Refleksi Hasil Penelitian
6.3 Refleksi Hasil Penelitian
Kontrol pipa gas menjadi media bagi Rusia untuk memberikan pengaruh bagi UE dan Baltik. Baltik bergantung penuh pada gas Rusia, dan lokasinya sebagai negara transit menyebabkan Rusia dapat mempengaruhi politiknya sesuai dengan teori dari Goldtheau bahwa jalur darat akan mudah terpolitisasi. Diversifikasi UE dan Baltik melalui program PCIs dilakukan untuk mengurangi dominasi Rusia dalam perpolitikan UE. Hal ini sesuai dengan teori Butler (2011) dan IEA yang menyatakan bahwa jalur laut dan revolusi gas alam akan lebih sulit dikontrol oleh negara. Revolusi gas alam adalah proses likuidasi gas yang sangat mahal untuk dapat dibawa dengan kapal tanker. Hal ini yang ingin dilakukan oleh UE dengan membeli gas dari AS ataupun Teluk Arab untuk mengurangi dominasi gas Rusia di dalam pasar. Rusia juga mengembangkan industri LNGnya bagi pasar Asia dan Amerika Latin yang jauh lebih besar dari pada pasar Eropa.
Baltik terhimpit dengan situasi diperebutkan oleh kedua major powers ini, negara-negara Baltik memiliki GDP yang rendah jauh di bawah Rusia dan UE sehingga LNG menurutnya sangatlah mahal. Namun sebagai negara yang dihimpit dua aktor besar, maka mereka memiliki alternatof minim dan terpolitisasi. BalticConnector sampai kini belum dibangun oleh UE, dan sistem gas PCIs masih baru. Berbeda dengan sistem gas Eropa yang sudah kuat. Hal ini sesuai dengan teori Northian bahwa negara suplier yang lebih baik ketika memiliki sumber daya besar, mekanisme institusi, pemerintahan dan struktur yang kuat serta produk energi yang mencakup Baltik terhimpit dengan situasi diperebutkan oleh kedua major powers ini, negara-negara Baltik memiliki GDP yang rendah jauh di bawah Rusia dan UE sehingga LNG menurutnya sangatlah mahal. Namun sebagai negara yang dihimpit dua aktor besar, maka mereka memiliki alternatof minim dan terpolitisasi. BalticConnector sampai kini belum dibangun oleh UE, dan sistem gas PCIs masih baru. Berbeda dengan sistem gas Eropa yang sudah kuat. Hal ini sesuai dengan teori Northian bahwa negara suplier yang lebih baik ketika memiliki sumber daya besar, mekanisme institusi, pemerintahan dan struktur yang kuat serta produk energi yang mencakup
Baltik semestinya tetap melanjutkan kerja samanya dengan sistem gas Rusia karena sistem gas dan pemerintahannya yang mendukung produksi gas memenuhi kriteria dari teori Northian. Selain itu, sesuai dengan sistem gas POLES yang dijelaskan olej Jean Lesourd bahwa sebaiknya dalam satu regional transportasi gas dilakukan dengan dengan pipa karena faktor ekonomis. Bagi negara berkemampuan investasi dan ekonomi rendah seperti Baltik lebih baik mengikuti sistem POLES karena dengan kerjasama jangka panjang pipa gas, pengembangan infrastruktur akan selalu dibantu oleh negara suplier. Dengan kerjasama berkelanjutan sesuai dengan sistem POLES, maka Baltik akan mencapai ketahanan energi yang selama ini tidak pernah mereka capai karena kurangnya development dari dalam negri.
PCIs Uni Eropa merupakan rangkaian dari UE Enlargement dimana Eropa Barat ingin menggabungkan seluruh Eropa termasuk Eropa Timur ke dalam budaya Eropa Barat dengan memasukkannya dalam wilayah UE dan NATO, seperti teori dari Waever (1996). Tujuan dari enlargement ini adalah membuat European whole and free, utuh secara wilayah dan budaya barat serta bebas decara ideologi demokrasi liberal. Seperi yang dikatakan oleh Merje Kuus (2007) bahwa Enlargement ini menggunakan budaya dan ideologi untuk mencapai tujun geopolitik UE dan memperluas wilayahny untuk mencakup hampir seluruh Eropa agar meminimalisir konflik di dalam wilayah ini. Dengan mengambil negara-negara post-Soviet maka Rusia akan kehilangan pelindung dan sekutu Eropanya sehingga UE dapat menstabilkan Eropa di bawah kekuasaannya sesuai dengan teori dari Spykman bahwa geografis Eropa masih menjadi prioritas UE dan cara mencapai kepentingan ini mereka menggunakan budaya dan ideologi. PCIs PCIs Uni Eropa merupakan rangkaian dari UE Enlargement dimana Eropa Barat ingin menggabungkan seluruh Eropa termasuk Eropa Timur ke dalam budaya Eropa Barat dengan memasukkannya dalam wilayah UE dan NATO, seperti teori dari Waever (1996). Tujuan dari enlargement ini adalah membuat European whole and free, utuh secara wilayah dan budaya barat serta bebas decara ideologi demokrasi liberal. Seperi yang dikatakan oleh Merje Kuus (2007) bahwa Enlargement ini menggunakan budaya dan ideologi untuk mencapai tujun geopolitik UE dan memperluas wilayahny untuk mencakup hampir seluruh Eropa agar meminimalisir konflik di dalam wilayah ini. Dengan mengambil negara-negara post-Soviet maka Rusia akan kehilangan pelindung dan sekutu Eropanya sehingga UE dapat menstabilkan Eropa di bawah kekuasaannya sesuai dengan teori dari Spykman bahwa geografis Eropa masih menjadi prioritas UE dan cara mencapai kepentingan ini mereka menggunakan budaya dan ideologi. PCIs
Baltik adalah Bufferzone bagi Rusia-Eropa yaitu sesuai dengan teori dari Cohen bahwa bufferzone wilayah yang berada di antara dua major powers untuk memprevensi adanya konflik diantara kedua negara besar ini. Baltik merupakan jembatan dan perantara bagi aktivitas UE dan Rusia, bahkan masih menjadu transit hingga sekarang. Namun karena konflik antara UE dan Rusia semakin memanas dengan diletakkannya pasukan-pasukan dan peralatan militer, maka Baltik berpotensi besar menjadi shutterbelt baru. Menurut Mahan Shutterbelt adalah wilayah diantara dua major power yang dipengaruhi secara ekonomi, politik, dan militer oleh major power dan menjadi lahan untuk bersaing kekuatan. Baltik dipengaruhi secara ekonomi oleh Rusia, secara politik oleh UE (dan Rusia terutama di Latvia) dan kedua major power meletakkan militernya di dua wilayah terdekat dengan Baltik. Kedua entitas ini “beradu” kekuasaab di Baltik
untuk sementara ini menggunakan pengaruh ekonomi energi. Rusia mempengaruhi Baltik menggunakan Grand Strategy yang bertujuan untuk menjaga
keamanan nasionalnya dengan mengembalikan kekuasaanya di Baltik. Baltik adalah lini depan Rusia terhadap UE, dan kini menjadi bagian dari NATO yang langsung menempel dengan Rusia. Untuk dapat menguasai Baltik, Rusia menggunakan energi sebagai alat,maka Rusia tetap gencar membuat Baltik bergantung pada gas Rusia karena situasi ketergantungan 100% dari Baltik kepada Rusia. Sarana untuk menggunakan energi ini adalah pengembangan sistem energi Rusia agar semakin terdepan dan maju sehingga selalu lebih unggul dari UE dan negara-negara suplier lain. Bila sistem Rusia selalu unggul maka Baltik akan selalu bergantung, terutama karena manufaktur dan ekonomi mereka yang kurang berkembang. Dengan Baltik tetap bergantung pada Rusia, maka diversifikasi program PCIs akan gagal untuk mempersatukan gas UE, dan UE akan tetap bergantung pada Rusia. Keuntungan dari pengembangan industri gas, dapat digunakan untuk semakin mengembangkan gas Rusia, mengembangkan sektor pertahanan dan keamanan serta meningkatkan kualitas masyarakat Rusia. Hal ini sesuai dengan Cohen bahwa Grand
Strategy merupakan strategi politisasi energi untuk mencapai suatu tujuan negara (ends), dengan menggunakan energi sebagai alat (ways) dan mencari suatu sarana (means) seperti ekonomi atau industri untuk mendukung ways.
Kita harus dapat menilik kebijakan energi Rusia sekarang apakah sejalan dengan Grand Strategy . Kebijakan energi luar negri Rusia sudah sejalan dengan tujuan nasionalnya. Putin membuat kebijakan energi yang membatasi keterlibatan UE dalam investasi dalam negrinya
kecuali bagi perusahaan negara klien yang bersedia investasi bagi infrastruktur gas. Rusia di bawah Putin memang memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi menggunakan energi dengan cara pengembangan produksi, distribusi dan infrastruktur untuk dapat tetap membuat gas Rusia menjadi gas terdepan dunia. Putin dan birokrasi terdekatnya (siloviki) menjadikan Gazprom sebgai perpanjangan tangan dari kementrian LN untuk dapat mengontrol negara-negara sekitarnya terutama near abroad. Mereka menganggap near abroad harus dapat dikuasai melalui kerjasama energi, demi mengembalikan kekuatan besar Rusia seperti ketika Soviet mampu menguasai dunia. Dengan Rusia mampu menguasai seluruh near abroad di sekelilingnya, maka Rusia akan menghindari western encirclement sehingga dapat mencapai tujuan utamanya yaitu mengembalikan keseimbangan kekuasaan di Eropa yang selalu memiliki dua kutub, Barat dan Timur dengan penguasanya masing-masing bukan digabungkan seperti rencana UE. Hal ini sesuai dengan teori FPA yang menggambarkan latar belakang kebijakan dibentuk bukan hasilnya. Kebijakan merupakan cerminan sifat, perspektif dan tujuan dari pemimpin serta birokratnya. Putin dan Silovikinya memiliki latar belakang pertahanan melalui KGB sehingga kebijakan mereka bertujuan akhir keamanan wilayah dengan tindak apapun. Selain itu mereka semua berpendapat sesuai dengan doktrin KGB bahwa Rusia akan selalu kuat bila mampu mempertahankan near abroad untuk melawan Barat. Selain KGB, Siloviki juga berasal dari Fakultas Hukum, Energi dan Ekonomi di St,Petersburg, sehingga kebijakan mereka didasarkan oleh kebijakan energi, terutama rektor panutan Putin merasa bahwa untuk menguasai near abroad maka Rusia harus mampu mengendalikan mereka lewat ketergantungan energi. Prinsip pemerintahan Putin sudah sejalan dengan Grand Strategy sehingga hasil semestinya dapat dicapai hanya semua juga bergantung pada respon pemerintahan asing yang tidak terlacak. Respon UE terhadap kebijakan Rusia akan tetap abu-abu selama UE tidak pernah memiliki suara bulat untuk melawan Rusia, sehingga potensi Rusia untuk dapat mempertahankan wilayah Timur akan semakin kuat.