PERKEM BANGAN BANK UM UM KONVENSIONAL DI PROVINSI ACEH

3.1. PERKEM BANGAN BANK UM UM KONVENSIONAL DI PROVINSI ACEH

M elambatnya aset perbankan di Provinsi Aceh dipicu oleh melambatnya pertumbuhan aset Bank Umum konvensional. Porsi aset Bank Umum Konvensional sebesar 87% dari keseluruhan total aset perbankan. Kinerja Bank Umum konvensional di provinsi Aceh pada triw ulan IV-2013 menunjukkan perlambatan, dimana total aset tumbuh sebesar 6,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 9,83% (yoy). Total aset Bank Umum Konvensional sampai dengan triw ulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 33,4 Triliun.

Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Konvensional di Provinsi Aceh

2013 Indikator (Rp Miliar)

Total Aset 28,781.0 30,351.6 32,882.2 31,348.1 32,404.7 34,154.2 36,113.9 33,437.7

12.53% 9.83% 6.67% DPK 17,938.2 19,045.3 20,675.8 19,865.5 19,925.9 21,836.9 23,849.9 21,587.1 Pertumbuhan (yoy)%

Pertumbuhan (yoy)% 15.52% -13.83%

Pertumbuhan (yoy)% 8.41%

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Namun demikian, kegiatan intermediasi Bank Umum Konvensional yang tercermin dari angka LDR masih lebih baik dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Peningkatan LDR terjadi dikarenakan tren pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan DPK. Tren tersebut telah terjadi mulai aw al tahun 2013. Hasil penghimpunan DPK tumbuh sebesar 8,67% ( yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 13,96% ( yoy). Pertumbuhan DPK yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran kredit menyebabkan LDR mengalami peningkatan dari 86,36% di triw ulan lalu menjadi 95,33% . Kondisi ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan LDR pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 90,9% .

Komposisi penghimpunan DPK yang secara umum terdiri dari Tabungan, Giro, dan Deposito pada triw ulan IV-2013 menunjukkan bahw a tabungan masih merupakan porsi terbesar dalam

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 53

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah

dan Sistem Pembayaran

penghimpunan DPK dengan presentase 54% dari total DPK. Diikuti oleh Giro yang memiliki presentase sebesar 29% dan sisanya merupakan Deposito dengan presentase sebesar 17% . Total pertumbuhan tahunan DPK Bank Umum Konvensional mencapai 8,67% (yoy) melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mampu mencapai 15,35% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK diperkirakan dipengaruhi oeh perlambatan pertumbuhan ekonomi, dimana pada saat ini untuk menopang tingkat konsumi, masyarakat mencairkan simpanannya di perbankan ataupun memindahkan simpanan deposito dan gironya ke tabungan untuk dapat ditarik sew aktu-w aktu. Hal ini terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan tabungan secara signifikan sebesar 57,77% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan giro sebesar 1,95% (yoy). Bahkan penghimpunan deposito mengalami penurunan sebesar -29,31% (yoy) (Grafik 3.2).

Grafik 3.1 Porsi DPK Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan (yoy) DPK Bank Konvensional Per Penggunaan

Umum Konvensional

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional Berdasarkan Penggunaan

2013 Indikator (Rp Miliar)

Pertumbuhan (yoy) 8.41%

15.65% 17.80% 13.96% Kredit Modal Kerja 5,146.0 6,014.5 6,381.9 6,626.4 7,050.4 7,228.3 7,551.5 7,251.6 Pertumbuhan (yoy)%

20.18% 18.33% 9.44% Pertumbuhan (qtq)%

2.52% 4.47% -3.97% Kredit Investasi] 934.8 1,039.8 989.8 999.5 1,085.9 1,742.5 1,836.6 1,893.8

67.59% 85.56% 89.48% Pertumbuhan (qtq)%

Pertumbuhan (yoy)% 7.91%

Kredit Konsumsi 10,422.4 10,076.5 10,112.1 10,431.8 10,592.3 10,840.1 11,207.7 11,433.6

7.58% 10.83% 9.60% Pertumbuhan (qtq)%

Pertumbuhan (yoy)% 17.38%

2.34% 3.39% 2.01% Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

Kinerja penyaluran kredit di triw ulan IV-2013 juga tumbuh melambat seiring dengan perlambatan ekonomi Provinsi Aceh. Penyaluran kredit tumbuh sebesar 13,96% (yoy) melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mampu tumbuh 17,8% (yoy). Kredit konsumsi dan kredit modal kerja yang memiliki porsi kredit terbesar masing-masing sebesar 55% dan 35% juga mengalami perlambatan. Kredit konsumsi tumbuh melambat dari 10,83% (yoy) menjadi 9,60% (yoy) seiring dengan melambatnya perekonomian. Kredit modal kerja yang menjadi indikator penggerak perekonomian juga mengalami perlambatan dari 18,33% (yoy) menjadi 9,44% (yoy). Salah satu indikator yang tumbuh menggembirakan adalah kredit investasi yang menunjukkan peningkatan signifikan. Pada triw ulan IV-2013, kredit investasi mampu tumbuh 89,48% (yoy) dengan total kredit investasi mencapai Rp 1,8 Triliun. Tingginya kinerja kredit investasi menandakan bahw a masih kondusifnya situasi bisnis di Provinsi Aceh yang pada akhirnya akan menopang pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

Tabel 3.4 Kredit Bank Umum konvensional per Sektor Ekonomi

Growth (yoy) Indikator (Rp Miliar)

Total Kredit

161.26% 41.95% Industri Pengolahan

114.82% 71.83% Listrik Gas dan Air

3.44% 1.69% Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

* Kredit lainnya termasuk juga kredit konsumsi

Sementara itu, secara sektoral pertumbuhan tertinggi penyaluran kredit Bank Umum Konvensional di Aceh dicapai oleh kredit sektor pertanian. Kredit sektor pertanian tercatat tumbuh cukup signifikan sebesar 117,96% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya sebesar 111,18% (yoy). Hal ini sejalan dengan, kinerja pertumbuhan ekonomi sektor pertanian yang pada triw ulan ini memang mengalami peningkatan dibandingkan triw ulan sebelumnya. Sektor ekonomi lainnya yang mengalami peningkatan adalah sektor pengankutan dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, kredit kepada sektor ekonomi lainnya tumbuh melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 55

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah

dan Sistem Pembayaran

Jika melihat dari porsi kredit Bank Umum Konvensional (tanpa memperhitungkan kredit ke sektor lainnya) berdasarkan sektor ekonomi, menunjukkan bahw a sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih merupakan kredit dengan porsi terbesar (53% ). Diikuti oleh kredit sektor industri pengolahan sebesar 19% . Penyaluran kredit kepada sektor PHR erat kaitannya dengan aktivitas perekonomian yang sedang terjadi, pada umumnya apabila kinerja pertumbuhan ekonomi meningkat maka kredit kepada sektor ini juga akan menunjukkan pergerakan yang sama. Kedepan yang perlu diw aspadai adalah, kredit kepada sektor industri mengingat tren sektor industri pengolahan yang terus mengalami penurunan seiring dengan turunnya sektor pertambangan. Grafik 3.3. Proporsi Kredit M enurut Sektor Ekonomi

Sementara itu, porsi kredit sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi utama masih

akses pembiayaan ke perbankan. Hal ini terlihat dari porsi kredit yang hanya sebesar 10% dari total kredit. Upaya meningkatkan aksesibilitas sektor pertanian kepada perbankan perlu terus dilakukan melalu penciptaan skim skim kredit, termasuk pula pemberdayaan peran Konsultan Keuangan M itra Bank (KKM B) sebagai

minim

salah satu

fasilitator sektor

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

pertanian.

Tabel 3.5 Rasio Non Performing Loan (NPL) Bank Umum Konvensional

Indikator (Rp Miliar)

NPL Total 784.7 896.7 937.1 835.7 924.4 977.2 1,085.4 905.3 NPL (%)

5.27% 4.40% NPL Kredit Modal Kerja

873.5 731.0 NPL Kredit Modal Kerja (%)

9.44% 11.29% 11.70% 10.00% 10.50% 10.79% 11.57% 10.08% NPL Kredit Investasi

77.6 94.3 73.6 61.4 54.4 85.0 85.1 74.7 NPL Kredit Investasi (%)

4.63% 3.95% NPL Kredit Konsumsi

99.6 NPL Kredit Konsumsi (%)

1.13% 0.87% Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Peningkatan kredit Bank Umum Konvensional Provinsi Aceh nampaknya masih diikuti dengan adanya resiko kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Namun demikian rasio NPL

56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

tersebut masih berada dibaw ah batas aman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dibaw ah 5% . Secara keseluruhan, rasio NPL pada triw ulan IV-2013 tercatat sebesar 4,40% . Rasio NPL ini merupakan rasio NPL terendah selama kurun w aktu 1 (satu) tahun terakhir 2012 2013. Namun demikian, rasio NPL kredit modal kerja masih jauh berada diatas batas aman sebesar 10,08% dengan tren yang semakin menurun dibandingkan triw ulan sebelumnya. Upaya menurunkan rasio NPL kredit modal kerja haruslah menjadi perhatian Bank Umum Konvensional. Sementara itu, rasio NPL untuk kredit investasi dan konsumsi tercatat masing- masing sebesar 3,95% dan 0,87% dengan tren yang semakin menurun.

Berdasarkan sektor ekonominya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang mengalami NPL tertinggi selama kurun w aktu satu tahun terakhir. Namun demikian, apabila melihat kontribusinya sektor Perdagangan yang memiliki share kredit terbesar memiliki NPL yang cukup tinggi sebesar 10,56% . Upaya-upaya untuk menurunkan NPL Bank Umum Konvensional perlu terus diupayakan oleh perbankan.

Tabel 3.6. NPL Kredit M enurut Sektor Ekonomi

Indikator (Rp

NPL Total 784.7

4.93% 5.27% 4.40% NPL Kredit Modal

NPL Kredit Modal

NPL Kredit Investasi 77.6 94.3 73.6 61.4 54.4 85.0 85.1 74.7 NPL Kredit Investasi

NPL Kredit

NPL Kredit

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 57

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah

dan Sistem Pembayaran

3.2. 1 PERKEM BANGAN BANK UM UM SYARIAH (BUS) DI PROVINSI ACEH

Tabel 3.7 Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh

2013 Indikator (Rp Miliar)

Total Aset 3,546.2 3,705.8 3,917.2 4,271.2 4,290.6 4,998.5 5,374.4 4,675.8 Pertumbuhan (yoy)%

17.02% 31.82% 27.23% Pembiayaan 2,396.9 2,548.6 2,645.6 2,703.5 2,790.0 2,915.3 2,982.4 2,968.4 Pertumbuhan (yoy)%

Pertumbuhan (yoy)% 34.65%

4.38% 4.39% 4.51% Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah

Sama halnya dengan perkembangan perbankan konvensional, kinerja Bank Umum Syariah pada triw ulan IV-2013 juga mengalami perlambatan. Aset Bank Umum syariah mengalami perlambatan dari 37,20% (yoy) menjadi 9,47% (yoy) dengan total aset mencapai Rp 4,6 Triliun. Seluruh indikator keuangan Bank Umum Syariah juga menunjukkan perlambatan pada triw ulan ini. Namun demikian, pertumbuhan penghimpunan dana Pihak ketiga (DPK) masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan berkebalikan dengan Bank Umum Konvensional.

Pengimpunan DPK dan penyaluran pembiayaan Bank Umum Syariah pada triw ulan ini tercatat masing-masing sebesar 27,23% (yoy) dan 9,8% (yoy) melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya. Tingkat intermediasi perbankan untuk Bank Umum Syariah juga terus menunjukkan perkembangan yang positif dengan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 110,92% artinya lebih dari seluruh dana masyarakat yang disimpan di Bank Umum Syariah telah disalurkan kembali melalui pembiayaan. Di sisi lain, kredit macet atau Non Performing Financing (NPF) masih berada dalam batas aman dibaw ah 5% dengan NPF pada triw ulan IV-2013 sebesar 4,51% .Namun demikian, pencapaian indikator keuangan Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh masih lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nasional.

1 Data Bank Umum Syariah mencakup data Unit Usaha Syariah (UUS)

58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

Grafik 3.4 Prosi DPK Bank Umum Syariah Per Grafik 3.5 Pertumbuhan (yoy) DPK Penggunaan

Bank Umum Syariah

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Porsi penghimpunan DPK Bank Umum Syariah masih didominasi oleh Tabungan dengan porsi sebesar 53% , diikuti oleh Deposito dan Giro yang masing-masing mencapai 24% dan 23% . Pada triw ulan IV-2013, kinerja penghimpunan tabungan meningkat cukup signifikan sebesar 53,61% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,69% (yoy) dengan total jumlah tabungan sebesar Rp 1,4 Triliun. Tren peningkatan tabungan di Bank Umum Syariah nampaknya serupa dengan tren yang sedang terjadi di Bank Umum Konvensional. Dimana, tumbuhnya penghimpunan dana dalam bentuk tabungan diperkirakan disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat di tengah perlambatan ekonomi yang pada akhirnya mendorong masyarakat mencairkan simapanan di perbankan ataupun memindahkan simpananya dalam bentuk tabungan untuk dapat diambil sew aktu-w aktu. Hal ini terkonfirmasi (grafik 3.5) oleh melambatnya tren penghimpunan dana dalam bentuk Giro dan Deposito, sementara itu total pertumbuhan DPK masih lebih rendah dibanding triw ulan lalu.

Penghimpunan dana dalam bentuk Deposito dan Giro di Bank Umum Syariah pada triw ulan ini tercatat masing-masing tumbuh sebesar 13,51% (yoy) dan 0,83% (yoy) dengan tren yang menurun apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Tren penurunan giro dan deposito terjadi mulai triw ulan III-2013, sedangkan tabungan mengalami peningkatan dimulai sejak triw ulan yang sama. Hal ini semakin menguatkan, hipotesa terjadinya perpindahan bentuk dana. Di sisi lain, ragam produk penghimpunan dana yang marak di Bank Umum Syariah menyebabkan pertumbuhan DPK masih dapat dipertahankan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 59

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah

dan Sistem Pembayaran

Grafik 3.6. Proporsi Pembiayaan Grafik 3.7. Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah M enurut Jenis

Bank Umum Syariah M enurut Jenis Penggunaan

Penggunaan

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Dari sisi pembiayaan, pembiayaan sektor konsumsi masih mendominasi dibandingkan dengan pembiayaan ke sektor lainnya atau mencapai 66% dari total pembiayaan. Sementara itu, pembiayaan modal kerja pada triw ulan IV-2013 mencapai 26% dari total pembiayan dengan nominal sebesar Rp 790,7 M iliar. Kemudian diikuti dengan pembiayaan sektor investasi sebesar Rp 227,9 M iliar atau mencapai 8% dari total pembiayaan. Di sisi lain, pertumbuhan kredit tertinggi justru terjadi pada kredit investasi yang tumbuh sebesar 19,06% (yoy) jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit di sektor konsumsi dan modal kerja yang masing-masing tumbuh sebesar 13,15% (yoy) dan 0,23% (yoy). Dari seluruh angka pertumbuhan pembiayaan tersebut, pembiayaan sektor konsumsi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya.

Cukup besarnya proporsi pembiayaan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan syariah terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah dan properti serta pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. Hal tersebut seiring dengan tingginya permintaan masyarakat atas kedua sektor dimaksud. Sementara itu meskipun mempunyai porsi yang lebih kecil, pembiayaan pada kegiatan sektor produktif yang tercermin dari penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi juga tetap menjadi perhatian perbankan syariah, seperti yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang positif di kedua jenis pembiayaan.

60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

Tabel 3.8 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Per Sektor Ekonomi

Growth (yoy) Indikator (Rp Miliar)

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw III Tw IV

12.73% 9.80% Pertanian

Total Kredit

61.41% 51.08% Pertambangan

- - Industri Pengolahan

-29.18% -45.39% Listrik Gas dan Air

14.53% - Konstruksi

-31.34% -30.67% Perdagangan

-17.51% -31.54% Pengangkutan

-66.05% -27.01% Jasa-Jasa

42.62% 32.94% Lainnya

11.62% 13.23% Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah

* Pembiayaan sektor lainnya termasuk juga pembiayaan konsumsi

Berdasarkan sektor ekonominya, pertumbuhan pembiayaan melambat di seluruh sektor ekonomi. Pembiayaan sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) serta sektor pengangkutan berada dalam tren negatif atau mengalami peurunan. Sektor industri pengolahan pada triw ulan IV-2013 mengalami penurunan sebesar 45,39% (yoy) jauh lebih buruk dibandingkan triw ulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian dan sektor jasa, kendati tumbuh melambat namun masih mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 51,08% (yoy) dan 32,94% (yoy). Seperti halnya yang terjadi di Bank Umum Konvensional, share pembiayaan sektor pertanian di bank umum syariah juga masih minim.

Grafik 3.8. Perkembangan NPF Bank Umum Syariah Sementara itu, dari sisi resiko pembiayaan tingkat NPF Bank Umum Syariah yang tertinggi dipengaruhi oleh NPF yang terjadi pada pembiayaan modal kerja yang mencapai 11,81% . Sementara itu, NPF pembiayaan investasi mencapai 6,1% . Tingkat

NPF terendah dimiliki oleh

pembiayaan

konsumsi yang hanya

mencapai 2,93% .

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 61

BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah

dan Sistem Pembayaran