MERANCANG PROGRAM AUDIT

MERANCANG PROGRAM AUDIT

Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian progam audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap perencanaan, program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga bagian utama. Ketiga bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo. Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah.

1. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian

Prosedur audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika pengendaliannya efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor memberikan penekanan yang lebih besar pada pengujian pengendalian. Beberapa pengujian substantif transaksi juga akan dimasukkan. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian substantif transaksi yang akan digunakan dengan mengasumsikan audit tersebut dilakukan untuk perusahaan nonpublik.

Gambar 13.1 Hubungan Antara Prosedur Analitis Lanjutan dan Bukti

Sumber: Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa audit dan assurance. Salemba Empat, Jakarta . Hal 285.

Prosedur Audit

Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian yang diikhtisarkan dalam gambar 13.2.

1. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.

2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.

3. Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian dibawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).

4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.

Gambar 13.2 Pendekatan Empat Langkah dalam Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Sumber: Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa audit dan assurance. Salemba Empat, Jakarta . Hal 285.

2. Prosedur Analitis

Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian substantif, seperti untuk audit pitang dagang, biasanya lebih berfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan sebagai bagian darii perencanaan. Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat menghitung presentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Perhitungan prosedur analitis berdasarkan jumlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan perusahaan secara keseluruhan.

Ketika auditor merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.

3. Pengujian Terperinci Saldo

Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang dagang yang ditunjukkan dalam gambar 13.3. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci.

Gambar 13.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Terperinci atas Saldo-Piutang

Sumber: Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa audit dan assurance. Salemba Empat, Jakarta . Hal 285.

a. Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada Akun Piutang Dagang

Sebagai bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji dalam laporan keuangan.

b. Menetapkan Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur Risiko Bawaan Piutang Dagang

Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan. Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan. Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing

c. Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang efektif akan mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah substantif yang diperlukan.

d. Merancang dan Melakukan Pengujian Pegendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian nterperinci transaksi. Sebagai contoh, biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.

e. Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang

auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.

f. Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo

Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit., ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap akun. Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian- pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.jika hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian terperinci saldo ketika audit berlangsung.

Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanan

Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga ketujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemungkinan akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.

Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo. Demikian pula, auditor akan mengukur risiko kecurangan untuk keseluruhan pengauditan terlebih dahulu, kemudian akan mempertimbangkan apakah setiap kecurangan yang muncul yang dapat berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun-akun tertentu dan prosedur audit serta ukuran sampel untuk pengujian terperinci saldo untuk akun-akun yang terpengaruhi.

Ilustrasi Program Audit

Standar auidt mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis. Format yang digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Perhatikan bahwa sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih serta pemilihan waktu juga dapat diubah.

Program audit dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pengujian terperinci saldo dan berdasarkan pada beberapa asumsi mengenai pengendalian internal, risiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar secara material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi. Sebagai contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.

Program audit seringkali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan magnetik program audit dalam program pengolahan kata dan penyimpanannya dalam arsip dari tahun yang satu ketahun yang berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan Program audit seringkali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan magnetik program audit dalam program pengolahan kata dan penyimpanannya dalam arsip dari tahun yang satu ketahun yang berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan