8
dimulai dan distribusi aliran darah mulai terhambat. Pada syok sedang, yaitu kehilangan volume darah 20-40, terjadi penurunan perfusi ke beberapa organ
seperti ginjal, limpa, dan pankreas. Pada syok berat, dengan kehilangan volume darah lebih dari 40, terjadi penurunan perfusi ke otak dan jantung Kelley,
2005.
Tabel 2.1 Gejala Klinis Syok Hipovolemik
Ringan Sedang
Berat Ekstremitas dingin
Waktu pengisian kapiler meningkat
Diaporesis Vena kolaps
Cemas Sama, ditambah:
Takikardia Takipnea
Oliguria Hipotensi ortostatik
Sama, ditambah: Hemodinamik tidak stabil
Takikardia bergejala Hipotensi
Perubahan kesadaran
Sumber: Baren
et al
., 2009.
Perubahan dari syok hipovolemik ringan menjadi berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan yang memiliki
penyakit berat Baren
et al
., 2009.
2.1.5 Diagnosa
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan Baren
et al.
, 2009. Ketidakstabilan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik berupa penurunan curah jantung, penurunan tekanan darah,
peningkatan tahanan pembuluh darah, dan penurunan tekanan vena sentral Leksana, 2015.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok hipovolemik tersebut dapat berupa pemeriksaan pengisian dan frekuensi
nadi, tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-ujung jari, suhu dan turgor kulit Hardisman, 2013.
Universitas Sumatera Utara
9
Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau stadium:
Tabel 2.2 Klasifikasi Syok Hipovolemik
Kelas I Kelas II
Kelas III Kelas IV
Kehilangan darah ml 750
750-1500 1500-2000 2000
Kehilangan darah EBV
15 15-30
30-40 40
Denyut nadi xmenit 100
100 120
140 Tekanan darah
N N
↓ ↓
Tekanan nadi N ↑
↓ ↓
↓ Frekuensi napas
14-20 20-30
30-35 35
Produksi urin mljam 30
20-30 5-15
sangat sedikit Status mental
sedikit cemas
agak cemas
cemas, bingung
bingung, letargi
Sumber: American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008.
Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena adanya mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya hipovolemia. Pada awal-awal
terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistem saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi jantung. Dengan
demikian, pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat dipertahankan. Namun kompensasi yang terjadi tidak banyak pada pembuluh perifer sehingga terjadi
penurunan diastolik dan penurunan tekanan nadi. Oleh sebab itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting dilakukan karena pemeriksaan yang hanya
berdasarkan pada perubahan tekanan darah sistolik dan frekuensi nadi dapat menyebabkan kesalahan atau keterlambatan diagnosa dan penatalaksanaan
Harisman, 2013. Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya
tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik dan stabilitas dari
Universitas Sumatera Utara
10
kondisi pasien itu sendiri. Pemeriksaan laboratorium awal yang mungkin ditemukan pada keadaan syok hipovolemik, antara lain Schub dan March, 2014:
1.
Complete Blood Count
CBC, mungkin terjadi penurunan hemoglobin, hematokrit dan platelet.
2.
B
lood Urea Nitrogen
BUN, mungkin meningkat menandakan adanya disfungsi ginjal.
3. Kadar elektrolit dalam serum mungkin menunjukkan abnormalitas. 4. Produksi urin, mungkin 400 mlhari atau tidak ada sama sekali.
5.
Pulse oximetry
, mungkin menunjukkan penurunan saturasi oksigen. 6. AGDA, mungkin mengidentifikasi adanya asidosis metabolik.
7. Tes koagulasi, mungkin menunjukkan pemanjangan PT dan APTT. Untuk pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan pemeriksaan berikut,
antara lain Kolecki dan Menckhoff, 2014: 1. Ultrasonografi, jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis.
2. Endoskopi dan g
astric lavage,
jika dicuriga adanya perdarahan gastrointestinal. 3. Pemeriksaan FAST, jika dicurigai terjadi cedera abdomen.
4. Pemeriksaan radiologi, jika dicuriga terjadi fraktur.
2.1.6 Komplikasi