proporsional dan tidak proporsional antara konsumsi agregat dan pendapatan disposibel agregat. Dalam menyajikan teorinya, mula-mula hipotesa tentang perilaku
individu, kemudian dengan menggunakan asumsi-asumsi umum mengenai konsumsi agregat.
Menurut pandangan Dusenberry Diulio, 1993 : 61, keputusan konsumsi dan tabungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi
seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di lingkungan orang kaya daripada dia hidup di lingkungan yang lebih miskin. Perilaku
konsumsi di dalam suatu lingkungan relatif terhadap pola konsumsi tetangganya, yaitu dia menggunakan uang agar dapat memelihara suatu status ekonomi tertentu di
dalam lingkungannya. Jika distribusi pendapatan relatif konstan, mungkin sekali APC seseorang konstan karena konsumsi mempunyai hubungan dengan pendapatannya
yang relatif di dalam suatu masyarakat dan tidak dihubungkan dengan tingkat pendapatan absolut. Karena itu secara agregat, kita mengharapkan suatu hubungan
proporsional antara konsumsi agregat dengan pendapatan disposibel agregat.
2.1.2 Perusahaan Pembiayaan
Pengertian dari perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.0122006 tentang perusahaan pembiayaan, dalam pasal 1
huruf b dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perusahaan pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan.
Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.0122006 tentang perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan
pembiayaan antara lain: sewa guna usaha; anjak piutang; usaha kartu kredit; danatau pembiayaan konsumen.
Leasing sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh
barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat
langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Melalui pembiayaan leasing perusahaan
dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita
mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi
perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan
perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal
yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan
leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Di Indonesia
leasing baru dikenal melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-
122MKIV21974, No.32MSK21974, dan No.30KpbI1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan
usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan
per ekonomi
an Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam
kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai
suatu lembaga keuangan non bank. Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan dan
Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122MKIV21974, Nomor 32MSK21974, dan Nomor 30KpbI1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah:
”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.
Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Lessee
Perusahaan atau pihak yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari
pihak perusahaan leasing. 2.
Lessor Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan
dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.
3. Supplier
Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.
4. Bank
Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
5. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Macam-macam Leasing