Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Oleh
HAMDAN PRIBADI BAEHAKI NIM : 41810165
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
(4)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hamdan Pribadi Baehaki
Tempat/ Tanggal lahir : Tasikmalaya, 9 Januari 1991 Jenis Kelamin : Laki – laki
Tinggi/ Berat badan : 176 / 61 kg Golongan Darah : O
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Letkol RE. Djaelani Perum Fortuna Regency Blok G No.8 RT/RW 007/015 Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung. Tasikmalaya Jawa Barat No. Telepon/ HP : 085 223 329338
(5)
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL :
No. TAHUN URAIAN KETERANGAN
1. 1997 - 2003 SD Negeri Gobras 1 Tasikmalaya Berijazah
2. 2003 - 2006 SMP Muhammadiyah Tasikmalaya Berijazah
3. 2006 - 2009 SMA Pasundan 1 Tasikmalaya Berijazah
4. 2010
Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
-
PELATIHAN DAN SEMINAR :
NO. NAMA TAHUN TEMPAT
1. Table Manner AMAROOSSA
Hotel 2010
Hotel AMAROOSSA Bandung
2. One Day Workshop MC & Radio
Announcer 2011 UNIKOM
3. Seminar Fotografi
(Shutter) 2011
GRHA KOMPAS GRAMEDIA
Bandung
4.
One Day Workshop Great Managing Event
“Event Management”
2012 UNIKOM
5.
One Day Workshop Great Managing Event
“Master Of Ceremony”
2012 UNIKOM
6. Workshop Sinematografi
(6)
7. Study Tour Mass media Tahun
Akademik 2012 2012 Jakarta
8. JALANESIA Traveling 2013 UNPAD
9. Citizen Journalism 2013
ANTV 2013 UNIKOM
10. Rangkaian Kegiatan Peringatan 58
Tahun Konperensi Asia Afrika 2013
MUSEUM KONPERENSI ASIA
AFRIKA
11.
“Wawasan Kebangsaan dan
Entrepreneurship Pemuda” 2014 UNIKOM
12.
“Cepat dan Mudah Membuat
Website Online dalam 30 Menit” 2014 UNIKOM
13.
Indonesia University Of Computer
English Department 2014 UNIKOM
PENGALAMAN ORGANISASI :
NAMA ORGANISASI TAHUN TEMPAT
Himpunan Pendaki Gunung Penempuh Alam
“CADAS”
2007 – Sampai sekarang Tasikmalaya
S.A.R
(Search And Resque) 2009 – Sampai sekarang Tasikmalaya TRIKUMBARA 2013 – Sampai Sekarang Bandung
(7)
PENGALAMAN KERJA :
PERUSAHAAN JABATAN TAHUN ALAMAT
Destinasia Magz
(Media Cetak) Jurnalis 2013 Bandung
Invinity News
(Media Online) Jurnalis 2013 Bandung
SWARES
“Swara Restorasi”
(Media Cetak)
(8)
LEMBAR PERNYATAAN ...ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ...iii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 9
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1 Maksud Penelitian ... 10
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11
(9)
2.1 Tinjauan Pustaka ... 13
2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 13
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 20
2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 21
2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 22
2.1.2.3 Komponen-Komponen Komunikasi ... 22
2.1.2.4 Tujuan Ilmu Komunikasi ... 23
2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 23
2.1.2.6 Tujuan Komunikasi ... 28
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya ... 29
2.1.3.1 Unsur-Unsur Kebudayaan ... 29
2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 30
2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 30
2.1.4.1.1 Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Komunikasi Verbal.. 31
2.1.4.2 Definisi Komunikasi Non Verbal ... 32
2.1.4.2.1 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 33
2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat ... 34
2.2 Kerangka Pemikiran ... 35
(10)
3.1.2 Dilaksanakannya Upacara Labuh Saji ... 45
3.2 Metode Penelitian ... 45
3.2.1 Desain Penelitian ... 45
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 53
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 54
3.2.5 Teknik Uji Keabsahan Data ... 56
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58
3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 58
3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
4.1 Identitas Informan ... 65
4.1.1 Informan Penelitian ... 66
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 71
4.2.1 Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 72
4.2.2 Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 80
(11)
4.3.1 Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji
Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 93
4.3.2 Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 95
4.3.2.1 Tipe Peristiwa ... 95
4.3.2.2 Topik ... 96
4.3.2.3 Fungsi dan Tujuan ... 96
4.3.2.4 Setting ... 97
4.3.2.5 Partisipan ... 97
4.3.2.6 Bentuk Pesan ... 97
4.3.2.7 Isi Pesan ... 98
4.3.2.8 Urutan Tindakan ... 99
4.3.2.9 Kaidah Interaksi ... 102
4.3.2.10 Norma-norma Interpretasi ... 103
4.3.3 Tindak Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 103
4.3.4 Aktivitas Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ... 104
(12)
5.2.1 Saran Bagi Masyarakat Pelabuhan Ratu ... 110
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 114
(13)
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : GRAHA ILMU
Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : KENCANA
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Pamulang : KARISMA Publishing Group
Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.
Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta
: LKIS.
Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.
Moleong, P. Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Revisi. Bandung : Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
(14)
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Spradley. James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana
Sumber Lain :
Angga Nugraha. 2011. Skripsi : Makna Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih (studi Fenomenologi Tentang Makna Simbol-simbol Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten Tasikmalaya) : UNPAD Bandung
Novi Diana Purwati. 2010. Skripsi : Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu) : UNPAD Bandung
Septian Restu Unggara. 2012. Skripsi : Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya : UNIKOM Bandung
Internet Searching :
http://bappeda.sukabumikab.go.id/ (Februari, 23 Februari 2014 pukul 22.28 WIB).
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ (Sabtu, 22 Februari 2014 Pukul 14.12 WIB).
Kiki Zakia. Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Mode (MEDIATOR, Vol.9. No 1. Juni 2008).
(15)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah
menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada peneliti
yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang diberi judul “Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)”. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan serta arahan dari dosen juga bantuan dari berbagai pihak untuk membantu peneliti
dalam melakukan penyusunan penelitian. Dengan demikian, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama khususnya kepada
keluarga besar terutama Ayah tercinta Achmad Baehaki dan Ibunda tercinta Eka
Haerini Budiluhur yang selalu bersedia bertukar pemikiran dengan peneliti serta
memberikan kasih, Do‟a dan dukungannya selama ini. Kakak peneliti Merryta Puri Mandarasuci IS dan Adik peneliti Sulaeman Baehaki terima kasih atas
(16)
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah
mengeluarkan izin penelitian ke lapangan.
2. Yth. Drs, Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia, yang telah memberikan pengesahan pada usulan penelitian ini
sehingga dapat disidangkan.
3. Yth. Melly Maulin P., S.Sos., M.Si. sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung, yang telah memberikan ilmu kepada
peneliti selama perkuliahan berlangsung. Serta selaku dosen pembimbing
usulan penelitian yang telah mebimbing peneliti dan memberi motivasi
yang baik selama bimbingan.
4. Yth. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si. Selaku staf Dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung, sekaligus sebagai Wali Dosen
Peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini, dan staf dosen
lainnya.
5. Yth. Astri Ikawati, A.Md.Kom. selaku Sekretariat Program Studi yang telah membantu dalam mengurus surat perizinan berkaitan dengan
perkuliahan, serta penelitian yang peneliti laksanakan.
6. Yth. Ratna W, A.Md. Selaku sekretariat Dekan FISIP yang telah membantu dalam surat perizinan berkaitan dengan penelitian.
(17)
8. Yth. Bapak Maman Suparman. selaku Wakil Ketua II dan Sesepuh di upacara adat Labuh Saji di pantai Pelabuhan Ratu.
9. Yth. Bapak Nandang Heryadie. selaku Sekertaris umum upacara adat Labuh Saji di pantai Pelabuhan Ratu.
10.Yth. Bapak Dani Mulyadi, SH. selaku Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Pelabuhan Ratu, yang telah memberi izin terhadap peneliti
untuk melakukan penelitian di Pelabuhan Ratu.
11.Kepada seluruh masyarakat Pelabuhan Ratu yang telah bisa mengizinkan
peneliti untuk penelitian di Pelabuhan Ratu.
12.Teman-teman seperjuangan di IK dan IK Jurnalistik 2010, Ira Vera Tika
SN, Guiorgia Veronica Ximenes, Ivan Syani Fadli, M. Adi Wijaya, Shofyan Tanaiyo, Rizkha Mulya Sanjaya. dan teman lainnya, yang telah membantu peneliti dengan bertukar pikiran.
13.Kepada Teman-teman Kost‟an 19, Ronan Deo Malelak, Agung Rosamaji, Heri Yulianto. dan teman kost‟an 19 lainnya terima kasih buat dukungan dan semangatnya.
14.Terima kasih kepada keluarga Ephy Radiana dan Herni Soeminar yang
telah memberikan motivasi dan semangat dalam menjalani hidup kepada
(18)
membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya.
Amin. Terimakasih.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Agustus 2014
(19)
1.1Latar Belakang Masalah
Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni
hal tersebut dikarenakan adanya pesta demokrasi atau pemilu sehingga
pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)
diundur. Dalam Bahasa Sunda, “Labuh” mempunyai artian melabuhkan/ menjatuhkan sesajen ke laut dengan harapan agar hasil tangkapan berlimpah
setiap tahun dan memelihara hubungan baik dengan Nyi Roro Kidul.
Masyarakat pantai selatan, terutama masyarakat yang tinggal di Pelabuhan
Ratu masih percaya akan adanya mitos penguasa pantai selatan yaitu Nyi Roro
Kidul atau bisa disebut juga Ratu Kidul. Menurut cerita yang berkembang di
masyarakat Pelabuhan Ratu, Ratu Kidul adalah penguasa pantai selatan dan ada
ritual upacara adat yang harus dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat
pesisir pantai selatan setiap tahun.
Mitos akan penguasan pantai selatan masih sangat kental pada masyarakat
pesisir sehingga upacra ini rutin dilakukan setiap tahun dan menjadi tradisi
masyarakat pesisir Pelabuhan Ratu. Dalam upacara ini, masyarakat
(20)
ke tengah laut. Upacara ini masyarakat Pelabuhan Ratu menyebutnya dengan upacara adat “Labuh Saji”.
Upacara Adat Labuh Saji ini sudah berlangsung turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Pelabuhan Ratu. Upacara Labuh Saji atau bisa di sebut sebagai Hari Nelayan dilakukan sebagai bentuk syukur para nelayan dan masyarakat
Pelabuhan Ratu akan hasil tangkapan dari laut dan harapan agar dijauhkan dari
bencana atau musibah.
Upacara Labuh Saji merupakan tradisi yang dilakukan para nelayan Pelabuhan Ratu untuk memberikan suatu kehormatan kepada seorang putri yang
bernama Nyi Putri Mayangsagara atas perhatiannya terhadap kesejahteraan para
nelayan. Menurut cerita, Nyi Putri Mayangsagara mulai melakukan upacara adat
Labuh Saji sejak abad ke-15 sebagai tradisi tahunan untuk memberikan bingkisan kepada Nyi Roro Kidul yang saat itu dipercaya sebagai penguasa pantai selatan.
Nyi Putri Mayangsagara melakukan upacara itu agar rakyatnya mendapat
kesejahteraan dari pekerjaan mereka sebagai nelayan.
Upacara adat yang hidup dan berkembang di Pelabuhan Ratu merupakan
wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka.
Salah satunya adalah upacara Labuh Saji yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan
kesejahteraan dalam kehidupan mereka.1
1
(21)
Mitos yang berkembang di masyarakat, mengatakan bahwa Nyi Putri
Mayangsagara merupakan Putri Raden Kumbang Bagus Setra dan Ratu
Purnamasari yang berkuasa di Kerajaan Dadap Malang (kini masuk wilayah Desa
Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi).
Dalam syukuran nelayan ini, Nyi Putri Mayangsagara dan Raden
Kumbang Bagus Setra digambarkan melalui sepasang ayah dan putrinya yang di
arak dari Pendopo (Pendapa) Kabupaten Sukabumi ke dermaga Pelabuhan Ratu.
Hal ini menarik, karena peneliti melihat masyarakat Pelabuhan Ratu
sampai saat ini masih tetap melakukan upacara adat Labuh Saji secara turun-temurun dan menjadi bagian dari budaya. Masyarakat Pelabuhan Ratu masih
berpedoman pada nilai-nilai, adat-istiadat, norma-norma, peraturan dan keyakinan
yang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat pesisir pantai selatan. Hal ini
bahkan mereka percaya, jika tidak di lakukan ritual tersebut akan terjadi bencana
yang menyebabkan kesejahteraan nelayan buruk. Oleh karena itu, rangkaian
aktivitas ritual upacara adat Labuh Saji selalu dilaksanakan dan tidak pernah berubah pelaksanaannya.
Kabupaten Sukabumi pun kaya akan kebudayaan daerah lainnya. Baik itu
yang berupa kesenian daerah maupun adat-istiadat yang biasanya dilestarikan
cerita rakyat atau legenda-legenda. Beberapa kesian khas dari Sukabumi yang
cukup dikenal yaitu, seperti Lais, Dogdog Lojor, Topeng, Gondang Buhun, Parebut Seeng, Gekbreng, dan Angklung Buncis. Begitupun dengan dalam adat-istiadatnya seperti di adakannya Upacara Ngabungbang di Kampung Waluran
(22)
Kecamatan Ciracap, Upacara Seren Taun di Cipta Gelar dan Seren Taun di daerah Sirna Resmi, serta Upacara Adat Labuh Saji pada Hari Nelayan di Pantai
Pelabuhan Ratu. Sedangkan legenda-legenda yang ada di Sukabumi, seperti
Legenda Curug Caweni di Kecamatan Cidolog, Legenda Situ Sukarame di Kecamatan Kadudampit, dan Legenda Nyi Ratu Kidul di Pelabuhan Ratu. Pada zaman dulu, cerita rakyat yang bersifat legenda atau mitos sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat Sukabumi, sehingga hal tersebut tetap dilestarikan oleh
masyarakat setempat.
Masyarakat Kabupaten Sukabumi masih peduli terhadap kebudayaan
daerahnya, karena sudah menjadi bagian dalam perkembangan masyarakat dari
tempo dulu hingga sekarang. Contohnya saja, masyarakat di Pelabuhan Ratu.
Pantai Pelabuhan Ratu yang terletak di Kabupaten Sukabumi masih terjaga
kelestarian alamnya dengan budaya kearifan budaya lokal yang sangat lekat dari
berbagai budayanya tersendiri. Pelabuhan Ratu sendiri masih mempertahankan
adat istiadatnya yang belum merubah budaya sendiri dengan budaya-budaya
modern bagi masyarakat pesisir pantai Pelabuhan Ratu.
Masyarakat pesisir pantai Pelabuhan Ratu terus berkembang selama
puluhan tahun terakhir dan masih tetap memperkuat budaya adat istiadatnya di
daerah Pelabuhan Ratu tersebut. Masyarakat Pelabuhan Ratu mayoritas penganut
agama Islam dan mayoritas bersuku Sunda.
Masyarakat Pelabuhan Ratu sampai saat ini masih menjalankan
(23)
zaman. Hal ini menjadi cerminan bahwa adat-isitidat masih dipegang teguh oleh
bangsa Indonesia yang masih berlangsung pada kehidupan modern saat ini.
Masyarakat Pelabuhan Ratu, mereka tidak hidup dalam suatu kampung
adat tertentu tetapi masih menjalankan upacara adat yang dilakukan rutin tiap
tahun dan kebiasaan yang sudah dilakukan turun-temurun. Hal ini berjalan
harmonis antara aturan adat dengan aturan agama islam yang mayoritas
masyarakat Pelabuhan Ratu pegang, sehingga bisa kita lihat upacara adat Labuh Saji masih bisa berlangsung hingga sekarang.
Seperti diketahui, bahwa upacara adat Labuh Saji bagian dari adat-istiadat
masyarakat pantai selatan, sehingga adat-istiadat juga mempunyai akibat-akibat
apabila dilanggar oleh masyarakat, dimana adat-istiadat tersebut berlaku.
Adat-istiadat tersebut bersifat tidak tertulis dan terpelihara turun temurun, sehingga
mengakar dalam masyarakat, meskipun adat tersebut tercemar oleh kepercayaan
(ajaran) nenek moyang, yaitu Animisme dan Dinamisme serta agama yang lain.
Dengan demikian adat tersebut akan mempengaruhi bentuk keyakinan sebagian
masyarakat yang mempercampur adukan dengan agama Islam (Iman Sudiyat,
1982:33).
Penyelenggaraan upacara tradisional ditujukan sebagai media untuk
memperlancar komunikasi antar warga agar terjalin rasa persatuan dan kesatuan.
Dalam upacara itu juga terkandung nilai-nilai luhur yang sebenarnya ditunjukan
untuk menuntun masyarakat agar menjadi pribadi yang beradab dan berbudaya,
(24)
yang sehat dan dinamis. (Koentjaraningrat dalam dalam Budiono Herusatoto,
1984:100)
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua
sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi
adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi.
“Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara
“horizontal” dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun
secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai
untuk kelompok tertentu” (Mulyana, 2000:6).
Masyarakat Pelabuhan Ratu dalam menjalankan upacara adat Labuh Saji tidak terlepas dari aktivitas komunikasi di dalamnya. Menemukan aktivitas
komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi atau
proses komunikasi yang terjadi di dalam upacara adat tersebut. Karena
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia atau masyarakat.
Proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas dalam etnografi
komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang
dibahas pada konteks komunikasi yang lain. Karena etnografi komunikasi
memandang komunikasi sebagai proses yang sirkuler dan dipengaruhi oleh
(25)
proses komunikasi dalam etnografi komunikasi melibatkan aspek-aspek sosial dan
kultural dari pastisipan komunikasinya (Kuswarno, 2008:41)
“Aktivitas komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno,
aktivitas khas yang kompleks, yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi
tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula”. (Kuswarno,
2008:42)
Upacara adat Labuh Saji mempunyai ciri khas didalamnya. Dalam proses upacara ini erat kaitannya dengan studi etnografi komunikasi. Etnografi
komunikasi sendiri merupakan pengkajian peranan bahasa dalam perilaku
komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan
dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.
“Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya”. (Kuswarno, 2008:18)
Seperti penjelasan diatas mengenai etnografi komunikasi, studi etnografi
komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif yang
mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh
manusia dalam suatu masyarakat tutur.
Untuk sampai kepada pemahaman etnografi komunikasi, baik sebagai
landasan teori (ilmu) maupun sebagai studi penelitian, sebaiknya dimulai dengan
(26)
Kebudayaan, karena ketiga hal inilah yang tergambar dalam kajian etnografi
komunikasi.
Adapun Little John pada buku metode penelitian komunikasi mengatakan
bahasa yaitu di artikan:
“Sebagai simbol yang kompleks, karena terbentuk dari proses
pengkombinasian dan pengorganisasian simbol-simbol, hingga memiliki arti khusus yang berbeda jika simbol itu berdiri sendiri. Bahasa menghubungkan simbol-simbol ke dalam proposisi, jadi merupakan refleksi dari realitas. Sehingga melalui bahasalah, manusia memahami realitas, berkomunikasi, berpikir dan merasakan (Kuswarno, 2008:3).
Dalam penelitian ini, upacara adat Labuh Saji memiliki simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam upacara adat.
Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan
dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian
penting dalam kehidupan sosial.
“Menurut Mead dalam Deddy Mulyana, interaksi simbolik adalah kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”.
Maka dari itu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan etnografi komunikasi di karenakan, peneliti tertarik
untuk memahami pengalaman masyarakat Pelabuhan Ratu melalui makna-makna
(27)
Berdasarkan penjelasan penelitian uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian upacara adat Labuh Saji yang dilaksanakan oleh masyarakat pesisir pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, karena memiliki
makna tersendiri bagi masyarakat Pelabuhan Ratu. Adapun dalam penelitian ini
peneliti ingin mengungkapkan makna dari upacara kebudayaan tersebut dan
melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi di dalamnya dan akan
terlihat apabila dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi yang akan
menjelaskan setiap detail tradisinya.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan yang jelas, tegas, dan konkrit
mengenai masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah ini terdiri dari
pernyataan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Rumusan Masalah Makro
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan inti
dari permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ?”
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah
(28)
1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ?
2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ?
3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Pada penelitian inipun memiliki dan tujuan yang menjadi bagian dari
penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai
berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan secara mendalam
tentang “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka peneliti
menjabarkan tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari
(29)
1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
4. Untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Labuh Saji Di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
1.4Kegunaan Penelitian
Secara teoritis peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan
hasil yang bermanfaat sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari
penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi secara teoritis maupun praktis.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bagi penelitian selanjutnya sehingga
mampu menunjang perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi secara
umum dan secara khusus tentang Etnografi Komunikasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun hasil penelitian ini secara praktis di harapkan bisa
(30)
aplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis pada
penelitian ini sebagai berikut :
1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti
Peneliti ini berguna bagi peneliti sebagai pengetahuan yang baru
dan menambah wawasan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya,
yaitu tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian etnografi
komunikasi.
1.4.2.2Kegunaan Bagi Akademik
Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Unikom
secara umum, mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
secara khusus sebagai literatur terutama untuk peneliti yang melakukan
penelitian dengan kajian yang sama yaitu etnografi komunikasi.
1.4.2.3Kegunaan Bagi Masyarakat
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bukan hanya
bermanfaat bagi pihak Akademik dan Peneliti, melainkan agar bisa
bermanfaat juga bagi masyarakat luas sebagai bentuk pemahaman
(31)
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan
mengenai penelitian ini, serta studi literatur, dokumen atau arsip yang
mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan
penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara
lain sebagai berikut :
1. (Septian Restu Unggara; Nim 41808037/Ilmu Komunikasi UNIKOM:
2012)
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara
mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat
Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub
masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan
tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
(32)
diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek
penelitian adalah masyarakat Kampung Naga yang mengikuti upacara
Hajat Sasih sebanyak 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam,
observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan,
dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi,
kecukupan referensi dan pengecekan anggota.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif
yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan
yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih
yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu
tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari
kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya,
sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat
Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.
Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual
dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang
(33)
pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap
rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang
sama pula.
2. (Novi Diana Purwati, K1B050005, 2010 UNPAD Pesan Nonverbal
Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi Etnografi Pada Upacara Adat
Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji
simbol-simbol yang terkandung dalam upacara adat ngarot,
pesan-pesan apa saja yang terdapat dalam simbol-simbol upacara adat
ngarot, pemaknaan upacara adat Ngarot tersebut terhadap kehidupan
masyarakat.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif studi
etnografi komunikasi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan
suatu kebudayaan upacara adat di Indramayu. Menjelaskan
simbol-simbol, pesan, dan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori interaksi simbolik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pesan nonverbal yang ada
pada upacara adat Ngarot antara lain terdapat simbol pada bunga,
simbol pada pakaian, simbol pada aksesoris, dan simbol perilaku.
Kesimpulan yang diperoleh adalah Ngarot merupakan upacara
adat masyarakat desa Lelea Kabupaten Indramayu yaitu pesta tanam
(34)
merupakan media penyampaian pesan nonverbal dari para sesepuh
kepada generasi muda.
Simbol-simbol pada upacara adat Ngarot mengandung pesan
yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para cuwene tetap menjaga
keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para cuwene
tetap menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas
mengandung pesan bahwa cuwene harus tetap menjaga kecantikannya
sebagai kembang desa.
Simbol pada aksesoris Kalung, gelang dan cincin mengandung
pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap
sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar
mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan
mengayomi keluarga dan masyarakat.
Simbol pada pakaian Kebaya, komboran, dan sarung yang
bermakna baju ala memberikan pesan agar masyarakat harus tetap
menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung
pesan bahwa cuwene harus menjaga penampilan fisik agar terlihat
cantik dan menarik.
Upacara adat Ngarot juga memberikan makna terhadap
kehidupan masyarakat yaitu melalui perilaku yang dilakukan tertua
adat kepada perwakilan jajaka dan cuwene antara lain penyerahan
bibit padi memiliki makna sebagai simbol bahwa musim tanam padi
(35)
pertanian mengandung makna bahwa jajaka harus sudah siap untuk
ikut membantu orang tuanya dalam menggarap sawah, penyerahan
pupuk mengandung makna sebagai kesuburan, daun andog dan daun
bambu kuning mengandung makna sebagai tanaman pengusir hama
penyakit, penyerahan kendi yang berisi air mengandung makna
menandakan kesuburan dengan melimpahnya air.
Saran yang diberikan adalah agar pemerintah daerah lebih
perhatian dan peduli terhadap kegiatan upacara adat Ngarot sebagai
salah satu tujuan wisata budaya daerah Indramayu.
3. (Angga Nugraha. 2101 11070145. 2011. Jurnalistik UNPAD Makna
Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih (Studi Fenomenologi
Tentang Makna Simbol-Simbol Komunikasi Pada Upacara Hajat
Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten
Tasikmalaya)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari
simbol-simbol komunikasi baik itu simbol-simbol komunikasi verbal maupun
komunikasi nonverbal yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih di
Kampung Naga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dalam tradisi fenomenologi dengan perspektif
teoritis interaksi simbolik. Metode pengumpulan data yang dilakukan
melalui wawancara mendalam, observasi nonpartisipan, dan juga studi
(36)
Objek penelitian ini melibatkan para pemimpin upacara yaitu
kuncen, lebe, dan punduh Kampung Naga. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat makna dari simbol-simbol komunikasi
yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih menurut para informan.
Makna itu terdapat pada bunyi kentongan, bebersih, baju adat, gerakan
membersihkan kaki dan tangan sebelum masuk mesjid, unjuk-unjuk,
membersihkan makam leluhur, pembacaan ayat suci al-quran, gerakan
ngagesor, gerakan duduk sila pada tempat shalat pertama,
membersihkan tempat shalat pertama, lamareun, bumi ageung, makam
leluhur, tempat shalat pertama, dan tumpeng.
Simpulan Upacara Hajat Sasih bukanlah hanya sebgaai
upacara ritual belaka, namun terdapat makna dari setiap gerakan,
tata-cara, maupun simbol-simbol yang unik atau spesial yang dikelola dna
digunakan oleh para pesertanya.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Relevan
Uraian
Nama Peneliti Septian Restu Unggara
41808037. 2012 Novi Diana Purwati. K1B050005. 2010 Angga Nugraha. 11070145. 2011. Universitas Universitas Komputer Indonesia Universitas Padjajaran Bandung Universitas Padjajaran Bandung Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung
Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi
Makna Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih
(37)
Naga Tasikmalaya Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu) (Studi Fenomenologi Tentang Makna Simbol-Simbol Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten Tasikmalaya) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk mengetahui dan mengkaji simbol-simbol yang terkandung dalam upacara adat ngarot, pesan-pesan apa saja yang terdapat dalam simbol-simbol upacara adat ngarot, pemaknaan upacara adat Ngarot tersebut terhadap kehidupan masyarakat.
Untuk mengetahui makna dari simbol-simbol komunikasi baik itu simbol komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih di Kampung Naga.
Metode Penelitian
Metode kualitatif tradisi etnografi. Metode kualitatif studi etnografi komunikasi. Metode kualitatif dalam tradisi fenomenologi dengan perspektif teoritis interaksi simbolik. Hasil Penelitian Menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam
Menunjukan bahwa pesan nonverbal yang ada pada
menunjukkan bahwa terdapat makna dari simbol-simbol
(38)
upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang
dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk
menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.
upacara adat Ngarot antara lain terdapat simbol pada bunga, simbol pada
pakaian, simbol pada aksesoris, dan simbol perilaku.
komunikasi yang digunakan dalam Upacara Hajat Sasih menurut para informan. Makna itu terdpat pada bunyi kentongan, bebersih, baju adat, gerakan membersihkan kaki dan tangan
sebelum masuk mesjid, unjuk-unjuk,
membersihkan makam leluhur, pembacaan ayat suci al-quran, gerakan ngagesor, gerakan duduk sila pada tempat shalat pertama,
membersihkan tempat shalat pertama,
lamareun, bumi ageung, makam leluhur, tempat shalat pertama, dan tumpeng.
Sumber: Data Peneliti 2014
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi
(39)
jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “Mulut sebagai
rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar; ia
adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya; ia adalah tempat
transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi munculnya kemauan
dari kepasifan.
2.1.2.1 Definisi Komunikasi
Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik karya
Teguh Meinanda, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
Communication berasal dari bahasa latin Communicatio, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti “common”, sama (Meinanda, 1981: 4). Jadi, jika dua orang terlibat dalam
komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si
penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu. “Communication” pada umumnya dimaksudkan sebagai proses pengoperan lambang yang mengandung arti.
Sedangkan definisi ilmu komunikasi menurut Carl I. Hovland sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dari definisi ilmu
komunikasi tersebut, Hovland memperoleh 31 definisi dari komunikasi
(40)
process to modify the behavior of other individuals) (Effendy, 2003: 10).
2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas
bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang
yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu,
artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya
sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga
disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur
atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai
bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur,
sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan
selain kelima unsur yang telah disebutkan. (Cangara, 2006: 21).
2.1.2.3 Komponen-Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi mendapat tempat yang paling penting
dalam etnografi komunikasi. Selain itu, melalui komponen
komunikasilah sebuah peristiwa komunikasi dapat diidentifikasi. Pada
akhirnya melalui etnografi komunikasi dapat ditemukan pola
komunikasi sebagai hasil hubungan antarkomponen komunikasi itu.
Sehingga secara tidak langsung komponen komunikasi juga akan
(41)
Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak
bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikati, media, efek,
dan sebagainya. Sebaliknya yang dinamakan aktivitas komunikasi
adalah aktivitas khas yang kompleks, yang di dalamnya terdapat
peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak
komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula.
Sehingga proses komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah
peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang. (Kuswarno, 2008: 42)
2.1.2.4 Tujuan Ilmu Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu, Teori, dan
Filsafat Komunikasi, komunikasi memiliki empat tujuan, yaitu
mengubah sikap (to change the attitude); mengubah opini, pendapat, atau pendangan (to change the opinion); mengubah perilaku (to change
the behavior); dan mengubah masyarakat (to change the society) (Effendy, 2003: 55). Dalam menyampaikan informasi dan mencari
informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat
dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai.
2.1.2.5 Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan tertentu. Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu
Komunikasi menjelaskan fungsi komunikasi sesuai tipe komunikasi
(42)
komunikasi publik, dan komunikasi massa. Komunikasi dengan diri
sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi,
memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan
berpikir sebelum mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antar
pribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat
kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi
informasi, mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi
untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang
pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup
seseorang (Cangara, 2004: 55-57).
Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga
komunikasi komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam
kehidupan manusia. William I. Gorden dalam buku Dedi Mulyana 2007
mengemukankan empat fungsi komunikasi yaitu :
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk
(43)
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia
dipastikan dia akan tersesat, karena ia tidak dapat
berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial.
Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu
kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan apapun yang ia hadapi.
Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara
berperilaku tersebut didapat dari pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi
komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mangakui bahwa
budaya dan komunikasi itu ibarat dua sisi mata uang yang
mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari
komunikasi dan komunikasi turut menentukan, memelihara,
(44)
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi
orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi) seseorang. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan
sayang, peduli simpati, rindu, sedih, takut, marah, prihatin, benci
dapat disampaikan melalui bahasa nonverbal.
Emosi juga dapat diungkapkan lewat bentuk-bentuk seni, puisi,
novel, musik, tarian atau lukisan. Ada banyak cara untuk
mengungkapkan perasaan atau emosi yang ada dalam diri kita,
namun semua itu tidak bisa lepas dari yang namanya
komunikasi.
3. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi
ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun
dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites
of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab
qabul, sungkem, sawer dan sebagainya) hingga upacara
(45)
atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat
simbolik dan sarat akan makna.
Komunikasi ritual juga kadang-kadang bersifat mistik dan
mungkin sulit dipahami oleh orang-orang di luar komunitas
tersebut. Namun hingga kapanpun tampaknya ritual akan tetap
menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya
berubah-ubah, demi pemenuhan jati diri sebagai individu, sebagai
anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam
semesta.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum
yakni menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau
menggerakkan tindak, dan juga untuk menghibur. Bila
disimpulkan, maka kesemua tujuan tersebut disebut membujuk
(bersifat persuasif).
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan
mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara
menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau
informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk
(46)
Sebagai instrument, komunikasi tidak hanya digunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat
kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan
dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang
lain demi keuntungan bersama.
Komunikasi berfungsi sebagai instrument untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek
ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya
untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik,
memperoleh simpati, empati, keuntungan materil, ekonomi dan
politik yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan,
yakni taktik verbal dan nonverbal.
Sementara itu tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa
asing ataupun keahlian menulis. Itu menunjukkan bahwa
kemampuan berkomunikasi berperan penting mengantarkan
seseorang ke puncak karirnya. (Mulyana, 2007: 5-33).
2.1.2.6 Tujuan Komunikasi
Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini menunjuk
(47)
Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan
komunikasi adalah :
1. Perubahan Sikap (Attitude Change)
2. Perubahan Pendapat (Opinion Change)
3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)
4. Perubahan Sosial (Sosial Change). (Effendy, 2004:8)
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya
Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan
dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan
antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi
antarbudaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya
adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda.
Ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi
komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi
budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akan mendefinisikan komunikasi
antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian
kita akan melihat pula berbagai bentuk komunikasi antarbudaya. (Mulyana,
2010: 20)
2.1.3.1 Unsur-unsur Kebudayaan
Sedemikian pentingnya peranan bahasa bagi kebudayaan,
(48)
pertama dari tujuh unsur kebudayaan universal. C. Kluckhon
menguraikan tujuh unsur kebudayaan yang dimaksud sebagai berikut :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup
5. Sistem mata penceharian hidup 6. Sistem religi dan
7. Kesenian
Unsur-unsur kebudayaan inilah yang digunakan oleh ilmuwan
atropologi untuk mempelajari suatu kebudayaan, dan memisahkan
antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. (Kuswarno,
2008: 10)
2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal 2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
simbol-simbol verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Simbol atau
pesan non verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
kata atau lebih hampir semua rangsangan bicara dan kita sadari
termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja.
Komunikasi verbal di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
(49)
Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah
Kualitas proses komunikasi sering kali ditentukan oleh komunikasi non verbal
2.1.4.1.1 Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Komunikasi Verbal
Bahasa dapat dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.
Bahasa di definisikan sebagai seperangkap simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan di
pahami.
Menurut Larry L.Barker (Mulyana, 2008:266) bahasa memiliki 3 fungsi
sebagai berikut :
1. Penamaan (naming/labeling)
Penamaan merupakan fungsi bahasa yang mendasar. Penamaan
atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek,
tindakan, atau orang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk
dalam berkomunikasi.
2. Interaksi
Fungsi interaksi menunjuk pada berbagi gagasan dan emosi yang
dapat mengundang simpati dan pengertian ataupun kemarahan dan
kebingungan.
3. Transmisi informasi
Yang dimaksud dengan transmisi informasi adalah bahwa bahasa
(50)
lain. Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat
lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi
yang dihubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sehingga
memungkinkan adanya kesinambungan antara budaya dan tradisi.
2.1.4.2 Definisi Komunikasi Non Verbal
Manusia dipersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya :
bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa
asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya.
menurut Knapp dan Hall (Mulyana, 2008:342), isyarat non verbal,
sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang
tunggal, salahsatu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat
perilaku berlangsung.
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang
bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
dalam (Mulyana, 2008:343) menyatakan bahwa :
“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.
Sementara menurut Edward T. Hall dalam (Mulyana, 2008:344)
“menamai bahasa non verbal sebagai “bahasa diam” (slient language)
dan “dimensi tersembunyi” (hiden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan non verbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunkasi, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat
(51)
kontekstual. Berssama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman
komunikasi”.
2.1.4.2.1 Fungsi Komunikasi Non Verbal
Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa
fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti
yang dapat dilukisan dengan perilaku mata, yakni sebagai :
Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.
Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.
Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak di sadari yang
merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
Affect Display. Pembesaran manik mata (upil dilation) menunjukan tingkat emosi.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal,
perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.
Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal
(52)
Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal.
Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal
2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada
aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis
upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara penguburan,
upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat
salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa lalu
dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat merupakan warisan nenek
moyang kita.
Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan untuk
mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan
yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh
masyarakat pendukung kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997:
1). Upacara adat tradisional adalah peraturan hidup sehari-hari ketentuan
yang mengatur tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan
manusia. Pengertian adat adalah tingkah laku dalam suatu masyarakat (sudah,
sedang, akan) diadakan. Wahyudi Pantja Sunjata (1997: 2), mengatakan
upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari tradisi masyarakat
pendukungnya dan kelestariannya, hidupnya dimungkinkan oleh fungsi bagi
(53)
itu sangat penting artinya bagi pembinaan sosial budaya warga masyarakat
yang bersangkutan. Norma-norma dan nilai-nilai budaya itu secara simbolis
ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk upacara yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat pendukungnya.
Pelaksanaan upacara adat tradisioanal termasuk dalam golongan adat
yang tidak mempunyai akibat hukum, hanya saja apabila tidak dilakukan oleh
masyarakat maka timbul rasa kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang
menimpa dirinya. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara
turun menurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah
memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara
labuhan. Upacara adat yang dilakukan di daerah sebenarnya juga tidak lepas
dari unsur sejarah.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Teori Interaksi Simbolik
Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai
perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap
individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari
keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya.
Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika
(54)
sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat
simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.
Karakteristik dasar interaksi simbolik adalah suatu hubungan yang
terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan
masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang
melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan
rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat.
Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan
berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang
kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan „simbol‟.
Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu pada
tiga premis utama, yaitu :
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang
ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh
orang lain, dan
3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial
sedang berlangsung (Kuswarno, 2008: 22)
Simbol
Dalam pelaksanaan upacara tradisional Kuntowijoyo, (2006: 89)
(55)
komunikasi. Penciptaan simbol-simbol tidak semuanya simbol
mempunyai kadar kekayaan makna yang sama. Menurut Budiono
Herusatoto, (2008: 46) simbol dalam masyarakat tradidional penuh
dengan sistem naturalisme. Manusia adalah makhluk budaya, dan
budaya manusia penuh dengan simbol-simbol, sehingga dapat dikatakan
bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme, yaitu suatu
tata pemikiran atau paham makna yang menekankan atau mengikuti
pola-pola yang mendasar pada simbol-simbol.
Manusia yang hidup dalam kehidupan masyarakat erat
hubungannya dengan budaya, sehingga manusia disebut makhluk
budaya. Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan, simbol-simbol, dan
nilai-nilai sebagai hasil dari tindakan manusia. Budaya manusia penuh
diwarnai dengan simbolis-simbolis Simbol yang berupa benda
keadaannya sebenarnya bebas terlepas dari tindakan manusia, tetapi
sebaliknya tindakan manusia harus selalu mempergunakan
simbol-simbol sebagai media pengantar dalam komunikasi. Namun tanpa
simbol komunikasi atau tindakan akan beku. Akan tetapi, simbol sering
digunakan dalam tindakan manusia, sehingga manusia akan
melestarikannya dan menghidupkan kembali pada waktu tertentu
apabila diperlukan (Budiono Herusatoto, 2008: 32-33)
Pada dasarnya segala bentuk upacara-upacara peringatan apa
pun yang digunakan masyarakat adalah simbolisme. Makna dan
(56)
Dalam tradisi atau adat istiadat simbolisme sangat terlihat dalam
upacara-upacara adat yang merupakan warisan turun temurun dari
generasi ke generasi (Budiono Herusatoto, 2008: 48)
Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan
simbol-simbol. Semua kata yang digunakan informan dalam menjawab
pertanyaan anda pada wawancara yang pertama adalah simbol-simbol.
Cara informan anda berpakaian juga merupakan simbol, sebagaimana
juga ekspresi wajahnya serta gerakan tangannya. Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjukan pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur, yakni simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih,
dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan
dasar bagi semua makna simbolik. (Spradley, 2006: 134)
Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara adat Labuh Saji, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal dan non verbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa-peristiwa khas
komunikasi.
Dalam mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka
diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang
dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif,
peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.
Situasi komunikatif merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi
(57)
tidaklah murni komunikatif, situasi ini bisa terdiri dari peristiwa komunikatif
maupun peristiwa yang bukan komunikatif. Situasi bahasa tidak dengan
sendirinya terpengaruh oleh kaidah-kaidah berbicara, tetapi bisa diacu dengan
menggunakan kaidah-kaidah berbicara itu sebagai konteks.
Peristiwa komunikatif merupakan merupakan unit dasar dari tujuan
deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai seluruh perangkat
komponen yang utuh. Dimulai dari tujuan umum komunikasi, topik umum
yang sama, partisipan yang sama, varietas bahasa umum yang sama, tone yang sama. Secara konseptual berdasarkan pra penelitian prosesi upacara adat
Labuh Saji di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
Tindak komunikatif bisa diprediksi mencakup seruan, pujian,
merendahkan diri, syukur, dan perintah. Berdasarkan pra penelitian dalam
prosesi Labuh Saji.
Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model
(58)
Gambar 2.1
Alur Kerangka Pemikiran
Sumber : Data Peneliti 2014
ETNOGRAFI KOMUNIKASI Kajian Peranan bahasa, budaya, komunikasi
dalam perilaku suatu masyarakat (Hymes dalam Kuswarno 2008:22)
INTERAKSI SIMBOLIK Pertukaran pesan yang menggunakan simbol
yang memiliki makna-makana tertentu. (Blumer dalam Kuswarno 2008:22)
AKTIVITAS KOMUNIKASI Aktivitas khas yang komplek. (Hymes
dalam Kuswarno 2008:41)
AKTIVITAS KOMUNIKASI
UPACARA ADAT LABUH SAJI SITUASI
KOMUNIKATIF Konteks terjadinya komunikasi
PERISTIWA KOMUNIKATIF Unit dasar untuk tujuan
deskriptif / termasuk komponen komunikasi
TINDAK KOMUNIKATIF Fungsi interaksi tunggal Upacara Adat Labuh Saji
(59)
Keterangan :
Penelitian ini mengangkat tema Aktivitas Komunikasi Upacara Adat
Labuh Saji. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tradisi etnografi komunikasi, dimana tradisi etnografi komunikasi
merupakan penggabungan dari tiga cabang ilmu yaitu : bahasa, komunikasi, dan
kebudayaan, karena setiap masyarakat memiliki sistem komunikasi
sendiri-sendiri, maka dengan sendirinya masyarakat membentuk kebudayaannya demi
kelangsungan hidupnya.
Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan
menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan
pengalamannya. Bahasa akan menetukan konsep dan makna yang dipahami oleh
masyarakat, yang pada gilirannya akan memberikan pengertian mengenai
pandangan hidup dan dimiliki oleh masyarakat itu. Dengan kata lain makna
budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan antara
simbol-simbol/bahasa.
Kaitan antara bahasa, komunikasi dan budaya yaitu dimana bahasa hidup
dalam komunikasi untuk menciptakan budaya, kemudian budaya itu sendiri yang
pada akhirnya akan menentukan sistem komunikasi. Secara konseptual dapat di
contohkan dalam masyarakat Pelabuhan Ratu yaitu Upacara Adat Labuh Saji, jika
di artikan dalam bahasa, Labuh (dalam Bahasa Sunda) berarti melabukan/menjatuhkan, dan Saji berarti mempersembahkan atau menyediakan. Labuh Saji merupakan salahsatu upacara adat yang pelaksanaannya
(60)
diselenggarakan di setiap tahun. Dalam pelaksanaan upacara adat ini semua hal
yang bersifat simbolik merupakan ciri khas dari aktivitas komunikasi, dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku tertentu yang
merupakan simbol budaya para leluhur.
Teori substantif atau pendukung dalam penelitian ini adalah interaksi
simbolik. Interaksi simbolik menurut Blumer menunjuk kepada sifat khas dari
interaksi manusia, interaksi yang terjadi antara individu tersebut berkembang
melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan berdasarkan hal itu Interaksi
simbolik yang ada pada upacara adat Labuh Saji terdapat bahasa verbal dan non verbal yang memiliki makna tertentu dari tradisi budaya lokal. Dari penjelasan di
atas maka penerapan teori dalam penelitian ini adalah aktivitas komunikasi untuk
memperoleh gambaran yang jelas, oleh karena itu maka dibagi menjadi beberapa
subfokus aktivitas komunikasi, yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif
(61)
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menggambarkan aktivitas komunikasi Upacara Adat Labuh Saji. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Upacara Adat Labuh Saji.
3.1.1 Sejarah Labuh Saji
Sepertinya halnya upacara-upacara adat lainnya, upacara Labuh Saji hidup dan berkembang di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat. Upacara adat ini merupakan bentuk nyata perilaku masyarakat
nelayan yang mejungjung tinggi para leluhur mereka. Sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Suci yang memberi kesejahteraan dan
keberkahan kepada mereka.
Gambar 3.1
Ritual Melemparkan Kepala Kerbau
(62)
Secara turun temurun Upacara adat labuh saji digelar oleh para
nelayan di Pelabuhan Ratu, hal ini bertujuan untuk memberikan
penghormatan kepada seorang putri yang mempunyai kepedulian terhadap
masyarakat nelayan. Sebut saja Nyi Putri Mayangsagara. Ia merupakan
seorang putri yang memulai melakukan upacara Labuh Saji sebagai tradisi setiap tahun, tradisi ini digelar sejak abad ke 15 yang berfungsi memberikan
kado atau hadiah kepada Nyi Roro Kidul.
Nyi Roro Kidul dipercaya sebagai penguasa laut selatan pada waktu
itu. Putri Mayangsagara melakukan upacara ini dimaksudkan agar pekerjaan
mereka sebagai nelayan mendapat kesejahteraan. Seiring dengan sejarah dan
perkembangan informasi, dari mitos yang berkembang mengatakan, bahwa
Nyi Putri Mayangsagara merupakan keturunan penguasa kerajaan Dadap
Malang yaitu Raden Kumbang Bagus Setra dan Ratu Puun Purnamasari.1
Gambar 3.2
Denah Lokasi Pelabuhan Ratu
Sumber : http://bappeda.sukabumikab.go.id/
1
(63)
3.1.2 Dilaksanakannya Upacara Labuh Saji
Labuh Saji atau Hari Nelayan merupakan ritual yang cukup lama di laksanakannya sampai saat ini dan di lakukan sampai saat ini.
Dilaksanakannya upacara adat Labuh Saji di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi tepatnya di pesisir pantai Pelabuhan Ratu. Yang biasa
dilaksanakannya setahun sekali di bulan April oleh para nelayan yang
mengucapkan rasa syukurnya dengan penghasilan mereka untuk mencari
ikan.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
dengan tradisi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat yaitu
interaksi simbolik, dimana digunakan untuk menganalisis aktivitas
komunikasi adat Labuh Saji di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
Dalam etnografi komunikasi, menemukan aktivitas komunikasi sama
artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi atau proses
komunikasi. Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak
bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikasi, media, efek, dan
(64)
Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam
buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas khas yang kompleks, yang
didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan
tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang
tertentu pula (Kuswarno, 2008: 42)
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi dalam
dalam etnografi komunikasi, diperlukan pemahaman mengenai unit-unit
diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes. Unit-unit diskrit
aktivitas komunikasi tersebut adalah :
1. Situasi Komunikatif
Merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi bisa tetap sama
walaupun lokasinya berubah, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama
apabila aktivitas-aktivitas yang berbeda berlangsung di tempat tersebut
pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan
konvigurasi umum yang konsisten pada aktivitas dan ekologi yang sama
di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat perbedaan dalam
jenis interaksi yang terjadi disana (Ibrahim, 1994: 36)
Situasi komunikatif merupakan perluasan dari situasi tutur.
namun, situasi tutur tidaklah murni komunikatif, situasi ini bisa terjadi
dari peristiwa komunikatif maupun peristiwa yang bukan komunikatif.1
1
(65)
2. Peristiwa Komunikatif
Merupakan keseluruhan komponen yang utuh yang di mulai
dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan
melibatkan partisipan yang secara umum menggunakan varietas bahasa
yang sama, mempertahankan tone yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan,
adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh (Kuswarno, 2008:
41)
Peristiwa komunikatif (communicative event) merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan
sebagai seluruh perangkat komponen yang utuh. Kerangka komponen
komunikasi yang di maksud adalah sebagai berikut :
a. Genre, atau tipe peristiwa komunikatif, misalnya lelucon, salam, perkenalan, dongeng, gosip, dan sebagainya.
b. Topik, atau fokus peristiwa komunikatif.
c. Tujuan dan Fungsi, peristiwa secara umum dan juga fungsi dan tujuan peristiwa secara individual.
d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi yang lain (misalnya besarnya ruangan tata letak perabotan, dan
(66)
e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.
f. Bentuk pesan, termasuk saluran verbal non lokal, non verbal dan hakikat kode yang digunakan, misalnya bahasa mana dan
varietas yang mana.
g. Isi pesan, mencakup apa yang di komunikasikan, termasuk level konotatif dan referensi denotatif.
h. Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.
i. Kaidah interaksi, merupakan norma-norma interaksi, termasuk di dalamnya pengetahuan umum, pengandaian kebudayaan yang
relevan, atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan
adanya inferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus di
pahami secara harfiah, apa yang diperlukan dan lain-lain.
j. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan, kebudayaan, nilai, dan norma yang di anut, tabu-tabu
yang harus di hindari, dan sebagainya.
3. Tindak Komunikatif
Merupakan fungsi interaksi tunggal, seperti pertanyaan,
permohonan, perintah atau perilaku non verbal (Kuswarno, 2008: 41).
(1)
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan tradisi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik, dimana digunakan untuk menganalisis aktivitas komunikasi adat Labuh Saji di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas khas yang kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula (Kuswarno, 2008: 42)
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi dalam dalam etnografi komunikasi, diperlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes. Unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut adalah :
1. Situasi Komunikatif
Merupakan konteks terjadinya komunikasi, situasi bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, atau bisa berubah dalam lokasi yang sama apabila aktivitas-aktivitas yang berbeda berlangsung di tempat tersebut pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konvigurasi umum yang konsisten pada aktivitas dan ekologi yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat perbedaan dalam jenis interaksi yang terjadi disana (Ibrahim, 1994: 36)
2. Peristiwa Komunikatif
Merupakan keseluruhan komponen yang utuh yang di mulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertahankan tone yang sama, dan kaidah-kaidah yang sama untuk interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah peristiwa
(2)
komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh (Kuswarno, 2008: 41)
3. Tindak Komunikatif
Merupakan fungsi interaksi tunggal, seperti pertanyaan, permohonan, perintah atau perilaku non verbal (Kuswarno, 2008: 41). Hymes (dalam Ibrahim, 1994: 38) mengemukakan bahwa dalam konteks komunikatif, bahkan diam pun merupakan tindak komunikatif konvensional.
Tradisi etnografi komunikasi dalam penjelasannya, memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari interaksi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk sosial. ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18).
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Fokus pada penelitian ini adalah aktivitas komunikasi upacara adat Labuh Saji di pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, dimana dalam pelaksanaanya menjadi suatu aktivitas khas yang tampak dalam setiap proses pelaksanaan ritual adat mereka. Aktivitas komunikasi menurut Hymes dalam buku etnografi komunikasi Engkus Kuswarno 2008, menyatakan aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindakan-tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentupula. (Kuswarno, 2008:42)
Pernyataan diatas membuktikan adanya aktivitas khas dari upacara adat Labuh Saji yang menjadi suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun pada zaman dulunya untuk merayakan ritual upacara adat dalam setahun sekali.
(3)
Sehingga bisa disimpulkan bahwa aktivitas komunikasi merupakan serangkaian proses yang terjadi, yang dimulai dengan melihat situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindak komunikatif. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan dan menjadi aktivitas yang khas yang dilakukan dan terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang. Walaupun ada pergeseran prosesi-prosesi yang dilakukan karena mengikuti perkembangan zaman, tetapi peneliti melihat bahwa inti dari upacara adat Labuh Saji ini untuk tetap melestarikan dan menjaga budaya lokal agar bisa terus berlangsung serta menjadi salah satu budaya yang khas mengenai upacara adat yang dilakukan oleh para nelayan.
IV. KESIMPULAN
1. Situasi Komunikatif Dalam Upacara Adat Labuh Saji
Saat upacara adat Labuh Saji berlangsung sangat terasa seremonial dimana para peserta menjalaninya dengan baik saat acara kegiatan berlangsung, tempat-tempat yang biasa dijadikan propesi upacara adat Labuh Saji yaitu Pendopo sebagai pembukaan memulainya acara, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sebagai pelaksanaan upacara adat, lalu berangkat ke tengah laut menaiki perahu untuk melemparkan saji tersebut ke laut.
2. Peristiwa Komunikatif Dalam Upacara Adat Labuh Saji
Upacara adat Labuh Saji merupakan salah satu perayaan dalam bentuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT agar diberi keselamatan serta dijauhkan dari mara bahaya dan bisa melimpah hasil tanggapan ikannya yang sudah menjadi turun menurun dari zaman dulunya, dalam melaksanakan upacara adat Labuh Saji dilaksanakan dalam setahun sekali.
(4)
3. Tindak Komunikatif Dalam Upacara Adat Labuh Saji
Merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Bentuk perintah dan pernyataan yang ada bahwa upacara adat Labuh Saji harus selalu dilaksanakan oleh semua masyarakat Pelabuhan Ratu baik di dalam ataupun diluar. Maka dari itu masyarakat Pelabuhan Ratu selalu taat pada aturan adat dan kebiasaan hidup turun temurunn, bentuk permohonan berupa berupa memohon berkah, keselamatan dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Serta bentuk perilaku non verbal yang terdapat dalam upacara adat Labuh Saji ini yaitu gerakan-gerakan saat melaksanakan upacaranya, tarian, dan saat melakukan melemparkan saji ke laut.
4. Aktivitas Komunikatif Dalam Upacara Adat Labuh Saji
Upacara adat Labuh Saji merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun mereka untuk merayakan upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Pelaksanaan upacara adat Labuh Saji ini dimulai kurang lebih pada pukul 07.30 yang di awali pembukaan oleh Bupati Kabupaten Sukabumi dengan berdoa bersama, proses ini sangat tradisi turun menurun bagi masyarakat Pelabuhan Ratu.
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku :
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : GRAHA ILMU
(5)
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Pamulang : KARISMA Publishing Group
Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta. Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.
Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS.
Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.
Moleong, P. Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Revisi. Bandung : Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Spradley. James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana
Sumber Lain :
Angga Nugraha. 2011. Skripsi : Makna Simbolik Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih (studi Fenomenologi Tentang Makna Simbol-simbol
(6)
Komunikasi Pada Upacara Hajat Sasih Bagi Para Pimpinan Upacara Di Desa Neglasari Kabupaten Tasikmalaya) : UNPAD Bandung
Novi Diana Purwati. 2010. Skripsi : Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Ngarot (Studi Etnografi Pada Upacara Adat Ngarot Masyarakat Desa Lelea Kabupaten Indramayu) : UNPAD Bandung
Septian Restu Unggara. 2012. Skripsi : Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya : UNIKOM Bandung
Internet Searching :
http://bappeda.sukabumikab.go.id/ (Februari, 23 Februari 2014 pukul 22.28 WIB).
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/ (Sabtu, 22 Februari 2014 Pukul 14.12 WIB).
Kiki Zakia. Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Mode (MEDIATOR, Vol.9. No 1. Juni 2008).