HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Efektifitas Tindakan Mobilisasi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin

Tabel 1 Distribusi efektifitas tindakan mobilisasi terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonatus aterm di ruang NICU RSUD Ibnu Sina Gresik bulan Nopember 2009 - Februari 2010.

Kadar bilirubin

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa responden yang dilakukan mobilisasi sebagian besar mengalami penurunan kadar bilirubin maksimal sebanyak 10 responden (55,56%). Salah satu pencegahan dan penanganan hiperbilirubin pada neonatus aterm adalah dengan mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin dengan cara pemberian minum yang cukup, karena dengan pemberian minum yang mencukupi pada neonatus dapat menstimulasi peristaltik usus sehingga peristsaltik usus meningkat yang mengakibatkan meningkatnya pengeluaran mekonium sehingga mengurangi jumlah penyerapan bilirubin yang tidak dikonjugasi sehingga kadar bilirubin total menurun (Whalley and Wong, 1995). Pada gambar 5.5 sebagian besar responden yang dilakukan mobilisasi pemberian minum susunya adalah ASI. Pemberian ASI dapat mengurangi ikterus, karena komposisi ASI mengandung protein yang lebih rendah, karbohidrat lebih tinggi, lemak, mineral yang lengkap dan vitamin sehingga nutrisinya lebih tinggi dan mudah dicerna.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kadar bilirubin adalah berat badan lahir, proses persalinan dan timbulnya ikterus. Sebagian besar responden dengan berat badan > 3000 gram pada yang mobilisasi. Responden dengan berat lahir normal dan cukup bulan akan lebih cepat menurunkan kadar bilirubin karena hatinya lebih matang dan menghasilkan enzim glukoronil transferase yang cukup sehingga proses konjugasi bilirubin yang menghasilkan bilirubin direk yaitu bilirubin yang larut dalam air (Surasmi. dkk, 2003).

Berdasarkan karakteristik responden sebagian besar yang dimobilisasi lahir secara fisiologis. Responden yang lahir secara fisiologis akan mempermudah penurunan bilirubin dalam pelaksanaan terapi sinar karena bayi normal, pemecahan sel darah merah tidak Berdasarkan karakteristik responden sebagian besar yang dimobilisasi lahir secara fisiologis. Responden yang lahir secara fisiologis akan mempermudah penurunan bilirubin dalam pelaksanaan terapi sinar karena bayi normal, pemecahan sel darah merah tidak

Berdasarkan usia timbulnya ikterus sebagian besar responden timbul ikterus hari ke 3 dikatakan ikterus fisiologis karena ikterus fisiologis adalah ikterus yang tidak mempunyai dasar patologis (<48 jam) dan kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kern ikterus sehingga memudahkan penurunan kadar bilirubin dan kelancaran pembuluh darah.

2. Efektifitas Tindakan Imobilisasi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin.

Tabel 2 Distribusi efektifitas tindakan imobilisasi terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonates aterm di ruang NICU RSUD Ibnu Sina Gresik bulan Nopember 2009 - Februari 2010.

Kadar bilirubin Jumlah Persentase Minimal

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa penurunan kadar bilirubin pada responden yang dilakukan imobilisasi hampir seluruhnya mengalami penurunan minimal sebanyak 17 responden (94,44%).

Bayi yang mendapat terapi sinar dengan perawatan imobilisasi akan berdampak pada fisik dan psikologis pada bayi yaitu pada: (1) sistem muskuloskeletal, yaitu terjadi kekakuan dan nyeri sendi. (2) sistem perkemihan terjadi proses gravitasi dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih, bila posisi tidak diubah akibatnya pengosongan urine terhambat dan urine menjadi statis. Urine statis merupakan media pertumbuhan bakteri eschericia coli karena sifat urine basa. (3) pada gastrointestinal akan timbul konstipasi. (4) pada pernafasan akan terjadi penumpukan sekret sehingga dapat menghambat jalan nafas. (5) pada sistem integumen akan mengakibatkan turgor kulit menurun dan kerusakan kulit. (Priharjo,1993).

Ada sebagian kecil responden yang lahir secara vacum sehingga dianjurkan untuk dilakukan imobilisasi karena adanya hematom. Hematom ini akan menyebabkan pemecahan sel darah merah yang berlebihan atau terjadi hemolisis, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya hiperbilirubin. Jika dilakukan mobilisasi akan mempengaruhi tekanan intrakranial.

3. Efektifitas Tindakan Mobilisasi Dan Imobilisasi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin

Tabel 3 Efektifitas tindakan mobilisasi dan imobilisasi terhadap penurunan kadar bilirubin.

Penurunan Kadar

Total No

Tindakan

Bilirubin Maksimal Minimal Responden

Hasil U = 99.000 Z = -2,497 ρ = 0,013

Tabel di atas menggambarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney U didapatkan nilai signifikan ρ = 0,013 dimana lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak, sehingga ada perbedaan efektifitas antara tindakan mobilisasi dan imobilisasi terhadap penurunan kadar bilirubin.

Pembahasan sebelumnya terlihat bahwa ada perbedaan tingkat efektifitas tindakan mobilisasi dan imobilisasi. Perbedaan secara statistik ternyata signifikan, artinya bahwa tindakan mobilisasi ternyata lebih baik dari tindakan imobilisasi. Terbukti berdasar hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai ρ = 0.013 dan nilai Z = - 2.479 sehingga H 0 ditolak, artinya ada perbedaan efektifitas tindakan mobilisasi dan imobilisasi dalam terapi sinar terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonatus aterm.

Ada beberapa kendala dalam penelitian yang mungkin berpengaruh adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian antara lain: (1) Pengambilan sampel (teknik sampling) tidak dilakukan secara acak mengingat keterbatasan waktu dan tersedianya sampel. (2) Sampel terbatas diruang neonatus RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik dan besar sampel berpedoman pada besar sampel bulan sebelumnya. (3) Terjadinya hiperbilirubin disebabkan adanya faktor internal karena adanya pembentukan yang bilirubin yang berlebihan yang menyebabkan tertimbunnya bilirubin dalam hati sehingga sirkulasi peredaran darah terhambat.

Peneliti sudah melakukan tindakan terhadap sampel, dimana kedua sampel sama-sama memakai terapi sinar. Keadaan ini akan berpengaruh pada penurunan kadar bilirubin. Hasil penelitian tentang efektifitas kedua tindakan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman tindakan mobilisasi dalam terapi sinar pada neonatus aterm yang mengalami ikterus. Tindakan imobilisasi tidak perlu dipertimbangkan karena hasil penurunan kadar bilirubin pada terapi sinar pada neonatus aterm hasilnya hampir seluruhnya mengalami penurunan minimal.