Analisis Dampak Kebijakan Pembatasan Uang Muka Minimum Kredit (Down To Payment) Terhadap Permintaan Mobil Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN UANG MUKA MINIMUM KREDIT (DOWN TO PAYMENT) TERHADAP

PERMINTAAN MOBIL DI KOTA MEDAN

OLEH

ANNA OCTORA MARPAUNG 090501077

PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Transportasi merupakan proses aktifitas perpindahan suatu barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu alat transportasi yang mempermudah manusia dalam proses perpindahan tersebut adalah mobil. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana transportasi darat yang sudah banyak diminati oleh masyarakat.

Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal pemberian kredit mobil menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif serta terjadi bubble perkekonomian di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan sehingga perlu diatur oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan

Loan to Value untuk KPR serta minimum down to payment untuk KKB.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kenaikan minimum kredit down to payment terhadap permintaan mobil di kota Medan, baik keuntungan dan kerugian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di kota Medan.


(3)

ABSTRACT

Transportation is an activity processing to remove things and peoples from one place to another place. One of the tools that can facilitate human transportation in the process is car. Car is one form of land transportation in interest by the public.

Various facilities provided by the company in terms of providing car loans cause an increase in the level of consumption occurs in the bubble economy in public life in Indonesia especially in Medan therefore BI have to make a program by issuing a policy for housing credit and minimum down to payment for motor vehicles credit.

This research aims to examine effect of the minimum down payment loan policy to sales volume of cars in Medan, both the advantages and disadvantages of economic growth in Medan. This study used descriptive qualitative research methods. The data collection used a documentary study with data analysis techniques through the stages of information collection, reduction, presentation and drawing conclusions.

The results of this study concluded that the regulatory scheme LTV tightening by the central bank will have a significant impact in economic growth in Indonesia. Beneficial impact is the rising of credit quality and the expected transition to productive credit so as to grow the economy. Adverse impact especially in the automotive industry is the feared decline in auto sales which lower economic growth in Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Yesus Kristus atas segala berkat, hikmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih yang begitu besar untuk kedua orang tua yang saya sayangi Posman Marpaung dan Kennedy Nahampun atas doa, nasehat, perjuangan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, nasihat dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc.Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak membantu dan member masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada kakak dan adik saya Grace Yuliana Marpaung dan Anggi Theresia Marpaung untuk doa, motivasi dan perhatiannya kepada penulis.

7. Kepada junior saya Bripda Albert Daniel Sinaga yang telah banyak membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk teman-teman saya di spokey, Zean Evelyn, Aldhiko Yendie, dan Harry Prabowo dan teman-teman kuliah saya Agnes Pertiwi, Evi Manalu, Anastasya Siahaan, terimakasih atas kebersamaannya selama perkuliahan dan semoga kita semua sukses di hari depan.

9. Kepada teman-teman dan keluarga yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, atas doa dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, serta penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Permintaan ... 11

2.1.2 Perusahaan Pembiayaan ... 13

2.1.3 Macam-Macam Leasing ... 17

2.1.4 Resiko Dalam Perusahaan Pembiayaan ... 18

2.1.5 Kredit ... 21

2.1.6 Kredit Kendaraan Bermotor ... 34

2.1.7 Penelitian Terdahulu ... 32

2.2 Kerangka Konseptual ... 36

2.3 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 38

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.3 Batasan Operasional ... 39

3.4 Definisi Operasional ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.6 Teknik Analisis ... 42

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 46

4.1.1 Kondisi Geografis Kotamadya Medan ... 46

4.1.2 Sejarah Perkembangan Transportasi ... 47

4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan ... 48

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 51


(7)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 59 5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Lampiran Judul Halaman

1.1 Daftar Nama Perusahaan Otomotif di

Indonesia....……... 3

1.2 Perkembangan Jumlah Mobil…... 6

4.1 Data Penjualan Mobil…………... 52

4.2 Uji Nilai Statistics Sample Pair T - Test... 53

4.3 Uji Korelasi Paired T – Test……... 53


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(10)

ABSTRAK

Transportasi merupakan proses aktifitas perpindahan suatu barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu alat transportasi yang mempermudah manusia dalam proses perpindahan tersebut adalah mobil. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana transportasi darat yang sudah banyak diminati oleh masyarakat.

Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal pemberian kredit mobil menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif serta terjadi bubble perkekonomian di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan sehingga perlu diatur oleh Bank Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan

Loan to Value untuk KPR serta minimum down to payment untuk KKB.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kenaikan minimum kredit down to payment terhadap permintaan mobil di kota Medan, baik keuntungan dan kerugian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di kota Medan.


(11)

ABSTRACT

Transportation is an activity processing to remove things and peoples from one place to another place. One of the tools that can facilitate human transportation in the process is car. Car is one form of land transportation in interest by the public.

Various facilities provided by the company in terms of providing car loans cause an increase in the level of consumption occurs in the bubble economy in public life in Indonesia especially in Medan therefore BI have to make a program by issuing a policy for housing credit and minimum down to payment for motor vehicles credit.

This research aims to examine effect of the minimum down payment loan policy to sales volume of cars in Medan, both the advantages and disadvantages of economic growth in Medan. This study used descriptive qualitative research methods. The data collection used a documentary study with data analysis techniques through the stages of information collection, reduction, presentation and drawing conclusions.

The results of this study concluded that the regulatory scheme LTV tightening by the central bank will have a significant impact in economic growth in Indonesia. Beneficial impact is the rising of credit quality and the expected transition to productive credit so as to grow the economy. Adverse impact especially in the automotive industry is the feared decline in auto sales which lower economic growth in Medan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transportasi adalah sarana yang sangat penting dalam memperlancar roda perekonomian. Tersedianya sarana transportasi yang memadai dalam suatu daerah atau negara dapat memperlancar aktivitas masyarakatnya serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa atau negara tersebut. Sarana transportasi seiring dengan

perkembangan zaman terus beralih dari kendaraan tanpa mesin menjadi kendaraan bermotor dengan menggunakan berbagai jenis mesin yang juga modern dan canggih. Pertambahan jumlah penduduk membuat kebutuhan masyarakat akan transportasi, khususnya mobil, semakin meningkat. Sarana transportasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada zaman sekarang ini. Hal ini dikarenakan transportasi merupakan salah satu sarana utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan cepat.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan pembangunan yang ada di segala

bidang saat ini, perkembangan sarana transportasi pun telah berlangsung dengan cepat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, muncul keinginan masyarakat untuk memperoleh sarana penunjang hidup yang memadai termasuk sarana transportasi. Mobil merupakan salah satu bentuk dari sarana transportasi darat yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat. Pada umumnya masyarakat membeli mobil untuk menikmati dua fungsi, yaitu: sebagai sarana untuk mengantarkan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan mengangkut


(13)

barang-barang dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan fungsi yang lainnya adalah untuk mendapatkan suatu prestise yang akan memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang.

Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dalam hal ini terus melakukan pembangunan di berbagai bidang transportasi. Sektor transportasi di kota Medan juga terus mengalami perkembangan sejarah yang disertai dengan perkembangan pembangunan daerah di setiap sektor. Seperti halnya di Kotamadya Medan jumlah kendaraan bermotor roda empat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai merek mobil yang ditawarkan juga semakin hari semakin bertambah.

Perkembangan industri otomotif terutama dalam industri mobil yang semakin kompetitif yang ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan dalam bidang otomotif yang menawarkan berbagai jenis mobil dengan tipe dan harga yang bervariatif, sehingga hal ini dapat menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Misalnya perusahaan Astra Internasional sebagai dealer resmi dari Toyota Motor mengeluarkan jenis mobil dengan tipe Avanza, kemudian perusahaan lain juga mengeluarkan tipe mobil yang hampir mirip yaitu Xenia dengan harga yang lebih murah. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan pembelian untuk tipe Toyota Avanza, maka untuk memenangkan persaingan perusahaan harus mempunyai strategi bersaing yang lebih baik lagi agar dapat meningkatkan volume penjualannya. Beberapa perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang banyak


(14)

terdapat di kota Medan serta bersaing dengan cukup ketat diantaranya perusahaan Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, Ford.

Tabel 1.1

Daftar Nama-nama Perusahaan Otomotif

NO NAMA

PERUSAHAAN

JENIS MOBIL YANG DITAWARKAN

1 Honda Jazz

Civic

CRV

Freed

City

Accord

2 Suzuki Swift

Escudo

Grand Vitara

APV

Estillo

3 Daihatsu Xenia

Estillo

Sirion

GrandMax

4 Mitsubishi Kuda

Pajero

Colt

Galant 1300

Strada

5 Ford Everest

Ranger

Fiesta

Escape


(15)

Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang optimal bagi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu cara atau teknik pencapaian tujuan tersebut adalah memperbesar omset penjualan yaitu dengan melakukan penjualan secara kredit. Tujuan dari penjualan secara kredit tersebut adalah memberikan keringanan kepada calon pelanggan untuk mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dengan melakukan penjualan secara kredit, berarti perusahaan tidak menerima uang tunai pada saat terjadinya transaksi penjualan, ini berarti perusahaan menanamkan modal dalam bentuk piutang.

Pendapatan yang diperoleh dari penjualan kredit sangat besar artinya bagi perusahaan yang bersangkutan karena piutang memiliki likuiditas yang tinggi selain kas. Maka untuk meningkatkan omset penjualan secara kredit tersebut diperlukan sistem pemberian kredit yang efektif dan efisien. Karena tanpa adanya sistem-sistem pemberian kredit yang efektif dan efisien, maka akan sulit memperoleh laba secara maksimum. Mengingat semakin banyaknya persaingan dari perusahaan yang melakukan sistem penjualan secara kredit untuk meningkatkan laba perusahaannya, maka diperlukan suatu sistem pemberian kredit yang benar-benar mampu menarik minat debitur sehingga mau melakukan pembelian secara kredit pada perusahaan kredit.

Saat ini masyarakat semakin memiliki kecenderungan untuk membeli kendaraan bermotor karena selain uang muka yang ringan, perusahaan pembiayaan juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pembelian kendaraan bermotor. Misalnya dengan angsuran yang ringan, kredit tanpa survei hingga kredit tanpa uang


(16)

muka. Walaupun tingkat pendapatan masyarakat di Indonesia masih terbilang rendah, namun dengan biaya uang muka mobil yang rendah pula masyarakat tidak terlalu mempermasalahkannya.

Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal pemberian kredit mobil ini menyebabkan kenaikan tingkat konsumtif di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan. Kenaikan tingkat konsumtif masyarakat terhadap kendaraan bermotor khususnya mobil ini berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Kemudahan dalam pembelian mobil yang diberikan berdampak pada peningkatan volume mobil. Peningkatan volume tersebut tidak sebanding dengan peningkatan infrastruktur jalan, banyaknya masyarakat yang mengendarai mobil mengakibatkan tingkat kemacetan tinggi semakin tinggi. Selain itu meningkatnya permintaan mobil selama 4 tahun terakhir ini mengakibatkan peningkatan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.

Dampak lainnya adalah akses transportasi secara berkelanjutan menjadi tidak efektif. Selain itu kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan dalam hal memberikan kredit mobil mengakibatkan terjadinya kenaikan kredit konsumtif dimana kenaikan ini secara langsung meningkatkan terjadinya resiko kredit macet yang akan dialami oleh perbankan. Tentunya karena uang itu oleh nasabah akan digunakan untuk tujuan konsumtif, maka risiko bagi bank bahwa nasabahnya tidak mampu membayar pinjamannya akan menjadi lebih besar.


(17)

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Mobil (1990-2011)

(Sumber : data Badan Pusat Statistik)

Seiring meningkatnya permintaan masyarakat terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), maka diperlukan kehati-hatian dari pihak perbankan dalam penyaluran KPR dan KKB mengingat pertumbuhan kedua jenis kredit tersebut yang sangat signifikan berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi bank. Sementara dari sudut pandang makroprudensial, pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong

Tahun Jumlah Mobil

1990 1313210

1991 1494607

1992 1590750

1993 1700454

1994 1890340

1995 2107299

1996 2409088

1997 2639523

1998 2769375

1999 2897803

2000 3038913

2001 3189319

2002 3403433

2003 3792510

2004 4231901

2005 5076230

2006 6035291

2007 6877229

2008 7489852

2009 7910407

2010 8891041


(18)

peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble) sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi bank-bank dengan eksposur kredit properti yang besar. Dalam face recovery biasanya dua sektor yang cepat sekali pertumbuhannya bisa berpotensi bubble, antara lain otomotif dan properti. Saat ini yang sudah terlihat jelas potensi bubble ekonomi adalah sektor otomotif. Sebelum pecahnya bubble di sektor otomotif, sudah terlihat membanjirnya produk otomotif di jalan akibat kemudahan dalam proses pembelian, yang salah satunya melalui pembiayaan bank. Oleh karena itu, agar tetap dapat menjaga perekonomian yang produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan dimasa yang akan datang, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan sektor keuangan untuk meminimalisir sumber-sumber kerawanan yang dapat timbul, termasuk pertumbuhan KPR dan KKB yang berlebihan. Kebijakan tersebut dilakukan melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor yang mulai berlaku pada Juni 2012. Disamping itu, kebijakan makro prudensial Loan to Value (LTV) dan minimum Down Payment (DP) juga mendukung upaya menekan impor untuk mengurangi tekanan terhadap defisit transaksi berjalan.

Down Payment (DP) untuk bank yang memberikan Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB) sebagaimana diatur dalam Surat Edaran adalah untuk pembelian kendaraan bermotor roda dua DP minimal 25%, untuk pembelian kendaraan bermotor


(19)

roda empat untuk keperluan non produktif DP minimal 30% dan untuk pembelian kendaraan bermotor roda empat atau lebih untuk keperluan produktif DP minimal 20%. Penjelasan untuk keperluan produktif sesuai pengaturan Surat Edaran adalah merupakan kendaraan angkutan orang atau barang yang memiliki izin yang dikeluarkan oleh pihak berwenang untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, atau diajukan oleh perorangan atau badan hukum yang memiliki izin usaha tertentu yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan digunakan untuk mendukung kegiatan operasional dari usaha yang dimiliki.

Rencana Bank Indonesia menurunkan rasio kredit terhadap nilai barang yang diberikan kredit atau loan to value dengan menaikkan down payment kredit otomotif diprediksi akan mengurangi target penyaluran kredit di segmen tersebut. Kebijakan ini menimbulkan pergeseran segmen kredit perbankan karena permintaan debitur untuk kedua jenis kredit tersebut menurun. Rencana Bank Indonesia menurunkan rasio kredit terhadap nilai barang yang diberi kredit dengan menaikkan uang muka kredit otomotif tersebut diperkirakan akan menahan pertumbuhan industri pembiayaan. Di lain pihak, penerbitan ketentuan tersebut menimbulkan keresahan di kalangan produsen kendaraan bermotor serta perusahaan pembiayaan, sementara sektor perbankan menyambut baik implementasi ketentuan tersebut mengingat aspek

prudential banking dapat ditingkatkan sehingga bank lebih terlindungi dari risiko,


(20)

Berdasarkan uraian di atas, dengan mengamati antara kebijakan minimum

down payment dengan permintaan mobil maka penulis melakukan penelitian di

daerah kodya madya Medan. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah :

“ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN UANG MUKA MINIMUM KREDIT (DOWN TO PAYMENT) TERHADAP PERMINTAAN MOBIL DI KOTA MEDAN”

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan minimum down payment berpengaruh terhadap permintaan mobil di kota medan ?

2. Apakah ada perbedaan permintaan mobil setelah kebijakan minimum down

payment dengan sebelum kebijakan minimum down payment ?

3. Apakah kebijakan minimum down to payment memberikan dampak yang nyata baik kepada perusahaan maupun perbankan di kota Medan?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk lebih mengetahui lebih nyata mengenai pengaruh kebijakan minimum


(21)

2. Untuk lebih mengetahui perkembangan permintaan mobil di kota medan sebelum dan sesdah diterapkannya kebijakan minimum down payment di kota Medan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari.

3. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Permintaan 1. Permintaan

Aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia dalam hal menggunakan alat-alat yang terbatas jumlahnya, guna memenuhi kebutuhannya. Permintaan akan sesuatu artikel, adalah jumlah kesatuan tertentu yang akan dibeli dengan macam-macam harga, selama jangka waktu tertentu.

Kita perlu membedakan :

a. Permintaan seorang individu akan sesuatu barang (dd); b. Permintaan total akan sesuatu barang atau (DD). D = demand

Permintaan total adalah jumlah kesatuan yang akan di beli oleh semua individu, pada pasar tertentu dengan macam- macam harga. Senantiasa ada harga tertentu, di atas mana individu menolak untuk membeli.

Determinan-determinan permintaan : i. Selera atau preferensi-preferensi konsumen; ii. Pendapatan para konsumen berupa uang;

iii. Harga benda-benda lain yang berhubungan dengannya;

iv. Perkiraan konsumen mengenai harga-harga dan pendapatan-pendapatan di masa yang akan datang;


(23)

v. Jumlah konsumen di pasar.

2. Teori Keynes Mengenai Permintaan Konsumsi

a. Konsumsi dan Pendapatan Disposibel

Seperti dirumuskan oleh Keynes (Schaum 1993), fungsi konsumsi merupakan fungsi yang disposibel, karena direncanakan pada berbagai tingkat pendapatan disposibel. Keynes percaya bahwa skedul konsumsi yang direncanakan ini merupakan hukum psikologis yang fundamental dimana perubahan konsumsi lebih kecil dari perubahan pendapatan disposibel.

b. Teori Pendapatan Absolut

Teori Keynes menyatakan bahwa konsumsi agregat berhubungan secara langsung tetapi tidak proporsional dengan tingkat pendapatan disposibel agregat sekarang dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka panjang para pakar ekonomi mencoba menyusun kembali dengan memasukkan variabel-variabel obyektif dan subyektif ke dalam fungsinya. Tetapi penyesuaian fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang ini di nilai tidak memuaskan, karena hubungan proporsional konsumsi jangka panjang dengan pendapatan disposibel tidak dijelaskan secara teoritis tetapi sebagai suatu gejala kebetulan.

c. Teori Pendapatan Relatif

Teori pendapatan relatif yang dikembangkan oleh James Dusenberry dinilai lebih unggul dibandingkan teori pendapatan absolut dalam menyatukan hubungan


(24)

proporsional dan tidak proporsional antara konsumsi agregat dan pendapatan disposibel agregat. Dalam menyajikan teorinya, mula-mula hipotesa tentang perilaku individu, kemudian dengan menggunakan asumsi-asumsi umum mengenai konsumsi agregat.

Menurut pandangan Dusenberry (Diulio, 1993 : 61), keputusan konsumsi dan tabungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di lingkungan orang kaya daripada dia hidup di lingkungan yang lebih miskin. Perilaku konsumsi di dalam suatu lingkungan relatif terhadap pola konsumsi tetangganya, yaitu dia menggunakan uang agar dapat memelihara suatu status ekonomi tertentu di dalam lingkungannya. Jika distribusi pendapatan relatif konstan, mungkin sekali APC seseorang konstan karena konsumsi mempunyai hubungan dengan pendapatannya yang relatif di dalam suatu masyarakat dan tidak dihubungkan dengan tingkat pendapatan absolut. Karena itu secara agregat, kita mengharapkan suatu hubungan proporsional antara konsumsi agregat dengan pendapatan disposibel agregat.

2.1.2 Perusahaan Pembiayaan

Pengertian dari perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, dalam pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan


(25)

yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perusahaan pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan pembiayaan antara lain: sewa guna usaha; anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau pembiayaan konsumen.

Leasing (sewa-guna-usaha) adalah seti

dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing

perusahaan dapat memperoleh

langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

Melalui pembiayaan leas

modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang

besar. Bagi

perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu


(26)

dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.

D

Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari

1974 tentang perizinan

pe

kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.

Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank.

Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah: ”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau


(27)

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.

Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Lessee

pihak perusahaan leasing. 2. Lessor

Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. 3. Supplier

Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.

4. Bank

Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

5. Asuransi

Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee.


(28)

2.1.3 Macam-macam Leasing

Secara garis besar leasing dibagi dua jenis: 1. Finansial Lease

Ciri utama pada financial lease ini ialah pada akhir kontrak lessee mempunyai hak pilih (hak opsi) untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa yang disepakati, atau mengembalikannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak sesuai syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Perusahaan leasing pada jenis ini

berlaku sebagai suatu lembag

barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2. Operating Lease

Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan

kepada lessee untuk jangk

yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor. Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir


(29)

diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.

2.1.4 Resiko di Dalam Perusahaan Pembiayaan

Secara umum, berbagai risiko yang mempengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut Risiko Mikro dan Risiko Makro. Berikut penjelasan risiko-risiko tersebut.

1. RISIKO EKONOMI MIKRO a. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan muncul ketika konsumen atau debitur mengalami kesulitan dalam membayar angsuran tepat pada waktunya. Risiko ini dapat meningkat saat jumlah pinjaman semakin bertambah. Pemantauan intensif terhadap saldo pokok pinjaman merupakan hal yang kritis dalam upaya menghindari risiko pembiayaan Risiko pembiayaan ini akan selalu menjadi sebuah faktor dalam pertumbuhan bisnis maka mengelola dan meminimalisasi risiko tetap harus menjadi fokus utama perusahaan.

b. Risiko Pendanaan

Risiko pendanaan akan muncul saat perusahaan menemui kesulitan dalam mendapatkan sumber dana, baik dalam bentuk pinjaman maupun pendanaan bersama. Kesulitan eksternal tersebut akan mempengaruhi perkembangan Perusahaan, dan


(30)

membatasi kemampuan untuk menawarkan fasilitas pembiayaan kepada konsumen. Risiko dapat juga berupa ketidaksesuaian atas jangka waktu sumber dana dengan jangka waktu pembiayaan maupun tingkat bunga yang diperoleh dengan tingkat bunga yang ditetapkan kepada konsumen yang berakibat pada tidak sesuainya arus kas hingga mempengaruhi perkembangan perusahaan.

c. Risiko Persaingan

Setelah krisis ekonomi di Indonesia yang tak terduga pada tahun 1998, sejumlah perusahaan pembiayaan terperangkap dengan lonjakan suku bunga tetap. Ini sangat bermasalah untuk mereka yang memfokuskan pada factoring & leasing serta produsen alat-alat berat. Sejak itu, perusahaan pembiayaan mulai beralih, menyusun strategi untuk sektor pembiayaan konsumen. Akhirnya, pada tahun 2001, pembiayaan konsumen adalah satu – satunya sektor yang terus berkembang dalam bidang pembiayaan -bermula dari pembiayaan sepeda motor dan mobil. Bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang, dan telah manjadi bagian penting dari perkembangan bidang pembiayaan di Indonesia. Aspek yang lain dari kegiatan ekspansi pembiayaan konsumen adalah setiap perusahaan pembiayaan di Indonesia menghadapi persaingan yang semakin tajam.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional berhubungan dengan kontrol dan prosedur. Jika ditambah dengan kerusakan sistem komputer atau kesalahan prosedur di tempat kerja, akan


(31)

mengakibatkan efek negatif pada mutu layanan dan pengontrolan operasional. Jika kesalahan tersebut tidak terdeteksi atau tidak diperbaiki dalam jangka waktu yang lama, quality control dan layanan bagi konsumen akan menderita -begitu juga dengan keuntungan dan reputasi Perusahaan.

2. RISIKO MAKRO EKONOMI a. Risiko Perekonomian

Berbagai risiko ekonomi mempunyai hubungan erat dengan kondisi umum perekonomian nasional, perubahan tak terduga seperti penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, tingkat suku bunga yang sangat tinggi, fluktuasi mata uang atau bahkan harga energi yang tinggi. Semua faktor yang seperti tidak mempunyai hubungan satu sama lain ini dapat memberi efek negatif bagi kinerja Perusahaan.

b. Risiko Sosial dan Keamanan

Perkembangan sosial yang negatif di Indonesia (seperti huru-hara dan kerusuhan sosial yang lain) mempunyai pengaruh negatif untuk bisnis. Untuk itu, perkembangan bisnis strategis atau peningkatan jumlah cabang harus dipelajari dengan teliti, sambil mengawasi keadaan sosial dan keamanan.


(32)

c. Risiko Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal

Kebijaksanaan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi operasional Perusahaan Dalam era keuangan yang ketat, Perusahaan harus dapat mengimbangi efek kebijaksanaan tersebut dengan mencari sumber dana alternatif, seperti pasar modal atau sumber dana luar negeri. Sumber dana yang lancar akan memberi pengaruh jangka panjang yang baik untuk sebuah pemimpin pasar. Dalam waktu yang sama, seluruh peningkatan suku bunga harus bisa diimbangi dengan strategi pendanaan yang terpadu; pendek kata, Perusahaan harus terus menerus mencari strategi pendanaan yang kreatif dan menghasilkan.

2.1.5 Kredit

1. Pengertian Kredit

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa Latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.

Dalam melaksanakan penjualan kepada konsumen dapat dilakukan dengan dua cara, yakini dengan cara tunai maupun dengan cara kredit. Penjualan secara tunai akan menimbulkan pendapatan secara langsung bagi perusahaan sedangkan penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang bagi perusahaan. Menurut Undang-Undang


(33)

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan puhak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Ada beberapa pengertian kredit, di antara menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 31,4) merumuskan kredit adalah peminjaman atau tagihan yang dapat diperssamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutagnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian tersebut piutang dapat dipersamakan dengan kredit. Dari rumusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan kredit terjadi suatu penyerahan barang, uang, atau tagihan yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain dengan harapan pihak yang memberi pinjaman mendapata tambahan nilai dari pokok pinjaman yang berupa bunga sebagai pendapatan.

Penjualan kredit sering dilakukan oleh perusahaan namun melalui proses seleksi. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang / perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikan. Ada beberapa manfaat kredit bagi perusahaan diantaranya :


(34)

a. Untuk meningkatkan penjualan. b. Untuk menarik daya beli konsumen.

c. Dengan meningkatnya penjualan baik secara kredir maupun tunai maka diharapkan keuntungan akan meningkat.

d. Dengan adanya hubungan hutag piutang, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan akan semakin erat.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakag nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun, faktor analisis ini bukanlah penyebab utama kredit macet walaupun sebagian besar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindarkan oleh nasabah.


(35)

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dahuli penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

2. Unsur -Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut.

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini


(36)

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kedit semakin besar risikonya demikan pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal denagn nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.


(37)

3. Tujuan Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian kredit adalah sebagai berikut.

a. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

a. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas uasahanya.

b. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.


(38)

4. Jenis-Jenis Kredit

Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam prakteknya kredit yang ada pada masyarakat terdiri dari beberapa jenis. Begitu juga dengan pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut.

a. Dilihat dari segi kegunaan (1) Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

(2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit (1) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk mengahasilkan barang dan jasa.


(39)

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsikan secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha.

(3) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

c. Dilihat dari segi jangka waktu (1) Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. (2) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

(3) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang.


(40)

d. Dilihat dari segi jaminan (1) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

(2) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tapa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur atau pemberian kredit adalah langkah yang harus dilalui oleh suatu permohonan kredit mulai dari permohonan diajukan sampai dengan kredit itu direalisasikan hingga kredit lunas. Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam prosedur pemberian kredit.

a. Tahapan permohonan

Yaitu tahapan dimana pemberi kredit menerima permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah beserta dengan proyek proposalnya (bila ada).

b. Tahapan penilaian analisis

Yaitu tahapan dimana pihak pemberi kredit melakukan analisa terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah.


(41)

c. Tahapan pemutusan

Tahapan dimana pihak pemberi kredit memberikan keputusan terhadap hasil analisa permohonan kredit, apakah disetujui atau tidak.

d. Tahapan pengikatan jaminan

Yaitu tahapan dimana dilakukan pengikatan jaminan yang diserahkan oleh calon nasabah kepada puhak pemberi kredit.

e. Tahap realisasi

Yaitu tahap dimana pemberi kredit memberikan prestasi kepada debitur berupa jaminan.

f. Tahap pengawasan dan pembinaan nasabah

Yaitu tahap dimana pihak pemberi kredit harus secara lebih aktif melakukan pengawasan dan pembinaa terhadap nasabah, agar kredit yang diberikan tidak disalahgunakan.

g. Tahap penyelamatan atau penyelesaian kredit

Yaitu tahap dimana pemberi kredit melakukan penyelamatan penyelesaian atas kredit yang diterima nasabahnya.

2.1.6 Kredit Kendaraan Bermotor

Kredit Kendaraan Bermotor merupakan jenis kredit yang termasuk ke dalam jenis kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam jenis kredit konsumtif ini tidak ada penambahan barang atau jasa yang


(42)

dihasilkan, karena memang ditujukan untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha. Kredit konsumtif ini ditujukan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif, dalam artian uang kredit akan habis digunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

Salah satu kredit dalam jenis kedit konsumtif yang paling banyak diminati adalah kredit kendaraan bermotor, yang merupakan salah satu kredit yang diberikan berdasarkan penentuan besaran kredit yang diajukan.Besarnya jumlah kredit yang dibutuhkan ditentukan oleh :

1. Bagian dari pendapatan tetap yang akan disisihkan untuk pembayaran angsuran dan bunga kredit setiap bulannya.

2. Nilai dari rumah, kendaraan, alat-alat rumah tangga dan lainnya yang akan dibeli atau dibutuhkan

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu diantaranya bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis, memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian, memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit (legal lending kredit), bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham,dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham.

Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan utangnya dengan lancar sesuai dengan waktu yang


(43)

telah diperjanjikan. Pada kenyataannya di dalam praktik selalu ada sebagian nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka akan tergambar perjalanan kredit menjadi terhenti atau macet. Penyebab lainnya juga bisa disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pihak bank sendiri yakni perilaku pengelola dan pemilik bank yang cenderung mengeksploitas, mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berusaha menjadi salah satu penyebab sistem perbankan keropos juga karena lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia.

Penanganan atas KKB bermasalah dapat dilakukan secara sistemtris dengan menindaklanjuti peringatan dini, yang diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap nasabah. Kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang diperoleh secara langsung dari nasabah patut diidentifikasi dan diwaspadai dengan menentukan langkah yang tepat dan segera harus diambil untuk melakukan perbaikan sebelum KKB menjadi bermasalah dan berkembang semakin memburuk. Dalam pelaksanaan angsuran oleh nasabah terdapat tanda-tanda atau kejadian yang dapat dikategorikan sebagai gejala dini KKB bermasalah, yaitu:

a. Angsuran tidak tepat waktu.

b. Jumlah angsuran tidak sesuai dengan jumlah kewajiban.

c. Sulit ditemui atau sering menghindar.


(44)

e. Adanya pengurangan hari atau jam kerja.

f. Adanya pemutusan hubungan kerja atau program pensiun dipercepat.

Dari beberapa gejala dini yang telah disebutkan di atas, ada beberapa gejala yang menyebabkan kredit bermasalah pada KKB,antara lain :

(1) Nasabah dipecat, hal ini menyebabkan nasabah tidak dapat lagi menjalankan kewajibannya sebab gaji yang menjadi agunan pokok dari kredit ini sudah tidak ada lagi.

(2) Perusahaan atau instansi tempat dimana nasabah bekerja bangkrut atau tutup, hal ini menyebabkan nasabah tidak dapat bekerja lagi sehingga untuk memenuhi kewajibannya cukup sulit untuk dilakukan.

(3) Banyaknya pinjaman lain, apabila nasabah juga mempunyai banyak pinjaman lain maka kemungkinan jumlah angsuran akan berkurang atau tidak dibayarkan. (4) Menurunnya hasil usaha debitur, seperti misalnya pada nasabah professional yaitu

berkurangnya jumlah pasien/klien sehingga sumber untuk melakukan angsuran berkurang.

(5) Pengalihan tujuan penggunaan kredit.

Dalam setiap perjanjian kredit bank selalu dicantumkan tujuan penggunaan kredit tersebut, tetapi berdasarkan data di lapangan diperoleh data bahwa nasabah seringkali mengalihfugsikan kendaraan bermotor yang menjadi objek kredit untuk keperluan usaha, misalnya yaitu menyewakan kepada orang lain.


(45)

(7) Nasabah meninggal dunia.

Penyelesaian melalui jalur hukum, dilakukan apabila upaya restrukturisasi atau penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum memberikan hasil atau debitur tidak menunjukkan itikad baik. Sebagai pihak yang menghadapi masalah, pihak bank setidaknya mempertimbangkan lembaga penyelesaian sengketa mana yang dipandang secara efektif dan efisien dengan yang memuaskan, antara lain :

1. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri, dapat dilakukan dengan memberikan somasi atau peringatan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan negeri.

2. Penyelesaian melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).

3. Lembaga lelang negara.

Adanya melalui lembaga lelang ini dikarenakan pada setiap KKB-BRI bermasalah yang dalam penyelesaian secara damai tidak membuahkan hasil, maka kendaraan yang menjadi objek kredit ditarik dari kepemilikan nasabah untuk selanjutnya dilelang melalui lembaga yang sah.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia menyebutkan kekuatan daya beli masyarakat dan laju pertumbuhan industri otomotif menjadi mesin pendorong industri pembiayaan. Penyaluran pembiayaan naik 20 persen sampai dengan akhir tahun 2010. Tahun 2011, industri pembiayaan masih terus tumbuh 20 - 30 persen. Jika suku bunga pembiayaan naik, penurunan


(46)

penyaluran dana tidak bisa dihindarkan. Ini yang harus diantisipasi oleh perusahaan pembiayaan.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

1. Jeanne Ananti Sutanto (2012) dengan judul: Analisis Dampak Rencana Regulasi

Loan To Value (LTV) pada Kredit Konsumsi di Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis dampak LTVR pada kredit konsumen, baik keuntungan dan kerugian dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi, reduksi, presentasi dan kesimpulan gambar. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Wahyu Wibisono dengan judul : Analisis Pengaruh Minimal Uang Muka Kredit (Down Payment) Terhadap Volume Penjualan Sepeda Motor di Kabupaten Jombang. Penelitian ini bertujuan untuk Permasalahan yang akan diteliti adalah


(47)

bagaimana pengaruh kebijakan minimal uang muka kredit (down payment) terhadap volume penjualan sepeda motor di Kabupaten Jombang. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni melalui perhitungan uji T bahwa besaran uang muka kredit berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan sepeda motor. Uang muka kredit merupakan penentu besarnya jumlah pembiayaan yang harus dikeluarkan perusahaan pembiayaan untuk membiayai pembelian sepeda motor. Dalam konsep time value of money pada skedul amortisasi pinjaman, presentase uang muka kredit yang lebih kecil dibandingkan dengan pokok pinjaman akan merugikan pembeli (debitor). Hal tersebut mengakibatkan jumlah bunga yang harus dibayarkan akan menjadi sangat besar. Perusahaan pembiayaan yang bekerjasama dengan dealer sepeda motor melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah tentang pemberlakuan minimal uang muka kredit.


(48)

2.2 Kerangka Konseptual

Perusahaan Pembiayaan

Kredit Kendaraan Bermotor

Permintaan Mobil

Peningkatan sifat konsumtif masyarakat

Kenaikan Volume Permintaan Mobil

Kebijakan Down

Payment

Pengaruh Kebijakan minimum Down to Payment terhadap permintaan mobil di Kota Medan

• Perkembangan permintaan mobil sebelum dan sesudah Kebijakan minimum Down to Payment di Kota Medan

Dampak kebijakan minimum Down to Payment terhadap perekonomian di Indonesia

Bubble


(49)

2.3 Hipotesis

Hipotesa merupakan suatu dugaan sementara terhadap suatu permasalahan yang ada. Hal ini menjadi suatu kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya.

Adapun yang menjadi hipotesa dalam skripsi ini adalah :

1. Kebijakan minimum Down to Payment berpengaruh positif terhadap permintaan mobil di kota Medan.

2. Ada perbedaan permintaan mobil di kota Medan setelah kebijakan minimum


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut :

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Medan yaitu pada PT. Astra Internasional Auto 2000 cabang Medan yang merupakan agen tunggal dari pemasaran mobil dengan merek Toyota. Hingga saat ini, PT. Astra Internasional cukup berkembang pesat dan juga di nilai mampu memenuhi permintaan masyarakat terhadap kebutuhan alat - alat transportasi sehingga dapat memberikan informasi kepada penulis, khususnya untuk mengetahui seberapa besar dampak kebijakan minimum down payment terhadap permintaan mobil di kota Medan.

3.2. Jenis dan Sumber data 3.2.1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan. Dalam hal ini peneliti langsung melakukannya ke beberapa showroom di kota Medan, yaitu showroom Toyota, yaitu data berupa


(51)

• Data penjualan

• Prosedur pemberian KKB

3.2.2. Data Sekunder

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka. Sumber data diperoleh dari publikasi resmi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), showroom dan dari sumber-sumber lain yang relevan.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Variabel Independen (X) adalah kebijakan pembatasan uang muka kredit (down payment).

3.3.2 Variabel Dependen (Y) adalah permintaan mobil di kota Medan.

3.4.Definisi Operasional

1. Kebijakan menurut Talidzuhu Ndraha berasal dari terjemahan kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batasan-batasan kompetensi aktor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. Analisis kebijakan dalam arti historis yang paling luas merupakan suatu pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial di mulai pada satu tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali untuk dimungkinkan dilanjutkannya pengujian secara eksplisit


(52)

dan reflektif kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan tindakan. (William N Dunn).

2. Down payment adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli (nasabah)

kepada bank dalam rangka pembelian suatu barang. Selain itu down payment juga bisa berarti pembayaran uang kepada pihak lain yang belum memberikan prestasi atau memenuhi kewajiban, misalnya kepada kontraktor pada saat kontrak ditandatangani atau kepada penjual yang belum menyerahkan barangnya, pembayaran sebagian dan harga yang telah disepakati oleh pembeli kepada penjual yang merupakan tanda bahwa perjanjian jual beli yang diadakan telah mengikat (advance, down payment) (Khairillah, 2011).

3. Permintaan adalah suatu keinginan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang diekspresikan melalui pembelian barang dan jasa. Bagi produsen permintaan adakah sesuatu yang harus dipenuhi melalui penciptan produk atau jasa sesuai dengan yang diinginkan, karena dengan memenuhi permintaan akan diperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan yang menjadi tujuan utamanya.

4. Bubble economy adalah (ekonomi balon) adalah sebuah ekonomi yang besar

dalam perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riil, bahkan sektor riil tersebut amat jauh ketinggalan perkembangannya. Disebut


(53)

apa-apa kecuali udara. Ketika ditusuk, ternyata ia kosong (Agustiano, 2010). Menurut Wikipedia.com, definisi dari gelembung ekonomi (bubble economy) gelembung spekulatif,atau gelembung keuangan adalah perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya. Dengan kata lain, memperdagangkan produk atau aset dengan harga yang lebih tinggi daripada nilai fundamentalnya (id.wikipedia.org, 2011).

5. Overheating secara umum adalah kondisi ekonomi dimana pertumbuhan

meningkat sangat tinggi namun tidak dari meningkatnya produksi di dalam negeri, tetapi dari peningkatan konsumsi, sehingga inflasi diperkirakan bisa terjadi sangat tinggi. Dengan kata lain pertumbuhan konsumsi sangat tinggi jauh di atas pertumbuhan produksi di sebuah negara. Overheating akan terjadi di saat kapasitas ekonomi tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, atau kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa (sisi

supply) tidak secepat peningkatan tingkat konsumsi (sisi demand).

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.


(54)

Selain itu penulis juga melakukan penelitian lapangan (field research) yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini data lapangan yang diambil yaitu berupa data penjualan dari dealer Toyota di kota medan. Pengumpulan data yang dilakukan penulis disini diperoleh melalui riset (pengambilan data) langsung dengan menggunakan data skunder dari kantor AUTO 2000 cabang Medan. Data yang dikumpulkan kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jalas dari sekumpulan data yang diperoleh.

3.6. Teknik Analisis

Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah, yaitu bagaimana pengaruh kebijakan minimum Down Payment terhadap permintaan mobil di kota Medan dan bagaimana perkembangan permintaan mobil sebelum dan sesudah diberlakukannya kebijakan minimum Down Payment. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan Down Payment terhadap tingkat permintaan mobil di kota Medan peneliti menggunakan metode analisis regresi uji beda berpasangan.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keragaman atau mean dari dua kelompok yang sejenis atau dua kelompok yang berpasangan, dan biasanya penelitian percobaan (eksperimentasi) sangat sesuai memakan pengujian ini. Misalnya seorang peneliti ingin menguji pemahaman terhadap teori yang diberikan dalam seminar dimana dalam penjelasan seminar pembicara menggunakan dua metode yaitu metode


(55)

simulasi dan konvensional. Maka yang dimaksud dengan kelompok yang sejenis adalah peserta seminar yang mendapat terapan dari kedua metode tersebut. sedangkan yang dimaksud dengan kelompok yang berpasangan adalah misalnya subjek 1 dari metode konvensional dibandingkan hasilnya dengan subjek 1 metode simulasi, subjek 2 metode konvensional dibandingkan dengan subjek 2 metode simulasi, dan seterusnya.

Uji beda berpasangan biasanya digunakan untuk menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji beda berpasangan biasanya dilakukan pada subjek yang di uji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yag berpasangan ataupun serupa. Misalnya jika kita ingin menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum diberi lotion anti nyamuk merek tertentu maupun sesudahnya. Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji Anova berulang.

Uji t-berpasangan (paired t-test) adalah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digitukan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus ini yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada waktu penelitian mengenai efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan


(56)

pertama, peneliti menrangkan tentang kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua, barulah objek penelitian tersebut dikenai suatu tindakan tertentu, misalnya pemberian obat. Dengan demikian performance obat dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan obat. Lanjutan dari uji t berpasangan adalah uji ANOVA berulang.

Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan uji beda berpasangan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah 5% (α=0.05).

2. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang dirumuskan: Ho : µd

(Ada perbedaan pada jumlah permintaan mobil sebelum kebijakan dan sesudah diberlakukan kebijakan minimum down payment).

Ha : µd ≠ 0

(Tidak ada perbedaan rata-rata jumlah permintaan mobil sebelum kebijakan dan sesudah diberlakukan kebijakan minimum down payment).

3. Memilih uji distribusi.

Pengujian distribusi yang digunakan yaitu distribusi t karena sampel yang digunakan adalah kecil (n) ≤ 30. Nilai t dapat dilihat dari tabel.


(57)

Perhitungan yang digunakan adalah: t = �

��/√�

dimana:

d : rata-rata selisih dua nilai. Sd : Standar deviasi.

Sd =�Σ� 2(Σ�)2

� �−1

4. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan berdasarkan pada perbandingan nilai dengan nilai dengan kriteria sebagai berikut:

a. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel( t hitung > t tabel ), maka Hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima. b. Apabila nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai t tabel (t hitung < t tabel),


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kotamadya Medan

Kotamadya Medan merupakan salah satu Daerah Tingkat II (Dati II) yang terdapat di provinsi Sumatera Utara yang sekaligus merupakan Ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kotamadya Medan adalah 265 km2 atau sekitar 0.37% dari luas provinsi Sumatera Utara. Secara administrasi kotamadya Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan . potensi lahan yang dimiliki Kotamadya Meda sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pertanian. Kotamadya Medan memiliki batas-batas sebagai berikut

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan (Kabupaten Deli Serdang),

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua (Kabupaten Deli Serdang)

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal (Kabupaten Deli Serdang).

Kotamadya Medan terletak pada ketinggian 2,5 – 3,75 dari permukaan laut dengan kemiringan 0% - 2% (datar) seluas 245,31 km2 atau 92.57% dan kemiringan 2% - 15% (bergelombang) seluas 19,69 km2 atau 7,4% dari seluruh wilayah.


(59)

Kedalaman 30 – 60 cm seluas 124,60 km2 atau 47,02% dan kedalaman 60 – 90 cm seluas 140,40 km2 atau 52,98% dari luas seluruh wilayah dan tidak bererosi. Kotamadya Medan memiliki iklim tropis, dengan temperatur rata-rata tahunan adalah 260 C.

4.1.2 Sejarah Perkembangan Transportasi

Kotamadya Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia, terus melakukan pembangunan diberbagai bidang transportasi. Sektor transportasi terus mengalami perkembangan sejarah dengan perkembangungan pembangunan daerah di setiap sektor. Pada awal abad ke-2, kota Medan masih merupakan sebuah kota kecil dengan penduduk yang masih sedikit. Pada waktu itu orang masih menggunakan tenaga hewan sebagai alat transportasi. Hewan tersebut seperti kuda, kerbau, sapi dan sebagainya untuk mengangkat orang ataupun barang, baik secara langsung maupun menggunakan gerobak. Hal ini disebabkan karena prasarana jalan yang tersedia juga masih belum memadai. Setelah Belanda masuk ke Indonesia (Sumatera Utara), mesin-mesin kendaraan sudah mulai masuk sehingga mulai dilakukan perbaikan dan pembukaan jalan-jalan sebagai sarana transportasi yang memadai. Sejak saat itu mulai banyak kendaraan bermotor yang masuk ke Sumatera Utara khususnya ke Kotamadya Medan. Perkembangan ini terus berlanjut hingga Indonesia merdeka. Setelah itu pemerintah Indonesia baru memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki serta meningkatkan sarana transportasi yang ada.


(60)

Seiring dengan perkembangan Kota Medan, sarana transportasi yang ada juga semakin meningkat. Pada awal kemerdekaan sarana tranportasi yang banyak digunakan di Medan adalah becak dayung dan bermotor serta sepeda. Saaat itu mobil dan kendaraan bermotor lain masih jarang. Sejalan dengan perkembangan Kota Medan maka sarana transportasi juga semakin berkembang beralih dari yang bersifat manual ke mesin dan peran dari hewan sudah ditinggalkan (hewan masih tetap dipergunakan di pelosok-pelosok pedalaman). Ini terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi di Kotamadya Medan.

Dengan semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka keinginan orang juga semakin meningkat untuk memperoleh sarana penunjang hidup yang memadai termasuk sarana transportasi. Hal ini disebabkan sarana tansportasi yang ada terus beralih dari kendaraan tanpa mesin menjadi kendaraan bermotor dengan menggunakan berbagai jenis mesin yang juga modern dan canggih. Akibatnya jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Medan semakin meningkat banyaknya, sehingga mengakibatkan prasarana jalan yang ada tidak mampu menampung kendaraan sehingga sering terjadi kemacetan.

4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan 1. Latar Belakang

PT. Astra Internasional adalah, Tbk Toyota Sales Operation adalah perusahaan swasta nasional yang berfungsi sebagai dealer kendaraan merek Toyota, yang berdiri pada tanggal 20 Februari 1957 di Bandung yang dikelola serta dipimpin


(61)

oleh William Soeryadjaja, Tjian Kian Tie dan Liem Peng Hong. Pada tahun 1965 PT Astra Internasional Tbk Toyota Sales Operation mendirikan kantor pusatnya di Jakarta dan kantor di Bandung dijadikan sebagai cabang pertama. Perusahaan ini awalnya bergerak di bidang usaha permobilan, yaitu Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Truck, dan pada bidang lainnya. Pada tanggal 1 Mei 1969, PT. Astra Internasional, Tbk Sales Operation mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia sebagai agen tunggal kendaraan bermotor merek Toyota untuk seluruh Indonesia.

2. Jenis Usaha

Jenis usaha yang bekerja sama di PT. Astra Indonesia Tbk Sales Operation antara lain leasing dan asuransi jiwa.

Leasing terbagi dua yaitu : a. Astra Credit Company

Astra Credit Company terdiri dari lima perusahaan multifinance yang paling besar adalah PT. General Astra Sedaya Finance. Astra Credit Company menyediakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan baru dan bekas. Di bentuk melalui hubungan otomatis dengan jaringan distribusi utama di seluruh Indonesia.

b. Federal International Finance

Federal International Finance sebagai perusahaan sepeda motor terdepan, menanggapi kebutuhan tersebut dengan memperkenalkan skema pembiayaan dan


(62)

mudah terjangkau tapi mampu memberikan keuntungan yang maksimal dan nyaman bagi jutaan pemilik sepeda motor di seluruh negeri.

Asuransi jiwa terbagi dua yaitu : (1) Garda Oto

Garda oto menyediakan dua macam kondisi perlindungan atas kendaraan bermotor atau roda empat.

(2) Commonwealth Life

Dulunya adalah Astra CMG / Astra CMG Life yaitu perusahaan asuransi jiwa dengan nama Astra Jadine. Astra CMG merupakan join venture antara Astra Internasional dengan bank Commonwealth Australia. Astra CMG juga bekerja sama dengan Citi Bank, Permata Bank, Bank NISP, Bank Commenwealth, Bank Ekonomi dan Bank Danamon dalam rangka Bancassurance Astra CMG Life.

Adapun jenis-jenis kredit yang ditawarkan oleh PT. Astra Internasional kepada nasabahnya berdassarkan uraian tentang jenis-jenis kredit di atas adalah sebagai berikut :

1. Dari segi penerima kredit : PT. Astra Internasional termasuk dalam private kredit karena hanya memberikan kreditnya kepada swasta atau perorangan saja.


(63)

2. Dari segi jangka waktu : PT. Astra Internasional termasuk dalam kredit jangka pendek dan jangka menengah karena PT. Astra Internasional memberikan kreditnya untuk jangka waktu maksimum 1 tahun dan juga kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.

3. Dari segi penggunaan : PT. Astra Internasional termasuk dalam kredit konsumtif karena PT. AAstra Internasional adalah lembaga keuangan Astra yang membantu masyarakat dalam pembiayaan pembelian barang-barang otomotif (kredit mobil) saja.

4. Dari segi jaminan : PT. Astra Internasional termasuk dalam kredit dengan jaminan karena setiap customer menerima kredit dari PT. Astra Internasional untuk pembelian otomotif (kredit mobil) maka Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) yang sedang dikreditkan dijadikan sebagai jaminan.

4.2.Hasil Analisis dan Pembahasan

Penulis mencoba membuat suatu analisis yang merupakan hasil regresi dengan menggunakan dummy variabel berdasarkan data-data yang telah di peroleh. Untuk menganalisa data-data yang ada, penulis menggunakan jenis analisa statistik. Untuk analisa statistik digunakan regresi uji beda berpasangan. Model uji beda berpasangan menggambarkan pengaruh dari faktor variabel independent yaitu kebijakan pembatasan uang muka kredit terhadap variabel dependent yaitu


(64)

permintaan mobil. Berdasarkan data yang telah diperoleh dan telah diolah dengan menggunakan program SPSS, dapat di lihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Penjualan Mobil

DATA PENJUALAN AUTO 2000 MEDAN SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN MINIMUM DOWN TO PAYMENT

SHOWROOM

SEBELUM KEBIJAKAN

SESUDAH KEBIJAKAN

A 157 112

B 296 210

C 303 295

D 240 212

E 197 123

F 161 101

G 152 137

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil survei langsung terhadap penjualan di showroom Auto 2000 cabang Medan dan telah di olah ke dalam model melalui perhitungan computer dengan menggunakan program SPSS, dapat di lihat dalam tabel sebagai berikut :

Hipotesis uji normalitas: H0 : Data menyebar normal H1 : Data tidak menyebar normal

α = 0.05


(65)

Lilliefors (KolmogorovSmirnov) normality test data: sebelum

D = 0.1597, p-value = 0.6679

Lilliefors (KolmogorovSmirnov) normality test data: sesudah

D = 0.1405, p-value = 0.84547

Oleh karena p-value uji normalitas untuk data sebelum dan sesudah penerapan kebijakan minimum down to payment lebih besar dari 0.05, maka kesimpulan statistika yang diambil adalah TERIMA H0, artinya dapat dikatakan bahwa kedua data berasal dari populasi yang menyebar normal. Dengan demikian, uji-t berpasangan dapat diterapkan.

Tabel 4.2

Uji Nilai Statistics Sample Pair T - Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Xo 215.14 7 65.196 24.642

x1 170.00 7 71.195 26.909

Berdasarkan model estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu kebijakan minimum down to payment terhadap variabel dependen yaitu permintaan mobil sebagai berikut :

- Mean 45,14 bernilai positif. Artinya terjadi kecenderungan penurunan permintaan mobil sesudah perlakuan kebijakan. Rata-rata penurunannya adalah 45,14 .


(66)

Tabel 4.3

Uji Korelasi Paired T - Test

- Nilai korelasi/ hubungan antara dua variabel tersebut adalah 0,909 artinya hubungannya kuat dan positif.

Tabel 4.4 Uji Paired T - test

Paired Differences

t Df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair

1

xo - x1

45.143 29.735 11.239 17.643 72.643 7.017 6 .007

- Nilai sig.2.tailed lebih besar dari nilai kritis 0,05 (0,07 > 0,05) pada tingkat kepercayaan 95%, artinya h0 di terima dimana perbedaan adalah sama dengan nol,

artinya terdapat perkembangan signifikan dari hasil penerapan kebijakan minimum down to value terhadap permintaan mobil di kota medan.

4.3. Hasil Analisis Dampak Kebijakan Minimum Down To Payment

Seiring dengan meningkatnya permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) berpotensi menimbulkan berbagai risiko maka

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.


(67)

bank perlu meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran KPR dan KKB. Di tengah gencarnya kredit konsumsi tersebut, muncul kekawatiran terjadinya bubble di perekonomian. Peningkatan permintaan masyarakat terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), maka diperlukan kehati-hatian dari pihak perbankan dalam penyaluran KPR dan KKB mengingat pertumbuhan kedua jenis kredit tersebut yang sangat signifikan berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi bank. Saat ini ada beberapa sektor yang pertumbuhan kreditnya cukup cepat, meskipun belum bubble, bank sentral merasa perlu melakukan pengaturan (Darmin Nasution). Dalam face recovery biasanya dua sektor yang cepat sekali pertumbuhannya bias berpotensi bubble, antara lain otomotif dan properti. Saat ini yang sudah terlihat jelas potensi bubble ekonomi adalah sektor otomotif, sementara untuk sektor properti masih perlu dilihat lebih lanjut, apakah ada kenaikan harga. Sebelum pecahnya bubble di sektor otomotif, yang sudah terlihat dengan membanjirnya produk otomotif di jalan akibat kemudahan dalam proses pembelian, yang salah satunya melalui pembiayaan bank.

Untuk tetap menjaga perekonomian yang produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan dimasa yang akan datang, Bank Indonesia membuat suatu kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan sektor keuangan untuk meminimalisir sumber sumber kerawanan yang timbul, termasuk pertumbuhan KPR dan KKB yang berlebihan, sehingga meningkatkan kehati-hatian bank dalam memberikan KPR dan KKB. Bank Indonesia mengatur besaran Loan To Value (LTV) untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan Down Payment (DP) untuk kredit kendaraan bermotor


(68)

(KKB).Regulasinya adalah dengan mengeluarkan kebijakan Loan To Value, yang merupakan salah satu kebijakan makro prudensial. Upaya menekan suku bunga kredit akan dilengkapi kebijakan makro prudensial, hal ini dapat memitigasi risiko di sektor konsumtif yang berpotensi mengalami penggelembungan aset.

Aturan LTV akan meluncur bila ada gejala potensi bubble indikasinya terlihat dari peningkatan non performing loan (NPL) mendekati level 5%. Bila melihat kondisi saat ini, NPL multifinance relatif aman (Difi Ahmad Johansyah). Tetapi

multifinance tidak memiliki mitigasi risiko yang baik, karena alternatif penyaluran

pembiayaannya terbatas dan cenderung terkonsentrasi pada satu sektor. Bahaya

multifinance adalah concentration risk. Belajar dari krisis 2008, bank menyalurkan

kredit ke komoditas, ketika harga komoditas turun banyak, bank menghadapi masalah (Franedya, 2011)..

Dalam perkembangannya kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai aturan Loan to Value (LTV) terhadap otomotif dan properti berhasil menekan pertumbuhan kredit industri perbankan. Kebijakan Loan To Value cukup berpengaruh di bidang otomotif, hal ini dapat di lihat dari penurunan kredit pada bulan Juli. Kebijakan BI tentang LTV mampu turunkan performa kredit industri perbankan. Penurunan kredit ini juga merupakan harapan dan keinginan BI. Hal ini dikarenakan BI sendiri melihat ada potensi overheating, sehingga perlu ditekan pertumbuhan kredit. Kebijakan LTV dimana minimum uang mukanya naik menjadi 30 % itu membuat masyarakat untuk membeli kendaraan roda dua menjadi sulit. Pengereman kredit oleh Bank Indonesia terbilang baik karena akan menekan kredit konsumtif dan malah akan memperbesar


(69)

kredit produktif. Selain itu, kebijakan ini dilakukan untuk meminimalisir bagi terjadinya overheating bagi perekonomian Indonesia. Seperti diketahui, kebijakan LTV dikeluarkan pemerintah belum lama ini dikeluarkan guna menghindari adanya

bubble disektor keuangan. Akibat kebijakan LTV ini, pertumbuhan kredit perbankan

pada bulan Juli sendiri mengalami penurunan menjadi sekitar 25 %, dari bulan sebelumnya yang sebesar 26 %.

Menurut hasil Survey Khusus Sektor Riil yang dilakukan oleh BI kebijakan

loan to value (LTV) kredit kepemilikan rumah (KPR) dan uang muka (down payment

/ DP) kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang diberlakukan mulai terdampak terbatas pada penyaluran kredit lembaga keuangan, terutama multifinance. KKB roda empat pada Desember 2012 hanya tumbuh 4,5 persen turun tajam dari pertumbuhan Desember 2011 yang tercatat 62,3 persen. Penurunan tersebut juga diiringi oleh peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang mencapai 2,32 persen pada Desember 2012 dari 1,7 persen pada Desember 2011. Sebanyak 34,8 persen dari total perusahaan pembiayaan yang di survey (23,1 persen dari total responden bank dan 50 persendari total perusahaan leasing) merasakan penurunan penyaluran kredit selama periode Juni-Oktober 2012.

Kebijakan loan to value (LTV) yang mengharuskan nasabah menyediakan uang muka kredit sebasar 25% sampai 30% untuk kredit kepemilikan rumah dan mobil mulai menunjukkan dampak. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI),


(70)

penurunan kredit otomotif mulai terjadi pada Juli 2012. Nilai kredit menurun Rp 1,59 triliun dibandingkan Juni 2012 (month to month / mtm) yang mencapai Rp 107,21 triliun. Pada Oktober 2012 kredit otomotif tinggal Rp 100,04 triliun, menurun 6,5% dibandingkan posisi Juli. Namun demikian, penerapan LTV tidak akan menghentikan permintaan kredit mobil. Kebijakan ini hanya memperlambat penyaluran kredit selama 3-6 bulan.

Dampak lain dari langkah BI dalam menaikkan DP pembelian mobil adalah akan memukul kelas menengah yang baru tumbuh di Indonesia. Kenaikan DP pada kredit mobil menambah beban industri di tambah lagi rencana kenaikan bahan bakar bersubsidi. Kebijakan BI berpotensi mengurangi pasar pembiayaan mobil sampai minus 30 persen dari posisi tahun 2011 yang mencapai Rp 146 triliun. Kebijakan ini memang mampu membuat multifinance lebih sehat, tapi pasar akan turun karena konsumen yang punya dana terbatas tidak bisa leluasa membeli mobil dalam waktu yang cepat.

Untuk mengurangi dampak kebijakan tersebut, sejumlah perusahaan melakukan langkah peningkatan layanan, kegiatan promosi, dan menurunkan suku bunga kredit, meningkatkan hubungan ke developer, serta meningkatkan hubungan ke dealer.


(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Setelah mengadakan penelitian atas permasalahan dan hipotesis yang di tulis dalam skripsi ini, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yang dapat


(1)

S.E. M.M, Kasmir, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan, 1992. Ekonometrika Pengantar. BPFE, Yogyakarta. Natsir, Muhammad, 1999. Metode Penelitian, Penerbit Galia Indonesia, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi edisi

kesembilan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Bank Indonesia, 2012. Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/ 10/ DPNP tanggal 15 Maret 2012.

Simanjuntak, Hakim, 2013. Pengertian Permintaan Pasar. engineindo.blogspot.com

Suyatno, Thomas. 2009. Dasar-Dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Muniarti, Rilda dan Abdulkadir Muhammad, 2004. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Citra AdityaBakti. Bandung

Prayitno, Hadi dan Budi Santosa, 1996. Ekonomi Pembangunan, Ghalia Inonesia, Jakarta.

SKRIPSI

Florenti, Melia, 2000. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Mobil Toyota Kijang Pada Astra Internasional Auto 2000 cabang Medan”Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Wahyuni, Rizky, 2008. “Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Bumi Putra, Tbk. Cabang Medan”Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(2)

Lampiran 1 Daftar Nama-Nama Perusahaan Otomotif

Tabel 1.1

Daftar Nama-nama Perusahaan Otomotif

NO NAMA

PERUSAHAAN

JENIS MOBIL YANG DITAWARKAN

1 Honda Jazz


(3)

CRV

Freed

City

Accord

2 Suzuki Swift

Escudo

Grand Vitara

APV

Estillo

3 Daihatsu Xenia

Estillo

Sirion

GrandMax

4 Mitsubishi Kuda

Pajero

Colt

Galant 1300

Strada

5 Ford Everest

Ranger

Fiesta

Escape

(sumber : wikipedia)

Lampiran 2 Perkembangan Jumlah Mobil Tabel 1.2


(4)

(Sumber : data Badan Pusat Statistik)

Lampiran 3 Data Penjualan Auto 2000 Medan Sebelum dan Sesudah Kebijakan Minimum Down to Payment

Tabel 4.1 Data Penjualan Mobil

Tahun Jumlah Mobil

1990 1313210

1991 1494607

1992 1590750

1993 1700454

1994 1890340

1995 2107299

1996 2409088

1997 2639523

1998 2769375

1999 2897803

2000 3038913

2001 3189319

2002 3403433

2003 3792510

2004 4231901

2005 5076230

2006 6035291

2007 6877229

2008 7489852

2009 7910407

2010 8891041


(5)

DATA PENJUALAN AUTO 2000 MEDAN SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN MINIMUM DOWN TO PAYMENT

SHOWROOM SEBELUM KEBIJAKAN SESUDAH KEBIJAKAN

A 157 112

B 296 210

C 303 295

D 240 212

E 197 123

F 161 101

G 152 137

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Data

Lilliefors (KolmogorovSmirnov) normality test data: sebelum

D = 0.1597, p-value = 0.6679

Lilliefors (KolmogorovSmirnov) normality test data: sesudah

D = 0.1405, p-value = 0.84547

Lampiran 5 Hasil Pengujian Data

Tabel 4.2


(6)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Xo 215.14 7 65.196 24.642

x1 170.00 7 71.195 26.909

Tabel 4.3

Uji Korelasi Paired T - Test Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 xo & x1 7 .909 .005

Tabel 4.4 Uji Paired T - test Paired Samples Test Paired Differences

t Df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

xo - x1

45.14 3