) mengungkapkan pendapatnya bahwa terdapat empat

faktor atau variabel kritis dalam implementasi kebijakan publik, yaitu

Komunikasi, Sumber daya, Disposisi (sikap kecenderungan) dan Struktur

Birokrasi.

Adapun secara terperinci Edwards III (1980) menjelaskan empat faktor

tersebut sebagai berikut:


(28)

Agar implementasi dapat efektif dan penanggungjawab impelemntasi

sebuah keputusan harus mengetahui apa yang mesti dilakukan. Dalam

implementasi kebijakan komunikasi, perintah untuk mengimplementasikan

kebijkan harus ditransmisikan kepada persoalan yang tepat dan perintah harus

jelas, akurat dan konsisten. Dengan demikian dalam faktor komunikasi

terdapat tiga aspek pokok, yaitu : Tranmisi, kejelasan dan konsistensi. 2. Sumber Daya

Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara efektif maka

dibutuhkan sumberdaya yang cukup. Implementasi kebijakan akan tidak

efektif apabila para implementor kekurangan sumberdaya yang penting

untuk melaksanakan kebijakan. Dimana sumber daya tersebut berupa sumber

daya manusia (SDM) sebagai pelaksana kebijakan atau sumber dana untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan kebijakan yang mutlak diperlukan. a. Staf

Jumlah staf yang mencukupi dan memeiliki skill yang memadai untuk

pelaksanaan tugas.

b. Informasi

Informasi mempunyai dua bentuk, yaitu: 1) mengenai bagaimana

pelaksanaan suatu kebijakan, implementor perlu mengetahui apa yang

dilakukan, 2) Data tentang ketaatan personil-personil lain terhadap

peraturan-peraturan pemerintah. Pelaksanaan harus mngetahui apakah

orang-orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan mentaati


(29)

c. Wewenang

Wewenang akan berbeda-beda dari satu program ke program lain serta

memiliki bentuk yang berbeda-beda seperti misalnya : hak untuk

mengeluarkan surat panggilan untuk datang ke pegadilan, mengeluarkan

perintah kepada pejabat lain, menarik dana dari suatu program,

menyediakan danam membeli barang, jasa dan memungut pajak. d. Fasilitasi-fasilitas

Fasilitas-fasilitas meliputi bangunan, perlengkapan, perbekalan. 3. Disposisi (Sikap Kecenderungan)

Jika para pelaksana bersikap baik pada suatu kebiakan tertentu, maka

kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang

diinginkan oleh para pembuat awal keputusan. Demikian juga sebaliknya

apabila sikap-sikap dan persfektif implementor berbeda dari pembuatan

keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan semakin sulit.

Unit-unit birokrasi yang berbeda mungkin mempunyai

pandangan-pandangan yang berbeda mengenai kebijakan. Ketidaksepakatan dalam dan

antara badan-badan menghalangi kerjasama dan menghambat implementasi

dalam suatu bidang kebijakan. Masing-masing badan terkait mungkin

memiliki prioritas-prioritas yang berbeda, komitmen yang berbeda dan cara

penanggulangan masalah yang berbeda. Mengubah personil dalam birokrasi

pemerintah mungkin hal yang sulit dan tidak menjamin bahwa dalam suatu


(30)

Komunikasi

Struktur Birokrasi

disposisi sumberdaya

implementasi implementor adalah dengan mengubah sikap implementor melalui manipulasi

insentif-insentif.

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards III struktur yang tepat dapat memeberikan dukungan

kuat terhadap kelancaran implementasi kebijakan. Terdapat dua hal penting

dalam struktur birokrasi yaitu prosedur-prosedur kerja standar (Standard Operating Procedures) dan (Fragmentation). Berikut faktor yang dapat memepengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam proses implementasi

kebijakan dapat terlihat pada gambar berikut.

Bagan 1.2. Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada Implementasi


(31)

c. Kota Layak Anak

Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali

oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005 melalui

Kebijakan Kota Layak Anak. Untuk mengakomodasi pemerintahan

kabupaten, belakangan istilah Kota Layak Anak menjadi Kabupaten/Kota

Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA.

Menurut Nirwono Joga, Kota Layak Anak adalah suatu kota yang di

dalamnya telah diramu semangat untuk memberikan jaminan perlindungan

terhadap anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan kota yang

berkelanjutan. Kota yang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak

untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapat perlindungan dari

kekerasan (fisik dan nonfisik) serta diskriminasi

(http://bincang2cupleez.multiply.com.02-09-2016). Berdasarkan pendapat

para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kota layak anak merupakan kota

yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak dan di dalamnya

terdapat jaminan untuk perlindungan terhadap anak.

Kota Layak Anak yang selanjutnya disingkat KLA adalah kota yang

mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak (Hidup, Tumbuh,

Berkembang, Berpartisipasi, Perlindungan) melalui pengintegrasian

komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang


(32)

dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak (http://www.kla.or.id

20-10-2016).

Dinas Pendidikan menyelenggarakan tiga program yang berkaitan

dengan KLA untuk memenuhi Hak-hak anak seperti Jaminan Pendidikan

Daerah (JPD), Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD), Program

Inklusi.

Prasyarat Mewujudkan KLA bertitik dari uraian penelitian di atas,

untuk mewujudkan KLA, bukanlah hal yang mudah dan bukanlah hal yang

sulit. Akan tetapi, ada semacam suatu pra-syarat untuk mencapainya.

Pra-syarat yang dimaksud adalah: (Hamid Patilima.2009)

a) Adanya Kemauan dan komitmen pimpinan daerah: membangun dan

memaksimalkan kepemimpinan daerah dalam mempercepat pemenuhan

hak dan perlindungan anak yang dicerminkan dalam dokumen peraturan

daerah.

b) Baseline data: tersedia sistem data dan data dasar yang digunakan untuk

perencanaan, penyusunan program, pemantauan, dan evaluasi.

c) Sosialisasi hak anak: menjamin penyadaran hak-hak anak pada anak dan

orang dewasa.

d) Produk hukum yang ramah anak: tersusunnya sedia peraturan

perundangan mempromosikan dan melindungi hak-hak anak.

e) Partisipasi anak: tersedia wadah untuk mempromosikan kegiatan yang


(33)

mereka; mendengar pendapat mereka dan mempertimbangkannya dalam

proses pembuatan keputusan.

f) Pemberdayaan keluarga: adanya program untuk memperkuat kemampuan

keluarga dalam pengasuhan dan perawatan anak.

g) Kemitraan dan jaringan: adanya kemitraan dan jaringan dalam pemenuhan

hak dan perlindungan anak.

h) Institusi Perlindungan Anak: Adanya kelembagaan yang

mengkoordinasikan semua upaya pemenuhan hak anak.

Indikator Kampung Ramah Anak Kota Yogyakarta bagian pendidikan

yang memiliki empat level penilaian, semakin besar level yang dicapai akan

semakin baik dalam indikator Kota Layak Anak dan sebaliknya semakin

rendah level penilaian maka semakin tidak baik, sebagaimana tabel dibawah

ini:

Tabel 1.2. Indikator Kampung Ramah Anak Kota Yogyakarta Kelompok

Hak Anak N

o Indikator

Skor/level penilaian

1 2 3 4

Pendidikan, Pemanfaata n Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya

1 Jumlah anak usia sekolah yang sekolah di sekolah formal

<50% 50-74% 75-99% 100%

2 Jumlah anak putus sekolah yang sekolah di non-formal (pusat kegiatan belajar masyarakat)

Tidak ada 1-3 anak 4-6 anak >6 anak

3 Ada dan berfungsinya kelompok anak/komunitas anak (kelompok belajar,taman pendidikan Al-Quran, sanggar, taman bacaan masyrakat dll) Tidak ada Ada tetapi tidak berfung si Ada dan befungs i Ada, berfungsi dan lebih dari satu

4 Ada dan berfungsinya Satuan PAUD Sejenis Pos PAUD RW

Tidak ada Ada tetapi tidak berfung si Ada dan befungs i Ada, berfungsi dan lebih dari satu


(34)

5 Ada dan berfungsinya SPS Pos PAUD Inklusi Tidak ada Ada tetapi tidak berfung si Ada dan befungs i Ada, berfungsi dan lebih dari satu

6 Jumlah Anak Berkebutuhn Khusus (ABK) di lingkungan setempat yang terlayani pendidikannya

<25% 25-49% 50-79% 80-100%

7 Ada dan berjalannya jam belajar masyarakat di lingkungan

Tidak ada Ada tapi tidak berfung si Ada dan berjalan tetapi tidak rutin

Ada dan berjalan rutin

8 Jumlah anak yang bisa mengakses jaminan pendidikan ( beasiswa, Kartu Menuju Sejahtera)

<25% 25-49% 50-79% 80-100%


(35)

E.DEFINISI KONSEPSIONAL 1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah rangkaian keputusan yang dibuat oleh

pemerintah berupa program-program yang akan dijalankan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah, individu ataupun kelompok, yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam keputusan. Termasuk

didalamnya adalah upaya menstransformasikan keputusan ke dalam tahap

operasional untuk mencapai perubahan besar maupun kecil seperti yang

ditetapkan dalam keputusan tersebut.

3. Kota Layak Anak

Kota Layak Anak (KLA) adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai

sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen

dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana

secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan


(36)

F. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional yang dimaksudkan untuk memperjelas dan memperinci

konsep yang telah dikemukakan. Dalam penelitin ini, yang dimaksud adalah

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di

Kota Yogyakarta Tahun 2015 sesuai dengan teori Edward III.

Pelaksanaan Implementasi kebijakan kota layak anak Bidang Pendidikan

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta, untuk menghindari masalah-masalah dalam

pelaksanaan Peraturan Wali Kota tersebut yaitu :

1. Implementasi Program KLA oleh Dinas Pendidikan

a. Jaminan Pendidikan Daerah (JPD)

b. Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD)

c. Program Inklusi

2. Empat Faktor Implementasi

a) Komunikasi

b) Sumber Daya

c) Disposisi (Sikap Kecenderungan)


(37)

G. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian ini adalah

kualitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang analisisnya dilakukan secara

deskriptif dengan menggunakan analisis data kualitatif. Dengan menggunakan

teknik analisis data diantaranya wawancara dan dokumentasi.

a. Jenis Penilitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor dalam buku Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, Lexy J, 2011)

Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik,

serta tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. b. Unit Analisis Data

Informan dalam penelitian sebagai berikit:

Tabel 1.3. Jumlah Informan Penelitian

No INSTANSI JUMLAH

1 Badam Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta 1

2 Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta

1

3 Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 4

c. Jenis Data

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu


(38)

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah semua informasi mengenai

Kota Layak Anak (KLA), yang diperoleh secara langsung dari unit analisa

yang dijadikan obyek penelitian. Adapun data primer dalam penelitian ini

bersumber dari hasil wawancara denga informan, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4. Data Primer Penelitian Teknik

Pengumpulan Data

Data Sumber

Wawancara Kewenangan BAPPEDA

dalam program KLA

Badan Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta

Kebijakan

Pengembangan KLA Kota Yogyakarta

Kantor Perlindungan Masyarakar dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta Implementasi Kebijakan

Pengembangan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta (Jaminan Pendidikan Daerah, Program Inklusi, Peningkatan Layanan PAUD)

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Hasil laporan lapangan Data temuan lapangan

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah semua informasi mengenai

Kota Layak Anak (KLA) Kota Yogyakarta yang diperoleh tidak secara

langsung, tetapi melalu dokumen-dokumen yang mencatat keadaan konsep

penelitian (atau yang terkait dengannya) di dalam unit analisa yang di lakukan


(39)

Tabel 1.5. Data Sekunder Penelitian Teknik

Pengumpulan Data

Nama Data Sumber Data

Dokumentasi Indikator kampung ramah anak. Lampiran Keputusan Walikota No 43 tahun 2016 Tentang Pembentukan gugus tugas Kota Layak Anak Kota Yogyakarta, Check list potensi (KLA Bagian Pendidikan).

Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta

Data Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) tahun 2015, Rekap Data sekolah lanjutan anak penerima PPA-PKH Tahun 2016

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Perwal Nomor 34 Tahun 2015, Buku Kota Yogyakarta dalam angka tahun 2016

Badan Pemerintah

Daerah Kota

Yogyakarta Data-data warga Kota

Yogyakarta

BPS Kota Yogyakrta

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Wawancara dilakukan antara satu orang atau lebih untuk memperoleh

informasi yang diperlukan, baik itu berupa persepsi atas fakta yang ada, saran

dan pendapat maupun komentar terhadap suatu hal. Dalam melakukan

wawancara, yang menjadi objek dalam penelitian ini ada 6 (enam) orang


(40)

Tabel 1.6. Narasumber Penelitian

No Nama Jabatan Kantor

1 Ibu Mumarwantini Kepala Seksi PAUD Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

2 Ibu Suryatni Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan

Pendidikan Daerah (UPT.JPD)

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

3 Bapak Sukoco Staf Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

4 Ibu Lis Staf Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

5 Bapak Hendro Basuki

Seksi Pengembangan Partisipasi Perempuan

Kantor Pemberdayaan

Masyarakat dan

Perempuan Kota

Yogyakarta

6 Ibu Nani Staf Bagian

Perencanaan

Badan Pemerintah Kota Yogyakarta

2. Dokumentasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara memilih data-data,

dokumen-dokumen dalam rangka pengumpulan data-data yang berkaitan

dengan obyek penelitian yang diambil dari beberapa sumber demi

kesempurnaan penganalisaan seperti :

a) Indikator Kampung Ramah Anak Kota Yogyakarta. Lampiran

Keputusan Wali Kota Nomor 43 tahun 2016 Tentang Pembentukan

Gugus tugas Kota Layak Anak Kota Yogyakarta.

b) Data Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) Tahun 2015, Rekap Data

Sekolah Lanjutan Anak penerima PPA-PKH Tahun 2016

c) Perwal Nomor 34 Tahun 2015, Buku Kota Yogyakarta dalam


(41)

e. Teknik Analisa Data

Manurut Patton dalam Moleong, (Moleong, Lexy J, 2012) teknik

analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya

dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,

menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi

uraian yang terdiri dari:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang


(42)

juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan


(43)

BAB II

GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta

a. Geografi

Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh

luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km2. Terbagi menjadi 14

wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya

regosol dengan

formasi geologi batuan sedimen old andesit.

Secara administratif, Kota Yogyakarta berbatasan dengan :

1) Sebelah utara : Kabupaten Sleman

2) Sebelah timur : Kabupaten Bantul dan Sleman

3) Sebelah selatan : Kabupaten Bantul


(44)

Sumber : BPS Tahun 2016

1) Sungai Code yang mengalir di bagian tengah kota

2) Sungai Winongo yang mengalir di bagian barat kota

b. Posisi Wilayah

Wilayah Kota Yogyakarta terletak antara 110o 20’ 41” sampai 110o 24’ 14” Bujur Timur dan 07o 45’ 57” sampai 07o 50’ 25” Lintang Selatan, dengan ketinggian tanah rata-rata 75 meter sampai dengan 132 meter di atas permukaan

air laut.

Wilayah utara pada umumnya mempunyai permukaan tanah yang lebih

tinggi dibandingkan wilayah-wilayah kecamatan di bagian selatan. Luas wilayah

berdasarkan tinggi tempat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian Wilayah Kecamatan Di Kota Yogyakarta (di atas Permukaan Laut) Tahun 2014

No Kecamatan

Luas Menurut Ketinggian 0-25

m

25-50

m 50-100 m

100-700 m

500-1000 m

1 Mantrijeron - - 261,0000 - -

2 Kraton - - 140,0000 - -

3 Mergangsan - - 202,1050 28,8950 -

4 Umbulharjo - - 604,6456 205,3544 -

5 Kotagede - - 302,4915 4,5085 -

6 Gondokusuman - - - 399,0000 -

7 Danurejan - - - 110,0000 -

8 Pakualaman - - - 63,0000 -

9 Gondomanan - - 41,8925 70,1075 -

10 Ngampilan - - 30,7500 51,2500 -

11 Wirobrajan - - 72,4263 103,5737 -

12 Gedongtengen - - - 96,0000 -

13 Jetis - - - 170,0000 -


(45)

Sumber Data : Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta

c. Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Dan Catatan

Sipil Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa dalam satu tahun ini terjadi

kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 sebanyak 406,660 jiwa dan pada

tahun 2014 sebanyak 413,936 jiwa sehingga mengalami kenaikan 1,75 % atau

sebanyak 7,276 jiwa. Karena itu kepadatan penduduk Kota Yogyakarta juga

mengalami kenaikan menjadi 12.740 jiwa/km2.

Grafik 2.1

Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2011-2014


(46)

Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk Kota

Yogyakarta dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 lebih banyak yang

perempuan, walaupun tidak terpaut banyak. Pada tahun 2014 ini, dari seluruh

penduduk, jumlah perempuan mencapai 51,12 %, sedangkan jumlah laki-laki

hanya 48,87 % yang berarti terdapat selisih sebesar 2,1 % atau sebanyak 9.344

jiwa.

Grafik 2.2 Jumlah Penduduk Laki Laki dan Perempuan di Kota Yogyakarta Tahun 2014


(47)

Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk dirinci menurut laki-laki,

perempuan, dan kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta selama tahun 2011 – 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011- 2014 Item Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Laki-laki 217.378 jiwa 210.433 jiwa 198.892 jiwa 202.296 jiwa Perempuan 222.765 jiwa 217.113 jiwa 207.768 jiwa 211.640 jiwa Jumlah

penduduk

440.143 jiwa 427.546 jiwa 406.660 jiwa 413936 jiwa

Kepadatan penduduk

13.597 jiwa/km2

13.161 jiwa/km2

12.516 jiwa/km2

12.736 jiwa/km2 Sumber Data : BPS Kota Yogyakarta

Dengan mengetahui jumlah penduduk di tiap kelompok umur, dapat

diketahui seberapa banyak penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu

penduduk yang belum produktif (usia 0 – 14 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Dengan demikian dapat dihitung angka

ketergantungannya (Dependency Ratio). Selain itu juga diketahui seberapa

banyak usia reproduksi (15 – 49 tahun). Dilihat dari kacamata kesehatan usia produktif (15 – 64 tahun) dapat lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya dan sebaliknya pada usia yang belum dan kurang produktif.

Pada Grafik Piramida Penduduk di bawah ini menggambarkan besarnya

usia produktif. Bila dihitung, besar Dependency Ratio di Kota Yogyakarta pada

tahun 2014 ini sebesar 42, yaitu menunjukkan bahwa usia ketergantungan lebih

kecil dibandingkan dengan usia produktif. Permasalahan lebih besar terdapat


(48)

usia kurang produktif ini perlu mendapatkan perhatian lebih karena lebih rentan

terhadap penyakit dan masalah kesehatan.

Dilihat dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin tidak begitu tampak

perbedaannya kecuali pada usia 75 tahun ke atas. Namun dengan banyaknya

wanita usia reproduktif maka diperlukan perhatian yang lebih intensif dalam

rangka menurunkan angka kematian ibu, kematian neonatus dan kematian bayi.

Grafik 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Yogyakarta Tahun 2014


(49)

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan fakta penting dalam upaya meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Tingkat pendidikan masyarakat yang lebih baik dapat

berpengaruh pada peningkatan derajat kesehatan. Dalam profil ini juga disajikan

data tingkat pendidikan masyarakat dan jumlah melek huruf pada usia >10 tahun.

Jumlah penduduk melek huruf di Kota Yogyakarta dilaporkan sudah mencapai

100 % dari seluruh jumlah penduduk berusia > 10 tahun.

Adapun jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas adalah sebanyak

355,921 jiwa, atau 85,98 % dari seluruh penduduk. Bila dilihat pendidikannya

menunjukkan bahwa perempuan mempunyai tingkat pendidikan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Jumlah penduduk perempuan yang tamat

universitas lebih banyak, sedangkan jumlah penduduk yang tamat SMA lebih

banyak pada laki-laki. Apabila dibandingkan dengan data tahun lalu maka

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013-2014

N o

Jenjang Pendidikan

Th 2013 Th 2014

L P JML % L P JML %

1 TDK/BLM SEKOLAH

0 0 0 0 0 0 0 0

2 TDK/BLM TAMAT SD 54.26 6 56.75 9 111.02 5

30.49 33.85 4 35.01 5 68.86 9 19,3 5

3 SD/MI 16.81

9

22.35 0

16.819 10,76 17.03 9 22.57 9 39.61 8 11,1 3 4 SMP/MTS 26.02

2

27.81 7

53.839 14,78 26.28 2 28.06 7 54.34 9 15,2 6


(50)

5 SMA/SMK/ MA 58.91 6 59.11 6 118.03 2

32,41 59.55 7 59.90 1 119.4 58 33,5

6 AK/DIPLO MA

9.882 11.88 5

21.767 5,98 9.900 12.65 0

22.55 0

6,33

7 UNIVERSI TAS

29.98 2

27.17 9

57.161 15,70 29.98 5 27.55 4 57.53 9 16,1 7 Jumlah 195.8

87 182.7 56 378.64 3 176.6 17 185.7 66 362.3 83 Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta

Tabel 2.4. Jumlah Sekolah SD, SMP, SMA dan SMK di Kota Yogyakarta Menurut Kecamatan dan Status, 2015

Kecamatan SD SMP SMA SMK

N S N S N S N S

Mantrijeron 6 5 1 3 1 2 0 3

Kraton 5 0 1 1 0 0 0 1

Mergangsan 7 5 0 4 0 3 0 3

Umbulharjo 13 11 1 7 1 7 4 6

Kotaagede 13 5 1 2 1 2 0 0

Gondokusuman 8 10 3 9 3 6 0 4

Danurejon 4 2 2 1 0 0 0 1

Pakualaman 3 1 0 1 0 0 0 0

Gondomanan 2 7 1 1 0 1 0 1

Ngampilan 2 7 0 2 1 2 0 0

Wirobrajan 6 6 0 3 1 3 0 2

Gendongtengen 2 4 1 2 0 1 0 0

Jetis 9 9 3 4 1 3 4 1

Tegalrejo 11 4 2 2 2 2 0 2

Jumlah 91 76 16 42 11 32 8 24

Catatan : N = Negeri, S = Swasta

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Dalam RPJMD Kota Yogyakarta tahun 2012-2016 kerangka besar visi,

misi dan program kerja walikota terpilih tahun 2011 untuk lima tahun ke depan

diarahkan untuk membawa masyarakat Kota Yogyakarta menuju suatu


(51)

bermakna serta Kota Yogyakarta menjadi kota yang unggul dalam bidang

pendidikan, pariwisata, dan pelayanan jasa. adapun VISI dan MISI Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut.

Visi

Terwujudnya pendidikan berkualitas, berkarakter dan inklusif dengan dukungan

sumber daya manusia yang professional.

Misi

1) Mewujudkan pendidikan berkualitas, berkarakter dengan dukungan

sumberdaya yang professional.


(52)

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang

permasalahan yang telah dirumuskan pada bab 1, yaitu permasalahan

Bagaimanakah Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bagian

Pendidikan di Kota Yogyakarta pada Tahun 2015, dan Apa saja faktor yang

mempengaruhi implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bagian

Pendidikan Di Kota Yogyakarta pada Tahun 2015 (studi kasus : Di Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2015) dan hasil penelitian ini sesuai dengan

indikator yang telah dijelaskan peneliti dalam definisi operasional.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam

kepada imporman sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung

dilapangan yang kemudian peneliti analisa, wawancara dengan 6 (enam) responden

yaitu, Ibu Mumarwantini, Ibu Suryatni, Ibu Lis, Ibu Nani, Bapak Hendro Basuki,

Bapak Sukoco. Pada penelitian ini di ambil 6 (enam) responden saja, karena dari

masing-masing responden tersebut sudah memberikan jawaban yang sudah lengkap

sesuai dengan yang di butuhkan peneliti, sehingga responden dibatasi sampai 6


(53)

Untuk mengetahui perkembangan program Peningkatan Layanan Pendidikan

Usia Dini (PAUD), Jaminan Pendidikan Derah (JPD), Sekolah Bertarap Inklusi,

yang diimplementasikan oleh Dinas Pendidikan. Dari hasil penelitian didapatkan

bahwa implementasi program KLA terhadap Program Peningkatan Layanan

Pendidikan Usia Dini (PAUD), Jaminan Pendidikan Derah (JPD), Sekolah Bertarap

Inklusi Di Kota Yogyakarta dilakukan dalam satu tahun, implementasi dilakukan

Dinas Pendidikan, mengadakan sosialisasi, Workshop, Seminar, Pelatihan, terkait

implementasi Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD) bersama guru

pengajar, pembicara ahli di bidangnya, JPD bersama kepala sekolah, sekolah

Inklusi bersama guru pengajar tingkat TK samapai sekolah menengah,

implementasi yang dilakukan Dinas Pendidikan yang mengidentifikasi masalah dan

penyimpangan yang muncul pada Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini

(PAUD), Jaminan Pendidikan Derah (JPD), Sekolah Inklusi Di Kota Yogyakarta.

Saat implementasi dilakukan ada hal-hal yang diperhatihan Dinas Pendidikan

saat melakukan implementasi program Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini


(54)

A.Implementasi Program KLA Bagian Pendidikan a. Jaminan Pendidikan Daerah

Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam meningkatkan jenjang

pendidikan wajib belajar sampai jenjang pendidikan menengah yang

diberikan biaya tambahan bagi masyarakat yang kurang mampu yaitu

kebijakan JPD yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta. Kebijakan ini digunakan untuk memenuhi kekurangan BOS dari

pemerintah dan juga kebijakan pemberian bantuan tunggakan biaya

pendidikan sebagaimana sudah di atur dalam Peraturan Pemerintah Kota

Yogyakarta Nomor 47 tahun 2008.

Dinas Pendidikan melakukan sosialisasi langsung dengan penerima

kebijakan agar pelaksana harus memahami betul mengenai apa yang harus

dilakukan berkaitan dengan kebijakan tersebut. Selain itu kelompok sasaran

kebijakan juga harus diinformasikan mengenai apa yang terjadi pada tujuan

dan sasaran kebijakan tersebut. Komunikasi dengan masyarakat luas mutlak

diperlukan dalam upaya mensosialisasikan kebijakan KLA di Kota

Yogyakarta. Dengan komunikasi yang berjalan dengan baik maka masyarakat

akan berpikiran bahwa para pemimpin bangsa yang sekaligus merupakan

pembuat keputusan adalah para pelaksana dari aspirasi masyarakat Kota

Yogyakarta. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat melalui komunikasi

yang baik akan memudahkan dalam menjalankan kebijakan tersebut.

Dasar hukum mengenai wewenang Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta


(55)

Walikota Nomor 4 tahun 2015 Tentang Pedoman Pemberian JPD, juga

Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian

JPD. Dalam peraturan walikota tersebut dijelaskan bahwa pasal 6 ayat (1)

mengatakan bahwa kegiatan pemberian JPD dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Yogyakarta melalui unit pelayanan teknis jaminan pendidikan

daerah (UPT JPD). Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai macam cara

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Sosialisasi mengenai JPD merupakan wewenang dari Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta dan dilakukan dengan melibatkan

sekolah-sekolah, masyarakat dan media massa demi mensukseskan program JPD Di

Kota Yogyakarta.

Bagan 3.1. Proses Implementasi Jaminan Pendidikan Daerah

Menurut Ibu Suryatni selaku Kepala unit pelayanan teknis jaminan

pendidikan daerah mengungkapkan bahwa :

Perwal nomor 19 Tahun 2010 dan 04 tahun 2015 DINAS

PENDIDIKAN

UPT. JPD SOSIALISASI masyarakat dan


(56)

“Langkah paling tepat dalam melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat Kota Yogyakarta secara bertatap muka langsung dalam menyampaikan kebijakan akan mempermudah dalam menerima masukan masalah keperluan yang dibutuhkan masyarakat penerima kebijakan”.(Wawancara dengan Ibu Suryatni selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan Pendidikan pada tanggal 10 November 2016)

hal ini sebagai wujud komunikasi yang dilakukan Dinas Pendidikan dalam

mensosialisasi kebijakan JPD sebagai berikut :

a) Sosialisasi Langsung Kepada Masyarakat

Bagan 3.2. Proses Sosialisasi

Sosialisasi dengan masyarakat dilakukan Di Balai Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta satu kali pada tahun 2015, sosialisasi yang dilakukan

kepada masyarakat dengan mengundang tokoh masyarakat serta 45

Kelurahan Kota Yogyakarta pada Juni 2015. Melalui tokoh-tokoh

masyarakat ini diharapkan informasi mengenai JPD dapat disampaikan

kepada masyarakat diwilayahnya masing-masing.

TOKOH MASYARAKAT SOSIALISASI

UPT.JPD (unit pelaksana teknis)


(57)

b) Melakukan Sosialisasi Disekolah (SD, SMP, SMA)

Bagan 3.3. Sosialisasi ke Jenjang Sekolah

Sosialisasi mengenai kebijakan JPD, sekolah dilakukan dari sekolah

dasar (SD) dilakukan sosialisasi sejumlah 153 sekolah, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dilakukan sosialisasi sejumlah 51 sekolah dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dilakukan sosialisasi sejumlah 42 sekolah.

Dilakukan secara langsung terjun kelapangan oleh Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta. Menurut ibu Suryatni :

“Sosialisasi yang dilakukan UPT JPD kepada sekolah salah satu contok, SMPN 10 Yogyakarta pada 4 Maret 2015 sebanyak 68 wali murid pemegang KMS. Sosialisasi dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda, setiap jenjangnya Sekolah Di Kota Yogyakarta dibentuk unit pelayanan teknis utara, timur, selatan, dan barat. Masing-masing sekolahnya nanti bergabung sesuai dengan wilayahnya sendiri”. (Wawancara dengan Ibu Suryatni selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan Pendidikan pada tanggal 10 November 2016)

Pada tanggal 4 Maret 2015 dilakukan sosialisasi program JPD untuk 1. SD (153)

3. SMA (42) 2. SMP (51) UPT.JPD


(58)

diikuti oleh orang tua siswa kelas VII pemegang KMS, yaitu sebanyak 68

orang. Pada kesempatan tersebut Kepala Sekolah mengajak seluruh orang

tua untuk bersyukur dengan adanya program JPD dari Pemerintah Kota

Yogyakarta ini. Adanya JPD (Jaminan Pendidikan Daerah) ini sangat

membantu orang tua yang memiliki keterbatasan ekonomi dalam

membiayai kebutuhan sekolah bagi anak-anaknya. Dengan adanya

bantuan dari Pemerintah ini, tidak ada lagi alasan untuk tidak sekolah atau

putus sekolah.

Dinas Pendidikan dalam sosialisasinya selalu menekankan kepada

peserta didik pemegang KMS untuk memilih sekolah sesuai dengan minat

dan keinginannya sendiri. Selain itu Dinas Pendidikan menghimbau agar

peserta didik pemegang KMS untuk memilih atau mendaftarkan diri dalam

PPDB di sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya dan penerima JPD

dalah satu tahun memiliki batasan penerima JPD tergantung

masing-masing sekolah seperti tabel jenjang SMP berikut :

c) Melakukan Sosialisasi dengan Media Massa

Bagan 3.4. Proses Sosialisasi

Media Massa UPT.JPD

(unit pelaksana teknis)


(59)

Sosialisasi kebijakan JPD melalui media massa, diharapkan mampu

menjangkau masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh kebijakan

jaminan pendidikan daerah. Menurut Ibu Suryatni :

“UPT JPD menjalin kerja sama dengan berbagai media massa yang ada di Kota Yogyakarta, baik yang elektronik maupun cetak seperti : Televisi, Radio, Surat Kabar, Tribun Jogja, dan lain-lain”. (Wawancara dengan Ibu Suryatni selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan Pendidikan pada tanggal 10 November 2016)

d) Melakukan Komunikasi Dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

Bagan 3.5. Proses Pendataan Penerima JPD

Dinas Pendidikan kota Yogyakarta ikut terlibat dalam proses uji

publik yang dilakukan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi di

masyarakat, proses pendataan penerimaan JPD dilakukan dengan para

meter yang telah dibuat Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Kartu Menuju Sejahtera berlaku hanya selama 1 (satu) tahun dan bisa Perpanjang Akir

Tahun Satu Tahun

KMS

Pendataan Akhir Tahun

Per Tahun (DINAMIS)


(60)

diperpanjang melalui pendataan pada akhir tahun. Pendataan Keluarga

Miskin dilakukan pada setiap satu tahun sekali karena pemetaan keluarga

miskin sangat dinamis. Keluarga yang masuk tahun ini masuk dalam

kriteria miskin, memungkinkan tahun depan sudah tidak termasuk dalam

kreteria keluarga miskin lagi, Dinas Pendidikan ikut bekerja sama dengan

dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi dalam uji publik keluarga

penerima KMS. Dinas Pendidikan menghimbau bagi masyarakat yang

memerlukan bantuan pendidikan untuk segera mendaftarkan diri ke Dinas

Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, seperti yang di ungkapkan Ibu

Suryatni :

“Untuk bisa mendapat bantuan JPD masyarakat harus bisa menunjukkan kartu menuju sejahtera (KMS) yang diurus di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang sudah di atur dalam Peraturan Walikota Yogyakarta”. (Wawancara dengan Ibu Suryatni selaku Kepala Unit Pelayanan Teknis Jaminan Pendidikan pada tanggal 10 November 2016)

oleh karena itu Dinas Pendidikan selalu menekankan kepada masyarakat

Kota Yogyakarta yang membutuhkan bantuan pendidikan dan masuk

kedalam indikator keluarga miskin untuk dapat segera mungkin

mendaftarkan diri ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi setelah

mendapat KMS selnjutnya mendaptarkan diri ke Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta dan Dinas Pendidikan Merekomendasi ke sekolah yang akan


(61)

Bagan 3.6. Langkah-Langkah Mendapatkan Kartu Menuju Sejahtera (KMS)

Berikut data siswa penerima Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) tahun

2015 yang terdaftar Se-Kota Yogyakarta yang dilakukan dengan bertahap,

tahap pertama sejumlah 14.579 siswa dan tahap kedua sejumlah 481 siswa,

seperti tabel berikut :

Tabel 3.1. Jaminan Pendidikan Daerah Dalam dan Luar Kota Tahun 2015 (Tahap 1 dan 2)

Jenjang Pendidikan

Tahap 1 Tahap 2

Jumlah Pelajar Jumlah Anggaran Jumlah Pelajar Jumlah Anggaran

TK Negeri 2 1.400.000 - -

TK Swasta 1.741 2.437.400.000 33 46.200.000

SD Negeri 4.948 3.463.600.000 149 104.300.000 SD Swasta 1.242 2.111.400.000 65 110.500.000 SMP Negeri 2.226 1.780.800.000 33 26.400.000 SMP Swasta 1.242 3.105.000.000 87 217.500.000

SMA Negeri 343 1.029.000.000 7 21.000.000

SMA Swasta 270 945.000.000 26 91.000.000

SMK Negeri 1.966 5.898.000.000 45 135.000.000

SMK Swasta 599 2.695.500.000 36 162.000.000

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Dalam Program ini yang paling banyak memperoleh manfaat program

ini yaitu Peserta didik yang merupakan penduduk Kota Yogykarta pemegang

kartu KMS yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan Membutuhkan Bantun Pendidikan Dinas Pendidikan KMS Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan


(1)

KERANGKA TEORI 1. Kebijakan Publik

Kebijakan menurut Amir Santoso mengatakan proses kebijakan terdiri dari enam tahapan yakini : perumusan masalah, pembuatan agenda, pembuatan kebijakan, adopsi kegiatan, penerapan kebijakan dan evaluasi kebijakan (Santoso, 1990, hal. 23) Menurut Thomas Dye dalam buku Subarsono, kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever goverments choose to do or not to do) (Subarsono, 2012, hal. 2). Sedangkan Menurut James E. Anderson dalam buku Subarsono, kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah (Subarsono, 2012, hal. 2). Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah (Subarsono, 2012, hal. 2).

William N.Dunn dalam buku Subarsono, Kebijakan Publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat Pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas Pemerintahan, sepeti pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain (Subarsono, 2012, hal. 2).

2. Implementasi Kebijakan

Menurut Edward III (1980) dalam buku Suranto studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi administrasi publik termasuk di dalamnya kebijkan publik. Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembuatan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya (Suranto, 2014, hal. 38).

Edward III (1980) mengungkapkan pendapatnya bahwa terdapat empat faktor atau variabel kritis dalam implementasi kebijakan publik, yaitu Komunikasi, Sumber daya, Disposisi (sikap kecenderungan) dan Struktur Birokrasi.

Adapun secara terperinci Edwards III (1980) menjelaskan empat faktor tersebut sebagai berikut:

1. Komunikasi

Agar implementasi dapat efektif dan penanggungjawab impelemntasi sebuah keputusan harus mengetahui apa yang mesti dilakukan. Dalam implementasi kebijakan komunikasi, perintah untuk mengimplementasikan kebijkan harus ditransmisikan kepada persoalan yang tepat dan perintah harus jelas, akurat dan konsisten. Dengan demikian dalam faktor komunikasi terdapat tiga aspek pokok, yaitu : Tranmisi, kejelasan dan konsistensi.

2. Sumber Daya

Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara efektif maka dibutuhkan sumberdaya yang cukup. Implementasi kebijakan akan tidak efektif apabila para implementor kekurangan sumberdaya yang penting untuk melaksanakan kebijakan. Dimana sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaksana kebijakan atau sumber dana untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kebijakan yang mutlak diperlukan.

a. Staf, yang jumlah dan skills (kemampuannya) sesuai dengan yang dibutuhkan b. Informasi

Informasi berbeda dengan komunikasi. Yang diperlukan disini adalah : 1) informasi yang terkait dengan bagaimana melaksanakan kebijakan tersebut serta 2) data terkait dengan kebijakan yang akan dilaksanakan. c. Wewenang

Wewenang akan berbeda-beda dari satu program ke program lain serta memiliki bentuk yang berbeda-beda seperti misalnya : hak untuk mengeluarkan surat panggilan untuk datang ke pegadilan, mengeluarkan perintah kepada pejabat lain, menarik dana dari suatu program, menyediakan danam membeli barang, jasa dan memungut pajak.


(2)

Fasilitas-fasilitas meliputi bangunan, perlengkapan, perbekalan. 3. Disposisi (Sikap Kecenderungan)

Yang dimaksud disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap kebijakan atau program yang harus mereka laksanakan karena setiap kebijakan membutuhkan pelaksana-pelaksana yang memiliki hasrat kuat dan komitmen yang tinggi agar mampu mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan. 4. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards III struktur yang tepat dapat memeberikan dukungan kuat terhadap kelancaran implementasi kebijakan. Terdapat dua hal penting dalam struktur birokrasi yaitu prosedur-prosedur kerja standar (Standard Operating Procedures) dan (Fragmentation). Berikut faktor yang dapat memepengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam proses implementasi kebijakan dapat terlihat pada gambar berikut.

3. Kota Layak Anak

Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005 melalui Kebijakan Kota Layak Anak. Untuk mengakomodasi pemerintahan kabupaten, belakangan istilah Kota Layak Anak menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA.

Menurut Nirwono Joga, Kota Layak Anak adalah suatu kota yang di dalamnya telah diramu semangat untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan kota yang berkelanjutan. Kota yang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapat perlindungan dari kekerasan (fisik dan nonfisik) serta diskriminasi (http://bincang2cupleez.multiply.com.02-09-2016). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kota layak anak merupakan kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak dan di dalamnya terdapat jaminan untuk perlindungan terhadap anak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang analisisnya dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan analisis data kualitatif. Dengan menggunakan teknik analisis data diantaranya wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, Lexy J, 2011) Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik, serta tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Wawancara, dokumentasi. Hasil data yang diperoleh melalu teknik pengumpulan data tersebut, kemudian penulis susun menjadi laporan sistematis. Pembahasan hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk deskriptif yang didukung dengan teori dan sumber dari buku, selanjudnya dianalisa untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015. Tahap terakhir yakni menarik beberapa kesimpulan sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.


(3)

HASIL DAN ANALISIS

1. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bagian Pendidikan di Kota Yogyakarta pada Tahun 2015

Implementasi Program Dinas Pendidikan terhadap program, Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD), Jaminan Pendidikan Daerah (JPD), Program Inklusi Di Kota Yogyakarta Implementasi dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dengan cara mensosialisasikan JPD bersama tokoh masyarakat dan Dinas Pendidikan mensosialisasikan kesemua tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas. Dan implementasi Program Inklusi berjalan dengan sangat baik memberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan Hak-hak dalam pendidikan layaknya anak normal lainya. Implementasi program peningkatan layanan pendidikan usia dini juga berjalan dengan baik juga, mengimplementasikan program dengan seminar menunjang pendidik, mengadakan workshop, juga pelatihan kepada pendidik.

Dari hasil Implementasi tahun 2015 angka pelayanan pendidikan sudah baik, dan ditinjau dari penilaian KLA Indikator yang di tetapkan Pemerintah Kota Yogyakarta dengan 60 indikator, bagian pendidikan sudah mendapatkan rata-rata nilai level 4 (empat)/nilai baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak di Bagian Pendidikan Di Kota Yogyakarta pada Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian penyebab Implementasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2015 terhadap program Peningkatan Layanan Pendidikan Usia Dini (PAUD), Jaminan Pendidikan Derah (JPD), Sekolah Inklusi Di Kota Yogyakarta, sudah berjalan dengan baik, terutama program Sekolah Inklusi dan Peningkatanan Layanan Pendidikan Usia Dini sangat berjalan dengan baik dan masyarakat Kota Yogyakarta merasakan dampak positif. walau ada beberapa hambatan dalam meimplementasi program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) di karenakan oleh beberapa faktor.

a. Faktor internal, kurangnya personil di bagian JPD Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, kemudian terjadi hambatan pelayanan dari masyarakat yang melapor JPD ke Dinas Pendidikan, Faktor-faktor tersebut termasuk dalam variabel konten kebijakan. Sedangkan, pada variabel kapasitas organisasi antara lain karena memiliki birokrasi complex structure, komunikasi dan koordinasi sulit dilakukan, serta sumber daya manusia yang belum memadai. b. Faktor eksternal, disebabkan oleh terjadinya intervensi tokoh elit terhadap implementasi program Jaminan Pendidikan Daerah. Faktor tersebut termasuk dalam variabel lingkungan kebijakan. Pada variabel kelompok sasaran program (target group) dikarenakan masih rendahnya kesadaran diri dari warga Kota Yogya yang mampu, dan KMS digunakan sebagai motif warga Kota Yogyakarta untuk mempermudah masuk sekolah negeri.


(4)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di Kota Yogyakarta Thun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015 sudah berjalan dengan baik seperti bidang JPD, Peningkatan Layanan PAUD, Sekolah Inklusi, walau masih ada kendala yang ditemukan dalam program JPD dalam bentuk mengimplementasikan program berkitan dengan Kota Layak Anak.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhinya Implementasi Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2015. Program Peningkatan layanan PAUD dan Sekolah Inklusi memiliki aspek komunikasi sudah baik. Aspek sumber daya sudah baik, aspek disposisi sudah baik, aspek stuktur birokrasi sudah baik, walau masih ada kekurangan dalam semua faktor implementasi dalam program Jaminan Pendidikan Daerah di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2015.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, W. N. (1994). Public Policy Analysis: An Introduction, New Jersey: Pearson Education. Dalam Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dye, T. L. (1972). Understanding Publicy. New Jersey. Gibson. (1986). Organisasi. Jakarta: Bina Aksara.

Hardius Usman & Nachrowi Djalal Nachrowi. (2004). Pekerja Anak di Indonesia (Kondisi, Determinan & Eksploitasi). Jakarta: Grasindo.

Kismartini, dkk. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, I. (2009). Public Policy (Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek. Surabaya: PMN.

Nugroho. (2003). Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Kebijakan. Jakarta: Gramedia.

Nugroho, R. (2003). Public Policy. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Riant Nugroho D. (2003). Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, A. (1990). Pengantar analisis kebijakan negara. Jakarta: Rineka, Cipta.

Solichin, A. W. (1991). Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara,.

Subarsono. (2012). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subarsono, A. (2008). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suranto. (2014). implementasi kebijakan otonomi pelayanan pendidikan. Yogyakarta: pustaka pelajar.

Sutama, I Made. (2012). “Konsep Pembangunan Global dan Nasional Perlindungan Anak” Pidato, Seminar Nasional world Fit For Children dalam Rangka Dies Natalis. Semarang: UNDIP.

Thomas L. Dye. (1972). Understanding Publicy, Prentice Hall. New Jersey: Inc. winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.

INTERNET

http://bincang2cupleez.multiply.com Program Pengembangan Kota Layak Anak Di 26 Kabupaten/Kota Di Akses Pada Tanggal 02-09-2016 Pukul 10:00 WIB

http://www.kpai.go.id/artikel/potret-kesenjangan-perlindungan-anak-dari-regulasi-hingga-implementasi/ Di Akses Pada Tanggal 15-09-2016 Pukul 20:00 WIB


(6)

http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=97:kota-layak-anak&option=com_content&Itemid=121 Di Akses Pada Tanggal 17-09-2016 Pukul 10:00 WIB

http://jogja.tribunnews.com.kota-yogya-gagal-naik-tingkat-penghargaan-kota layak-anak-2015 Di Akses Pada Tanggal 19-09-2016 Pukul 21:00 WIB

http://www.jogjakota.go.id/app/modules/upload/files/dok-

perencanaan/RancanganRPJMD2012-2016.pdf Di Akses Pada Tanggal 19-09-2016 Pukul 22:00 WIB

http://www.kla.or.id/index.php?option=com_content&view=category&id=54&Itemid=60 Di Akses Pada Tanggal 20-10-2016 Pukul 13:15 WIB

http://jogjakota.bps.go.id Di Akses Pada Tanggal 21-10-2016 Pukul 13:15 WIB

PERATURAN PEMERINTAH Undang-Undang Dasar 1945

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 169).

Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 47 Tahun 2008

Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemberian Jaminan Pendidikan Daerah

Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian JPD

Keputusan Wali Kota Nomor 43 tahun 2016 Tentang Pembentukan Gugus tugas Kota Layak Anak Kota Yogyakarta

Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 34 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengembangan Kota Layak Anak