Herlina Hanum Harahap, M.H. DISUSUN OLEH: NILWAN RAMADHAN (0701162008) ILMU KOMPUTER FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

1. Pengertian Ideologi

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal dari bahasa Yunani. Secara sederhana atrinya suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata luas adalah keseluruhan cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam arti sempit ideologi adalah gagasan dan teori yang menyeluruh tantang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan Negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan.

Ideologi yang pada mulanya berarti gagasan dan cita-cita berkembang sacara luas menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi pegangan hidup. Berkenaan dengan masalah ini, perlu dikemukakan beberapa pengertian ideologi, yaitu: Ideologi yang pada mulanya berarti gagasan dan cita-cita berkembang sacara luas menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi pegangan hidup. Berkenaan dengan masalah ini, perlu dikemukakan beberapa pengertian ideologi, yaitu:

b. A.S Hornby menyatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seseorang atau sekelompok orang.

c. Soejono Soemargono, menyatakan secara umum “ideologi” sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.

d. Gunawan Setiardja meruuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

e. Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai system pemikiran dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan terbuka. Ciri-ciri ideologi sebagai berikut:

a) Merupakan cita-cita suatu kelompok orang unutk mengubah dan memperbaharui masyarakat.

b) Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat.

c) Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkrit dan operasionalvyang keras yang diajukan dengan mutalk.

Ciri-ciri ideologi terbuka sebagai berikut:

a) Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri.

b) Dasarnya buakn keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari consensus masyarakat tersebut.

c) Nilai-nilai sifatnya dasar, secara garis beasar saja sehingga tidak langsung operasional.

Bertitik tolak dari penjelasan dia atas, ada beberapa unsur nilai yang terkandung dalam ideologi. Setidaknya nilai-nilai ideologi dianggap sebagai nilai yang baik, luhur dan dianggap menguntungkan masyarakat sehingga nilai tersebut dapat diterima. Oleh karena itu ideologi digambarkan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama. Seperangkat nilai yang dianggap benar, baik, adil dan menguntungkan itu dijadikan nilai bersama. Apabila sekelompok masyarakat bangsa menjadikan nilai dalam ideologi sebagai nilai bersama maka ideologi tersebut menjadi ideologi bangsa atau ideologi nasional bangsa yang bersangkutan.

Ada dua fungsi utama ideologi dalam masyarakat (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat. Kedua, sebagai pemersatu masyarakat dan sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat. Dalam kaitannya dengan fungsi yang pertama, nilai dalam ideologi menjadi cita-cita atau tujuan dari masyarakat.

Bagaimanapun tujuan hidup bermasyarakat adalah untuk mencapai terwujudnya nilai- nilai dalam ideologi itu. Adapun dalam kaitannya dengan yang kedua, nilaidalam ideologi itu merupakan yang disepakati bersama sehingga dapat memepersatukan masyarakat itu, serta nilai bersama masyarakat itu dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Perlu dikemukakakn bahwa ideologi Pancasila sebagai sebuah pemikiran sudah memenuhi sifat ideologi terbuka. Nilai yang terkandung di dalam ideologi pancasila bukanlah nilai-nilai luar tetapi bersumber dari kekayaan rohani bangsa serta diterimanya nilai bersamaitu adalah hasil kesepakatan warga bangsa bukan pksaan atau tekanan pihak lain. Lebih dari itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah lima dasar yang sifatnya abstrak, mendasar, garis besar, yang isinya tidak langsung bersifat operasional.nilai-nilai dasar itu membutuhkan penjabarab lanjut dalam praktik penyelengaraan Negara.

Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat dalm penjelasan umum UUD 1945. Dalam penjelasan tersebut dikatakan bahwa “Terutama bagi Negara baru atau Negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut”. Dengan demikianideologi Pancasila merupakan nilai

dasr ideologi yang bersumber dari kekuatan rohaniah bangsa dan dapat diterima menjadi dasar perilaku kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara sepanjang dasr ideologi yang bersumber dari kekuatan rohaniah bangsa dan dapat diterima menjadi dasar perilaku kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara sepanjang

2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila

Faktor yang mendorong keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut:

a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.

b. Kenyataan menunjukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku cenderung meredupkan perkembangan dirinya seperti bagaimana komunisme ditinggalkan oleh sebagian besar Negara-negara Eropa Timur dan Rusia

c. Pengalaman sejarah politik masa lampau, seperti dominasi pemerintah Orde Baru untuk melaksanakan penataran Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila (P4), yang mana materi penataran P4 itu sesuatu yang dirumuskan oleh kemauan pemerintah, bukan atas keinginan dari segenap komponen masyarakat Indonesia, sehingga hasilnya jauh dari harapan yang diinginkan.

d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional. Keterbukaan ideologi Pancasila ditunjukkan dalam penerapannya yang berbentuk pola

pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan, dan nilai praksis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam norma-norma dasar Pancasila yang terkandung dan tercemin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan hasil kesepakatan bangsa. Perwujudan dan pelaksanaan nilai- nilai instrumental adalah pasal-pasal dari UUD 1945 yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, seperti yang telah dilaksanakan oleh MPR dengan melakukan amandemen UUD 1945 di era reformasi ini. Contoh dari perubahan instrumental itu adalah pemilihan Presiden yang berubah dari MPR kepada rakyat yang langsung memilih. Sedangkan nilai-nilai praksis tercemin dari undang-undang, peraturan pemerintah dan pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan, dan nilai praksis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam norma-norma dasar Pancasila yang terkandung dan tercemin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan hasil kesepakatan bangsa. Perwujudan dan pelaksanaan nilai- nilai instrumental adalah pasal-pasal dari UUD 1945 yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, seperti yang telah dilaksanakan oleh MPR dengan melakukan amandemen UUD 1945 di era reformasi ini. Contoh dari perubahan instrumental itu adalah pemilihan Presiden yang berubah dari MPR kepada rakyat yang langsung memilih. Sedangkan nilai-nilai praksis tercemin dari undang-undang, peraturan pemerintah dan

3. Batas-Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila

Sekalipun Pancasila memiliki sifat keterbukaan, namun ada batas-batas keterbukaan itu yang tidak boleh di langgar, yaitu sebagai berikut:

a. Stabilitas nasional yang dinamis

b. Larangan terhadap ideolo marxisme, Lenninisme dan komunisme

c. Mencegah berkembangnya paham liberal

d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat.

e. Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.

4. Makna Pancasila Sebagai Ideologi

Ditinjau dari sudut politik, keberadaan Pancasila adalah sebuah konsensus politik, suatu persetujuan politik bersama antargolongan di Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila, berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia dalam Negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknyya, Pancasila merupakan common platform atau common denominator masyarakat Indonesia yang lural. Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi sejatinya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.

Banyak pihak telah sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan titik temu, rujukan bersama, kesepakatan bersama dan nilai integrative bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa Pancasila adalah ideologi nasionl inilah yang harus terus kita pertahankan dan tumbuh kembangkan dalam kehidupan bangsa yang pluralistik. Berdasarkan penjelasan di atas, Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memiliki makna sebagai berikut:

1) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita normative penyelenggaraan bernegara

2) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.

5. Pengamalan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Nilai-nilai Pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur pnyelesaian konflik yang ada di masyrakat. Secara normative dapat dinyatakan sebagai berikut; bahwa penyelesaian suatu konflik hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai religious,menghargai derajt kemanusiaan, mengedepankan persatuan, mendasarkan pada prosedur demokraris dan berujung pada terciptanya keadilan.

Seringkali kiata dengan terutama sejak masa Orde Baru perlunya Pancasila diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, selalu saja terkesan hal itu merupakan slogan saja, dan tidak membumi dalam perbuatan nyata. Dalam ketetapan MPR No.XVIII/1998 dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksudkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dalam GBHN terakhir 1999-2004 disebutkan pula bahwa misi pertama penyelenggaraan bernegara adalah pengamalan Pancasilasecara konsisten dalam kehidupan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana sesungguhnya melaksanakan atau mengamalkan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bernegara itu?

Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan dengan cara-cara yang wajar dan manusiawi, yaitu:

1. Pemgamalan secara objektif Pengamalan Pancasila secara objektif adalah dengan cara malaksanakan dan mentaati peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum Negara yang berlandaskan pada Pancasila.

2. Pengamalan secara subjektif Pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai yang berwujud norma etik secra pribadi dan kelompok dalam bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian pengamalan secara objektif sejatinya membutuhkan dukungan kekuasaan Negara unrtuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Seorang warganegara atau penyelenggara Negara yang berprilaku menyimpang dari peraturan perundang-undanganyang berlaku akan mendapat sanksi. Maka pengamalan seara objektif bersifata memaksa serta adanya sanksi hukum, artinya bagi siapa saja yang melanggar norma hukum akan mendapat sanksi. Adanya pengamalan objektif ini adalah konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma hukum Negara.

Selain itu, dengan mengamalkan Pancasila secara oobjektif, dan secara subjektif maka setiap warga Negara penyelenggara Negara wajib mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam kerangka pengamalan Pancasila secara subjektif ini, keberadaan Pancasila sebagai sumber etika dalam bersikao dan bertingkah laku setiap warga Negara dan pemyelenggara Negara. Eika kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR No.VI/MPR/2001 adalah norma-norma etik yang dapat dilaksanakan dan diamalkan oleh warga Negara Indonesia. Dengan begitu, melanggar norma etik tidak mendapatkan sanksi hukum tetapi sanksi dari diri sendiri. Adanya pengamalan secara subjektif ini adalah konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasilasebagai norma etik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang teratur dan tentram.

BAB III

Simpulan

Demokrasi diambil dari bahasa Yunani, yaitu demos dan cratos yang artinya rakyat dan pemerintahan. Jadi, secara bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Unsur-unsur pendukung tegaknya demokrasi antara lain Negara hukum, masyarakat madani, aliansi kelompok strategis (partai politik, kelompok gerakan, kelompok kepentingan), dan pers yang bebas dan bertanggung jawab

Kewarganegaraan adalah seseorang yang terikat hukum dengan suatu Negara. Tanda adanya ikatan hukum, yaitu akta kelahiran, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain. Ada tiga cara untuk menentukan kewarganegaraan seseorang antara lain, berdasarkan tempat dimana orang tersebut dilahirkan (Asas Ius Soli), berdasarkan keturunan (Asas Ius Sanguinis), dan naturalisasi. Dalam Undang-Undang Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 mengatur tentang kewarganegaraan diantaranya cara mendapatkan kewarganegaraan dan sebab-sebab yang mengakibatkan kehilangann kewarganegaraan seseorang. Selain itu hak dan kewajiban warga Negara Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang tertuang dalam pasal 27 sampai 34.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan Negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Makna Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita- cita normatif penyelenggaraan bernegara dan merupakan nilai yang disepakati bersama, oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu masyarakat Indonesia.