Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Denpasar.

(1)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK

DI KOTA DENPASAR

TIM PENELITI :

NI LUH GEDE ASTARIYANI,SH.,MH. NIDN : 0019037607 (KETUA) MADE NURMAWATI.,SH.,MH NIDN : 0031036208 (ANGGOTA)

Dibiayai dari dana DIPA BLU Satuan Kerja Universitas Udayana

Nomor : DIPA-023.04.2.415253/2015 Tanggal 14 November 2015, SK No :

195a/UN.14.1.11/PNL.06/2015 tanggal 4 Mei 2015 dengan Kontrak Nomor :

966 C/UN.14.1.11/KU/SPK/2015

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN

2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

Judul Penelitian :Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar Bidang Ilmu : Ilmu Hukum

Ketua Peneliti

a.Nama lengkap dengan gelar : Ni Luh Gede Astariyani, SH., MH. b. NIP / NIDN : 19760319 199903 2 002 / 0019037607 c. Pangkat/Gol : Penata / III d

d. Jabatan Fungsional/Stuktural : Lektor

e. Pengalaman Penelitian : ( terlampir dalam CV) f.PS/Fakultas : Hukum

f. Alamat Rumah / HP : Jl Zidam Gg BiawakNo 49

g. Telepon/E-mail : 081916254566/astariyani99@yahoo.com Jumlah Tim Peneliti : 2 (empat) orang

Lokasi Penelitian : Kota Denpasar Jangka waktu penelitian : 6 (enam) bulan

Biaya Penelitian : Rp. 9.000.000 (sembilan juta rupiah)

Denpasar, 10 September 2015 Menyetujui :

Dekan Fakultas Hukum

Ketua Peneliti,

(Prof. Dr. I Gusti Ngurah WairocanaSH.,MH) NIP.19530401 198003 1 004

( Ni Luh Gede Astariyani.,SH.,MH ) NIP: 19990319 199903 2 002


(3)

(4)

i DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ……… ii

DAFTAR ISI ……… iii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ……… v

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

BAB III. TUJUAN ……… 9

BAB IV. METODE ……… 12

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

BAB VI PENUTUP ... 31

DAFTAR PUSTAKA ……… 33 LAMPIRAN

- CV


(5)

ii ABSTRAK

Anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus masa depan bangsa, penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kan menjadi pilar utama pembangunan nasional. SDM yang berkualitas tidak dapat lahir secara alamiah, bila anak dibiarkan tumbuh dan berkembang tanpa perlindungan maka mereka akan menjadi beban pembangunan karena akan menjadi generasi yang lemah, tidak produktif dan tidak kreatif. Ditinjau dari aspek perlindungan, terbatasnya tempat yang aman bagi anak serta masih banyaknya anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, diskriminasi dan perlakuan yang salah. Target Penelitian tentang Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar adalah diharapkan dapat 1). merumuskan dasar kewenangan Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar. 2) Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota.

Metode yang digunakan dengan 1) Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks hukum yaitu pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik (kebijakan negara) secara kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap Pengembagan Kota Layak Anak.2)Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan konteks saat peraturan perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan dalam rangka Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar.Luaran penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam bentuk Publikasi jurnal lokal Fakultas Hukum Kertha Patrika Fakultas Hukum Universitas Udayana


(6)

1 ABSTRACT

The child is potentially a very important, the next generation of the nation's future, determine the quality of human resources (HR) of Indonesia which became the main pillar of national development. Qualified human resources can not be born naturally, when children are allowed to grow and flourish without protection, they will become a burden of development because it will be the generation that is weak, unproductive and uncreative. Judging from the aspect of protection, lack of a safe place for children and there are still many children who are victims of violence, harassment, discrimination and the wrong treatment. Target Research on Urban Development Eligible Children in Denpasar is expected to be 1). Urban Development authority to formulate the basis of Eligible Children in Denpasar. 2) To build a government initiative the city directed to the transformation of the Convention on Rights of the Child (CRC) of the legal framework into definitions, strategies and development interventions in the form of policies, programs and development activities aimed at the fulfillment of children's rights in a district / city.

The method used to 1) Conduct textual study, which analyzed the legal text, namely clauses in legislation and public policy (state policy) is critical and explained the meaning and implications for developing a Decent City Anak.2) Perform contextual studies, namely associate with the current context of the legislation that created or interpreted in the context of City Development Eligible Children In Cities Denpasar.Luaran research is expected to add to the understanding and the research results can be published in a local journal publication Patrika Kertha Faculty of Law Faculty of Law University of Udayana


(7)

2 BAB I.

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Persoalan anak di masyarakat Indonesia pada umumnya dan di Kota Denpasar khususnya tampak semakin memprihatinkan. Secara umum permasalahan anak yang muncul di wilayah perkotaan sangat kompleks seperti kenakalan remaja, perkosaan, pelecehan seksual, traffiking, perdagangan anak, dan lain-lain. Hal ini terjadi tentu tidak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membawa dampak terhadap sikap dan perilaku masyarakat baik yang dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu, pemerintah maupun lembaga-lembaga lain yang konsen terhadap permasalahan anak tidak mau tinggal diam membiarkan persoalan ini berkembang semakin parah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah seperti program Kabupaten/kota layak anak, lomba-lomba BKB, BKR, P2WKSS, dan berbagai program lainnya.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat untuk mengatasi persoalan anak pada dasarnya bertujuan untuk melindungi anak-anak dari berbagai ancaman yang dapat mengganggu tumbuh kembang dan kesejahteraannya. Hal ini penting dilakukan mengingat bahwa anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib masa depan negara kita. Terkait dengan hal ini lembaga khusus yang menangani masalah anak seperti Kementerian Negara pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) bersinergi dengan lembaga lain yang berkopeten dalam mengimplementasikan program-program yang terkait anak. Dalam pratik penyelengaraan Perlindungan Anak di Provinsi Bali, terdapat beberapa kasus yang terjadi terhadap Perlindungan Anak Adapun data tindakan kekerasan tersebut terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 1: Data Kasus Kekerasan Anak Sebagai Korban

No Tahun

2010 (jan-des)

2011 (jan-des)

2012 (jan-des)

2013 (jan-des)

2014 (jan-feb)

Jumlah 144 - 146 148 21

Sumber: diperoleh dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali Direktorat Reserse Kriminal Umum Tahun 2010-2014


(8)

3 Tingginya kasus kekerasan anak sebagai korban dari tahun ketahun menunjukkan perlunya pengaturan perlindungan anak. Perlunya pengaturan ini diharapkan mampu menanggulangi dan menangani korban kekerasan terhadap anak sehingga, kewajiban pemerintah daerah dalam pemenuhan hak asasi manusia dapat terpenuhi.

Tabel 2 : Data Kasus Kekerasan Anak Sebagai Pelaku

No Tahun

2010 (jan-des)

2011 (jan-des)

2012 (jan-des)

2013 (jan-des)

2014 (jan-feb)

Jumlah 120 76 79 - -

Sumber: diperoleh dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali Direktorat Reserse Kriminal Umum Tahun 2010-2014

Jumlah pelaku kekerasan anak

0 20 40 60 80 100 120

2010 2011 2012

jml pelaku

2010

2011 2012

Kota Denpasar sebagai kota berwawasan buadaya dengan berlandaskan pada Tri Hita Karana terdapat juga bebarapa kasus tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak tampak semakin memprihatinkan. Secara umum permasalahan anak dan perempuan yang muncul di wilayah perkotaan sangat kompleks seperti kenakalan remaja, perkosaan, pelecehan seksual, traffiking, perdagangan anak, dan lain-lain. Hal ini terjadi tentu tidak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membawa dampak terhadap sikap dan perilaku masyarakat baik yang dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu, pemerintah maupun lembaga-lembaga lain yang konsen terhadap permasalahan anak tidak mau tinggal diam membiarkan persoalan ini berkembang semakin parah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah seperti program Kabupaten/kota layak anak, lomba-lomba BKB, BKR, P2WKSS, dan berbagai program lainnya.


(9)

4 Keadaan penduduk Kota Denpasar dewasa ini dapat dikatakan sudah sampai di antara pertengahan dan akhir dari tahap ketiga. Hal ini ditandai dengan rendahnya angka kelahiran maupun kematian, terutama jika dikaitkan dengan kelompok umur yang tergolong anak-anak sesuai dengan Undang-undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah dijelaskan bahwa semua penduduk yang belum berusia 18 tahun adalah dikatagorikan sebagai anak-anak. Mereka ini merupakan penduduk yang harus mendapatkan perlindungan dan dapat terpenuhi hak-haknya.1

Tabel 3 Penduduk Kota Denpasar menurut Kelompok Umur, 2012

Umur Jenis kelamin Total

Laki- Laki Perempuan

0 – 4 39 100 37 300 76 400

5 – 9 35 800 33 100 68 900

10 – 14 32 100 29 900 61 000

15 - 19 33 000 32 600 65 600

20 – 24 41 700 41 600 83 300

25 – 29 44 100 42 200 86 300

30 – 34 44 100 44 200 88 300

35 – 39 41 700 39 300 82 000

40 – 44 38 000 32 400 70 400

45 – 49 26 000 21 800 47 800

50 – 54 18 100 15 500 33 600

55 – 59 13 100 11 200 24 300

60 - 64 8 200 7 400 15 600

65 - 69 5 200 5 100 10 300

70 - 74 2 800 3 100 5 900

75 + 2 800 3 800 6 600

Total 425 800 408 100 825 700

Sumber: BPS Kota Denpasar, 2012

Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota denpasar berdasarkan data yang diperoleh dari Polresta Denpasar sehingga sangat diperlukan adanya pengaturan tentang perlindungan perempuan dari kekerasan. Tingginya kekerasan tersebut sebagaimana terdapat dalam Tabel 4 di bawah ini :

1

Profil Statistik Gender 2013, Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan


(10)

5 Dari data-data empirik tersebut, terdapat beberapa jenis kekerasan terhadap anak yang dikategorikan, sebagai berikut: Kekerasan fisik, Kekerasan seksual, Kekerasan ekonomi, Kejahatan perkawinan, Kriminalisasi dan Penelantaran rumah tangga. Akan tetapi secara nyata, kekerasan terhadap anak bukan hanya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, dapat juga terjadi diluar aspek rumah tangga, misalnya:

1. korban pemerkosaan/pelecehan seksual 2. korban perdagangan orang

3. korban kebijakan yang diskriminatif 4. korban kekerasan pada masa berpacaran 5. korban eksploitasi seksual

Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menentukan :

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

Selain itu Pasal 15 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak, menentukan : Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b. pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan;dan e. pelibatan dalam peperangan.

Adapun maraknya kekerasan terhadap anak, berupa penyiksaan, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Kondisi ekonomi orang tua kandung/angkat/wali, sehingga acapkali melampiaskan kemarahan terhadap anak.

2. Rendahnya Pendidikan orang tua kandung/angkat/wali

Adapun jenis-jenis penyiksaan fisik yang terjadi pada anak, yakni pukulan, tendangan, sulutan rokok, membakar, memberikan racun, dan tindakan lainnya yang membahayakan anak. Disamping penyiksaan fisik, terdapat pula bentuk kekerasan seksual terhadap anak, seperti ;


(11)

6 Paedofilia, sodomi, eksploitasi seksual, perdagangan manusia, pemaksaan perkawinan, perkosaan.

Kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa persoalan anak masih memerlukan penanganan yang serius dan komprehensif. Hal ini mengingat bahwa Anak sebagai potensi dan aset merupakan generasi penerus Bangsa dan sumberdaya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan pada masa-masa mendatang. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak merupakan hal yang sangat penting disamping juga karena perlindungan terhadap anak merupakan hak azasi anak. Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu dilakukan sejak dini sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik pertumbuhan fisik, mental, intelektual serta jaminan haknya.

Sebagai upaya untuk lebih memperhatikan dan melindungi anak-anak Indonesia, maka pemerintah melalui Kementerian Negara dengan pengaturan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan kabupaten/kota Layak Anak. Kota Denpasar pengaturan tentang Kota Layak Anak diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini terdiri dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi yang terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab; Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab; Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan terakhir bab 7 menjadi bab penutup.Melalui Peraturan menteri ini diharapkan semua Kabupaten/Kota di Indonesia menyiapkan diri untuk menjadi kota layak anak sesuai dengan peryaratan yang telah ditentukan. Kota Denpasar telah menyiapkan diri mengikuti program menuju Kota layak anak yang saat ini sudah masuk katagori nindya. Untuk bisa memperoleh predikat yang lebih tinggi yakni utama dengan sendirinya harus menyiapkan berbagai persyaratan yang belum terpeuhi.

Namun demikian, kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak juga masih kerap mewarnai kehidupan anak baik di masyarakat Bali umumnya maupun di Kota Denpasar. Jumlah anak yang belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan ekploitasi masih relatif


(12)

7 besar. Masih ada anak-anak yang terlantar, bekerja di jalanan, belum mendapatkan pelayanan yang optimal, putus sekolah, menjadi korban trafficking, fedofilia, penganiayaan dan lain-lain. Kondisi yang demikian ini mencerminkan masih kurangnya kesadaran dan kepekaan para perencana dan penentu kebijakan untuk memprioritaskan masalah kesejahteraan dan perlindungan anak.Perlunya perlindungan terhadap anak melalui pengembangan kota layak anak sangat tepat dilakukan pengkajian melalui penelitian tentang Pengambangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar.

2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 2 (dua ) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah dasar hukum tentang pengaturan tentang Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar?.

2. Bagaimanakah inisiatif pengembangan kota layak anak yang dilakukan oleh pemerintahan kota ?

3. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Pemahaman tentang pengaturan tentang Kota Layak Anak di Kota Denpasar .

2. Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota


(13)

8 BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembaharuan hukum telah terjadi, ditandai oleh adanya berbagai instrument hukum yang menjamin kesetaraan dan keadilan bersumber dari beberapa kovensi internasional, hukum positif nasional, termasuk yurisprudensi dimana perempuan mendapatkan keadilan. Namun terdapat jurang yang dalam di antara apa yang seharusnya ( das sollen) dikehendaki terjadi oleh hukum dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari ( das sein) sehingga hukum hanya dipandang sebagai paying fantasi.2

Dari studi yang dilakukan analisis gender banyak ditemukan ketidak adilan , antara lain : 1), terjadi marginalisasi/pemiskinan ekonomi terhadap perempuan 2) jenis kelamin yaitu terjadi sub ordinasi terhadap salah satu perempuan , 3) terjadi stereotype rumah tangga, maka terhadap jeniskelamin yang mengakibatkan pembatasan terhadap perempuan , 4) terjadi kekerasan violence terhadap jenis kelamin tertentu umumnya perempuan karena perbedaan ender , 5) kerena peran gender perempuan adalah mengelola pekerjaan domestiklebih banyak dan lebih lama/burden . Kekerasan berbasis gender seperti yang diserukan Rekomendasi Umum CEDAW merupakan pelanggaran HAM Anak adalah harapan bangsa dimasa mendatang.

Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak

Penelantaran anak merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga, hal ini akibat dari orang tua yang tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap anak untuk memberikan jaminan perlindungan bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak memperdulikan keselamatan anaknya, sepanjang ia dapat memberikan keuntungan financial bagi

2 Jurnal Perempuan, 2006,Sejauh Mana Komitmen Negara ?,jurnal YJP, No 25 thun 2006, ISSN1410-153X,hal 34-35


(14)

9 keluarga. Di kota-kota besar, anak di eksploitasi untuk bekerja menafkahi keluarga. Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat (1) Tentang Perlindungan Anak sebagi berikut: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pelaksanaan perlindungan anak yang baik harus memenuhi

persyaratan yang sebagai berikut :3

1. Para partisipan dalam terjadinya dan terlaksananya perlindungan anak harus mempunyai pengertian-pengertian yang tepat berkaitan dengan masalah perlindungan anak agar dapat bersikap dan betindak secara tepat dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan anak.

2. Perlindungan anak harus dilakukan bersama antara setiap warganegara, anggota masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan bersama.

3. Kerjasama dan koordinasi diperlukan dalam melancarkan kegiatan perlindungan anak yang rasional, bertanggungjawab dan bermanfaat antar para partisipan yang bersangkutan.

Dalam penyusunan Ranperda ini mempergunakan beberapa konsep antara lain :

1). Konsep perlindungan Perlindungan adalah segala tindakan pelayanan untuk menjamin dan melindungi hak-hak korban tindak kekerasan yang diselenggarakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu;

2). Konsep kekerasan Kekerasan adalah setiap perbuatan yang berakibat atau yang mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan baik fisik, seksual, psikologis termasuk penelantaran, ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi;3).Konsep Perempuan adalah manusia dewasa berjenis kelamin perempuan dan orang yang oleh hukum diakui sebagai perempuan; 4). Konsep anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.

3


(15)

10 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Pemahaman tentang pengaturan tentang Kota Layak Anak di Kota Denpasar .

2. Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota

3.2 Manfaat

Penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1). Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi pada pengembangan ilmu hukum, khususnya pengembangan ilmu hukum undangan bidang Perundang-undangan Daerah ;

2). Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi para pihak yang berkompeten berkaitan dengan pembentukan Perda ;

3). Manfaat bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ilmu hukum khususnya mengenai ilmu hukum yang berkaitan dengan ilmu perundang-undangan.


(16)

11 BAB IV. METODE PENELITIAN

1.Jenis Penelitian.

Dalam penelitian hukum terdapat dua model jens penelitian yaitu : 4

a. Metode penelitian hukum normative atau penelitian doctrinal, mempergunakan data sekunder berupa ; peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana hukum terkemuka, Analisis data sekunder dilakukan secara normative kualitatif yaitu yuridis kualitataif.

b. Metode penelitian hukum sosiologis / empiris, mempergunakan semua metode dan tehnik-tehnik yang lasim dipergunakan di dalam metode-metode penelitian ilmu-ilmu sosial / empiris.

Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian ini, maka jenis penelitian dalam kajian ini mempergunakan penelitian hukum normative. Dalam beberapa kajian jenis penelitian seperti ini juga disebut dengan penelitian dogamatik.5 Dalam penelitian hukum normatif, untuk mengkaji persoalan hukumnya dipergunakan bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer ( primary sources or authorities ) bahan-bahan hukum sekunder ( secondary sources or authorities ) dan bahan hukum tersier ( tertier sources or authorities ). Bahan-bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan, bahan-bahan hukum sekunder dapat berupa makalah, buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan bahan hukum tersier berupa kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.

2. MetodePendekatan.

Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan konsep (conceptual approach ), pendekatan analitis ( analytical approach ), pendekatan perbandingan ( comparative approach ), pendekatan histories ( historical approach ), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan pendekatan kasus ( case approach).6 Dalam penelitian ini digunakan beberapa cara pendekatan

4

Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1985, hal. 9.

5

Jan Gijsels,Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung, hal. 109-110.

6


(17)

12 untuk menganalisa permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ).

Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan dengan menelaah pandangan-pandangan mengenai pendelegasian kewenangan sesuai dengan penelitian ini..7 Disamping itu digunakan pendekatan kontekstual terkait dengan penrapan hukum dalam suatu waktu yang tertentu.

3.Sumber Bahan Hukum.

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.8 Bahan hukum primer adalah segala dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini adalah Undang-undang Perlindungan Anak dan Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan kabupaten/kota Layak Anak

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, termasuk di dalamnya kamus dan ensiklopedia.

Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa informasi dari lembaga atau pejabat, baik dari lingkungan Pemerintah Daerah maupun para pihak yang membidangi pembentukan Peraturan Bupati.

4.Metode Pengumpulan Bahan Hukum.

Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi, yakni dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan masalah yang diteliti yang ditemukan dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.Untuk mendukung bahan hukum tersebut dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang terkait seperti dengan Kepala Bagian Hukum Kota Denpasar dan BP3 A Kota Denpasar.

5.Teknis Analisis Bahan Hukum

7

Ibid, hal. 19.

8

C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung, hal. 134.


(18)

13 Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam kajian ini adalah teknik deskripsi, interpretasi, sistematisasi, argumentasi dan evaluasi.9 Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa tehnik deskripsi adalah mencakup isi maupun struktur hukum positif.10 Pada tahap deskripsi ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari aturan-aturan hukum yang dikaji .dengan demikian pada tahapan ini hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu keadaan.11 Lebih lanjut berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :

The relation berween a given formulation and specific complex of facts.The technique of argumentation demanded by this method is directed toward discovering the meaning of the statute and arguing that the given facts sre either covered by it or not.12

( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep yang diberikan dan kumpulan fakta khusus. teknik argumentasi ini dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan kepada penemuan makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling melengkapi satu sama lain ).

Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I Dewa Gede Atmadja secara yuridis interpretasi ini dapat dibedakan menjadi :13

1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan itu sendiri. Penafsiran ini adalah merupakan penjelasan-penjelasan yang dilampirkan pada undang-undang yang bersangkutan ( biasanya sebagai lampiran ). Penafsiran otentik ini mengikat umum ;

2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang ditetapkan oleh hakim yang hanya mengikat para pihak yang bersangkutan ;

3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan penafsiran yang diketemukan dalam buku-buku dan buah tangan para ahli sarjana hukum. Penafsiran ini tidak mempunyai kekuatan mengikat, namun karena wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang dikemukakan, secara materiil mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan undang-undang.

9

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis, dan Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, hal. 19.

10

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember ( selanjutnya disebut Philipus M Hadjon II ), hal. 33.

11

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz, hal. 16.

12

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles, hal. 111.

13

I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan

UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD, (selanjutnya disebut I Dewa Gede Atmadja II ), hal. 14 .


(19)

14 Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I Dewa Atmadja di atas, maka untuk membahas persoalan hukum yang akan dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik, penafsiran gramatikal dan penafsiran sejarah hukum.

Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah penafsiran yang didasarkan pada penafsiran yang diberikan oleh pembentuk undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya dan peraturan perundang-undangan yang lain.

Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam kajian ini dilakukan dalam kaitannya untuk menemukan makna atau arti aturan hukum, khususnya aturan hukum yang berkaitan dengan Pendelegasian kewenangan mengatur dalam Peraturan Bupati.

3.Manfaat

Penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1). Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi pada pengembangan ilmu hukum, khususnya pengembangan ilmu hukum undangan bidang Perundang-undangan Daerah ;

2). Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi para pihak yang berkompeten berkaitan dengan pembentukan Perda ;

3). Manfaat bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ilmu hukum khususnya mengenai ilmu hukum yang berkaitan dengan ilmu perundang-undangan.


(20)

15 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mengeluarkan kebijakan kabupaten/kota layak anak. Hal ini tertuang dalam Permen PP RI No. 2/2009 ini mengatur tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini terdiri dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi yang terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab; Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab; Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan terakhir bab 7 menjadi bab penutup.

Melalui Peraturan menteri ini diharapkan semua Kabupaten/Kota di Indonesia menyiapkan diri untuk menjadi kota layak anak sesuai dengan peryaratan yang telah ditentukan. Kota Denpasar telah menyiapkan diri mengikuti program menuju Kota layak anak yang saat ini sudah masuk katagori nindya. Untuk bisa memperoleh predikat yang lebih tinggi yakni utama dengan sendirinya harus menyiapkan berbagai persyaratan yang belum terpeuhi.

KLA(kota layak anak) adalah system pembangunan suatu wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam rangka memenuhi hak anak yang terencana secara menyeluruh (holistic) dan berkelanjutan (sustainable) dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak melalui Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA).

Tujuan KLA, untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hokum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota. Prinsip KLA

 Non diskriminatisi

 Kepentingan yang terbaik untuk anak

 Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan  Penghargaan terhadap pendapat anak


(21)

16 Ruang Lingkup KLA Meliputi seluruh bidang pembangunan yang dikelompokkan ke dalam bidang :

 Tumbuh kembang anak dan;  Perlindungan anak

KLA menerapkan strategi pengarusutamaan hak-hak anak (PUHA) yang berarti melakukan pengintegrasian hak-hak anak ke dalam :

 Setiap proses penyusunan kebijakan, program dan kegiatan

 Setiap tahapan pembangunan dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

 Setiap tingkatan wilayah: dari Nasional, Provinsi dan Kabupaten / Kota, Kecamatan hingga Kelurahan

Indikator Kota Layak Anak

 Semua anak memiliki akte kelahiran

 Keterlibatan anak dalam Musrenbang Kabupaten / Kota

 Dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan kepentingan anak melibatkan wadah / forum anak di tingkat kota / kabupaten

 Adanya kebijakan /peraturan tentang larangan iklan rokok di lingkungan institusi pendidikan dan tempat ibadah

 Tidak ada pernikahan usia dini

 Adanya peraturan / kebijakan tentang Pendidikan Dasar Gratis  Adanya pendidikan ketrampilan (Life skill education)

 Adanya Perpustakaan dan Perpustakaan keliling  Ada taman pintar / taman cerdas

 Ada peraturan / kebijakan tentang Jam Wajib Belajar bagi anak (18.00-21.00 WIB)  Beasiswa bagi anak yang berprestasi dan tidak mampu

 Ada Telepon Sahabat Anak (TESA 129)

 Adanya mekanisme “Restorasi Justice” terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH).


(22)

17  Ada Taman Penitipan Anak yang sensitive hak anak

 Ada Pusat Pelayanan di Kabupaten / Kota

 Ada Rumah Rehabilitasi (Sherter / Rumah Aman) untuk anak sebagai korban kekerasan  Ada taman bermain, olah raga dan rekreasi anak

 Ada profil Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kabupaten / Kota Dinas / Instansi Terkait :

1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 4. Kementerian Agama

5. Dinas Pendidikan 6. Dinas Kesehatan

7. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial 8. Kantor Perpustakaan

9. Kepolisian 10.Kejaksaan 11.Pengadilan

12.Lembaga Pemasyarakatan

Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Denpasar dilakukan melalui lima klaster yakni: 1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan; 2. Lingkungan Keluarga dan Perawatan Alternatif; 3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan; 4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya; 5. Upaya-upaya Perlindungan Khusus. Ke lima klaster ini akan dibahas secara rinci pada uraian berikut ini.

1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan. a. Kepemilikan Akta kelahiran

Kepemilikan akta kelahiran merupakan hak setiap orang baik dewasa maupun anak-anak, namun demikian masih banyak orang yang tidak memilikinya, meskipun pada dasarnya kepemilikan akta kelahiran merupakan bentuk perlindungan bagi seseorang karena ini merupakan identitas diri. Untuk memperoleh identitas diri yang sah secara hukum, maka seorang anak wajib mempunyai akte kelahiran. Identitas ini tergolong salah satu bentuk perlindungan dan pengakuan resmi terhadap anak. Untuk mendapatkan identitas ini setiap orang


(23)

18 tua harus mendaftaran kelahiran anaknya ke kantor catatan sipil yang memang bertugas untuk mendaftarkan segala bentuk pencatatan akte kelahiran maupun akte perkawinan. Dalam realitasnya masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya kepemilikan akta kelahiran. Secara aturan umum bahwa orang tua seharusnya segera mengurus akta lahir (mencatatkan kelahiran anak yang baru lahir tidak lewat dari 42 hari). Seringkali orang tua baru merasakan pentingnya akta kelahiran ketika anaknya memasuki usia sekolah karena hal ini merupakan salah satu persyaratan masuk sekolah. Mengingat begitu pentingnya kepemilikan akta kelahiran bagi setiap orang, Kota Denpasar sebagai kota yang mau menuju kota layak anak selalu melakukan upaya untuk meminimalisir anak-anak yang tidak memiliki akta kelahiran. Terkait dengan hal ini, upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepemilikan akte kelahiran antara lain melalui gebyar dan jemput bola (jebol) dalam artian para petugas kantor catatan sipil mendatangi langsung daerah-daerah tertentu yang diperkirakan masih banyak penduduknya tidak memiliki akte kelahiran untuk mencatatkan atau membuatkan akta untuk anaknya.

Gambar Komposisi Kepemilikan Akte Kelahiran menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2012

b. Fasilitas Informasi Layak Anak

Salah satu indikator penting yang menjadi persyaratan untuk menuju kota layak anak adalah adanya fasilitas informasi yang layak anak karena hal ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dalam konteks ini, di Kota Denpasar telah tersedia fasilitas informasi layak anak seperti tertera pada Tabel: 4.2. Dari fasilitas yang ada, perpustakaan nampak sudah


(24)

19 tersedia di semua jenjang pendidikan dengan jumlah yang cukup memadai. Demikian juga perpustakaan keliling sudah tersedia 2 (dua) unit dan ada satu unit taman bacaan/pojok baca. Seperti kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan sumber informasi ilmu pengetahuan, oleh karena itu keberadaan fasilitas ini sangat diperlukan disetiap lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan paling bawah sampai jenjang pendidikan tinggi. Mengingat begitu pentingnya keberadaan perpustakaan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, maka pemerintah Kota Denpasar menyikapi hal ini melaui upaya penyediaan perpustakaan keliling serta taman/pojok baca. Hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi masyarakat umum baik remaja maupun anak-anak yang ada di luar sekolah yang ingin meningkatkan ilmu pengetahuan dengan cara memanfaatkan perpustakaan keliling. Melalui cara ini mereka dapat mengakses perpustakaan dengan lebih mudah.

c. Kelompok Anak di Kota Denpasar, Tahun 2012

Yang dimaksudkan dengan kelompok anak dalam hal ini adalah penduduk usia anak-anak yakni penduduk yang berusia 0 – 18 tahun. Namun dalam hal ini jumlah pasti dari penduduk yang terkatagori anak-anak belum dapat dihitung secara pasti karena pengelompokan penduduk berdasarkan umur menurut versi Badan Pusat Statistik (BPS) tidak pas pada usia 18 tahun namun 19 tahun terutama pada kelompok 15-19 tahun. Jika kelompok umur 15-19 tahun yang tertera pada Tabel 4.3 separuhnya tergolong anak-anak, maka hal ini berarti jumlah penduduk yang tergolong anak-anak lebih kurang mencapai 33,2% dari total penduduk Denpasar.

Penduduk Kota Denpasar menurut Kelompok Umur, 2012

Umur Jenis kelamin Total

Laki- Laki Perempuan

0 – 4 39 100 37 300 76 400

5 – 9 35 800 33 100 69 300

10 – 14 32 100 29 900 62 700

15 - 19 33 000 32 600 66 800

20 – 24 41 700 41 600 83 400 25 – 29 44 100 42 200 87 800 30 – 34 44 100 44 200 86 600 35 – 39 41 700 39 300 82 000 40 – 44 38 000 32 400 71 900 45 – 49 26 000 21 800 49 000 50 – 54 18 100 15 500 34 200 55 – 59 13 100 11 200 24 900


(25)

20

65 - 69 5 200 5 100 10 500

70 - 74 2 800 3 100 6 000

75 + 2 800 3 800 6 800

Total 425 800 408 100 833 900

Sumber: BPS Kota Denpasar, 2012

Dengan demikian, untuk menunjang kebutuhan tumbuh kembang anak serta perlindungan dan kesejahteraannya diperlukan adanya berbagai fasilitas yang dapat mengakomodir kebutuhannya seperti terbentuknya forum anak. Sampai tahun 2012, di Kota Denpasar telah terbentuk kelompok anak dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai tingkat Kota. Forum anak yang sudah terbentuk selama ini berjumlah 40 tersebar di desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.

D. Organisasi Anak/ Kelompok Bermain

Untuk mendukung tumbuh kembang anak diperlukan wadah yang sesuai dengan jiwa dan umur anak. Wadah ini bisa dalam bentuk lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, dan lembaga-lembaga pengasuhan anak lainnya. Dengan wadah ini mereka akan dapat menyalurkan kreativitasnya dalam asuhan dan bimbingan para guru atau pendididk. Dengan cara ini diharapkan anak-anak di Kota Denpasar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berkualitas.

Dalam Konvensi Hak-hak Anak, terdapat empat hak-hak dasar, yaitu: Hak untuk 1) Bertahan Hidup; 2) Tumbuh Kembang; 3) Perlindungan; dan 4) Partisipasi. Di dalam Hak Dasar anak yang keempat, yaitu Partisipasi, menguraikan tentang hak anak untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang mempunyai dampak pada anak. Terdapat salah satu pasal tentang hak Partisipasi ini yaitu Pasal 15, yang menyatakan: „Anak berhak untuk bertemu dengan orang lain dan untuk bergabung atau membentuk suatu perkumpulan, kecuali jika hal itu melanggar hak orang lain‟ (Laurike, dkk, dalam Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI). Terkait dengan hal ini, maka keberadaan fasilitas atau organisasi anak seperti taman kanak-kanak/PAUD, forum anak akan dapat memenuhi hak anak.

Di kota Denpasar terdapat lembaga yang mengurus perlindungan dan kesejahteraan anak yang terkait dengan hak sipil dan kebebasan berserikat seperti kelompok bermain dan taman kanak-kanak, forum anak seperti tampak pada data yang ditampilkan pada beberapa tabel seperti berikut ini.


(26)

21 Tabel,,, Forum Anak di Kota Denpasar, tahun 2012

Forum Anak Tingkat 2011 2012 Forum Anak Tingkat Kota 1 1

Forum Anak Kecamatan 405 405

Jumlah 406 406 Sumber: PPKB, Kota Denpasar 2012

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa di Kota Denpasar sudah terbentuk forum anak sebagai wadah untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyalurkan aspirasi, bakat, dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anak-anak. Forum ini ada di tingkat kota dan forum anak di tingkat kecamatan. Forum ini masih sama jumlahnya dari tahun 2011 sampai 2012. Pembentukan forum anak ini juga diharapkan dapat membantu anak-anak yang berprestasi menjalin hubungan komunikasi dengan baik dan lancar sesama anak-anak yang ada di Kota Denpasar.

Selain forum anak, fasilitas lain yang telah tersedia di Kota Denpasar adalah lembaga pendidikan baik yang masih tergolong kelompok bermain maupun pendidikan taman kanak-kanak (TK). Jumlah TK yang ada di Kota Denpasar sebanyak 231 buah tersebar di semua kecamatan. Dari jumlah TK yang ada hanya satu yang berstatus TK negeri, selebihnya adalah TK swasta. Dari semua TK yang ada mampu menampung 14.418 anak-anak yang terdiri dari 7.398 orang murid laki-laki dan 7.020 murid laki-laki. Secara rinci persebaran jumlah fasilitas TK menurut kecamatan di Kota Denpasar seperti tampak pada

Gambar: 4. 2 Persentase Murid Taman kanak-kanak menurut jenis Kelamin di Denpasar Tahun 2012.


(27)

22 2 Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif

Klaster kedua dari Konvensi Hak Anak adalah Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan alternatif, yaitu mensyaratkan adanya bimbingan orang tua. Terkait dengan hal tersebut orang tua dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang cerdas dalam menumbuhkembangkan dan memberi perlindungan kepada anak. Dalam rangka menggali dan mengisi potensi tersebut pemerintah dan masyarakat bekerjasama mendirikan Lembaga Konsultasi Orang Tua tentang Pengasuhan dan Perawatan Anak.

A.Anak Menikah di Bawah Usia 18 Tahun.

Ciri keempat sebuah kabupaten/kota menuju kabupaten/kota layak anak adalah kabupaten/kota tersebut memiliki angka pernikahan pertama di bawah 18 tahun mendekati angka nol persen. Jika kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan di bawah 18 tahun rendah, maka kabupaten/kota tersebut berhasil pada Program Wajar 12 Tahun. Sebaliknya, jika kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan pertama di bawah 18 tahun masih tinggi, maka kabupaten/kota tersebut memiliki bupati/wali kota yang tidak memiliki visi tentang anak.

Ciri kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan pertama di bawah 18 tahun rendah adalah memiliki Program Wajar 12 Tahun, Pusat Informasi Konseling Remaja, dan Keluarga Berencana. Untuk mengurangi pernikahan pertama di bawah 18 tahun, pemerintah dapat berupaya melakukan sosialisasi, advokasi, pemberian konsultasi pranikah dan atau sanksi terhadap pelaku pelanggaran terutama orang tua, pemuka agama, dan pejabat publik yang menikahkan.

Agar kabupaten/kota siap menuju kota layak anak sudah saatnya orangtua, masyarakat, dan pemerintah bersama saling bersinergi menghapuskan pernikahan di bawah 18 tahun. Di dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1 berbunyi ”Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun”. Peraturan tersebut dapat diartikan bahwa di Indonesia seorang pria diperbolehkan menikah apabila telah berusia 19 tahun dan bagi perempuan berusia 16 tahun. Meskipun demikian dalam implementasinya masih harus ada persyaratan lain yang dipenuhi oleh calon pengantin. Peraturan Menteri Agama No 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah Bab IV pasal 7 mensyaratkan “apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat ijin tertulis dari kedua orang


(28)

23 tuanya”. Ijin ini sifatnya wajib karena usia tersebut masih dipandang membutuhkan bimbingan dan pengawasan orang tua/wali. Jadi, baik Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan maupun Peraturan Menteri Agama No 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah sesungguhnya sangat menghindari terjdinya pernikahan di bawah usia 18 tahun bersifat responsive anak dan memberi perlindungan kepada anak-anak.

Pada tahun 2012 perkawinan pertama di bawah usia 18 tahun masih terjadi di Kota Denpasar ini tersebar di keempat kecamatan seperti tampak pada gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar: 4.3 Anak yang Menikah di bawah Usia 18 tahun, pada tahun 2012.

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 2012.

Dari gambar tersebut di atas tampak bahwa di Kecamatan denpasar Timur masih relatif banyak terjadi perkawinan dini atau menikah pada usia yang masih tergolong anak, demikian di Denpasar Utara. Hal ini perlu diantisipasi sehingga pada masa-masa yang akan datang hal ini bisa dicegah.

B. Orang Tua/Keluarga yang Memanfaatkan Lembaga Konsultasi

Lembaga Konsultasi adalah lembaga yang memberikan layanan konsultasi yang disediakan untuk orang tua atau keluarga lainnya untuk mengkonsultasikan persoalan-persoalan keluarga yang tengah dihadapi. Lembaga konsultasi tersebut antara lain Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Bina Keluarga Balita (BKB), Pos Curhat, Lembaga Konsultasi Keluarga, dsb.

Lembaga Konsultasi Keluarga merupakan unsur kelima dalam kabupaten/kota layak anak. Lembaga ini dapat dimanfaatkan oleh para orang tua, calon orang tua, dan pengasuh anak


(29)

24 untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan tumbuh kembang dan perlindungan anak. Berbekal pengetahuan dan keterampilan tersebut mereka diharapkan mampu merawat dan mengasuh anak secara ramah. Pada gilirannya anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi insan sehat, cerdas, dan sejahtera. Di Kota Denpasar terdapat 12 Lembaga Konsultasi Anak yang dapat diakses sebagai tempat berkonsultasi. Dilihat dari nama-nama lembaga tersebut, ada sembilan (9) lembaga yang secara khusus menangani masalah anak-anak dan remaja. Tiga lembaga lainnya tidak secara khusus menangani masalah anak, yaitu PKBI, LBH Apik, LBH Bali, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga. Secara kuantitas jumlah lembaga ini cukup memadai untuk Kota Denpasar dan letaknya sangat strategis serta mudah dijangkau. Jumlah dan nam-nama lembaga konsultasi anak yang ada di Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah.

C. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Indikator keenam kabupaten/kota menuju Kabupaten/Kota Layak Anak adalah di kabupaten/kota tersebut telah tersedia Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat untuk menyelenggarakan pengasuhan anak. LKSA merupakan lembaga terakhir sebagai tempat pelayanan pengasuhan alternatif bagi anak-anak yang tidak dapat diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat atau keluarga pengganti. Terkait dengan eksistensi lembaga ini, di Kota Denpasar tercatat ada 30 lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA). Namun sayang 30 lembaga kesejahteraan sosial anak tersebut baik nama maupun keberadaannya tidak dapat dirinci.

3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan

Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur melihat kemajuan dan kesejahteraan suatu masyarakat. Kesehatan seperti yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) mencakup kesejahteraan fisik, mental, maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan suatu penyakit atau kelesuan. Tidak berbeda dengan definisi kesehatan WHO, di Indonesia di dalam Undang-undang N0 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (pasal 1 ayat 1) disebutkan bahwa kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Apabila mengacu


(30)

25 kedua definisi kesehatan di atas sepertinya untuk menemukan orang sehat akan sangat sulit dan menjadi absurd.

Kesehatan dasar dan kesejahteraan dalam konteks tulisan ini dimaksudkan adalah berbagai indikator kesehatan utama seperti status kesehatan, status gizi, kesehatan lingkungan, serta berbagai aspek pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat membawa ke keadaan yang baik, yaitu kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai. Guna mengetahui kesehatan dasar dan kesejahteraan anak di Kota Denpasar ada beberapa indikator yang dipakai sebagai tolok sebagai berikut.

A. Jumlah Kelahiran

Di Kota Denpasar terjadi peningkatan kelahiran bayi yang cukup signifikan dalam dua tahun terakhir seperti tampak pada tabel 4.7 di bawah. Tahun 2011 kelahiran bayi di Kota Denpasar sebanyak 15.234 orang yang terdiri dari 7.719 bayi laki-laki dan 7.515 perempuan. Pada tahun 2012 sebanyak 16.754 orang yang terdiri dari 8.423 laki-laki dan 8.331 perempuan. Terjadi peningkatan kelahiran bayi sebanyak 1520 orang (9.98%) pada tahun 2012. Peningkatan jumlah kelahiran bayi sangat berkaitan dengan peningkatan jumlah pasangan usia subur terutama yang baru menikah.

B. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif

Pemberian ASI eksklusif bagi bayi menjadi hal yang sangat penting karena hal ini dapat memberikan kekebalan tubuh dalam pertumbuhannya. Selain itu pemberian ASI untuk bayi juga akan lebih efesien dan murah dalam pengasuhan dan perawatan dibandingkan kalau menggunakan susu formula. Setalah pemberian ASI selama enam bulan, barulah bayi diberikan makanan tambahan yang sudah tentu makanan sehat yang sesuai dengan usianya. Terkait dengan itu, yang perlu diperhatikan adalah volume, jenis, gizi, dan hiegienisitas makanan bayi. Menurut para pakar kesehatan, makanan bayi yang paling baik dan paling tepat adalah air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi yang mempunyai komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat. Banyak kelebihan yang terkandung dalam ASI yang mendorong bayi dapat tumbuh kembang dengan lebih sempurna dibandingkan makanan lainnya. Oleh karena itu, ibu-ibu sangat disarankan memberikan ASI secara eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi yang baru dilahirkan sampai usia enam bulan tanpa memberi makanan dan minuman tambahan apa pun termasuk air putih. Lebih jauh


(31)

26 untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi para ibu menyusui di Kota Denpasar memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dapat dilihat pada tabel 4.9.

C. Pojok ASI

Salah satu sasaran objek Millineum Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak. Menurut Unicef (2012) intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian bayi adalah dengan memberi Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Untuk itu perlu ada fasilitas penyimpanan ASI, baik di rumah maupun di tempat kerja atau tempat publik. Oleh karena itu pembangunan Pojok ASI (Laktasi) menjadi prioritas dalam pembangunan

D. Imunisasi

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan serum ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada bayi dan atau anak-anak karena sistem kekebalan tubuhnya belum sebaik orang dewasa sehingga sangat rentan dari serangan penyakit berbahaya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi di antaranya adalah hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gendongan, cacar air, tbc, dan sebaginya (www.organisasi.org > Kesehatan, diakses tanggal 19 Juli 2013). Tabel 4.17 di bawah menggambarkan persentase bayi di Kota Denpasar yang telah mendapat beberapa jenis imunisasi.

E Jumlah Keluarga Miskin

Berbicara tentang kemiskinan seringkali dan serta merta diarahkan pada aspek ekonomi, yaitu adanya orang/kelompok orang yang tidak mampu dan tidak berdaya karena tidak dimilikinya pangan, sandang, dan papan. Secara sosio-culktural kemiskinan dapat terjadi karena kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor dari luar manusia, yaitu sistem, kebijakan pemerintah, tidak ada akses dan kesempatan. Oleh karena itu, yang paling beratnggungjawab terhadap kemiskinan struktural ini adalah pemerintah. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri, misalnya malas bekerja, persepsi yang salah (kaya, miskin takdir), kepasrahan yang pasif. Penyebabnya adalah kebodohan, keterbelakangan, tidak ada kemauan, tidak ada kesadaran, dan iman yang lemah. Upaya mengatasi kemiskinan kultural adalah harus


(32)

27 ada kemauan dari diri sendiri untuk mengatasinya. Berbicara tentang kemiskinan di Kota Denpasar terdapat sejumlah penduduk miskin seperti tampak pada tabel 4.19 berikut ini.

4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang Dan Kegiatan Budaya

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Hal ini berarti bahwa pendidikan adalah upaya nyata dan sengaja dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Jika demikian halnya manusia semata-mata hanya dilihat sebagai objek. Sesungguhnya di dalam dunia pendidikan manusia haruslah diperlakukan sebagai subjek, sehingga tujuan dari pendidikan juga unytuk menggali potensi khas dan unik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan demikian pendidikan tidak menjadi beban bagi peserta didik melainkan diminati dan disenangi.

Pendidikan merupakan salah satu program pembangunan di Indonesia yang kualitas dan kuantitasnya sedang dan terus ditingkatkan. Hal ini terkait dengan goal ke 2 dari program MDGs (Millenium Development Goals), yakni mencapai pendidikan dasar bagi semua dengan tujuan pada tahun 2015 semua anak, laki-laki dan perempuan dapat mengenyam pendidikan dasar. Guna mencapai goals tersebut sudah seharusnya dan sepantasnya dunia pendidikan ditunjang oleh berbagai piranti yang dibutuhkannya. Selain untuk mencapai goals tersebut UU N0 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak juga menyuratkan hak-hak dan perlindungan anak. Termasuk di dalamnya adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian kedua produk hukum di atas menghendaki agar setiap anak mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Terdapat 3 (tiga) kategori lembaga yang menangani pendidikan di Indonesia, yaitu lembaga forma (sekolah), non formal (LPTK, paket belajar), dan lembaga informal (lembaga sosial tradisional seperti: surau). Ketiga lembaga ini diharapkan dapat bersinergi untuk menghasilkan produk, yaitu manusia yang berkualitas, manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam tulisan ini pendidikan yang dimaksud lebih diarahkan untuk menganalisis pendidikan formal persekolahan. Guna mengetahui kualitas dunia pendidikan di Kota Denpasar, ada beberapa indicator penting yang dapat dilihat seperti di bawah ini.


(33)

28 Salah satu indikator penting untuk melihat partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan adalah angka partisipasi kasar (APK). Angka ini biasanya digunakan untuk melihat gambaran kondisi siswa pada suatu jenjang pendidikan. Apabila APM (Angka Partisipasi Murni) menunjuk pada penduduk usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya, maka APK menunjukkan penduduk pada jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat usia mereka. Angka Partisipasi Kasar (APK) ini sesungguhnya adalah proporsi anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu berdasarkan kelompok umur. Dengan demikian, APK SD misalnya dihitung dengan membagi jumlah penduduk yang bersekolah di SD dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun dikalikan 100. Oleh karena APK dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan, maka berikut ini akan disajikan APK di Kota Denpasar mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2011/2012.

B. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka partisipasi murni dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Secara matematis APM dapat dihitung dengan cara: misalnya, APM SD adalah jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang masih sekolah di Sekolah Dasar dibagi jumlah penduduk usia 7-12 tahun, kemudian dikalikan 100. APM digunakan untuk melihat angka partisipasi sekolah anak, yaitu anak usia sekolah bersekolah tepat waktu sesuai dengan umur mereka. Misalnya anak usia 7-12 tahun sekolah di Sekolah Dasar, anak usia 13-15 tahun sekolah di SMP, 16-18 tahun sekolah di SMA. Jadi, APM memberikan penekanan kepada ketepatan usia seseorang penduduk dengan jenjang pendidikan yang dijalani. Jika persentase APM menunjukkan 100% berarti tidak ada siswa yang mengulang kelas atau masuk pada usia yang tidak sesuai dengan jenjang pendidikan. Guna mengetahui kualitas pendidikan anak-anak di Kota Denpasar berikut ini akan dipaparkan APM pada berbagai jenjang pendidikan..

C. Jumlah Sekolah

Sekolah adalah tempat belajar secara formal bagi para peserta didik . Sekolah sengaja didirikan, baik oleh pemerintah maupun swasta dengan segala regulasinya. Secara formal penjenjangan pendidikan di Indonesia diawali dari Taman Kanak-Kanak, kemudian SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat. Ada hal menarik dari tabel 4.31 di bawah yang


(34)

29 dipertanyakan, yaitu apa sesungguhnya perbedaan TK dengan PAUD? Beberapa literatur menjelaskan bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) adalah jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD). Oleh karena itu pada hakikatnya TK dan PAUD itu sama, sama-sama merupakan tempat belajar untuk anak usia 4-6 tahun. Mengapa pada tabel 4.31 di bawah keduanya dibedakan. Barangkali hal tersebut hanyalah masalah nama/sebutan saja. Jenjang pendidikan anak usia 4-6 tahun tersebut dahulu lebih populer disebut TK namun saat sekarang dinamakan PAUD. Keduanya tentu berbeda dengan TPA. TPA adalah Taman Penitipan Anak merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tabel 4.31 di bawah menunjukkan jumlah sekolah yang ada di Kota Denpasar.

Tabel 4.31 Jumlah Sekolah di Kota Denpasar, 2011/2012.

Sekolah 2011 2012

TK

214 214

PAUD

276 278

TPA

20 24

SD/Sederajat

223 227

SLTP/Sederajat

58 62

SLTA/Sederajat 60 60

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar, 2013 E. Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia yang lahir ke dunia ini tidak semuanya sempurna dalam arti masih ada manusia yang menyandang disabilitas atau lahir kurang sempurna baik secara mental maupun fisik. Kondisi yang disandang oleh mereka yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental adalah ciptaan Yang Maha Kuasa yang tentunya tidak bisa dihindari. Persoalan yang dihadapi manusia termasuk anak-anak dalam kehidupannya adalah sebuah keniscayaan dan tidak dapat dipungkiri.

Ada berbagai macam persoalan hidup yang menghadang dan harus dihadapi oleh sebagian anak di negeri ini termasuk mereka yang ada di Kota Denpasar. Di samping itu, tidak semua anak-anak yang lahir ke dunia dapat hidup sempurna dalam tumbuh kembangnya, namun masih banyak ada anak yang tumbuh kurang normal dalam artian


(35)

30 mereka memiliki kekurangan baik secara fisik maupun mental. Mereka ini antara lain adalah anak-anak autis atau anak yang dawn sindroom. Oleh karena itu sangat diharapkan dan dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak terkait sehingga anak-anak tersebut mendapatkan tempat untuk berlindung dan mendapat perlakuan khusus.

Terkait dengan kepentingan anak yang berkebutuhan khusus, di Kota Denpasar sudah mempunyai lembaga pendidikan untuk menampung anak-anak yang berkebutuhan khusus atau yang lasim disebut Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus (PTKABK). Sampai saat ini PTKABK yang dikelola oleh pemerintah Kota Denpasar telah menampung dan menerapi anak berkebutuhan khusus yang secara lengkap datanya ada pada bagian ABK dari tulisan ini. Anak yang ditangani oleh PTKABK Kota Denpasar ini khususnya anak-anak autis. Selain melakukan terapi terhadap anak-anak tersebut, pengelola juga mendidik mereka melalui berbagai kegiatan seperti lomba-lomba olah raga dan kreativitas lainnya seperti tampak pada gambar berikut ini.

F. Anak sebagai Pelaku dan Korban Kekerasan

Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Ada 4 (empat) kategori utama tindak kekerasan terhadap anak, yaitu pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis, dan pelecehan seksual anak. Dari beberapa penelitian menunjukkan pelaku kekerasan terhadap anak lebih banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat anak, seperti orang tua, saudara, dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Pelaku kekerasan biasanya dilakukan oleh orang yang lebih tua, namun kenyataannya anak-anak juga dapat bertindak sebagai pelaku kekerasan. Tabel 4.34 di bawah menunjukkan di Kota Denpasar terjadi tindak kekerasan, baik yang dilakukan maupu pelakunya adalah anak-anak.

F. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini sering disebut anak luar biasa atau anak cacat. Anak-anak dengan kategoori berkebutuhan khusus adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras, mengalami kesulitan belajar, gangguan perilaku, gangguan kesehatan, termasuk anak berbakat. Oleh karena demikian, bagi ABK dibutuhkan bentuk dan tempat pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka


(36)

31 masing-masing. Bagi anak tunanetra misanya dibutuhkan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille sementara bagi anak tunarungu dibutuhkan kemampuan memiliki bahasa isyarat. Di Kota Denpasar terdapat anak berkebutuhan khusus seperti tampak pada tabel 3.35. di bawah ini. Tabel 3.35. Data Anak Berkebutuhan Khusus di PTKABK Kota Denpasar

Per 30 April 2013

Keterangan Laki-Laki Perempuan

Anak yg mengikuti program di PTKABK (Terapi dan Kelas)

56 23

Daftar Tunggu di PTKABK 56 16

Total 112 39

Sumber :Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus, 2013 F. Anak Terlantar

Tidak semua anak yang terlahir dapat hidup sejahtera, namun diantara mereka yang hidup bahagia dan sejahtera ada juga yang hidupnya terlantar baik karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu memenuhi hak anaknya untuk hidup layak maupun karena faktor lain. Kondisi kemiskinan seringkali mempengaruhi kehidupan anak-anak baik dalam pendidikan, kesehatan yang dalam istilah lain anak-anak akan menjadi terlantar. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (KNPP, 2002; 10). Anak yang tidak mendapat perhatian dan perlindungan dari orang tuanya termasuk mereka tidak mengenyam pendidikan yang seharusnya menjadi haknya dapat dikatagorikan sebagai anak terlantar. Di Kota Denpasar masih cukup banyak terdapat anak-anak yang masih terkatagori terlantar seperti tampak pada Tabel 4.40. Dari data yang ada selama dua tahun ini ternyata semakin tahun jumlah anak terlantar semakin meningkat, kenapa demikian? Hal ini perlu ditelusuri penyebabnya sehingga kedepannya hal ini dapat diantisipasi


(37)

32 BAB. VI PENUTUP

6.1 SIMPULAN

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mengeluarkan kebijakan kabupaten/kota layak anak. Hal ini tertuang dalam Permen PP RI No. 2/2009 ini mengatur tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini terdiri dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi yang terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab; Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab; Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan terakhir bab 7 menjadi bab penutup

Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Denpasar dilakukan melalui lima klaster yakni: 1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan; 2. Lingkungan Keluarga dan Perawatan Alternatif; 3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan; 4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya; 5. Upaya-upaya Perlindungan Khusus dengan penjabaran :

1. Kepemilikan akte kelahiran untuk anak-anak yang ada di Kota Denpasar masih perlu ditingkatkan lagi hingga mencapai minimal 95%.

2. Fasilitas pendidikan untuk menunjang tumbuh kembang anak di Kota Denpasar sudah cukup memadai.

3. Tingkat partisipasi anak-anak di bidang pendidikan di Kota Denpasar cukup baik. 4. Angka mengulang kelas dan putus sekolah di Kota Denpasar masih cukup tinggi

terutama di SD, oleh karena itu hal ini perlu diantisipasi.

5. Persoalan anak di bidang kesehatan adalah: angka kematian bayi dan balita yang masih relatif tinggi, pemberian ASI eksklusif yg masih perlu ditingkatkan.

6.2 Rekomendasi

• Program percepatan pencatatan akte kelahiran masih perlu lebih digalakkan baik melalui gebyar maupun jemput bola karena dari data yang tercatat diperkirakan masih ada penduduk yang belum mempunyai akte kelahiran.


(38)

33 • Sebagai upaya menanggulangan kasus-kasus yang menimpa anak-anak baik kasus kriminalitas maupun kasus KDRT di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, serta menekan bertambahnya anak terlantar perlu dilakukan sosialisasi UU.No.23/2002 tentang Perlindungan anak.

• Untuk meningkatkan persentase pemberian ASI eksklusif di Kota Denpasar, maka perlu dilaksanakan program penyadaran para ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi, dan memperbanyak penyediaan pojok laktasi di tempat kerja untuk membantu ibu-ibu yang sedang menyusui.


(39)

34 DAFTAR PUSTAKA

Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles, Arif Gosita, 1989, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, Jakarta 1989.

C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung.

Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz.

I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD

Jan Gijsels,Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung.

Jurnal Perempuan, 2006,Sejauh Mana Komitmen Negara ?,jurnal YJP, No 25 thun 2006, ISSN1410-153X.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember ( selanjutnya disebut Philipus M Hadjon II ), Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset.

Profil Statistik Gender 2013, Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kota Denpasar

Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 10 ).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419).

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.


(40)

35 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

Judul :

PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK

DI KOTA DENPASAR

Nama

: Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH.

NIP

: 19760319 199903 2 002

Jabatan/Pangkat/Golongan

: Lektor /Penata /IIId

Fakultas

: Hukum

Dibiayai dari dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014

Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Penelitian Dosen Muda

Nomor : 237-9/UN14.2/PNL.01.03.00/2014

Tertanggal 14 Mei 2014


(41)

36 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

1. Judul : Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota

Denpasar 2. Ketua Pelaksana

a.Nama : Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH.

b.NIP : 19760319 199903 2 002

c.Jabatan/Pangkat/Golongan : Lektor /Penata /IIId

d.Fakultas : Hukum

e.Alamat Kantor Rumah

: :

Jl.Pulau Bali no. 1

Jl.Zidam Gg Biawak No 49.

f.Telp : 7452699/081916254566

3. Personalia : 2(dua) orang

4. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 bulan 5. Bentuk Kegiatan : Penelitian 6. Tempat Kegiatan : Kota Denpasar 7. Biaya yang diperlukan : Rp10.000.000,-

Tahap 1 : Rp. 7.000.000,- (70 %) Tahap 2 Rp. 3.000.000,- ( 30 %)


(42)

37 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

1 Tanggal/Bulan/Tahun Januari – Februari 2015

2 Nama Kegiatan Sub kegiatan Persiapan penyusunan proposal 3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan

( sesuai dengan proposal)

Dapat menyusun proposal tepat waktu sehingga dapat diajukan sebagai usulan ke LPPM

4. Hasil yang diperoleh Dapat disusun proposal sesuai dengan pedoman penyusunan proposal penelitian dosen muda yang ditentukan oleh LPPM

5. Hambatan Terdapat beberapa bahan-bahan hukum

yang belum diperoleh, sehingga perlu dicari pada kegiatan berikutnya.

6. Kesimpulan dan saran Perlu tindak lanjut penyempurnaan proposal

7. Rencana Kegiatan Selanjutnya Penyempurnaan penulisan

8. Nama Peneliti Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH

9. Tanda tangan

Catatan :


(43)

38 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

1 Tanggal/Bulan/Tahun

Mei 2015

2 Nama Kegiatan Sub kegiatan

Studi lanjutan

3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan ( sesuai dengan proposal)

Studi lanjutan setelah penelitian dinyatakan diterima

4. Hasil yang diperoleh 1. Mengkaji buku-buku yang terkait dengan bidang penelitian baik yang diteliti maupun yang terkait dengan bidang-bidang hukum yang lain

2. Mengkaji bahan-bahan hukum terutama UU yang berkaitan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan

3. Membuat pedoman penelitian yang akan dilakukan pada bulan berikutnya

5. Hambatan Tardapat beberapa literature dan bahan

hukum yang tidak diperoleh

6. Kesimpulan dan saran Dilanjutkan pada penelitian berikutnya

7. Rencana Kegiatan Selanjutnya Penelitian

8. Nama Peneliti Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH

9. Tanda tangan


(44)

39 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

1 Tanggal/Bulan/Tahun

Juni-Juli 2015

2 Nama Kegiatan Sub kegiatan

Pelaksanaan penelit ian

3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan ( sesuai dengan proposal)

Pelaksanaan penelitian

4. Hasil yang diperoleh 1. Pelaksanaan penelitian dengan melakukan penelitian pada bahan-bahan hukum berupa : a. UU

b. Perda

2. Meneliti dasar kewenangan pembentukan kota layak anak 3. Meneliti perda melalui cd room

dan dari internet

5. Hambatan Terdapat beberapa peraturan

perundang-undangan yang belum diperoleh

6. Kesimpulan dan saran -

7. Rencana Kegiatan Selanjutnya Melanjutkan penelitian

8. Nama Peneliti Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH

9. Tanda tangan Catatan :-


(45)

40 BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA ( LOG BOOK)

1 Tanggal/Bulan/Tahun

Agustus-September

2 Nama Kegiatan Sub kegiatan

Penulisan laporan kemajuan

3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan ( sesuai dengan proposal)

Menghasilkan laporan kemajuan

4. Hasil yang diperoleh 1. Menyusun laporan

kemajuan

2. Rencannya menyususn laporan akhir sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh LPPM

5. Hambatan -

6. Kesimpulan dan saran Laporan kemajuan dapat

disusun dengan baik

7. Rencana Kegiatan Selanjutnya Menyusun laporan akhir

8. Nama Peneliti Ni Luh Gede Astariyani,

SH.,MH 9. Tanda tangan


(46)

41

LAPORAN JUSTIFIKASI

PENGGUNAAN ANGGARAN 100 %

PENELITIAN DOSEN MUDA

PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK

DI KOTA DENPASAR

TIM PENELITI :

NI LUH GEDE ASTARIYANI,SH.,MH.NIDN : 0019037607 ( Ketua) I GUSTI N DARMA LAKSANA , SH.,MKN. NIDN : 0007047503 ( Anggota)

Dibiayai dari dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014

Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Penelitian Dosen Muda

Nomor : 237-9/UN14.2/PNL.01.03.00/2014 Tertanggal 14 Mei 2014

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA


(47)

42

TAHUN 2015

Lampiran 1. Format Justifikasi Anggaran

No Jenis Pengeluaran Jumlah Satuan Satuan Rp Jumlah Rp

I HONORARIUM

Ketua Penelitian 1 orang 6 bulan 235,000 1,410,000

Anggota Penelitian 5 orang 6 bulan 100,000 600,000

2,010,000 II BIAYA OPERASIONAL

Pengadaan alat dan bahan

d. blok note 20 buah 10,000 200,000

e. Bulpoint 20 buah 6,000 120,000

f. Kertas HVS 6 rim 50,000 300,000

g.Map plastic 11 buah 10,000 110,000

i. Flesdisk 2 buah 150,000 300,000

j. Tinta printer Deskjet 1 buah 300,000 300,000

Penjajagan dan penetapan informan 2 kali 250,000 500,000

Penggandaan instrumen penelitian 8 set 100,000 800,000

Pengumpulan Bahan hukum skunder 2

orang 2 kali 250,000 500,000

Pengumpulan bahan hukum primer 2

0rang 2 orang 250,000 500,000

Analisis Bahan hukum 2 orang 200,000 400,000

4,030,000 BIAYA PELAPORAN

1 nyusunan draf laporan 1 eks 610,000 610,000

2 Penggandaan draf laporan untuk diskusi

intern 4 eks 200,000 800,000

3 Penyempurnaan laporan final 1 kali 500,000 500,000

4 Penggandaan laporan final 15 eks 70,000 1,050,000

2,960,000

TOTAL 9,000,000


(1)

53 2007-2011 2007-2011 2007-2011 S1 S1 S1

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Ilmu Negara Hukum dan Ham Hukum

Kewarganegaraan

PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA

Tahun Pembimbingan/Pembinaan

2007-2011 Pembimbing Akademik 2007-2011

2007-2010 2012

Pembimbing Skripsi

Pembimbing Praktek Kerja Kemahiran Hukum (PKKH) Pembimbing Akademik Angkatan 2012

PENGALAMAN PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana

2007

2007

2008

Penyusunan Rancangan Perda (legislative drafting) di DPRD Kota Denpasar Perlindungan Hukum Pengetahuan Tradisional di Bidang Obat-obatan Berkaitan dengan sistem Hak Kekayaan Intelektual di Bali”,

Implementasi Izin Usaha Pertambangan Oleh Gabungan Pengusaha Penambangan Limestone (Gapeli) Dalam Memelihara Kelestarian Fungsi Tata Lingkungan di Kecamatan Kuta Selatan

Anggota Anggota Ketua. DIK UNUD DIK Mandiri

2009 Pengaturan Lembaga Perwakulan Rakyat Dalam UUD Tahun 1945

Ketua Mandiri

2010 Penelitian Pengakuan Pengaturan Hak Atas Perumahan Dalam Peraturan Perundang-undangan

Anggota Dipa Fakultas Hukum Unud

2011 Eksistensi Peraturan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Ketua DIPA Fakultas Hukum Unud 2012  Implementasi Peraturan Daerah

Provinsi Bali No.5 Tahun 2005 pada Pebangunan Rumah Non Tradisional oleh Pengembang di Kota Denpasar untuk Menunjang Kepariwisataan.


(2)

54  Status Kewarganegaraan

Perempuan Dalam Perkawinan Campuran Menurut Uu No.12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

( Suatu Kajian Dari Perspektif Hak Asasi Manusia)

Ketua DIPA FH UNUD

2013

2014

Aspek HAM Berkaitan dengan Status kewarganagearaan Ganda Bagi Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Campuran

Ketua Dipa Fakultas

Pengangkatan Pelaksana Tugas Kepala Daerah Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Kelompok DIPA Fakultas

Pencabutan Paksa Status

Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No.12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan ditinjau dari perspektif HAM

Ketua DIPA Fakultas

Problematika Peraturan Daerah Kota Denpasar di Bidang Perizinan

Anggota BOMPTN

KARYA TULIS ILMIAH A. Buku/Bab/Jurnal

Tahun Judul Penerbit/Jurnal

2004 Paksaan Pemerintahan Terhadap Pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan

Majalah Kertha Patrika Fakultas Hukum Universitas Udayana 2005 Buku Hukum Tatanegara Pasca Amandement

UUD Tahun 1945

Wawasan Press 2008 Checks and Balances Dalam Lembaga

Perwakilan Indonesia”,

Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana 2012 Block Book Ilmu Negara Revisi -

2012 Block Book Hukum Tata Negara Revisi - 2014 Buku Ajar Hukum Kewarganegaraan - 2014 Buku Ajar Ilmu Negara

B. Makalah/Poster

Tahun Judul Penyelenggara

2006 Komparasi Politik Hukum Kewarganegaraan Dalam UU No.62 Tahun 1958 dan RUU Kewarganegaraan

Badan Kekeluargaan Fakm Hukum Universitas Udayana


(3)

55 2007 Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik

Dalam Rangka Menciptakan Good Governance

FH. UNUD

PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM

Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara

2003 Seminar Nasional ” Reformasi Hukum di Indonesia melalui Penetrapan Prinsip-Prinsip Good Governance”

Kerjasama Fak. Hukum Unud dengan Komisi Nasional republic Indonesia (KHN) 2005 Identifikasi Masalah Pemberantasan Korupsi di

Indonesia,

KPK bekerjasama dengan FH Unud

2005 Membangun Kepercayaan Masyarakat Terhadap Citra Hukum

FH.Unud

2006 Combating and Preventing Corruption Deplu dan FH Unud 2007 Kegiatan Perbankan Dalam Perspektif Tindak

Pidana Korupsi

BI bekerjasama dengan FH.Unud

2010 Sosialisasi Undang-Undang tentang Desa DPD RI 2010 Sosialisasi Undang-Undang tentang Kesatuan

Masyarakat Adat

DPD RI 2011 Seminar Nasional Membangun Bali Dalam

Kerangka Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

UNUD 2011 Seminar Actualisasi dan Implementasi Pancasila

Dalam Perspektif Berbangsa dan Bernegara

.UNUD 2011 Seminar Internasional ”Environmental,Health and

Safety Risks in a Globalizing World” Kerjasama Universitas Maasrich, Mundo, Metro ,Nuffic Belanda dengan Fakultas Hukum Unud 2012 Seminar Revitalisasi Hukum Tata Negara Dalam

Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Tgl 28 September 2012 DIPA Unud

2012 Lokakarya Kurikulum Fak.Hukum Unud 15 Agistus 2012 Semiloka Pancasila dan Konstitusi se Bali Tahun

2012

Maret 2012 Seminar on Tourism and Law April 2012 2013 Tim Penyusun Kompilasi Borang dan Evaluasi

diri Fak.Hukum Unud

Fak.hukum Unud 2014  Kompetisi Debat Konstitusi Mahasiswa

 Seminar Nasional Penyelesaian Perkara Perselisihan Hasil Pemilu Legislatif Tahun 2014

 Panitia Pekan Konstitusi

5 -7 April 2014 Tanggal 8 April

Tanggal 2 – 6 September 14 Oktober


(4)

56  Seminar Diaspora dan Dinamika Konsep

Kewarganegaraan di Indonesia

KEGIATAN PROFESIONAL/PENELITIAN KEPADA MASYARAKAT

Tahun Kegiatan

2007 Sosialisasi dan Konsultasi Hukum Bisnis, Hukum Kewarganegaraan, Hukum Pidana dan Hukum Adat & Masyarakat di Klinis Hukum Interaktif Radio Suara Janger Polda Bali”.

2010 Sosialisasi UUD Tahun 1945 di Radio Polda Bali

2011 Konsultasi dan Bantuan Hukum Pengiriman Tenaga Kerjasama Indonesia (TKI) ke Luar Negeri pada CV Bali Padma Rose Denpasar 2012 Adaptasi Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam

Penulisan

Awig-Awig Banjar Pakraman Sanga Agung, Desa Pakraman Denpasar

2012 Implementasi Tenik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Tentang Pajak hotel

2013 Implementasi Tenik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Tentang Pajak Restoran dana BOPTN

Pemungutan dan Pembayaran Pajak dan restoran Secara On Line Oleh Pemerintah Kota Denpasar

2014 Teknik Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan dana DIPA Fakultas (Dana DIPA No.DIPA-023.04.2.415253/2014 tgl 5 Desember 2014)

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risiko.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah penelitian Dosen Muda

Denpasar, 12 Februari 2015

Made Nurmawati, SH,MH NIP. 19620331 198702 2 001


(5)

57 Lampiran 5. Surat Pernyataan Personalia Penelitian

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

1. Nama Lengkap : Ni Luh Gede Astariyani., SH.,MH. NIP / NIDN : 1976190319 199903 2 002/0019037607

Fakultas : Hukum

Status dalam Penelitian : Ketua

2. Nama Lengkap : Made Nurmawati.,SH,MH

NIP / NIDN : 19620331 198702 2 001/0031036208

Fakultas. : Hukum

Status dalam Penelitian : Anggota

Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal Penelitian Dosen Muda Yang berjudul” Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar” dengan jumlah usulan dana sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah).Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Jimbaran, 12 februari 2014 Ketua,

Ni Luh Gede Astariyani.,SH.,MH ( NIP. 19760319 1999032002) Anggota,

Made Nurmawati.,SH.,MH (NIP : 19620331 198702 2 001)


(6)