Aspek Biomorfometrik Keong Macan (Babylonia spira/a,L.) di Teluk Pelabuhan Ratu Pada musim Timur

ASPEK BIOMORFOMETRIK KEONG MACAN
(Babylonia spirata,L.) di TELUK PELABUHAN RATU
PADA MUSIM TIMUR

Oleh:
EVARIZA
C02497034

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan lImu Kelautan

·
-'.e
"""

.

セN

,-; .


.-

..

PROGRAMSTUDIMANAJEMENSUMBERDAYAPERAlRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEPTEMBER 2001

Eva Riza. C02497034. Aspek Biomorfometrik Keong Macan (Babylonia spira/a,L.) di
Teluk Pelabuhan Ratu Pada musim Timur. DIBAWAH BIMBINGAN FREDINAN
YULIANDA dan ISMUDI MUCHSIN.
RINGKASAN

Keong Macan (Babylonia spira/a) merupakan sumberdaya hayati yang memiliki nilai
ekonomis karena banyak mengandung protein, kandungan lendir yang sedikit, rasanya enak
dan mudah dalam proses pengelolaannya. Pemanfaatan Keong Macan yang dilakukan secara
besar-besaran dan tidak sesuai dengan kemampuan regenerasi organisme tersebut teIjadi
dikarenakan ketidaktahuan para nelayan. Hal ini teIjadi karena informasi mengenai Keong

Macan di Indonesia belum bekembang. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian
mengenai aspek-aspek biologi. Aspek biologi ini merupakan pengetahuan dasar dalam
pengembangan dan pemanfaatan keong tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2000 di Teluk Pelabuhan Ratu.
Pengamatan dilakukan di laboratorium biologi laut FPIK-lPB. Alat dan bahan yang
digunakan adalah alat tangkap standar Godang); jangka sorong untuk mengukur panjang total;
neraca digital untuk menimbang berat total, berat cangkang, berat daging, dan berat gonad;
plastik sampel; alat bedah; cawan petri dan formalin. Pengambilan contoh dilakukan
sebanyak empat kali setiap dua minggu sekali di Teluk Pelabuhan ratu yang meliputi lima titik
pengambilan contoh. Dalam setiap titik, contoh diambil sebanyak 40 ekor.
Pada perhitungan hubungan panjang total dengan berat totaLdidapat persamaan
_Log Vi SRL セ]

+2,72 LogL dengankoefisien determinasi 93,8% dan koefisien korelasi

sebesar 0,97. Berdasarkan hasil uji F pada semua contoh didapat nilai F hitung lebih besar
dari F tabel, yang artinya tolak HO. Hal ini menunjukkan bahwa nilai b berbeda nyata dengan
3 (Steel and Toorie,1993). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Keong Macan
bersifat alometrik yaitu pertumbuhan panjang tidak sebanding dengan pertumbuhan berat. Hal
ini berati Keong Macan tidak mengikuti hukum kubik. Hubungan antara panjang cangkang

dengan berat cangkang bersifat linier logaritmik dengan persamaan Log Wc=-3,32+2,66LogL.
Koefisien determinasi sebesar 86,8% yang berarti bahwa panjang cangkang berpengaruh
terhadap berat cangkang sebesar 86,8%, sedangkan koefisien korelasi antara panjang
cangkang dengan berat cangkang sebesar 0,93. Koefisien determinasi dan koefisien korelasi

pada hubungan panj ang total dengan berat total cenderung lebih besar daripada koefisien
determinasi dan koefisien korelasi pada hubungan panjang total dengan berat cangkang. Hal
ini berarti keeratan hubungan antara panjang cangkang dengan berat totallebih besar
dibandingkan dengan hubungan panjang cangkang dengan berat cangkang. Faktor kondisi
pada Keong Macan relatifkonstan yaitu pada kisaran 0,927 sampai 1,205. Nilai faktor kondisi
tersebut mengalami fluktuasi yang cukup kecil sehingga diduga Keong macan tersebut berasal
dari populasi, habitat dan makanan yang sama (Effendie,1997). Faktor kondisi juga
dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad. Peningkatan nilai RGS biasanya diikuti dengan
penurunan nilai faktor kondisi karena bila sedang terjadi perkembangan gonad maka energi
pada tubuh keong difokuskan untuk perkembangan gonad bukan untuk perkembangan tubuh.
Dari perhitungan RGS pada keempat pengambilan contoh dapat diketahui bahwa
terjadi pergeseran periode peningkatan kematangan gonad. Pada keong betina sudah mulai
terjadi peningkatan kematangan gonad pada pengambilan contoh pertama sedangkan pada
keong jantan peningkatan kematangan gonad barn dimulai pada pengambilan contoh kedua.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa sejak pengambilan contoh pertama (7Agustus

2000)sampai pengambilan contoh keempat (20 September 2000) tidak terjadi puncak
pemijahan karena adanya perbedaan waktu peningkatan kematangan gonad sehingga proses
kopulasi tidak terjadi. Agar dapat diketahui kapan terjadi puncak pemijahan perlu adanya
penelitian dalam kurun waktu yang lebih lama.
Berdasarkan hubungan dari rasio berat daging/berat total dengan Rapport Gonado
Somatic dapat diketahui bahwa keong mengalami dua kali siklus kematangan gonad. Siklus
pertama kematangan gonad pada kelompok ukuran 31,48-37, II mm yang diikuti dengan
⦅N⦅セ

-----

peningkatan rasio berat daginglberat total. Siklus kedua pada kelompok ukuran 45,58-48,39
mm. Pada kelompok ukuran ini nilai RGS sebesar 8,30%, diduga pada kelompok ukuran ini
adalah kondisi induk yang siap mengalami pemijahan dan rasio berat daginglberat total tidak
terlalu besar karena pada kelompok ukuran ini energi difokuskan untuk perkembangan gonad.
Agar proses penangkapan tidak mengganggu kelangsungan regenerasi dari Keong Macan
sebaiknya dilakukan penangkapan pada ukuran lebih dari 48,40 mm, sedangkan untuk
kelompok ukuran yang lain sebaiknya dikembalikan lagi ke laut.

SKRIPSI


Judul

Aspek Biomorfometrik Keong Macan (Babylonia spira/a,L.)
di Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim Timur

Nama Mahasiswa: EVA RIZA
NomorPokok

C02497034

Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:
I. Komisi Pembimbing

Ir. Fredinan Yulianda. MSc.
Ketua


II.

Tanggal ujian: 16 Agustus 2001

Dr. Ir. Ismudi Muchsin
Anggota