Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan Tahun 2015

(1)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

ASAHAN TAHUN 2015

Skripsiinidiajukansebagai Salahsatusyaratmemperolehgelar

SarjanaKesehatanMasyarakat

OLEH :

Wahana Lestari Saragih NIM: 111000066

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

ASAHAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

Wahana Lestari Saragih NIM: 111000066

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI ASAHAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanki yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(4)

(5)

ABSTRAK

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerjaan yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Pekerjaan pada tenaga kerja bongkar muat mempunyai potensi bahaya terjadi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan cross sectionaluntuk mendeskripsikan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dengan menggunakan metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment). Objek yang diteliti adalah mengidentifikasi proses kerja Stevedoring,proses kerja cargoding, dan proses kerja delivery.

Dari hasil penelitian pada TKBM pada proses kerja stevedoring bahaya yang tinggi adalah pada saat pekerja membuka terpal penutup pada kapal dan pada saat pekerja memindahkan jala-jala berisi barang dari kapal ke dermaga. Pada proses kerja cargoding risiko yang paling dominan adalah pekerja berpotensi mengalami low back pain dan tertabrak pada saat pekerja membawa barang dan menyusun barang di gudang. Sedangkan pada proses kerja delivery bahaya yang paling tinggi adalah pada saat pekerja bekerja di atas truk.

Hasil penelitian menunjukan nilai risiko tertinggi dari hasil analisis risiko adalah high dengan potensi kecelakaan seperti tenggelam, tertabrak, dan terjatuh.Disarankan agar koperasi tenaga kerja bongkar muat membuat rambu-rambu keselamatan serta menyediakan alat pelindung diri untuk meminimalisir risiko.


(6)

ABSTRACT

Unloading and loading is a job that need physical activity to lift and haul goods. This job have hazard potensial for work accident and health problems. Therefore, the objective of this research is to assess the hazard of unloading and loading workers at Teluk Nibung Port TanjungBalai, Asahan.

The research was a descriptive survey. The data of work accident and health problems hazard in workers were gathered by HIRA method.The Object of the research was to identify the process in stevedoring, cargoding, and delivery.

The result of research in unloading and loading workers at stevedoring showed that the highest hazard were found at worker who opened the boat cover and moved goods from boat to darmaga. In cargoding, the highest hazard were found in low back pain risk at worker and hit when workers bring and stack goods in warehouse. In delivery, the highest hazard was found in worker work in truck machine.

The results show the value of the highest risk from the analysis of risk is high with the potential for accidents such as drowning, was hit and fell. The recommended that the cooperative workers unloading create safety signs and provide personal protective equipment to minimize risks.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pastinya, penyelesaian

Skripsi dengan judul “PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI ASAHAN TAHUN 2015” ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.

1. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

3. Terimakasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni S.K.M., M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Terimakasih kepada IbuArfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.


(8)

6. Terimakasih kepada Ibu Ir.Kalsum M.Kes selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Terimakasih kepada pihak Kesyahbandaran dan Otorita Asahan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balasi Asahan yang telah membantu saya dengan memberikan ijin dalam melakukan penelitian ini.

8. Terimakasih kepada bapak Zulkarnael dan Iswanto Sirait selaku pengurus Koperasi T.K.B.M Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan yang sudah memberikan bantuan, informasi dan data-data yang bersangkutan dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Terimakasih kepada para pekerja bongkar muat yang telah mau memberikan waktu dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Teimakasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya tersayang karena selalu memberikan bimbingan, dukungan serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat, Hidayah serta kesehatan untuk Bapak, Mama serta adik-adik saya Ilham dan Widya.

11.Terimakasih untuk semua teman dari departemen K3, Cici, Mutia, Wini, Anggi, Ivori, Legia, Bayu, dan semua teman K3 lainnya. Teman dari kelompok PBL dan LKP. Teman seperjuangan Wida dan Rahma. Terimakasih atas doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.


(9)

12.Terimakasih untuk semua adik-adik dan kakanda serta teman-teman pengurus HMI Komisariat FKM USU yang sudah memberikan motivasi dan dukungannya.

13.Terimakasih untuk yang teristimewa abangda Faddillah Candra S.K.M yang telah memberikan dukungan, motivasi serta kesabaran dalam membimbing saya.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi Skripsi ini.Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada semua pihak.

Medan, Agustus 2015 Penyusun


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR ISTILAH ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

RIWAYAT HIDUP ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 PerumusanMasalah ...6

1.3 TujuanPenelitian ...6

1.3.1 TujuanUmum ...7

1.3.2 TujuanKhusus ...7

1.4 ManfaatPenelitian ...7

1.4.1 BagiPeneliti...7

1.4.2 Bagi Pekerja ...8

1.4.3 BagiInstansiTerkait ...8

1.4.4 BagiInstitusiPendidikan ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1 KecelakaanKerja ...9

2.1.1 PengertianKecelakaanKerja ...9

2.1.2 Teori-teoriKecelakaanKerja ...10

2.1.3 Faktor-faktor Yang MempengaruhiPenyebabKecelakaan Kerja ...13

2.1.4 KlasifikasiKecelakaanKerja ...14

2.1.5 KerugianOlehKarenaKecelakaanKerja ...16

2.1.6 PencegahanKecelakaanKerja ...17

2.2 Risiko ...18

2.2.1 DefinisiRisiko ...18

2.2.2 Jenis-jenisRisiko ...19

2.3 Bahaya ...22

2.3.1 DefinisiBahaya ...22

2.3.2 Jenis-jenisBahaya ...22


(11)

2.6 Angkat dan Angkut ...30

2.7 Kerangka Konsep...32

BAB III METODE PENELITIAN ...33

3.1 Jenis Penelitian ...33

3.2 LokasidanWaktuPenelitian ...33

3.2.1 LokasiPenelitian ...33

3.2.2 WaktuPenelitian ...33

3.3 ObjekPenelitian...33

3.4 Instrument Penelitian ...34

3.5 MetodePengumpulan Data...34

3.5.1 Data Primer ...34

3.5.2 Data Skunder ...34

3.6 DefinisiIstilah ...35

3.7 AspekPenilaian ...36

3.8 Analisis Data ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN ...38

4.1 Gambaran Umum Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...38

4.2 Visi dan Misi Koperasi Tenaga Kerja Bongkar MuatPelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...40

4.3 Struktur Organisasi Tenaga Kerja Bongkar Muat PelabuhanTeluk Nibung Tanjung Balai Asahan...41

4.4 TKBM Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...41

4.5 Proses Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat di PelabuhanTeluk Nibung Tanjung Balai Asahan...42

4.5.1 Proses Kerja Stevedoring Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...43

4.5.2 Proses Kerja Cargoding Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PelabuhanTeluk Nibung Tanjung Balai Asahan...44

4.5.3 Proses Kerja Delivery Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di elabuhan Teluk Nibung Tanjung BalaiAsahan...45

4.6 Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...45

4.6.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Stevedoring ...46

4.6.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Cargoding ...48

4.6.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Delivery...49

4.7 Penilaiaan Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ...50

4.7.1 Penilaian Risiko Pada Proses Kerja Stevedoring ...51

4.7.2 Penilaian Risiko Pada Proses Kerja Cargoding ...54


(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 59

5.1 Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ... 59

5.1.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Stevedoring ... 59

5.1.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Cargoding ... 62

5.1.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Delivery... 63

5.2 Analisis Risiko Bahaya Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ... 64

5.2.1 Analisis Bahaya Pada Proses Stevedoring ... 64

5.2.2 Analisis Bahaya Pada Proses Cargoding... 65

5.2.3 Analisis Bahaya Pada Proses Delivery ... 66

5.3 Evaluasi Risiko Bahaya Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ... 67

5.3.1 Evaluasi Risiko Pada Proses Kerja Stevedoring ... 67

5.3.2 Evaluasi Risiko Pada Proses Kerja Cargoding ... 69

5.3.3 Evaluasi Risiko Pada Proses Kerja Delivery ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 71

6.1 Kesimpulan ...71

6.2 Saran ...72


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.2 Menilai Kemungkinan Risiko (L) ... 28

Tabel2.1 Menilai Keparahan Risiko (C) ... 29

Tabel2.3 Matriks Penilaian Risiko ... 29

Tabel2.4 Hirarki Pengendalian Risiko ... 30

Tabel2.5 Beban Angkatan Menurut Keadaan Tenaga KerjaSebagai Pedoman Atas Dasar Perhitungan 5/7 kg per kg Berat Badan ... 32

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Kerja Stevedoring ... 46

Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Kerja cargoding ... 49

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Kerja Delivery ... 50

Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pada Proses Kerja Stavedoring ... 51

Tabel 4.5 Penilaian Risiko Pada Proses Kerja Cargoding ... 55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Swiss Cheese ...10

Gambar 2.2Teori Domino ...11

Gambar 2.3 Proses ManajemenRisiko ...25

Gambar 2.4 KerangkaPikir...33 Gambar 4.1 Struktur Organisasi TKBM Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan .42


(15)

DAFTAR ISTILAH

Cargoding : Pekerjaan membawa barang dari dermaga menuju gudang atau sebaliknya.

Crane : Alat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan barang atau material.

Delivery : Pekerjaan membawa barang dari gudang menuju truk atau sebaliknya.

Fatality : Kematian akibat bencana atau kecelakaan.

First Aid : Bantuan pertama perawatan medis.

Gangway :Sebuah titi khusus yang digunakan sebagai lintasan dari gudang menuju bak truk.

Highly Unlikely : Terjadi pada kondis sangat khusus.

Jala-jala : Tali yang dirakit untuk tempat mengangkat barang

Kereta Sorong : Kendaraan untuk membawa barang yang memiliki roda

Likely : Sangat sering

Low Back Pain : Nyeri yang dirasakan pada punggung bawah.

Mayor Injury : luka-luka yang menyebabkan kecacatan.


(16)

Negligible : Tidak penting, boleh diabaikan.

Possible : Mungkin terjadi sewaktu-waktu

Palka : Lubang pada kapal sebagai tempat menyimpan barang

Ring : Sebuah besi berebentuk bulat yang ada pada crane yang digunakan untuk tempat mengkaitkan jala-jala.

Safety Sign : Sebuah media visual berupa gambar untuk ditempatkan di area kerja yang memuat pesan-pesan agar setiap karyawan memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

Safety Shoes : Salah satu atribut atau perlengkapan kerja untuk mendukung keselamatan pekerja.

Stevedoring : Pekerjaan membawa barang dari kapal ke dermaga.

Very likely : Hampir pasti terjadi.

Whole Body Vibration :Dimana setiap frekuensi getaran di transfer ke tubuh manusia.


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 3 Dokumentasi


(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahana Lestari Saragih

Tempat Lahir : Kerasaan

Tanggal Lahir : 11 Agustus 1994

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Osben Saragih

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Megawati Purba,S.pd

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SDN 095260 Purwosari /2005 2. SLTP/ Tamatan tahun : MTS S Darul Ar-Qom /2008 3. SLTA/Tamatan tahun : MAN Pematangsiantar /2011 4. Lama studi di FKM USU : 2011-2015

Riwayat organisasi:

1. Anggota KOHATI (Koprs HMI Wati) : Periode 2011-2012 2. Kabid Internal KOHATI (Koprs HMI Wati) : Periode 2012-2013 3. Kabid Pembinaan Anggota HMI : Periode 2013-2014


(19)

ABSTRAK

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerjaan yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Pekerjaan pada tenaga kerja bongkar muat mempunyai potensi bahaya terjadi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan cross sectionaluntuk mendeskripsikan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dengan menggunakan metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment). Objek yang diteliti adalah mengidentifikasi proses kerja Stevedoring,proses kerja cargoding, dan proses kerja delivery.

Dari hasil penelitian pada TKBM pada proses kerja stevedoring bahaya yang tinggi adalah pada saat pekerja membuka terpal penutup pada kapal dan pada saat pekerja memindahkan jala-jala berisi barang dari kapal ke dermaga. Pada proses kerja cargoding risiko yang paling dominan adalah pekerja berpotensi mengalami low back pain dan tertabrak pada saat pekerja membawa barang dan menyusun barang di gudang. Sedangkan pada proses kerja delivery bahaya yang paling tinggi adalah pada saat pekerja bekerja di atas truk.

Hasil penelitian menunjukan nilai risiko tertinggi dari hasil analisis risiko adalah high dengan potensi kecelakaan seperti tenggelam, tertabrak, dan terjatuh.Disarankan agar koperasi tenaga kerja bongkar muat membuat rambu-rambu keselamatan serta menyediakan alat pelindung diri untuk meminimalisir risiko.


(20)

ABSTRACT

Unloading and loading is a job that need physical activity to lift and haul goods. This job have hazard potensial for work accident and health problems. Therefore, the objective of this research is to assess the hazard of unloading and loading workers at Teluk Nibung Port TanjungBalai, Asahan.

The research was a descriptive survey. The data of work accident and health problems hazard in workers were gathered by HIRA method.The Object of the research was to identify the process in stevedoring, cargoding, and delivery.

The result of research in unloading and loading workers at stevedoring showed that the highest hazard were found at worker who opened the boat cover and moved goods from boat to darmaga. In cargoding, the highest hazard were found in low back pain risk at worker and hit when workers bring and stack goods in warehouse. In delivery, the highest hazard was found in worker work in truck machine.

The results show the value of the highest risk from the analysis of risk is high with the potential for accidents such as drowning, was hit and fell. The recommended that the cooperative workers unloading create safety signs and provide personal protective equipment to minimize risks.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic Cooperation), dan WTO (World Trade Organization) yang berlaku di tahun 2020 mensyaratkan dunia usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka mengantisipasi globalisasi. Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dikaitkan dengan perlindungan ketenagakerjaan dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari operasi perusahaan merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing (Sugeng,2003).

Perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya.Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan


(22)

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya (Aditama, 2002).

Secara sekilas ada potensi-potensi bahaya yang timbul dalam suatu proses yang menyebabkan kematian, kerugian, bencana, kehilangan produksi, menurunnya kualitas produk, dan bahaya bagi lingkungan. Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaannya untuk melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.Maka dari itu perlu dilakukan penilaian risiko pada tenaga kerja. Pada proses awal dari penilaian risikoadalah mengidentifikasi dari bahaya atau hazard dan efek dari hazard tersebut serta siapa/apa yang akan terkena dampaknya (ILO, 2013).

Tenaga kerja bongkar muat adalah pekerjaan penanganan material secara manual (manual materia l handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama keluhan pekerja. Tingginya tingkat kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan kerja juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan atau organisasi yaitu berupa penurunan produktivitas kerja, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.

Buruh angkut merupakan salah satu bagian dari masyarakat pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka lakukan banyak mengandung risiko terhadap kecelakaan dan kesehatan. Buruh angkut adalah pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut barang atau material dari


(23)

satu tempat ke tempat yang lain. Buruh angkut biasanya banyak terdapat di daerah yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar, pelabuhan maupun sarana lainnya.Pada umumnya pekerjaan tersebut mengunakan tubuh sebagai alat angkut seperti memikul, menjinjing dan memangkul.

Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaanya untuk kesejahteraannya dan meningkatkan produktivitasnya. Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja, Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang disurvei. Angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia masih tinggi. Fluktuasi angka kecelakaan dapat dilihat dari data yang diberikan oleh PT Jamsostek, yaitu pada 2007 ada 83.714 kasus kecelakaan kerja, pada 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 ada 96.314 kasus dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari. Disusul lagi dengan data kementrian tenaga kerja dan transmigrasi menyebutkan bahwa sampai tahun 2013 di Indonesia terdapat 6 orang meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja (Depkes, 2014).

Pada tahun 2013 terdapat 3 orang mengalami kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dua orang meninggal dan satu orang mengalami luka parah.Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilingkungan pelabuhan belum seutuhnya terlaksana. Kalangan buruh yang bekerja belum memiliki perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja


(24)

(K3) yang memadai sebagai unsur bagian terdepan melakukan aktivitas bongkar muat barang. Kurangnya perhatian dan kepedulian perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan memberi fasilitas K3 berujung tidak sedikit diantara TKBM menjadi korban kecelakaan kerja dan nyawa menghilang (Martin, 2014).

Dalam penelitian Hardianto (2013), di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya disebutkan bahwa bahaya yang teridentifikasi pada pekerjaan bongkar muat barang secara manual oleh kuli di Terminal Kalimas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebanyak 46 potensi bahaya, dengan 6 bahaya fisika, 1 bahaya kimia, 3 bahaya biologi dan 2 bahaya ergonomi. Nilai risiko tertinggi dari analisis risiko sebesar 15 yaitu bahaya terjatuh dan tertabrak.

Menurut penelitian Yani (2009), yang dilakukan di Pelabuhan Sukamara tingkat risiko kecelakaan kerja memiliki tingkat risiko masing-masing dari setiap variabel, seperti: pekerja dengan kategori medium, alat kerja seperti katrol slang dan gerobak dengan kategori medium, bahan yang diangkut dengan kategori medium, proses kerja dengan kategori low dan medium, lingkungan kerja dengan kategori medium, sedangkan tumpahan limbah dengan kategori low dan medium.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Kuswanti (2013), di Pelabuhan Gresik bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya gravitasi, bahaya mekanik, bahaya listrik, bahaya kinetik, bahaya fisik, bahaya ergonomi, bahaya kimia dan bahaya biologis sebanyak 23 bahaya. Risk assessment didapatkan 42 risiko bahaya.Kategori risiko rendah 3, kategori risiko sedang 26 dan kategori risiko tinggi 13.


(25)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan tenaga kerja bongkar muat berjumlah sebanyak 135 orang dan terdiri dari 3 regu kerja.Masing-masing berjumlah 44 tenaga bongkar muat dan 1 orang kepala regu dan masing-masing regu bertanggung jawab membongkar barang dalam 1 kapal. Banyak pekerja yang bekerja dengan sembarangan seperti cara mengangkat barang dengan membungkuk, bekerja dibawah jala-jala yang berisi barang, sehingga berpotensi tertimpa barang dan terjatuh ke laut saat pekerja berada di dermaga atau kapal. Pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan,diketahui bahwa pernah terjadi pekerja terjatuh kelaut dikarenakan kurangnya keseriusan dalam bekerja.

Pekerjaan bongkar muat adalah pekerja yang menggunakan fisik untuk mengangkat dan mengangkut barang.Adapun barangyang diangkut seperti besi-besi dan mesin yang sudah di kemas dalam kotak dan ada juga yang dikemas dalam karung, sayur-sayuran dan buah-buahan, kain juga sudah dalam bentuk yang sudah kemas. Adapun berat beban yang diangkat oleh tenaga kerja sekitar 15-25 kg dengan rata-rata frekuensi angkat yang berulang-ulang.

Proses bongkar muat barang oleh tenaga kerja bongkar muat dimulai dari pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB. Adapun proses kerja bongkar muat yaitu: pertama, stevedoring dari dermaga ke kapal, dan sebaliknya tenaga kerja mengangkat barang dari kapal ke dermaga. Kedua, cargoding pekerja membawa barang dari dermaga diangkut ke gudang dan sebaliknya.Selain itu pekerja juga mensortir barang sesuai dengan jenis, merek dan tujuan dari barang


(26)

tersebut.Ketiga,delivery pekerja memindahkan barang dari tempat penumpukan di gudang atau lapangan dan mengangkat barang sampai tersusun di atas truk.

Pekerja bekerja menggunakan alat-alat seperti crane, kereta sorong dan dalam proses bongkar muat dan membawa barang dari dermaga ke gudang atau sebaliknya. Pekerja berisiko tinggi untuk tertimpa barang pada saat mengangkat barang yang akan mengakibatkan kaki bengkak. Risiko lain pada tenaga kerja bongkar muat seperti terpeleset pada saat membawa barang dengan menggunakan kereta sorong. Pekerja bekerja berada di luar ruangan yang terpapar langsung oleh matahari dan juga dapat terkena hujan sehingga dermaga menjadi licin. Pajanan yang dialami oleh pekerja dari sisi kimia banyak paparan debu dari barang yang mereka angkat yang akan mengakibatkan gangguan pernafasan pada pekerja. Selain itu ditemukan tumpahan oli di kapal pada saat perbaikan dan perawatan. Kondisi ergonomi seperti cara mereka mengangkat barang pada pekerja tersebut dengan cara manual. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja oleh karena itu aspek keselamatan perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan selamat.Hal ini lah yang menjadi latar belakang peneliti unuk melakukan penilaian risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.


(27)

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko yang terdiri dari mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi kecelakaan kerjapada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam mengkaji suatu permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya penilaian risikokecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

1.4.2 Bagi Pekerja

Memberi masukan mengenai berbagai risiko kecelakaan kerja sebagai upaya penanggulangan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja kepada para tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan. 1.4.3 Bagi Instansi Terkait

Sebagai masukan informasi tentang risiko kecelakaan kerja dan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan dan peningkatan efisiensi di tempat kerja.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi dunia pendidikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat dapat bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja menurut Menteri Tenaga Kerja No.03/MEN/98 suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia harta atau benda.Sementara menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang menyebabkan kematian.Pengertian kecelakaan kerja menurut Frank Bird adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnyaada tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan


(29)

upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak

berulang kembali (Suma’mur, 2009).

2.1.2 Teori- teori Kecelakaan Kerja

Beberapa teori yang terkait dalam kecelakaan kerja menurut Goetsch (2008) antara lain:

1. Teori Swiss Cheese

Pada teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan manusa menjadi 4 tingkatan:

1. Tindakan tidak aman (unsafe acts)

2. Pra-kondisi yang menyebabkan tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts)

3. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision) 4. Pengaruh organisasi (organization influence)

Gambar 2.1.Swiss Cheese

Dalam swiss cheese model, berbagai macam tipe kesalahan manusia ini merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini sama-sama mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.


(30)

2. Teori Domino

Fakor penyebab kecelakaan ini ditemukan oleh H.W.Heinrich dengan teori dominonya yang menggolongkan atas:

1. Ancestery and sosial evironment : karakter negatif dari seseorang untuk berperilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu pengaruh lingkungan sosial juga dapat menyebabkan seseorang membuat kesalahan.

2. Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada seseorang yang mejadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.

3. Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak aman seseorang.

4. Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang menghasilkan penyebab kecelakaan .

5. Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakan.


(31)

Penggunaan teori domino ini digunakan sebagai petunjuk pertama, satu domino yang dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian. Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino yang tengah yang

berlabel “ tindakan dan atau kondisi yang tidak aman”.

3. Human Factor Theory

Menurut Goetsch (2008) teori human faktor menyebutkan kecelakaan karena kesalahan manusia.Teori ini dikembangkan oleh Ferel. Ada tiga faktor yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu : overload, inappropriate respons, incompability dan inappropriate activites.

1. Overload adalah ketidakseimbangan anatara beban kerja dengan kapasitas yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain beban kerja individu, terdapat juga beban tambahan dari faktor lingkungan (contohnya kebisingan dan gangguan lainnya), faktor internal (contohnya masalah pribadi, stress emosional, rasa cemas, dan lain-lain), serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas, dan lain-lain).

2. Respon yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi situasi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Bila seseorang mendeteksi adanya bahaya namun tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya, maka itu berarti dia telah melakukan respon yang tidak tepat.


(32)

3. Aktifitas yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk malakukan pekerjaan tersebut.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyabab Kecelakaan Kerja Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia.Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.Untuk menentukan sebab dari kecelakaan tersebut maka dilakukanlah analisis kecelakaan.

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak, dan perangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan (manual), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian karena terjatuh, baik ditempat tinggi

maupun ditempat datar (Suma’mur, 2009).

Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu people, equipment, material, enviromental (PEME) yang saling berinteraksi dan sama-sama menghasilkan produk atau jasa. Kecelakaan dapat juga dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan atau suhu yang melampaui batas. Disamping itu, kecelakaan dapat bersumber dari


(33)

manusia itu sendiri yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli,2010).

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:

1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu, udara, kelembapan, cepat rambat udara, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.

2. Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat lainya.

3. Faktor biologi yaitu baik dari golongan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. 4. Faktor ergonomis seperti cara kerja, sikap kerja, konstruksi mesin

5. Faktor mental-psikologis yaitu susunan kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya (Suardi, 2005). 2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan: 1) Terjatuh

2) Tertimpa benda

3) Tertumbuk atau terkena benda-benda 4) Terjepit oleh benda

5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan 6) Pengaruh suhu tinggi

7) Terkena arus listrik


(34)

B. Klasifikasi menurut penyebab :

1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan sebagainya.

2) Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.

3) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.

4) Bahan-bahan, zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya.

5) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah).

6) Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas. C. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :

1) Patah tulang 2) Dislokasi (keseleo) 3) Regang otot (urat)

4) Memar dan luka dalam yang lain 5) Amputasi

6) Luka di permukaan 7) Geger dan remuk 8) Luka bakar

9) Keracunan-keracunan mendadak 10) Pengaruh radiasi


(35)

D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : 1) Kepala

2) Leher 3) Badan 4) Anggota atas 5) Anggota bawah 6) Banyak tempat

7) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut (Suma’mur, 1987).

2.1.5 Kerugian Oleh Karena Kecelakaan

Tiap Kecelakaan merupakan suatu kerugian, yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan bukan semata-mata beban perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan.Biaya langsung ialah biaya PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, biaya upah selama pekerja tidak mampu bekerja, kompensasi cacat dan biaya kerusakan

bahan, perlengkapan dan peralatan (Suma’mur,2009).

Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi.Biaya ini meliputi terhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lainya menolong korban atau berhenti bekerja.Biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum bisa bekerja pada tempat kerja tersebut.


(36)

Kecelakaan kerja sering kali disertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian.Dengan kejadian luka atau kelainan maka pekerja dapat menjadi sakit. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja

(Suma’mur,2009).

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.Sebab-sebab kecelakaan disuatu perusahaan diketahui dengan melakukan analisis disetiap kecelakaan yang terjadi.Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting dilakukan identifikasi yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan perusahaan serta assessment besarnya risiko kecelakaan kerja.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) pencegahan

ditujukan kepada: 1. Lingkungan

Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang aman serta menunjukan persyaratan keselamatan, tata ruang yang baik, kondisi gedung dan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan.Syarat-syarat lingkungan kerja meliputi hygiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja, dan pengaturan suhu ruangan di tempat kerja.

2. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan perencanaan yang baik.Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman


(37)

(guarding) pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak.Efektif atau tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai dengan mesin atau alat serta perkakas yang memberikan keselamatan bagi pekerja.

3. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kaca mata, sarung tangan, harus cocok ukurannya sehingga nyaman dalam penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia harus memperhatikan tentang betapa pentingnya peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi pekerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental

(Suma’mur, 2009).

2.2 Risiko

2.2.1 Definisi Risiko

Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal.Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.Semakin besar potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi.Risiko mengambarkan besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya keparahan yang dapat diakibatkannya.Besarnya risiko


(38)

ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan unsur yang terlibat (Ramli,2010).

Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antar kemungkinan terjadinya kecelakaan(probabilitas) dan akibat (konsekuensi, keparahan).Baik kemungkinan maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif atau kuantitatif. 2.2.2 Jenis-Jenis Risiko

Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya antara lain:

1. Risiko Keuangan

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial yang berkaitan dengan aspek keuangan.Ada berbagai risiko finansial seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar dapat terjadi pada perusahaan yang produknya dikonsumsi oleh masyarakat luas. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk.


(39)

3. Risiko alam

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan bisa terjadi setiap saat tanpa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam dapat berupa longsor, banjir, tsunami dan letusan gunung berapi.

4. Risiko operasional

Risiko dapat berupa dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain:

a. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan semberono, atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius terhadap keselamatan.

b. Teknologi

Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan juga terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.


(40)

Risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko keselamatan dan kesehatan kerja dikonotasikan sebagai hal yang negatif seperti:

1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan aset perusahaan 2. Kebakaran dan peledakan

3. Penyakit akibat kerja 4. Kerusakan sarana produksi 5. Gangguan operasi

5. Risiko Keamanan

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.

6. Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperi tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya, dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun yang negatif (Ramli,2010).


(41)

2.3 Bahaya

2.3.1 Definisi Bahaya

Bahaya menurut Soehatman Ramli adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainya.Karena hadirnya bahaya maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor organisasional, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman. Semuanya bukan bahaya,tetapi faktor yang memberikan kontribusi terjadinya kecelakaan dan keparahan dari kejadian.

Kondisi dan cara kerja yang tidak aman, kurang pelatihan atau kelelahan bukan bahaya tetapi merupakan kegagalan dalam pengawasan atau faktor kondisi yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan. Contohnya seseorang tidak memakai topi keselamatan bukan merupakan bahaya.Bahayanya adalah dari benda yang terjatuh dari ketinggian dan kemudian menimpa kepala (Ramli,2010). 2.3.2 Jenis-jenis Bahaya

Menurut Ramli (2010), jenis-jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bahaya mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanika baik digerakan ataupun secara manual. Bagian gerak mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,


(42)

memotong, menimpa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya.Gerakan mekanis dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, dan terpotong.

2. Bahaya listrik

Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik.Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat.Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik. 3. Bahaya Kimiawi

Jenis bahaya bersumber dari senyawa atau unsur kimia.Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:

a) Keracunan bahan kimia yang bersifat beracun

b) Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat

c) Kebakaran dan ledakan

d) Polusi dan pencemaran lingkungan 4. Bahaya Fisik

Bahaya fisik berasal dari faktor-faktor fisik seperti: a) Bising

b) Tekanan c) Getaran


(43)

e) Cahaya atau penerangan

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah 5. Bahaya biologis

Dari berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat dilingkungan kerja atau berasal dari aktifitas kerja.Potensi bahaya ini ditemukan pada industri makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi.

6. Bahaya Ergonomi

Bahaya yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja.

7. Bahaya Psikologis

Bahaya yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift kerja yang tidak menentu, hubungan antar pekerja yang kurang baik. Hal ini juga dapat ditimbulkan karena faktor stress berupa pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, serta mengabaikan kehidupan sosial (Ramli,2010). 2.4 Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Menurut AS/NZS 4360 tentang Standar Manajemen Risiko langkah-langkahnya sebagai berikut.:

1. Menentukan Konteks 2. Identifikasi Risiko


(44)

3. Penilaian Risiko a) Analisa risiko b) Evaluasi risiko 4. Pengendalian Risiko

5. Komunikasi dan Konsultasi 6. Pemantauan dan Tinjau Ulang

Gambar 2.3 Proses Manajemen Risiko 1. Konteks Manajemen Risiko

Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai kegiatan atau keperluan. Penetapan konteks ini meliputi:

a. Konteks Startegis

Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi yang menjiwai dan menjadi landasan perusahaan.Dalam upaya mencapai visi dan misi


(45)

terdapat berbagai risiko berupa peluang dan hambatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Konteks ini akan menjelaskan lebih rinci berbagai ancaman yang terkait dengan organisasi atau perusahaan. b. Konteks Manajemen Risiko

Setelah mendapatkan gambaran jelas mengenai konteks strategis dan organisasional, dilanjutkan dengan merumuskan konteks yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.Setiap organisasi atau perusahaan memiliki masalah kesehatan dan keselamatan kerja berbeda sehingga risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang di hadapi juga berbeda.

c. Kriteria risiko

Penetapan kriteria risiko sangat penting dan menjadi landasan dalam mengelola risiko.Kriteria risiko digambarkan dalam bentuk kombinasi antara kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya, baik secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Identifikasi Risiko

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya atau risiko yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahan yang terjadi.

3. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko menutut adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau di tolak. Penilaian risiko (risk assessment) mencakup dua tahap proses yaitu menganalisa


(46)

risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation). Kedua tahap ini sangat penting karena akan menentukan langkah strategi pengendalian risiko (Ramli,2010).

Penilaian risiko atau risk assessment adalah proses evaluasi hazard untuk dapat menentukan tingkatan tindakan yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko sehingga pada tingkat yang diterima. Ketika evaluasi risiko harus dilakukan terhadap hazard seseorang harus mempertimbangkan dua hal sekaligus, likelihood dan consequences kejadian yang terjadi.

Menurut Siahaan (2007) likelihood didefinisikan sebagai kesempatan akan terjadinya sesuatu benar-benar terjadi, sedangkan consequences adalah ukuran kedahsyatan atau kekejaman yang diderita jika terjadi kecelakaan yang dapat dibedakan pula dalam akibat terhadap manusia, masyarakat, lingkungan atau peralatan produksi lain. Salah satu cara untuk penilaian risiko adalah dengan menggunakan metode HIRA (hazard identification and risk assessment).

4. Pengendalian risiko

Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai harus dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan atau tidak dapat diterima (Ramli,2009).

5. Komunikasi dan Konsultasi

Langkah berikutnya adalah mengkomunikasikan risiko atau bahaya kepada semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan organisasi atau perusahaan. 6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang.


(47)

Dari hasil pemantauan diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses manajemen risiko telah sesuai dan menentukan langkah-langkah perbaikan (Ramli,2009).

2.5Metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment)

Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan oleh Flinder University, langkah-langkah metode HIRA meliputi:

1. Klasifikasi aktivitas kerja (Step Of Work) 2. Identifikasi potensi bahaya (Hazard)

3. Identifikasi efek potensi bahaya (Hazard Effect)

4. Penilaian risiko dibagi menjadi dua yaitu: C = consequency (keparahan) dan L = likelihood (kemungkinan)

Untuk melihat besarnya kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan kerja sebagai berikut:

Tabel 2.1 Menilai Kemungkinan Risiko (L)

Level Rangking Risk Faktor by Likelihood

Very Likely Hampir pasti terjadi/kemungkinan terjadi setiap hari Likely Sering terjadi / kemungkinan terjadi setiap mingguan

Possible Mungkin terjadi sewaktu-waktu/ kemungkinan terjadi setiap bulanan Unlikely Bisa terjadi, tetapi jarang/ kemungkinan terjadi setiap satu tahunan

Highly Unlikely Hanya terjadi pada kondisi sangat khusus/kemungkinan terjadi lebih dari satu tahunan


(48)

Untuk melihat besarnya keparahan risiko kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2 Menilai Keparahan Risiko (C)

Sumber Flinders University

5. Evaluasi Risiko

Dari hasil penelitian risiko kemudian dilakukan evaluasi risiko dengan ketentuan:

Level of Risk = Concequency X Likelihood

Tabel 2.3 Matriks Penilaian Risiko

Skala

Likelihood (kemungkinan)

Very likely Likely Possible Unlikely Highly unlikely

C o n se q u e n c y ( Keparaha n )

Fatality Extreme High High High Medium

Major injury High High High Medium Medium Minor injury High Medium Medium Medium Medium First aid Medium Medium Medium Low Low

Negligible Medium Medium Low Low Low

Level Rangking Risk Faktor by Concequency Fatality Menyebabkan kematian atau kecacatan

permanen Mayor Injury Luka-luka / cacat

Minor Injury Luka-luka / mengakibatkan hari kerja hilang

First Aid Bantuan Pertama Perawatan Medis


(49)

Keterangan :

Low : Tidak perlu tindakan khusus/ hanya berupa pemantauan saja : Pengendalian sesuai dan perlu dilakukan

:Pengendaliannya mulai dari upaya menurunkan risiko hingga tindakan praktis yang mungkin dilakukan

: Perlu dilakukan perbaikan waktu itu juga

6. Hirarki Pengendalian Risiko

Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel hirarki pengendalian risiko.

Tabel 2.4 Hirarki Pengendalian Risiko Hirarki Pengendalian Risiko

Eliminasi Melenyapkan / mengilangkan bahaya

Subtitusi Menggantikan proses berbahaya dengan yang tidak berbahaya

Isolasi Memisahkan atau mengisolasi hazard dari orang Pengendalian Secara

Teknis

Metode untuk mengurangi risiko dengan mendesain peralatan agar risiko dapat dikurangi. Pengendalian

Administrasi

Pemecahan masalah dengan administrasi biasanya meliputi modifikasi likelihood

Penggunaan APD Penggunaan pelindung diri sebaiknya dipertimbangkan jika semua metode lain sudah tidak praktis

Sumber Flinder University

2.6 Angkat dan Angkut

Kegiatan mengangkut dan mengangkat banyak terdapat dalam lingkungan pabrik-pabrik, pelabuhan-pelabuhan, perhubungan darat, pertanian, perkebunan, kehutanan dan sektor kegiatan ekonomi lainnya.

LOW Medium High


(50)

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan. 2. Kondisi lingkungan kerja yang licin, kasar, naik atau turun.

3. Keterampilan bekerja.

4. Peralatan kerja beserta keamanannya.

Cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetik yaitu:

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:

1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statik pada jari harus dihindarkan.

2. Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi yang lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statik yang melemahkan.

3. Punggung harus diluruskan.

4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tulang belakang diluruskan.


(51)

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama.

6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya untuk gerakan dan perimbangan.

7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang

melalui pusat gravitasi tubuh (Suma’mur,1989).

Untuk mencegah timbulnya kecelakaan disarankan, agar beban yang akan diangkat dan selanjutnya diangkut menurut keadaan meraka yang melakukan pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 2.5 Beban angkatan menurut keadaan tenaga kerja sebagai pedoman atas dasar perhitungn 5/7 kg per kg berat badan

Dewasa Tenaga kerja muda

Laki-laki (kg)

Perempuan (kg)

Laki-laki (kg)

Perempuan (kg)

Hanya mengangkat sekali-kali 40 15 15 10-12


(52)

RISK ASSESSMEN

T

2.7 Kerangka Pikir

Gambar 2.4. Kerangka Pikir

Pengkajian Stevedoring, Cargoding, dan Delivery

Identifikasi Risiko

Analisis Risiko

Likelihood( Kemungkinan) Consequency( Keparahan)

Penilaian Risiko Likelihood X Consequency


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif observasional untuk mengidentifikasi dan menilai risiko-risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai bulan Juli 2015

3.3 Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada proses kerja bongkar muat terdiri dari proses stevedoring, cargodoring, delivery. Tenaga kerja terdiri dari 3 (tiga) regu, masing-masing regu memiliki 44 orang pekerja dan 1 orang ketua regu.Masing-masing-masing regu bertanggung jawab pada satu kapal. Setiap kapal memiliki bentuk dan besar kapal yang sama yang membedakan hanya barang yang akan dibongkar/muat.


(54)

3.4 Instrument Penelitian

Penelitian ini menggunakan tabel pengamatan untuk membantu proses mengidentifikasi risiko kecelakaaan kerja dan untuk melakukan penilaian risiko kecelakaan kerja.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2002). Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung dan tabel identifikasi risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muatdan dokumentasi dalam membantu proses penilaian risiko kecelakaan kerja. 3.5.2 Data Skunder

Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian ini yang berhubungan dengan data primer pada tenaga kerja bongkar muat yang diambil dari koperasi tenaga kerja bongkar muat.

3.6 Definisi Istilah

1. Steverdoring adalah pekerjaan bongkar muat yang mengangkat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya pekerjaan membawa barang dari dermaga ke kapal

2. Cargodoring adalah pekerjaan membawa barang dari dermaga menuju ke gudang penyimpanan dan sebaliknya pekerjaan membawa barang dari gudang menuju dermaga.


(55)

3. Delivery adalah pekerjaan membawa barang dari gudang ke atas kendaraan atau truk dan sebaliknya pekerjaan membawa barang dari atas truk ke dermaga

4. Penilaian risiko adalah menentukan tingkat risiko yang diperoleh pada pekerjaan stevedoring, cargodoring dan delivery. Cara memperolehnya dengan melakukan identifikasi, menganalisa dan mengevaluasi seluruh potensi bahaya yang ada pada setiap proses kerja.

3.7 Aspek Penilaian

Penilaian menggunakan metode HIRA yang diambil dari Flinders University yang mana dikategorikan menjadi 2 yaitu likelihood (kemungkinan) dan consequency (keparahan).

1. Kategori kemungkinan dari yang paling rendah ke kategori tertinggi adalah: (highlyUnlikely) =hanya terjadi pada kondisi sangat khusus atau

kemungkinan pernah terjadi lebih dari satu tahunan (Unlikely) = bisa terjadi tetapi jarang atau kemungkinan terjadi

setiap satu tahunan

(possible) = mungkin terjadi sewaktu-waktu atau kemungkinan terjadi setiap bulanan

(likely) = sering terjadi atau kemungkina terjadi setiap mingguan

(very likely) = hampir pasti terjadi atau kemungkinan terjadi setiap hari


(56)

2. Kategori konsekuensi dari yang paling rendah ke kategori tertinggi adalah : (negligible) = memerlukan perawatan ringan

(first aid) = bantuan pertama perawatan medis

(minor injury) = luka-luka/mengakibatkan hari kerja hilang (mayor injury) = luka-luka/cacat

(fatality) = menyebabkan kematian atau kecacatan permanen 3. Kategori Tingkat Bahaya

Untuk menentukan tingkat risiko berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan risiko. Maka nilai risiko dapat dihitung berdasarkan rumus:

Penilaian risiko = konsekuensi x kemungkinan

Tabel 3.1 matrix riks Asessment

Skala Likelihood (kemungkinan)

Very likely Likely Possible Unlikely Highly unlikely

C

o

n

se

q

u

e

n

c

y

(Ke

p

ar

ah

an

)

Fatality Extreme High High High Medium Major injury High High High Medium Medium Minor injury High Medium Medium Medium Medium

First aid Medium Medium Medium Low Low Negligible Medium Medium Low Low Low

Kategori penilaian tingkat bahaya dari yang paling rendah ke kategori tertinggi:


(57)

: Pengendalian sesuai dan perlu dilakukan

:Pengendaliannya mulai dari upaya menurunkan risiko hingga tindakan praktis yang mungkin dilakukan

: Perlu dilakukan perbaikan waktu itu juga 3.8 Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan diidentifikasi dan dianalisis risiko kecelakaan kerja pada setiap proses kerja stevedoring, cargodoring, delivery pada tenaga kerja bongkar muat.

Medium High


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ini letaknya berhadapan langsung dengan pelabuhan Port Klang negara tetangga Malaysia.Secara geografis pelabuhan ini terletak di kordinat 02º 28¹ 00¹¹ Lintang Utara dan 99º 48¹ 00¹¹ Bujur Timur.Pelabuhan ini memiliki pekerja bongkar muat yang disebut tenaga kerja bongkar muat.Tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan ini berada dibawah koperasi tenaga kerja bongkar muat sehingga erat kaitannya dengan sejarah berdirinya koperasi tenaga kerja bongkar muat Tanjung Balai Asahan.

Sejarah berdirinya koperasi tenaga kerja bongkar muat ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Berawal dari Yayasan Upa Karya (YUKA) yayasan tersebut akhirnya berubah status menjadi koperasi tenaga kerja bongkar muat berdasarkan SK bersama Dirjen Perhubungan Laut : Direktur Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Bina Kerja serta Dirjen Bina Lembaga Koperasi Nomor : UM.52/1/9/-89;KEP.103/DE/89;17/SKB/BLK/VI/1989 tanggal 01 Juni 1989 tentang pembentukan dan pembinaan koperasi tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan. Koperasi tenaga kerja bongkar muat (TKBM) Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan didirikan pada tanggal 23 Oktober 1989 dan berkedudukan di Desa Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai, Sumatra


(59)

Utara, didaftarkan pada Kantor Wilayah Departemen dan Pembina Usaha Kecil Provinsi Sumatra Utara dengan badan hukum No. 75/PAD 2/1996.

Koperasi tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan adalah organisasi yang dibentuk bedasarkan azas kekeluargaan oleh para tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan dan disahkan oleh departemen koperasi sebagai Badan Hukum Koperasi dimana rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi yang dilakukan setahun sekali. Hal tersebut dilakukan untuk menetapkan kebijakan/keputusan dasar berupa anggaran dasar atau anggaran rumah tangga serta menetapkan kebijakan umum.

Kegiatan administrasi operasional koperasi tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan berfokus pada pengaturan dan pengarahan anggota koperasi tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan menetapkan syarat khusus jika ingin mendaftar menjadi anggota. Syarat usia minimal 18 tahun sampai dengan usia 55 tahun, syarat pendidikan minimal SD, dan syarat kesehatan adalah sehat rohani dan jasmani. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Surat Keputusan Bersama 2 Dirjen dan 1 Deputi.

Pengurus koperasi tenaga kerja bongkar muat merupakan badan pengelola koperasi yang terdiri dari seorang ketua, sekretaris dan seorang bendahara mempunyai tugas sebagai memimpin jalanya organisasi dan usaha koperasi, melaksanakan kebijakan dan keputusan yang ditetapkan di rapat anggota serta menangani masalah surat-menyurat untuk kelangsungan usaha bongkar muat di pelabuhan tersebut.


(60)

4.2 Visi dan Misi Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Demi keberlangsungan usaha dari koperasi TKBM pelabuhan Teluk Nibung maka pengurus menetapkan visi dan misi koperasi TKBM pelabuhan Teluk Nibung sebagai berikut:

A.Visi Koperasi TKBM pelabuhan Teluk Nibung

Adapun visi dari koperasi tenaga kerja bongkar muat adalah melayani kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan anggota serta memperlancar kegiatan bongkar muat.

B.Misi Koperasi TKBM pelabuhan Teluk Nibung 1. Meningkatkan kesejahteraan anggota 2. Meningkatkan produktovitas kerja 3. Menyediakan tenaga kerja yang terampil 4. Memeratakan kesempatan kerja bagi anggota

5. Melaksanakan norma perlindungan tenaga kerja bongkar muat 6. Melancarkan kegiatan bongkar muat


(61)

4.3 Struktur Organisasi Koperasi TKBM Pelabuhan Teluk Nibung

Gambar 4.1 struktur organisasi TKBM Tanjung Balai Teluk Nibung Sumber: TKBM Tanjung Balai Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

4.4 TKBM Pelabuhan Teluk Nibung

Tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung adalah pekerja yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis tertentu bekerja di bidang kegiatan bongkar muat yang dikelola dalam wadah koperasi yaitu semua tenaga kerja yang terdaftar sebagai tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan setempat. Adapun latar belakang pendidikan dari tenaga kerja bongkar muat adalah pekerja yang lulusan SD sebanyak 25%, pekerja yang lulusan SMP sebanyak 31% dan pekerja lulusan SMA sebanyak 40%.

Tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu tenaga kerja bongkar muat untuk bagasi atau gudang dan tenaga kerja bongkar muat untuk bagasi penumpang.Jumlah tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan sebanyak 135 orang dan terbagi manjadi tiga regu kerja. Masing-masing regu memiliki 45 orang pekerja dengan pembagian wilayah kerja yaitu: stevedoring terdiri 18 orang, cargoding terdiri dari 13 orang,

KETUA

BAPEM

BAPEM BAPEM

SEKRETARIS BENDAHARA MANDOR II MANDOR III MANDOR I


(62)

dan delivery terdiri dari 13 orang. Sedangkan jika terjadi lonjakan barang ekspor maupun impor maka akan terdapat 40 orang pekerja tambahan.

Jenis barang yang diangkat pada tenaga kerja bongkar muat ini adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman, sayur-sayuran, buah-buahan, peralatan rumah tangga, besi-besi, mesin dan lain sebagainya. Pada saat pengangkutan barang-barang tersebut sudah dalam bentuk kemasan di dalam karung atau kotak sehingga barang yang diangkat hampir sama bentuknya.

Dalam menjalankan aktivitasnya, tenaga kerja bongkar muat memiliki frekuensi pekerjaan tergantung dari banyaknya barang yang akan didistribusikan. Sistem kerja dilaksanakan dalam borongan dengan pembagian jam keja dalam setiap regu memiliki jam kerja sebanyak 8 jam sehari. Proses bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan dimulai dari pukul 08.00 WIB-17.00 WIB. Untuk jam istirahat dimulai dari pukul 13.00 WIB-14.00 WIB.

4.5 Proses Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Dalam melaksanakan aktivitas kerja ada beberapa tahap kerja yang dilakukan oleh pekerja mulai dari barang yang masih berada di dalam kapal sampai dengan barang menuju truk ataupun sebaliknya barang yang berasal dari dalam truk menuju ke dalam kapal. Adapun proses kerja tersebut yaitu: stevedoring, cargoding dan delivery.


(63)

4.5.1 Proses Kerja Stevedoring Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Stevedoringadalah proses kerja dimana pekerja manerima barang dari kapal menuju dermaga atau mengirim barang dari dermaga menuju kapal. Pada proses kerja ini pekerja menggunakan jala-jala, crane, dan kereta sorong. Jala-jala yaitu tali yang berbantuk segi empat untuk menaikan dan membongkar muatan dari palka kapal.Crane yaitu alat angkut untuk membongkar dan memuat barang.Crane dalam proses bongkar muat berada di dek kapal. Kereta sorong yaitu alat untuk membawa barang dari dermaga menuju gudang atau sebaliknya.Adapun langkah keja pada proses stevedoring adalah sebagai berikut:

1. Membuka tutup terpal barang di dalam palka kapal

Setelah kapal sampai di dermaga maka pekerja bongkar muat menyebrang dari dermaga menuju dek kapal dan membuka tutup terpal dari tumpukan barang yang berada di palka.

2. Membongkar dan memasukan barang ke dalam jala-jala

Setelah terpal dibuka, pekerja langsung memasukan barang-barang kedalam jala-jala.

3. Mengkaitkan jala-jala pada ring yang ada di crane

Jala-jala yang sudah penuh berisi barang-barang kemudian dikaitkan ke ring yang ada di crane.

4. Memindahkan jala-jala berisi barang dari palka kapal ke dermaga dengan menggunakan crane.


(64)

Pada proses ini jala-jala di angkat dengan menggunakan crane lalu di paindahkan ke dermaga dan dibantu oleh seorang yang bertugas sebagai pemberian aba-aba kepada operator crane.

5. Menurunkan jala-jala yang berisi barang dari crane ke dermaga

Sebelum jala-jala yang berisi barang sampai ke dermaga, pekerja sudah menyiapkan kereta sorong sebagai alat untuk membawa barang ke gudang. Kemudian jala-jala yang berisi barang diturunkan dari crane kemudian diletakan di atas kereta sorong.

4.5.2 Proses Kerja Cargoding Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Cargoding adalah proses keja membawa barang dari dermaga menuju gudang atau sebaliknya dan menyusun barang di gudang. Pada proses kerja ini pekerja menggunakan kereta sorong untuk membawa barang. Adapun langkah-langkah kerja pada proses cargoding adalah:

1. Membawa barang dari dermaga menuju gudang

Pada proses ini pekerja membawa jala-jala yang berisi barang dari dermaga menuju gudang atau sebaliknya dengan menggunakan kereta angkut yang disebut dengan kereta sorong.

2. Mengeluarkan barang dari kereta sorong

Pada proses ini pekerja mengeluarkan barang-barang dari kereta sorong. 3. Menyusun barang digudang

Setelah barang-barang selesai dikeluarkan, kemudian pekerja menyusun barang sesuai jenis dan tujuannya.


(65)

4.5.3 Proses Kerja Delivery Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Delivery adalah pekerjaan membawa barang dari gudang ke atas kendaraan atau truk dan sebaliknya. Pada proses kerja ini pekerja menggunakan gangway yaitu papan panjang sebagai titi yang dilintasi pekerja menuju truk. Adapun langkah kerja dalam proses delivery adalah sebagai berikut:

1. Membuka pintu bak truk

Sebelum pekerja memasukan barang ke dalam truk, pekerja memasang gangway dan memposisikan ujung gangwaypada truk.Kemudian pekerja membuka pintu bak truk.

2. Mengangkat barang dari gudang menuju truk

Setelah selesai memasang gangway, pekerja mulai menyusun barang di atas kereta sorong untuk dibawa ke dalam truk kemudian dibawa menuju truk. 3. Menutup barang dengan terpal

Setelah semua barang tersusun di atas truk, kemudian pekerja menutup barang dengan terpal.

4.6 Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan

Identifikasi bahaya dilakukan pada tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan dengan memperhatikan setiap langkah kerja yang dilakukan, bahaya yang ditimbulkan dari setiap aktivitas dan risiko yang akan terjadi dari bahaya yang ditimbulkan. Pada saat penelitian dilakukan pada bulan Juni dan kebetulan dalam keadaan bulan puasa dan barang yang di bongkar


(66)

oleh pekerja adalah barang dari kapal yang datang ke Pelabuhan Teluk Nibung.Sehingga barang yang diangkut adalah barang yang sudah dikemas dalam kotak dan goni yang berisi seperti barang-barang pesanan dan kebutuhan sehari-hari seperti mesin dan besi sperpat, cat, dan lain-lain. Karena semua barang dalam benuk kemasan sehingga bentuk barang yang di angkat sama. Rata-rata pekerja memuat dan membongkar barang dengan berat rata-rata 15- 25kg.

4.6.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Stevedoring

Pada tahap stevedoring terdapat 18 pekerja yang bertugas membongkar dan memuat barang dari dermaga menuju gudang.Pekerja membuka tutup terpal yang ada di palka kapal kemudian pekerja membongkar barang dan dan memuat barang dan memasukan barang ke dalam jala-jala. Setelah jala-jala penuh berisi barang kemudian pekerja mengkaitkan jala-jala pada ring crane dan memindahkan barang dari palka kapal ke dermaga dengan menggunakan crane.

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Pada Pada Proses Stevedoring No Tahapan Kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko 1. Membuka terpal

penutup di pelka kapal

Paparan langsung sinar matahari Dehidrasi, kelelahan kerja Kehilangan Keseimbangan Jatuh ke laut, tenggelam Barang berserakan di palka kapal Tersandung, keseleo, luka

lecet

Lantai pijakan licin Terpeleset, terkilir, Getaran dari mesin crane dan kapal Whole body vibration Paparan debu organic Gangguan pernafasan, iritasi

pada mata

Paparan jamur Gatal-gatal

Paparan tikus Penyakit pes

2. Mambongkar dan memasukan barang ke dalam jala-jala

Paparan langsung sinar matahari Kelelahan keja, dehidrasi Tumpukan barang yang tinggi Tertimpa,

luka memar, bengkak Barang berserakan di dalam palka

kapal

Tersandung, keseleo, luka lecet


(67)

No Tahapan Kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko Lantai pijakan licin Terpeleset,

terkilir, luka lecet Getaran dari mesin crane dan kapal Whole body vibration Paparan debu organic Gangguan pernafasan, iritasi

pada mata

Paparan jamur Gatal-gatal

Paparan tikus Penyakit pes

Posisi tubuh membungkuk Low back pain 3. Mengakitkan

jala-jala pada ring crane

Paparan langsung dari sinar matahari

Kelelahan kerja, dehidrasi Menarik besi ring crane Tangan tersayat, luka berat Jarak antara besi ringcrane dengan

pekerja terlalu dekat

Tertabrak, kepala bocor Wire rope crane terputus Kematian

Selang minyak pada crane bocor Mata buta, luka bakar Barang berserakan di dalam palka

kapal

Keseleo, luka lecet Lantai pijakan licin Terkilir, luka lecet Getaran dari mesin crane dan kapal Whole body vibration Bising dari mesin crane dan kapal Gangguan pendengaran Paparan debu organic Gangguan pernafasan, iritasi

pada mata

Paparan jamur Gatal-gatal

Paparan tikus Penyakit pes

Paparan debu organik Gangguan pernafasan, iritasi pada mata

Paparan jamur Gatal-gatal

5. Menurunkan jala-jala dari crane ke dermaga

Paparan langsung sinar matahari Dehidrasi, kelelahan kerja Getaran dari mesin crane dan kapal Whole body vibration Kereta sorong meluncur tanpa

kendali

Tertabrak, luka ringan

Pemberian aba-aba yang salah Luka berat, Kerusakan barang Bising dari mesin crane dan kapal Gangguan pendengaran Wire slingcrane terputus Kematian

Selang minyak crane bocor Mata buta, luka bakar Barang berayun Tertabrak, luka berat pada

kepala.

Paparan debu organic Gangguan pernafasan, iritasi pada mata


(68)

4.6.2 Identifikasi Pada Proses Kerja Cargoding

Pada tahap kerja cargodingada sebanyak 13 orang pekerja yang bertugas membawa barang dari dermaga menuju gudang atau sebaliknya. Pekerja membawa jal-jala yang berisi barang ke gudang dengan menggunakan kereta sorong. Setelah sampai digudang pekerja mengeluarkan barang dari kereta sorong kemudian menyusun barang di gudang sesuai jenis dan tujuannya.

Tabel 4.2 Identifikasi Pada Proses Kerja Cargoding

No Tahapan kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko 1. Membawa

barang dari dermaga menuju gudang

Paparan langsung dari matahari

Kelelahan kerja, dehidrasi, konsentarsi kerja menurun

Kereta sorong berisi barang meluncur tanpa kendali

Tertabrak, luka-luka berat

Lantai tidak rata Terkilir Tersandung barang yang

berserakan

Keseleo, luka lecet Kaki terlindas kereta

sorong

Bengkak Tumpukan barang di atas

kereta sorong

Luka memar, bengkak Paparan debu Gangguan pernafasan,

iritasi pada mata 2. Mengeluakan

barang dari kereta

angkut/kereta sorong

Tumpukan barang yang tinggi di atas kereta sorong

Tertimpa, luka memar, bengkak

Jatuh karena terlilit tali yang berserakan

Luka lecet

Banyak barang berserakan di gudang

Tersandung, keseleo, luka lecet

Posisi tubuh membungkuk Low back pain

Paparan debu organik Gangguan pernafasan, iritasi pada mata Paparan tikus Penyakit pes 3. Menyusun

barang di gudang

Tumpukan barang yang tinggi

Luka memar , bengkak Jatuh karena terlilit tali

yang berserakan


(69)

No Tahapan Kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko Tersandung barang Keseleo, luka lecet Posisi tubuh membungkuk Low back pain Posisi tubuh memutar Low back pain

Paparan debu organik Gangguan pernafasan, iritasi pada mata Paparan tikus Penyakit pes

4.6.3 Identifikasi Pada Proses Kerja Delivery

Pada tahap kerja delivery ada sebanyak 13 orang pekerja yang bekerja mengangkat barang dari gudang menuju truk atau sebaliknya.Tahapan kerja yang dilakukan oleh pekerja adalah membuka terpal barang diatas truk, mengangkat barang dari gudang menuju truk dengan menggunakan kereta sorong dimana pekerja melintasi gangway pada saat menuju truk.Kemudian pekerja menyusun barang di dalam truk hingga selesai.

Tabel 4.3 Identifikasi Pada Proses Kerja Delivery

No Tahapan kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko 1. Membuka engsel bak truk

dan memposisikan gangway

Posisi badan membungkuk

Low back pain Membuka engsel

bak truk

Terjepit, luka memar, bengkak

2. Menggangkat barang dari gudang menuju truk

Tertimpa barang Luka memar, bengkak Lantai tidak rata Terkilir

Tertabrak kereta sorong

Luka-luka Posisi tubuh

membungkuk

Low back pain Paparan debu

organik

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata Paparan tikus Penyakit pes Gangway patah Luka-luka

Tertimpa barang Luka memar,bengkak Paparan debu

organik

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata


(70)

No Tahapan Kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko 4. Menyusun barang

didalam truk

Tertimpa barang Luka memar, bengkak Menyusun barang di ketinggian Terjatuh, kematian Paparan langsung dari matahari Kelelahan kerja, dehidrasi Posisi tubuh membungkuk

Low back pain Posisi tubuh

memutar

Low back pain Paparan debu

organik

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata 5. Menutup terpal penutup Paparan langsung

sinar matahari

Kelelahan kerja, dehidrasi

Bekerja di atas truk

Terjatuh, kematian Posisi tubuh

membungkuk

Low back pain Paparan debu

organik

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata

4.7 Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Teluk Nibung tanjung Balai Asahan

Setelah dilakukan identifikasi bahaya, tahap berikutnya adalah analisis dan evaluasi risiko bahaya. Tahap analisis yang dilakukan adalah dengan cara menentukan likelihood dan consequensy dari setiap identifikasi bahaya dan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut. Hasil perkalian likelihood dan consequency kemudian dievaluasi dengan menggunakan tabel matrix sehingga dapat disimpulkan risiko tersebut termasuk dalam kategori risiko low, medium, high dan extreme.


(71)

4.7.1 Penilaian Risiko Bahaya Pada Proses Kerja Stevedoring

Tabel 4.4 Penilaian Risiko Bahaya Pada Proses Kerja Stevedoring No Tahapan kerja Potensi Bahaya Potensi Risiko L C E 1. Membuka

terpal penutup pada kapal Paparan langsung sinar matahari Dehidrasi, kelelahan kerja

VL N M

Kehilangan Keseimbangan

Jatuh ke laut dan tenggelam

U F H

Barang berserakan di palka kapal

Tersandung, luka lecet

P N L

Lantai pijakan licin

Terpeleset, terkilir, luka lecet

P N L

Getaran dari mesin crane dan kapal

Whole body vibration

VL N M

Paparan debu organic

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata

L N M

Paparan jamur Gatal-gatal P N L

Tikus Penyakit pes P N L

2. Mambongkar dan memasukan barang ke dalam jala-jala Paparan langsung sinar matahari Kelelahan keja, dehidrasi

VL N M

Tumpukan barang yang tinggi

Tertimpa, luka memar, bengkak

P N L

Barang berserakan di palka kapal

Tersandung, luka lecet

P N L

Lantai pijakan licin

Terpeleset, terkilir, luka lecet

P N L

Getaran dari mesin crane dan kapal

Whole body vibration

VL N M

Paparan debu organik

Gangguan pernafasan, iritasi pada mata

L N M

Paparan jamur Gatal-gatal P N L

Tikus Penyakit pes P N L

Posisi tubuh membungkuk


(1)

Gambar2.PekerjaMengaitkanJala-JalaPada Ring Crane


(2)

(3)

Gambar5.PekerjaMenurunkanJala-jala Di AtasKeretaSorong


(4)

Gambar7.PekerjaMembawaBarang Dari GudangMenujuTruk


(5)

Gambar9.PekerjaMembawaKeretaSorongMenujuDermaga


(6)

Gambar11.PekerjaMenyusunbarang di AtasTruk