IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATENKOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA JAKARTA UTARA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA JAKARTA UTARA SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh :

YUNITA RIZKY 6661130276

  

ABSTRAK

Yunita Rizky. 6661130276. Implementasi Kebijakan Pengembangan

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di Kota Jakarta Utara. Program Studi

Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen

Pembimbing I : Riswanda Ph.D. dosen Pembimbing II : Dr. Dirlanudin M.Si

  Pemenuhan hak anak harus dilakukan dan diperhatikan oleh Pemerintah untuk kelangsungan pembangunan di masa depan. Masih banyaknya anak-anak yang berstatus gizi kurang dan gizi buruk dan kematian bayi, serta belum adanya sarana Zona Selamat Sekolah di sekolah-sekolah Jakarta Utara khususnya yang berada di pinggir jalan raya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pencapain tujuan yang telah dilaksanakan pemerintah yaitu penerapan Program Kota Layak Anak di Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan teori Implementasi Van Metter dan Van Horn dalam Agustino 2008. Metode yang digunakan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang di gunakan adalah model Prasetya Irawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program KLA di Jakarta Utara secara umum sudah baik karena sudah adanya inisiatif pemerintah setempat yang mengarah pada Konvensi Hak Anak dalam bentuk kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang berbasis hak anak. Meskipun pemenuhan hak anak belum sepenuhnya optimal karena masih banyak ditemukam anak yang berstatus gizi kuran dan buruk, serta tidak adanya sarana Zona Selamat Sekolah di sekolah- sekolah Jakarta Utara. Saran yang dapat diberkan yaitu kerjasama yang dilakukan pihak pemerintah dan pihak swasta dalam meningkatkan askes masyarakat kepada pelayanan kesehatan yang bermutu dengan beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah dan Swasta, serta meningkatkan sinkronisasi antar dinas terkait dengan menyamakan pandangan tentang urgensi atas pentingnya pembangunan yang berbasis keselamatan anak-anak.

  Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Kabupaten/Kota Layak Anak

  

ABSTRACK

Yunita Rizky. 6661130276. Implementation of Child Friendly Cities

Development Policy in North Jakarta. Departement of Public Administration.

st

  Faculty of Social Science and Political Science. The 1 advisor : Riswanda nd

  Ph.D. 2 advisor II: Dr. Dirlanudin M.Si

The fulfillment of children right should be taken by the Government for the

continuity development in the future. There are still many children who have less

nutritional status and malnutrition and infant mortality, and the absence of School

Safe Zone facility in North Jakarta schools especially those on the edge of the

highway. The purpose of this research is to know the achievement of the

objectives that have been implemented by the government namely the

implementation of the Municipal Children's Care Program in North Jakarta. This

study uses the policy implementation theory by van Metter and Van Horn in

Agustino (2008).. The method used is a descriptive qualitative. Data collection

techniques used are interviews, observation, and documentation. Analysis of data

in use is Prasetya Irawan model. The results show that the implementation of the

KLA program in North Jakarta is generally good because of the existence of local

government initiatives that lead to the Convention on the Rights of the Child in the

form of policies, programs and development activities based on child rights.

  

Although the fulfillment of children's rights has not been fully optimal because

there are still many children with bad and bad nutrition status, and the absence of

the school's safe zone in North Jakarta schools. Suggestions that can be given are

cooperation by the government and private parties in improving public health

insurance to quality health services with several efforts made by the Government

and private sector, as well as improving synchronization between departments

related to equate the view of the urgency of the importance of development based

on child safety- child.

  Keywords: Policy Implementation, Child Friendly City

  Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah sebuah kematian, Tapi hidup tanpa tujuan. Karena itu, teruslah bermimpi untuk menggapai tujuan dan harapan, supaya hidup bisa lebih bermakna.

  

Kalau tidak bisa jadi no 1, maka jadilah yang Terbaik.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Alhamdulillah Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, hidayah, karunia, petunjuk dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Berkat bantuan dan campur tangan-Nyalah peneliti bisa berada pada titik ini. Tak hentinya mengucap syukur Alhamdulillah.

  Shalawat serta salam senantiasa peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para pengikutnya.

  Adapun penyusunan Proposal Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S-1) dengan judul

  “Evaluasi Penerapan Program

Kota Layak Anak (KLA) Di Jakarta Utara”. Peneliti menyadari bahwa dalam

  penyusunan Proposal Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak sehingga Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Bapak Riswanda, M.A., Ph.D, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang sekaligus dosen pembimbing 1 Skripsi yang senantiasa memberikan ilmu, kritik serta masukan kepada peneliti, membimbing peneliti dengan sabar dalam penyusunan Proposal Skripsi ini. Serta memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat membantu dalam penelitian ini.

  8. Bapak Dr. Dirlanudin, M.Si Pembimbing 2 Skripsi yang sekaligus dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan ilmu, kritik serta masukan kepada peneliti, membimbing peneliti dengan sabar dalam penyusunan Proposal Skripsi ini. Serta memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat membantu dalam penelitian ini.

  9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali ilmu selama masa perkuliahan.

  10. Para Staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan pelayanan administrasi maupun informasi selama perkuliahan.

  11. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Utara yang telah memberikan informasi dan data terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

  12. Kedua Orang Tuaku tersayang yang telah memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril maupun materil kepada peneliti dalam melakukan penelitian ini, dan tanpa lelah untuk mendoakan peneliti dalam meraih kesuksesan. Terimakasih Ibu, Bapak atas segala yang sudah diberikan.

13. Adik ku Tias dan adik sepupu ku Ika yang selalu memberikan semangat dan senantiasa menemani dalam melakukan penelitian.

  14. Kucing peliharaan ku tersayang yang bernama Emeng, yang selalu memberikan kenyamanan saat peneliti mulai merasa jenuh. Tetap menjadi kucing yang lucu ya.

  15. Teman-teman seperjuangan ANE angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan dan bantuan serta diskusi yang sangat berharga. Khususnya Hanny, Zazah, Mila, Dila, Devi, Linda, Adis, April, Wulan, Asep dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas canda tawa kehangatan yang diberikan.

  16. Cabe-cabean ku Sari dan Tunjung yang selalu memberikan semangat dan canda tawa dalam proses penelitian apabila peneliti mulai merasa putus asa.

  Semoga kalian cepat taubat dan tidak lagi menjadi cabe yang “nyelip” di hubungan mereka ya 

17. Teman-teman Kost seperjuangan, terimakasih atas kehangatan keluarga yang diberikan, serta dukungan dan semangat dalam melakukan penelitian.

  Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini, karena keterbatasan peneliti, maka dari itu kritik dan saran yang membangun tetap dinantikan guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Serang, November 2017 Yunita Rizky

  DAFTAR ISI Halaman

  Halaman Judul i

  Abstrak ii

  Abstract

  iii Lembar Pernyataan Orisinalitas iv

  Lembar Persetujuan v

  Motto Dan Persembahan vi

  Kata Pengantar vii

  Daftar Isi xi

  Daftar Tabel xv

  Daftar Gambar xvi

  Daftar Grafik xvii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang

  1.2 Identifikasi Masalah

  17

  1.3 Rumusan Masalah

  17

  1.4 Batasan Masalah

  18

  1.5 Tujuan Penelitian

  18

  1.6 Manfaat Penulisan

  19

  1.6.1 Manfaat Teoritis

  19

  1

  1.6.2 Manfaat Praktis

  19 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

  2.1 Deskripsi Teori

  2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

  20

  2.2 Implementasi Kebijakan Publik

  24

  2.2.1 Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Matter dan Carl Van Horn

  26

  2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan Paun Sabaiter

  30

  2.2.3 Implementasi Kebijakan Publik Model George C. Edward III 36

  2.2.4

  42 Implementasi Kebijakan Publik mOdel Merilee S. Grindle

  2.3 Konsep Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak

  47

  2.3.1 Latar Belakang KLA

  54

  2.3.2 Tujuan Kota Layak Anak

  56

  2.3.3 Landasan Hukum KLA

  57

  2.3.4 Prinsip, Strategi, dan Ruang Lingkup KLA

  61

  2.4

  62 Konsep „Child Friendly City’

  2.4.1

  63 Child Friendly SIX Community Goals City’

  2.5 Penelitian Terdahulu

  66

  2.6 Kerangka Berfikir

  89

  2.7 Asumsi Dasar

  70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Metodologi Penelitian

  72

  3.2 Instrumen Penelitian

  73

  3.3 Informan Penelitian

  75

  3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Wawancara

  76

  3.5 Uji Keabsahan Data

  82

  3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

  84 BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

  86

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Jakarta Utara

  86

  4.1.2 Gambaran Umum Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Jakarta Utara

  87

  4.1.3 Gambaran Umum Kota Layak Anak Kota Jakarta Utara

  91

  4.2 Deskripsi Data

  93

  4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

  93

  4.2.2 Daftar Informan Penelitian

  96

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

  98

  4.3.1 Ukuran dan tujuan kebijakan

  99

  4.3.2 Sumberdaya 101

  4.3.3 Sikap/kecenderungan (dispotition) para pelaksana 103

  4.3.4 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana 137

  4.3.5 Lingkungan ekonomi, sosial dan politik 140

  4.4 Pembahasan 143

BAB 5 PENUTUP

  5.1 Kesimpulan 168

  5.2 Saran 169

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Halaman

1.1 Daftar Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut

  7

  3.1 Informan Penelitian

  150

  4.4.1 Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Jakarta Utara

  4.3.4.6 Data Penyebab Kematian Bayi 127

  97

  4.2.2.1 Daftar Informan Penelitian

  77

  3.2 Pedoman Wawancara

  75

  16

  1.2 Daftar Jumlah Anak Menurut Jenis Kelamin Penduduk Kota Administrasi Jakarta Utara Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

  Kabupaten/Kota Administrasi 2014-2015

  14

  1.5 Daftar Jumlah Pelayanan Akte Kelahiran Tahun 2015

  12

  1.4 Jumlah Anak Tidak Sekolah Tahun 2017

  12

  1.3 Jumlah Kematian bayi Berdasarkan Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2017

  8

  1.6 Daftar Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Utara

  DAFTAR GAMBAR Halaman

  2.4.1.1 Child Friendly SIX Community Goals

  63

  2.7.1 Alur Kerangka Berfikir

  70

  3.4.2 Analisis Data Menurut Prasetya Irawan

  80

  3.8 Jadwal Penelitian

  4.1 Skema Kab/Kota Layak Anak

  91

  DAFTAR GRAFIK Halaman

  4.3.4.2 Grafik Cakupan ASI Eksklusif 120

  4.3.4.3 Grafik Cakupan MPASI 121

  4.3.4.4 Grafik Gizi Buruk 123

  4.3.4.5 Grafik Gizi Kurang 125

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Saat ini anak-anak masih dianggap sebagai kaum marginal dalam pembangunan, padahal keberadaan mereka sangatlah penting. Menurut United

  Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Partnership to Create Child Friendly

City: Programming for Child with Local Authorities (2001), sepertiga populasi

  dunia adalah anak-anak dam setengah dari populasi anak-anak hidup dibawah standar kemiskinan. Dalam konteks perkotaan, anak-anak memiliki peran penting yang sering dilupakan bahwa pada dasarnya mereka juga tinggal dan tumbuh di dalam sebuah kota. Sebagian dari mereka ada hidup dalam resiko tinggi.

  Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak sejak 5 September 1990. Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam menghormati serta memenuhi hak- hak anak di Indonesia. Komitmen ini sudah tertuang ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berorientasi pada Konvensi Hak Anak. Selain itu, Indonesia juga telah ikut serta menandatangani World Fit For Children Declaration (WFC) atau Deklarasi Dunia Layak Anak (DLA) pada tanggal 10 Mei 2002 saat sidang umum PBB ke- 27 khusus mengenai anak (27th United Nation General Assembly Special Session

  on Chilndren) .

  Pada tahun 2004, Komitmen Indonesia tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam “Program Nasional bagi Anak Indoneisa (PNBAI)”. Program ini menjadi

  2 perlindungan anak Indonesia. Terdapat 4 bidang pokok dalam PNBAI yang mengacu kepada 4 fokus perlindungan terhadap program WFC, yaitu : promosi hidup sehat, penyediaan pendidikan yang berkualitas, perlindungan terhadap perlakuan salah, eksploitasi, dan kekerasan, serta penanggulangan HIV/AIDS. Untuk mempercepat komitmen ini, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dengan dukungan dari Kementerian/Lembaga terkait mengembangkan Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), yang dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang pembagian Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabuaten/Kota.

  Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) telah merintis pembentukan kota layak anak sejak tahun 2006 dengan menyiapkan aturan pelaksanaan untuk tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota. Untuk dapat dikategorikan sebagai kota layak anak, harus memenuhi 31 indikator yang merujuk pada kluster Konvensi Hak Anak. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011, Kota Layak Anak didefinisikan sebagai Kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak.

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan anak adalah seseorang

  3 kandungan. Dalam proses mewujudkan Kota Layak Anak adalah ketulusan dan keikhlasan setiap orang dewasa dalam menerima kehadiran anak di tiap proses pembangunan kota dan memberikan kesempatan oleh orang dewasa terhadap mereka. Menurut Dr. Mansour Fakih, beliau mengatakan bahwa pembangunan dan perubahan sosial sebelum meletakan anak sebagai subjek, atau paling tidak memperhitungkan anak dalam arah pembangunan. Dewasa ini, sering terdengar dan tersosialisasi adalah bagaimana membantu orang dewasa untuk dapat memfasilitasi, menghargai, dan menghormati hak anak.

  Dalam menerapkan kebijakan tersebut, hasil yang dicapai tidak merata sepenuhnya dan berbagai kendala pun ada. Terutama di beberapa kabupaten dan kota yang tertinggal. Masa depan yang cerah bagi anak barulah merupakan khayalan semata dan pencapaian itu pada umumnya kurang memenuhi kewajiban pemerintah dan komitmen negara. Keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat yang menjadi penentu keberhasilan dalam mempercepat terwujudnya komitmen negara belum mendapakan bantuan dan bimbingan secara teratur, teroganisasi, dan terjadwal. Tanggung jawab utama untuk melindungai, mendidik, dan mengembangkan anak terletak pada keluarga.

  Akan tetapi segenap lembaga pemerintah dan masyarakat belum banyak membantu. Seharusnya lembaga pemerintah tersebut mampu menghormati hak anak serta menjamin kesejahteraan anak dan memberikan bantuan serta bimbingan yang layak bagi orang tua, keluarga, wali, dan pihak-pihak yang mengasuh anak agar dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman

  4 Selain itu, ada pemahaman berbeda-beda di kalangan orang tua mengenai arti seorang anak. Pada sebagian orangtua memahami anak sebagai „amanah‟ dan „titipan‟ yang harus dilindungi dan dihargai. Sedangkan pada sebagian orangtua, anak sebagai „aset keluarga‟ yang harus mengerti orangtua. Pemahaman yang terakhir ini yang sungguh memperihatinkan, anak menjadi korban perdagangan anak, eksploitasi ekonomi dan seksual, serta tumbuh dan berkembangnya terabaikan.

  Sejumlah besar anak-anak hidup tanpa bantuan orang tua, misalnya anak yatim piatu, anak jalanan, anak pengungsi, dan anak yang tergusur dari tempat tinggalnya, anak korban perdagangan, anak korban eksploitasi ekonomi dan seksual, serta mereka yang berada di lembaga pemasyarakatan, belum mendapat perhatian dan perlindungan secara khusus. Hal yang sama juga dialami oleh lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak tersebut kurang mendapat pembinaan dan apresiasi dari pemerintah dan masyarakat.

  Persoalan lain yang cukup dasar adalah kemiskinan yang menjadi satu- satunya kendala terbesar yang merintangi upaya memenuhi kebutuhan, melindungi dan menghormati hak anak. Seharusnya hal ini mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi, upaya untuk mengatasi persoalan ini diberbagai kabupaten dan kota belum terencana dengan baik dari penciptaan lapangan kerja, ketersediaan mikro-kredit sampai investasi dibidang infrastruktur.

  Anak-anak adalah warga yang paling terpukul oleh kemiskinan, karena kemiskinan itu sangat mendera mereka untuk tumbuh dan berkembang.

  5 Menurut Prof. Irwanto, PhD dalam bukunya yang berjudul

  

Mengarustamaan Hak-Hak Anak Dalam Pembangunan Nasional : Perspektif

Ekologi Perilaku Manusia

  mengatakan bahwa “salah satu paradoks pembagunan manusia modern adalah diakuinya anak-anak sebagai masa depan kemanusiaan, tetapi sekaligus sebagai kelompok penduduk yang paling rentan karena sering diabaikan dan dikorbankan dalam proses pembangunan itu sendiri. Ketika ekonomi membaik dan pembangunan di segala bidang bergairah, kepentingan anak tidak menjadi prioritas. Akan tetapi, apabila ekonomi memburuk, konflik berkecamuk, kekacauan sosial berkembang dimana-mana, anak menjadi korban atau dijadikan tumbal umtuk memenuhi kebutuhan orang dewasa.

  Namun dari sederetan persoalan yang mendera anak, secara nyata yang perlu dipahami oleh kita adalah penerimaan terhadap berbagai komitmen internasional yang disepakati oleh Negara untuk kemajuan anak Indonesia. Sebut saja Deklarasi Dunia dan Rencana Aksi dari World Summit for Children, The

  

Dakar Framework : Education For All dari World Education Forum, Deklarasi

Millennium Development Goals , Deklarasi dan Rencana Aksi World Fit for

Children , dan yang terakhir Deklarasi dan Rencana Pembangunan Berkelanjutan

dari World Summit on Sustainable Development.

  Media masa belum mengambil peran secara proposional. Isu-isu anak selalu kalah ruang di media masa cetak mampu elektronik, dan selalu kalah bersaing dengan isu-isu politik yang mendominasi pemberitaan di media. Opini dan pemahan publik terhadap isu-isu anak tertinggal sangat jauh dari yang

  6 ataupun porsi pemberitaanya kesan yang timbul justru pelecehan terhadap anak.

  Karena menempatkan anak sebagai obyek program sehingga sangat banyak ditemui pemberitaan dan program dalam media masa yang justru menjauhkan anak-anak dari originalitas budayanya dan bahkan membuat anak-anak Indonesia terkontaminasi oleh budaya asing.

  Dari yang uraikan sebelumnya, bahwa ada tantangan besar untuk mempercepat implementasi hak anak di tingkat orangtua, masyarakat, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional pada masa kini dan masa datang. Padahal masalah bukan hanya anak, namun jika pemerintah tidak melakukan inisiatif secara cepat dikhawatirkan kepentingan terbaik bagi anak terabaikan. Artinya, hak tumbuh dan berkembang mereka kurang optimal, yang akan berujung pada hilangnya satu generasi bangsa.

  Salah satu permasalahan terbesar terkait anak ialah di Jakarta. Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, kehidupan gemerlap kota mejadikan Jakarta sebagai kota metropolitan. Gaya hidup masyarakat kota cenderung mengikuti tren-tren budaya barat. Bahkan, anak-anak muda jaman sekarang juga mengikuti tren tersebut sehingga melupakan budayanya sendiri. Dengan begitu banyaknya tren yang masuk ke Indonesia, sedikit demi sedikit merubah pola pikir orang tua bahkan anak-anak. Orang tua cenderung lebih bangga apabila anaknya meniru kebudayaan asing. Perilaku seperti ini, akan membuat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan sifat individual tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Sifat individual akan sangat merugikan bagi anak-anak karena mereka akan kehilangan

  7 masa-masa dimana seharusnya seusia mereka bermain bersama kawan sebayanya, bergabung dalam kelompok sehingga tetap menanamkan jiwa kebudayaan timur.

  Jakarta sebagai salah satu kota yang sangat padat akan penduduk karena Jakarta merupakan kota urbanisasi dari berbagai daerah dengan tujuan yang bermacam-macam. Banyaknya pemukiman warga yang berdiri di wilayah DKI Jakarta membuat luas ruang terbuka semakin sempit karena perlahan bergeser menjadi bangunan-bangunan, baik pemukiman tempat tinggal, gedung perkantoran, dan mall. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Suku Dinas PPAPP, menyatakan bahwa Jakarta Utara dalam menuju Kota Layak Anak masuk dalam grade 1 dengan kategori Pratama.

  Jakarta dibagi menjadi 5 wilayah administratif, yaitu Kota Administratif Jakarta Barat, Kota Administratif Jakarta Pusat, Kota Adminsitratif Jakarta Timur, Kota Administratif Jakarta Utara, Kota Administratif Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu di mana dari masing-masing wilayah administrasif tersebut memiliki jumlah penduduk yang padat.

Tabel 1.1.1 Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

  

Administrasi 2014-2015

Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Kab/Kota

  Penduduk Per 2014 2015 Tahun

  Kepulauan Seribu 23.011 24.011 0,50 Jakarta Selatan 2.164.070 2.185.711 1,03

  Jakarta Timur 2.817.994 2.817.994 1,36 Jakarta Pusat 910.381 914.957 1,00

  8 Jakarta Barat 2.430.410 2.463.560 Jakarta Utara 1.729.444 1.747.315 5,35

  Jumlah 10.075.310 10.150.619 0,74 Sumber : Data Profil Provinsi DKI Jakarta.

  Di lihat dari jumlah penduduk setelah dilakukan sensus penduduk pada tahun terakhir yaitu tahun 2010, semakin tahunnya terjadi peningkatan yang signifikan. Membuktikan bahwa, peningkatan penduduk juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, meningkatnya masyarakat yang melakukan urbanisasi dari desa menuju kota yang menjadi salah satu penyebab semakin menumpuknya pemukiman penduduk di kota, juga usia perkawinan yang menyebabkan meningktanya angka kelahiran.

  Semakin bertambahnya jumlah penduduk di kawasan kota, maka semakin padatnya ruang terbuka di kota tersebut. Maka dengan begitu, akan semakin menyusutlah ruang untuk sekedar berbincang antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Terlebih lagi akan sangat mempengaruhi gerak terutama bagi anak-anak yang masih di usianya membutuhkan ruang terbuka untuk dapat mencurahkan ekspresinya.

  Berikut tabel jumlah anak menurut jenis kelamim penduduk kota administrasi Jakarta Utara menurut kelompok umur tahun 2015

Tabel 1.1.2 Jumlah Anak Menurut Jenis Kelamin Penduduk Kota Administrasi

  

Jakarta Utara Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Umur

  9 0-4 77.824 72.122 149.946 5-9 81.797 76.612 158.409

  10-14 76.362 72.116 148.478 15-19 62.514 60.509 123.023

  Jumlah 298.498 281.359 579.856 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara.

  Pada tanggal 17 Desember 2013 lalu, berlangsung Deklarasi Jakarta Menuju Kota Layak Anak. Deklarasi itu dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, setidaknya ada 43 unsur yang ikut menandatangani Deklarasi itu. Diataranya para Walikota se-DKI Jakarta, Bupati Kepulauan Seribu, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI Jakarta, Kesbangpol DKI Jakarta, Tokoh Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komnas Anak, Perwakilan Kapolri, Perwakilan UNICEF, dan sejumlah lembaga dan instansi lainnya.

  Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah yang memiliki banyak persoalan terkait dengan dengan anak, pengembangan Kota Layak Anak (KLA) dilingkup kecamatan dilaksanakan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak. Hal ini disampaiakan oleh Agus Setiawaselaku Sekretaris Camat Kecamatan Ciincing.

  Kota Administrasi Jakarta Utara secara serius mengembangkan Kota Layak Anak, terlihat dari upaya mengembangkan 31 (tiga puluh satu Indikator) yang ada dalam indikator Kota Layak Anak sesuai dengan Peraturan Pemerintah PP dan PA No 11 Tahuntentang Indikator Kota layak Anak, melalui Kantor

  10 Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Wahana Visi Indonesia(WVI) telah melaksanakan sosialisasi kebijakan pengembangan Kota Layak Anak dan Pendalaman terkait 31 (tiga puluh satu ) Indikator dalam KLA.

  Kegiatan ini dilakukan di 6 (enam ) Kecamatan di Wilayah Jakarta Utara yaitu di Kecamatan Cilincing dan Kelapa Gading pada tanggal 26 April, sedangkan di hari berikutnya di Kecamatan Tanjung Priuk dan Koja sedangkan di Hari terakhir tanggal 30 April dilakukan di Kecamatan Pademangan dan Penjaringan.

  “Pengembangan Kota Layak Anak memerlukan partisipasi dari pemerintah yang terdiri dari Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif dari pusat hingga daerah, LSM pemerhati anak, masyarakat, dunia usaha, dan anak sendiri. Semuanya bersirner gi dalam mengisi KLA di wilayahnya” Ujar Krisdianto,SE selaku Kasubbid Data Pengembangan Kota Layak Anak. Dalam setiap sesi disetiap kecamatan dilakukan pendalaman indikator dalam rangka membangun Rencana Aksi Daerah (RAD) Kota Jakarta Utara.

  Dalam artikel yang berjudul Jakarta Utara Menuju Kota Layak Anak, pembentukan Focus Discussion Group (FGD) berdasarkan kelurahan dapat secara praktis memetakan persoalan anak di lingkungan kelurahan yang pada akhirnya kecamatan dan Kota Jakarta Utara. Banyak masukan terkait pemenuhan hak anak yang perlu diperbaiki di wilayah Jakarta Utara diantaranya: masih minimnya

  11 taman bermain anak yang telah dibangun dan layak bagi anak sehingga anak tidak bermain dijalan yang mengganggu pengguna jalan lainnya, masih sulitnya mendapatkan akses air bersih terkait letak wilayah, masih rendahnya kepemilikan akte dibeberapa kecamatan karena kurangnya informasi terkait prosedur pencatatan akta kelahiran, masih sedikitnya tenaga pelayanan masyarakat yang terlatih Konvensi Hak Anak (KHA) dan, rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi hak dasar anak dan menghargai pandangan anak.

  Selama kurun waktu 5 tahun setelah penerapan program Kota Layak Anak di Jakarta Utara, terhitung sejak tahun 2013. Masih banyak ditemukan hal-hal yang perlu ditinjau ulang oleh Pemerintah terkait program tersebut, seperti :

  Pertama, di Jakarta Utara masih terdapat gizi buruk dan gizi kurang pada bayi yang disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan nutrisi kepada anaknya yang apabila di diamkan akan mengakibatkan kematian. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi selain terjangkit gizi kurang dan gizi buruk, seperti kematian bayi sebelum 1 bulan (neonatal) umumnya berhubungan dengan kondisi sewaktu kehamilan/kelahiran seperti kelahiran pre- term, berat badan lahir rendah, infeksi, asphyxiadan neo-natal tetanus. Sedangkan kematian lepas baru lahir (post neo-natal) umumnya penyebab kematian post neo- natal di negara-negara berkembang adalah diare dan pneumonia dan upaya preventif mengurangi kematian post-neonatal adalah melalui peningkatan gizi dan pemberian ASI selain vaksinasi/imunisasi lengkap

  Berikut tabel angka kematian bayi berdasarkan kecamatan di Jakarta Utara

  12 Tabel 1.1.3

  13

  1

  2

  1

  7

  6 Kelapa Gading

  1

  1

  1 Jakarta Utara

  11

  7

  7

  3

  3

  29 Sumber : Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

  Apabila dilihat menurut kota/kabupaten, maka Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah kematian anak baik neonatal dan post neo-natal yaitu 66 anak. jumlah kematian bayi ini perlu menjadi perhatian pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan sosialisasi berkaitan dengan perilaku kesehatan saat kehamilan dan setelah melahirkan.

  Kedua, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi hak dasar anak terkait pendidikan. Terhitung tahun 2013/2014 terdapat jumlah siswa putus sekolah baik tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Berikut tabel siswa putus sekolah.

Tabel 1.1.4 Jumlah Anak Tidak Sekolah pada SD hingga SMA Tahun 2017 Tingkat Jumlah

  SD 10 anak SLTP 18 anak

  7

  5 Cilincing

  Jumlah Kematian bayi Berdasarkan Puskesmas di Kota Administrasi

Jakarta Utara Tahun 2017

No Puskesmas Jumlah Kematian

  1

  0-6 Hr 7 hr-28 hr 28 hr - 11 bln 12 bln - 5 th >5 tahun Lahir Mati

  1 Penjaringan

  2

  1

  1

  2 Tanjungpriok

  2

  2

  5

  4

  3 Koja

  1

  4

  1

  2

  11

  4 Pademangan

  1

  SMA 5 anak Jumlah 33 anak

  13 Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hak dasar yaitu pendidikan.

  Ketiga, masih belum optimalnya pembangunan zona selamat sekolah di sekolah-sekolah yang berada di pinggir jalan besar. Setelah melakukan wawancara dengan Dinas Pendidikan terkait fasilitas zona selamat sekolah, hingga tahun ini belum ada pembangunan yang dilakukan. Menurut penuturan beliau, hal ini disebabkan karena terkait dengan anggaran. Begitu pun pemaparan dari Kepala Seksi Suku Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk bahwa belum adanya pembangunan Zona Selamat Sekolah yang disebabkan oleh tidak turunnya anggaran. Apabila zona selamat sekolah tidak ada, dikhawatirkan adanya tingkat kecelakaan pada anak.

  Zona Selamat Sekolah (ZoSS) adalah pengendalian kegiatan lalu lintas melalui pengaturan kecepatan dengan penempatan marka dan rambu pada ruas jalan di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk mencegah terjadi kecelakaan sebagai upaya menjamin keselamatan anak di sekolah.fasilitas perlengkapan jalan pada ZoSS berupa marka dan rambu sebagai berikut : marka jalan, rambu lalu lintas yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan.

  Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 Tahun 2011 Tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak, terdapat 5 Klaster untuk menjadikan Kabupaten/Kota bisa dikatakan menjadi

  14 Kabupaten/Kota yang layak bagi anak. Klaster Hak Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b meliputi: a. hak sipil dan kebebasan; b. lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; c. kesehatan dasar dan kesejahteraan; d. pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya; dan e. perlindungan khusus.

  6 Juni 1.450 1.336 2.786

  12 Desember 2.299 2.431 4.730

  11 November 1.914 1.890 3.804

  10 Oktober 1.963 2.098 4.061

  9 September 2.162 2.109 4.271

  8 Agustus 2.144 2.035 4.179

  7 Juli 1.081 1.027 2.108

  5 Mei 1.452 1.409 2.861

  Dalam 5 klaster hak anak yang dimaksud diatas ialah pemenuhan hak sipil anak salah satunya kepemilikan akte kelahiran. Berikut jumlah pelayanan Akte Kelahiran yang tercatat di Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Utara tahun 2015 terlampir pada table berikut :

  4 April 1.369 1.304 2.673

  3 Maret 1.446 1.451 2.897

  2 Februari 2.023 2.019 4.042

  1 Januari 1.826 1.762 3.588

  No Bulan Laki-laki Perempuan Total

Tabel 1.1.5 Jumlah Pelayanan Akte Kelahiran Tahun 2015

  Total 21.129 20.871 42.000

Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Administrasi Jakarta

Utara Tahun 2015

  15 Dari data jumlah pelayanan akte kelahiran di Jakarta Utara, bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya seorang anak untuk memiliki surat kelahiran.

  Salah satu bentuk untuk membantu program Kota Layak Anak setelah memenuhi hak sispil anak juga tercantum di dalam salah satu klaster yaitu pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, Pemerintah Kota Jakarta Utara membangun ruang publik bagi anak yang tersebar luaskan di Kota Jakarta Utara, yaitu RPTRA atau Ruang Publik Terbuka Ramah Anak. RPTRA adalah konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai macam permainan menarik, pengawasan CCTV, dan ruangan-ruangan yang melayani kepentingan komunitas yang ada disekitar RPTRA tersebut seperti ruang perpustakaan dan fasilitas lainnya.

  Ruang Publik Terpadu Ramah Anak atau yang disingkat menjadi RPTRA merupakan suatu wujud nyata dari Kota Layak anak yang diatur dalam Peraturan Gubernur No 196 Tahun 2015 Tentang Pendoman Pengelolaan RPTRA. Sampai saat ini, sumber daya manusia yang berperan dalam melakukan pengelolaan RPTRA masih sangat minim sehingga menjadi salah satu kendala tewujudnya Ruang Publik terpadu Ramah Anak yang semestinya. DKI Jakarta dalam mewujudkan penerapan Kota Layak Anak sebagai wujud menghormati hak-hak anak, telah membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) baik yang sudah ditesmikan maupun yang masih dalam proses pembangunan.

  16 Tabel 1.1.5

  2 RPTRA Manunggal

  Kecamatan Kelapa Gading, 3. Kecamatan Koja, 4. Kecamatan Pademanngan, 5. Kecamatan Penjaringan,

  Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Utara berada di 31 lokasi Jakarta Utara yang terbagi menjadi 6 Kecamatan yaitu :

  2 Sumber : data diolah oleh peneliti

  16,Jakarta Utara 4,741 m

  Indah Penjaringan Penjaringan,Jl. Wacung RW

  2 RPTRA Penjaringan

  2,000 m

  Inspeksi RW 03,08, 09",Jakarta Utara

  Utara Koja Rawa Badak Utara,"Jl.

  2 RPTRA Rawa Badak

  RW 02,Jakarta Utara 1,500 m

  2 RPTRA H. Oyar Kelapa Gading Pegangsaan Dua,Jl. H Oyar

  Juang Rw 07,Jakarta Utara 1,145 m

  Juang Cilincing Sukapura,Jl. Manunggal

  1,551 m

  Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Jakarta Utara Nama RPTRA Kecamatan Alamat Luas

  Pademangan Pademangan Timur,Bawah Tol Ancol,Jakarta Utara

  2 RPTRA Pademangan Timur.

  5,000 m

  SUCI, Jakarta Utara Penjaringan Pejagalan, Jl. Pluit Mas Utara Jakarta Utara.

  2 RPTRA DHARMA

  2,224 m

  Kelapa Gading, Jl. Kelapa Lilin VIII,Jakarta Utara

  2 RPTRA NKRI, Pegangsaan Dua.

  3,513 m

  Tanjung Priok, Sunter Jaya Rt 005, 006, 013 Rw 05 Jakarta Utara.

  2 RPTRA Sunter Jaya Berseri.

  3,838 m

  Tanjung Priok Sungai Bambu, Jl Jati Raya Rw 06 Jakarta Utara.

  RPTRA Sungai Bambu, Sungai Bambu,Jl. Jati Raya Rw 06 .

1. Kecamatan Cilincing, 2.

  17 6.

  Kecamatan Tanjung Priok. Ruang Publik terpadu Ramah Anak (RPTRA) dibangun di masing-masing

  Kecamatan se-Jakarta Utara di tiap-tiap Kelurahan. Di Jakarta Utara Jumlah RPTRA direncanakan akan dibangun di 31 Lokasi yang berbeda, hingga saat ini per bulan September 2016 jumlah RPTRA di Jakarta Utara sudah dibangun di 9 lokasi dan sisa nya masih dalam tahap pembangunan.

1.2 Identifikasi Masalah : 1.

  Masih banyaknya anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk, sehingga menyebabkan jumlah kematian pada bayi dan balita.

2. Program pemerintah di bidang pendidikan belum sepenuhnya mampu .

  mengurangi jumlah anak yang putus sekolah 3. Kurangnya perhatian Pemerintah terhadap beberapa pmbangunan sarana dan prasarana menuju Kota Layak Anak, terlihat dari minimnya kuantitas dan kulaitas zona selamat sekolah di sekolah-sekolah yang berada di pinggir jalan besar.

1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada studi pendahuluan dimuka dengan memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah , maka yang menjadi kajian peneliti, yaitu :

  18 Bagaimana implementsi kebijakan program Kota Layak Anak di Jakarta Utara ?

  1.4 Batasan Masalah

  Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan mempfokuskan pada masalah dalam implementasi Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di Jakarta Utara; di Suku Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Utara, Suku Badan Perencanaan Pembangunan Kota Administrasi Jakarta Utara, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Utara, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Utara, Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, Suku Dinas Kawasan Pemukiman dan Kepadatan Penduduk Jakarta Utara, Koordinator RPTRA, Ketua Forum Anak, Masyarakat. Adapun penelitian ini dilakukan dari bulan Spetember 2016 sampai Agustus 2017.

  1.5 Tujuan Penelitian

  Maksud dan tujuan penelitian berikut antara lain yaitu : Untuk mengetahui implementasi kebijakan pengembangan Kota Layak Anak di Jakarta Utara.

  19

1.6 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian yang di harapkan peneliti : 1.

  Manfaat Teoritis a. Penulisan ini sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama perkuliahan dibandingakan dengan penerapannya secara nyata.

  b.

  Memberikan pengetahuan yang lebih tentang Ilmu Administrasi Negara khusunya yang berkaitan dengan implementasi Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di Jakarta Utara.

2. Manfaat Praktis a.

  Manfaat bagi penulis atau peneliti adalah menambah ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara yang berkaitan tentan.

  b. g masalah dalam implementasi kebijakan pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di Jakarta Utara.

  c.

  Manfaat yang didapat oleh pihak Pemerintah Kota Jakarta Utara ialah mengetahui implementasi Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di wilayahnya.

  d.

  Manfaat bagi masyarakat dan dunia usaha adalah membangun kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk peduli dalam memenuhi hak-hak anak sehingga Kota Layak Anak dapat terwujud di Jakarta Utara.

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

  2.1.1Pengertian Kebijakan Publik

  2.1.2 Pengertian Kebijakan

  Kebijakan adalah suatu konsep dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dan cara bertidak. Kebijakan dapat diterapkan di segala bidang seperti pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Makna kebijakan dalam bahasa inggris modern adalah

  “A course of action or plan, a set of

political purposes as apposed to administration”(seperangkat aksi atau rencana yang