Efektivitas Teknik Penyimpanan dalam Mempertahankan Viabilitas Propagul Rhizophora mucronata

EFEKTIVTTAS TEKNIK PENYIlMPANAN DALAM
MEMPERTAHANKAN VIABILITAS
PROPAGUL Rhizoghora rnucronata

OLEH :
ASIHING KUSTANTI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANJAN BOGOR
2002

EFEKTIVITAS TEKNIK PENYIMPANAN DALAM
MEMPERTAHANKAN VIABILITAS
PROPAGUL Rhizophora mucronata

ASIHING KUSTANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pads
Program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

Efelctivitas

Teknik

Penyimpanan

dalam

Mempertahankan Viabilitas Propagul Rhizophora
mucronata

Narna


Asihing Kustanti

NRP

99315

Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui,
1 . Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. H. CECEP KUSMANA, MS
Ketua

Dr. Ir. Hi. SATFSYAS ILYAS. MS
Anggota

2 . Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

-P/

-

/
/

Prof. Dr. Ir. DODI NANDIKA. MS

Tanggal Lulus: 1 Februari 2002

Dr. Ir. HERO DIEN P. K., MS
Anggota

ogram Pascasarjana

ABSTRAK
ASIIiING KUSTANTI. IPK 99315. Efektivitas Teknik Penyimpanan dalam

Mempertahankan Viabilitas Propagul Rhizophora mcronata (Dibimbing
oleh Dr. Ir. H. Cecep Kusmana, MS, Dr. Ir. Hj. Satriyas llyas, MS dan Dr. Ir.
Hero Dien P. Kartiko, MS).
Kegiatan penanaman yang dilakukan terhadap hutan mangrove yang telah
rusak dan terdegradasi, merupakan salah satu upaya rehabilitasi untuk
mengembalikan fungsi ekologis areal hutan mangrove tersebut. Kegiatan tersebut
umumnya menggunakan jenis Rlzizophora mucronata karena jenis tersebut relatif
tahan terhadap hamalpenyakit dan persen tumbuh hasil penanaman relatif lebih
tinggi dibandingkan jenis lainnya. Namun demikian kegiatan penanaman areal
hutan mangrove seringkali hams mendatangkan benih dari tempat lain dalam
bentuk propagul. Propagul jenis pohon ini termasuk rekalsitran tinggi, sehingga
memerlukan penanganan khusus dalam mempertahankan viabilitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas teknik penyimpanan
dalam mempertahankan viabilitas propagul Rh mucronata selama empat m i n g y
periode simpan.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian
pendahuluan, yakni pengujian tiga macam metode pengukuran kadar air propagul
(potong 1 cm, potong 3 cm, dan tumbuk). Metode pengukuran kadar air yang
efektif dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap. Tahap kedua berupa
penelitian mengenai efektivitas penyimpanan propagul yang ditentukan dengan

perlakuan ruang simpan, wadah simpan, dan periode simpan berturut-turut sebagai
petak utama, anak petak, dan anak-anak petak dalam rancangan percobaan petakpetak terbagi (Splir-split Plot Design). Peubah yang diamati yaitu persentase
propagul berakar dan kadar air selama empat minggu periode simpan, daya
berkecambah, nilai perkecambahan c l a n kecepatan perkecambahan - dalam uji
perkecambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengukuriin kadar air yang
efektif adalah dengan metode potong 3 cm. Teknik penyimpanan yang efektif
dalam mempertahankan viabilitas propagul Rh. mucronata yaitu menggunakan
media simpan sabut kelapa berkadar air awal rata-rata 74% selama periode simpan
tiga minggu dalam wadah plastik maupun wadah kardus di ruang AC (19 20°C; 62 - 82% RH). Teknik penyimpanan ini menghasilkan persentase propagul
yang berakar 0% dan daya berkecambah 98%. Sedangkan selama periode simpan
empat minggu pada ruang AC, wadah kardus memberikan hasil yang terbaik yaitu
persentase propagul berakar 0% dan daya berkecambah 91% dibandingkan dalam
wadah plastik yang menunjukkan persentase propagul berakar 47% waIaupun
daya berkecambah 100%.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul:
EFEKTJYITAS TEKNIK PENYIMPANAN D A M
MEMPERTAHANKAN VIABILITAS

PROPAGUL Rhizophora mucronafa

Adalah benar merupakan hasif

dipublikasikan.

karya saya sendiri dan belum pernah

Semua sumber data clan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

ASIHING K ~ S T A N T I
Nrp. 99315/IPK

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya Jawa Timur pada tanggal 27 September
1971 sebagai anak keempat dari lima bersaudara pasangan Kusni dan Sukanti.
Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan di

Surabaya Jawa Timur. Tahun 1990 Penulis meianjutkan pendidikan di Institut
Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan Jurusan Pembinaan Hutan, lulus tahun 1994.
Pada tahun 1999 Penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa BPPS. PenuIis beke rja sebagai staf
pengajar pa& Universitas Lampung Fakultas Pertanian Jurusan Manajemen
Hutan dari Tahun 1997 sampai sekarang.
Untuk menyelesaikan studi program hhgister Sains penulis menyusun
tesis dengan judul "Efektivitas Teknik Penyimpanan daIam Mempertahankan
Viabilitas Propagul Rhizophora rnucronata" di

bawah bimbingan Dr. Ir. 13.

Cecep Kusmana, MS, Dr. Ir. HJ. Satriyas Ilyas, MS dan Dr. Ir. Hero Dien P.
Kartiko, MS.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat bimbingan
dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai saiah satu syarat
memperoleh gelar Magister Sains dari Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. H. Cecep Kusmana,
MS, Ibu Dr. Ir. Hj. Satriyas Ilyas, MS dan Bapak Dr. Ir. Hero Dien P. Kartiko,
MS selaku komisi pembimbing atas petunjuk, bimbingan, pengarahan yang
berharga sejak perencanaan sampai penelitian dan penulisan tesis ini selesai. Tak
lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada pimpinan d m staf Balai Teknologi
Perbenihan Bogor atas semua fasilitas yang diberikan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Rekan mahasiswa IPK angkatan 99, Yanti, Entin, Reni,
dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per sat& terima kasih atas
persahabatan yang tulus. Terkhusus untuk suamiku tersayang Asep Kusdinar dan
kedua putraku (Inge dan Iqbal) terima kasih atas segala kasih sayang, semangat,

dan kesetiaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Sz di IPB.
Akhirnya, segala saran dan masukan sangat diharapkan untuk lebih

-

memperbaiki kekurangan penulis pada masa-masa yang akan datang.
Scmoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memeriukannya


Bogor, Februari 2002
Asihing Kustanti

DAFTAR IS1

......................................................
RIWAYAT HIDUP
PRAKATA ..................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................
DAFTAR TABEL ....................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
..................................................................
Perurnusan Masalah ..............................................................
..............................................................
Tujuan Penelitian
..
Kegunaan PenelitIan .............................................................
............................................................................

Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Rhizophora mucronata .......................................
Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia .........................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas
BeNh Rekalsitran ................................................
Pengaruh Penyimpanan terhadap
Viabilitas
................................................
BeNh Rekalsitran
BAHAN DAN MXTODE
Tempat d m Waktu Penelitian ........................................
Bahan dan Alat Penelitian..............................................
..
........................................................
Metode Penel~t~an
HASIL DAN PEMBAHASM
-

Hasi 1

................................................................
Pembahasan .....................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMSAR

Halaman
Propagul Rh. mucronuta di pohon induk ....................

5

Tahapan perkembangan propagul Rh . mucronata ............

5

Propagul Rh. mucronata yang masak fisiologis...............

6

Potongan propagul Rh. mucronata .............................

20

Wadah simpan propagul Rh. mucronata .......................

24

Persentase berakar propagul R I 1. mucronata selama empat
minggu periode simpan ..........................................
Kadar air propagul Rh. mucronata selama empat minggu
periode simpan ...................................................
Propagul Rh. mucronata
yang
berakar
selama
penyimpanan empat minggu ....................................
Kadar air propagul Rh . mucronata dan media simpan
selama empat minggu periode simpan ........................
Daya berkecambah propagul Rh. mucronata selama empat
minggu periode simpan ..........................................
Daya
berkecambah
dan
kadar air
propagul
Rh. mucronata ....................................................
Nilai perkecambahan propagul Rh . mucronata selama
empat minggu periode simpan .................................
Kecepatan perkecambahan propagul Rh. mucronata
selarna empat minggu periode simpan ........................
Tahapan perkecarnbahan R mucronata ...................

DAFTAR TABEL

Halaman
Periode simpan beberapa benih rekalsitran tanpa
pengerlngan .......................................................

9

Panjang dan diameter propagul Rh. rnucronafa yang
dijadikan contoh ..................................................

19

Berat basah propagul Rh. mucronaia yang dijadikan
contoh ..............................................................

21

Kadar air propagul Rh- rnucronafa .............................

27

Rekapitulasi analisis sidik ragam perlakuan terhadap
persentase propagul berakar (PB) dan kadar air propagul
(KA) selama penyimpanan, daya berkecambah (DB),
nilai perkecambahan (NP)dan kecepatan perkecambahan
(KP)................................................................

28

Pengaruh ruang sirnpan, wadah simpan, dan periode
simpan terhadap persentase propagul berakar dan kadar air
propagul Rh. mucronata .........................................

29

Pengaruh interaksi ruang simpan dan periode simpan
terhadap persentase propagul berakar Rh. mucronara ......

29

Pengaruh ruang simpan, wadah simpan dan periode
simpan terhadap
daya berkecambah,
nilai
perkecambahan dan kecepatan perkecarnbahan propagul
Rh. rnucronata ....................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN

Daya berkecambah propagul Rk. mucronata sampai dengan
periode simpan empat minggu ...................................
Kecepatan perkecambahan propagul
R l z . mucronata
sampai dengan periode simpan empat minggu ................
Niiai perkecambahan propagul RIz. nzucronafa sampai
dengan periode simpan empat minggu ..........................
Persentase propagul berakar Rh. mucronata sampai dengan
periode sirnpan empat minggu ...................................
Kadar air propagul Rh. mucronata sampai dengan periode
s~mpanempat minggu .............................................
Kadar air media simpan sabut kelapa pada setiztp akhir
periode sirnpan ..................................
Rekapitulasi nilai rata-rata perlakuan terhadap persentase
propagul berakar (PB) dan kadar air propagul (KA) selama
penyimpanan,
daya
berkecarnbah
@B),
nilai
perkecambahan (NP) dan kecepatan perkecambahan (KP) ..
Distribusi jenis tanaman mangrove di Indonesia ..............
Peta penyebaran hutan mangrove di Indonesia ................

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove sebagai salah satu bentuk ekosistem, mempunyai kekayaan dan
keragaman yang rendah, kondisinya terus mengalami penurunan, baik kualitas
maupun kuantitasnya dikarenakan adanya praktek pengelolaan yang kurang
bijaksana. Tipe hutan ini berfungsi sebagai : 1) penghasil kayu, kayu bakar dan
arang untuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor; 2) tempat berkembang biak,
mencari makan dan memijah berbagai biota air, dan 3) perlindungan terhadap
angin dan badai, mencegah banjir dan erosi tanah, mencegah intrusi air laut, dan
mengendalikan polusi air.
Upaya rehabilitasi areal hutan mangrove ternyata seringkali menemui
kendala mengenai ketersediaan bibit.

Rhizophora mucronata merupakan jenis

pohon mangrove yang umum digunakan dalarn rehabilitasi daerah pantai juga
untuk tujuan penanaman lainnya.

. Hal

itu disebabkan karena jenis tersebut

bibitnya cukup mudah diperoleh, relatif tahan terhadap serangan hama atau
penyakit,

dan mempunyai persentase tumbuh yang relatif lebih tinggi

dibandingkan jenis lainnya.
Benih tanaman mangrove merupakan benih rekalsitran yaitu kelompok
benih yang sensitif atau bahkan akan mati jika kandungan kadar airnya diturunkan
melalui proses pengeringan atau dehidrasi.

Menurut Farrant (1988) benih

rekalsitran tinggi (highly recalcitrant) hanya mentolerir sedikit kehilangan air dan
sensitif terhadap suhu yang dingin, dan cepat berkecambah tanpa tambahan air.
Jenls-jenis yang termasuk ke dalam benih rekalsitran tinggi tersebut biasanya
tumbuh di hutan tropika dan lahan basah.

4-

Berdasarkan definisi tersebut, maka Rh. mucronata adalah salah satu jenis
penyusun formasi hutan mangrove yang termasuk ke dalam kelompok benih
rekaisitran tinggi.
Penyediaan kebutuhan bibit dalam jurnlah yang cukup dengan kualitas
yang baik serta tepat waktu saat ditanam memerlukan penanganan benih (seed
handling) yang

serius.

mempertahankan

mutu

Penanganan
propagul

atau

propagul

yang

paling tidak

tepat

akan

dapat menekan

dapat
laju

kemunduran benih ( seed ageing) seminimal mungkin.
Pada suatu kegiatan penanaman hutan mangrove seringkali hams
mendatangkan benih dari daerah lain, dimana bila bibit dikirim dalam bentuk
semai sangat tidak efisien sehingga pengiriman dalam bentuk propagul menjadi
altematif untuk dikembangkan.
Salah

satu

teknik

untuk

mempertahankan

viabilitas

propagul

Rh. mucronata dimulai dari saat pengumpulan sampai propagul diperlukan untuk

penanaman adalah dengan teknik penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut dl atas
diperlukan

peneiitian

mengenai

efektivitas

telcnik

penyimpanan

dalam

mempertahankan viabilitas propagul Rh. mucronata.
Perumusan Masalah

Salah satu jenis yang digunakan untuk merehabilitasi hutan mangrove
adalah Rh. mucronata.

Propagul jenis pohon ini termasuk rekalsitran tinggi,

sehingga memerlukan penanganan khusus.
Salah satu metode penyimpanan sementara jenis Rh. mucronata adalah
dengan meletakkan propagul tersebut dalarn ember plastik berisi air selama

10 hari (Taniguchi er al.,

metode

penyimpanan

1999). Penanaman dalam skala luas memerlukan

propagul

Rh.

mucronata

yang

relatif

lama.

Permasalahannya adalah belum adanya teknik penyimpanan propagul yang efektif
dalam mempertahankan viabilitasnya dalam waktu yang relatif lama.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas teknik penyimpanan
dalam mempertahankan viabilitas propagul Rh. rnucronata selarna empat minggu
periode simpan.
Kegunaan Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat terutama untuk mendapatkan
metode penyimpanan propagul Rh. mucronafa yang efektif dan membantu &lam
mengatasi pernasalahan penyediaan bibit dalarn merehabilitasi hutan mangrove
yang msak.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah bahwa teknik penyimpanan di
ruang AC dengan wadah kardus dan media simpan sabut kelapa mampu
mempertahankan viabilitas propagul Rh. mucronafa sampai periode simpan empat
minggu.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Rhizophora mucronata
RIz. mucronara merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang
termasuk dalam famili Rhizophoraceae, genus Rhizophora.

Rh. mucronata

dikenal sebagai bakau bandul (Jawa) dan bakau borok (Sumatera). Rh. mucronara
merupakan jenis penting dari hutan mangrove dalam menghasilkan kayu dengan
berbagai produk olahan (Kusmana, 1995).
Bunga berbentuk gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual
dan masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2.5 - 5 cm.
Letak bunga di ketiak daun dengan formasi berkelompok (4 - 8 bunga per
kelompok). Daun mahkota berjumlah empat dengan warna putih dan memiliki
rambut.

Jumlah kelopak bunga empat buah dan berwarna kuning pucat.

Benangsari berjumlah delapan dan tidak bertangkai. Buah membulat hingga
berbentuk telur berukuran 5 - 7 cm, berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar
dan berbiji tunggal.

Hipokotil silindris, kasar dan berbintii.

Leher kotiledon

kuning ketika matang. Hipokotil berukuran panjang 36 - 70 cm dan diameter

2 - 3 cm (Noor ef al., 1999). Akar berbentuk akar tunjang yang dapat mendukung
berdirinya batang dan juga berfimgsi sebagai banir pada pohon yang sudah tua.
Disamping sebagai pendukung berdirinya pohon, akar tersebut berfbngsi juga

untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Akamya memiliki lentisel
yang berfungsi sebagai alat pemafasan (Bengen, 2000). Batang diselimuti kulit
berganda (4 - 5 cm) dan mengandung zat penyamak.

Kulit tersebut retak

berkotak-kotak t ~ d a kberlentisel dan bagian dalamnya berwama kuning sampai
oranye (Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1999).

.-

Gambar 1. Propagul Rh. mucronata di pohon induk

Gambar 2. Tahapan perkembangan propagul Rh. rnucronata
Daun mempunyai gagang berwama hijau dengan panjang 2.5 - 5.5 cm.
Bentuknya elips melebar hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing dan
mempunyai ukuran 11 - 23 x 5 - 13 cm (Noor et al.,1999).

Gambar 3. Propagul Rh. rnucronata yang masak fisiologis
Manfaat IUr rnucronata adalah sebagai kayu bakar (arang), pulp, plywood,
kulit kayu sebagai bahan pengawet dan buahnya dapat dipakai untuk campuran
lauk pauk (Ditjen RRC, 1997). Manfaat lain adalah sebagai obat dalam kasus
hernaturia (pendarahan pada air seni), tannin dari kulit kayu digunakan sebaga~

pewarnaan, dan dapat juga ditanam untuk melmndung pematang di sepanjang
tambak. Kayu dari genus Rhiwphora mempunyai berat jenis 1.00 - 1.50, kelas
awet II - III, kelas kuat I sehingga mempunyai nilai ekonornis tinggi (Martawijaya
et a l , 1992).

Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia
Penyebaran u m u m mangrove berkaitan erat dengan penyebaran hutan
tropis, tetapi meluas lebih jauh la@ ke bagian selatan dan utara khatulistiwa

(FAO, 1994), menyebar dari daerah tropis 3 2 ' ~- ~3 8 ' ~(Tomlinson,
~
1986).
Secara floristik hutan mangrove dibedakan menjadi mangrove grup timur atau the
old world ntangrove meliputi : Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia Tenggara,

Jepang Bagian Selatan, Filipina, Australia, Selandia Baru, d a n Pantai Pasifik
Timur; sedangkan pembagian yang kedua adalah grup barat atau the new world
mangrove meliputi: Pantai Atlantik, Afrika dan Amerika, Teluk Meksiko, Pantai

Pasifik dan Amerika, dan fulau Galapagos (FAO, 1994; Tomlinson, 1986).
Secara floristik, hutan mangrove di Indonesia termasuk ke dalarn
kelompok hutan grup timur. Hutan mangrove di Indonesia ditemukan hampir di
seluruh kepulauan (Lampiran 9) tetapi sebagian besar terkonsentrasi di Irian Jaya,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau, dan Sumatera Selatan.

Luas

keseluruhan hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1993 adalah 3.7 juta ha
(Kusmana, 1995).
Penyebaran j e ~ spenyusun hutan mangrove di Indonesia dapzrt dilihat
pada Lampiran 8.

Rhizophora

mucronara merupakan jenis

yang luas

penyebarannya (Departemen Kehutanan, 1997).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi VLbiiitas Benih Rekalsitran
Benih rekalsitran merupakan benih berkadar air tinggi sehingga sukar
ditangani ketika lepas dari pohon induknya. Dengan kadar air tinggi dan kondisi
lingkungan bertemperatur tinggi maka perkecambahan tejadi. proses kimia dan
respirasi berlangsung dan adanya ancaman serangan mikroorganisme maupun
serangga (Lauridsen et al., 1992).

Menurut Hong dan Ellis (1990) dan Berjak et al. (1994) karakteristik
benih rekalsitran adalah tidak mengalami pengeringan ketika masih berada di
pohon induk, mempertahankan metabolisme aktif, tanpa proses penambahan air
untuk berkecambah, berat kering terakumulasi sampai benih lepas, dan sensitif
terhadap pengeringan. Sementara itu Farrant (1988) membagi benih rekalsitran
berdasarkan toleransi terhadap pengeringan yaitu benih rekalsitran rendah,
sedang, dan tinggi. Benih rekalsitran tinggi adalah benih yang sensitif terl~adap
pengeringan, suhu dingin, dan cepat berkecambah tanpa tambahan air (Farrant,
1988; Schmidt, 2000; Finch dan Savage, 1995).
Ada tiga tahapan perkembangan benih berkaitan dengan toleransi terhadap

pengeringan : 1) pertumbuhan cepat dalam berat segar karena pembelahan sel dan
ekspansi awai, 2) pertumbuhan cepat dalam berat kering karena pembesaran sel
untuk pembentukan cadangan makanan, dan 3) hilangnya berat segar dengan
adanya pengeringan masak benih. Perkembangan benih tahap ketiga tidak terjadi
pada benih rekalsitran (Finch dan Savage, 1995).
Ada beberapa faktor yang berperan penting dalam masa penyimpanan
yang singkat pada benih rekalsitran antara lain : luka akibat pengeringan, luka
pembekuan, dan masalah yang berkaitan d e n g e penyimpanan benih berkadar air
tinggi yaitu kontaminasi mikroba dan perkecarnbahan selama periode simpan
(King dan Robert, 1979; Berjak dan Parnmenter, 1994). Chin (1980) menyatakan
bahwa periode penyimpanan benih rekaisitran yang singkat juga dipengaruhi oleh
pencahayaan yang kuat. Lebih jauh lagi juga memungkinkan disebabkan oleh
perubahan sei, genetik, dan metabolisme (Robert, 1972). Pengeringan pada benih
rekalsitran akan menimbuikan kerusakan dimana ha1 ini berbeda dengan benih

-

ortodok yang akan bertambah masa hidupnya dengan penurunan kadar air sekitar

5% atau kurang (Robert ef al., 1984).

Benih-benih

rekalsitran

tetap

aktif

bermetabolis~ne dan

segera

berkecambah dalam penyimpanan, ha1 ini berkaitan dengan perkembangan benih
tersebut yaitu adanya pembesaran vakuola dan peningkatan jwnlah sel. Proses
tersebut membutuhkan tambahan air yang apabila tidak terpenuhi menimbulkan
stres air. Adanya stres air mengarah pada kematian jaringan (Pammenter et al.,
1994).

Pammenter et al. (1994) melaporkan untuk memperpanjang periode hidup
benih maka dilakukan penyimpanan, penambahan air akan memperlambat
terjadinya stres air.

Benih-benih rekalsitran akan kehilangan viabilitas jika

disimpan dalam kondisi lembab wdaupun kontaminasi mikroba dikendalikan.
Periode hidup dalarn penyimpanan berhubungan dengan habitat alaminya. Benih
tropis memiIiki periode hidup yang lebih singkat.

Periode simpan tanpa

'pengeringan beberapa benih rekalsitran tertera pada Tabel 1
Tabel 1. Periode simpan beberapa benih rekalsitran tanpa pengeringan
Jenis

Masa hidup

Avicennia marina
Landoiphia kirkii
S&xus
mem6ranaceous
C-nospermum
oustrole

14 hari
35 hari
58 hari
beberapa bulan

Camellia sinensis
P o d o c a v u s henkelii

I

6 bulan
6bu1a
2.5 tahun
6- 15 bulan

Habitat dan tempat tumbuh
Pohon laban basah tropis
Hutan tropis tersuksesi
Hutan tropis
Pohon tropislsubtropis

I

Pohon/semak temperate
Pohon pegunungan tropis dan

tenmerate

Referensi
1
2

2
3
4

Quercus robur
Pohon temperate
4
Aesculus hippocasfanum
Pohon temperate
Referensi : 1. Farrant e f al., 1986,2.Farrant e f al., 1989;3 . Pammenter, 1994;4. Chin dan Robert,
1980.

Dalam periode simpan sementara benih rekalsitran akiif bermetabolisme
ketika lepas dari pohon induknya dan surnbu embrio memperlihatkan perubahan
ultrastruktur (Farrant el al., 1985, 1989; Be j a k et al., 1992, 1993). Proses tersebut
adalah terjadinya perombakan cadangan makanan, peningkatan sintesa protein,
perkembangan

mitokondria,

peningkatan

jumlah

retikulum

endoplasma,

pembelahan sel, pembesaran vakuola atau perubahan kandungan vakuola, dan
pembesaran sel.

Pada benih rekalsitran sedang terdapat keterbatasan data

mengenai proses selama penyimpanan tetapl dalam kenyataannya terjadi juga
perkecambahan selama penyimpanan tetapi dengan tingkat yang lebih rendah
(Finch-Savage et al., 1993).
Perubahan-perubahan selama penyimpanan adalah adanya perombakan
cadangan makanan yang mengarah pada kemunduran benih.

Terdapat lima

kejadian utama dalam proses perkecambahan, yaitu : (1) imbibisi air lewat lubang
alami di kulit benih dan menyebar melalui jaringan-jaringan benih, (2) aktihya
enzim-enzim akibat peresapan air oleh jaringan-jaringan benih, (3) permulaan
embrio tumbuh, (4) pecahnya kulit benih dan munculnya tunas,

dan (5)

penegakan semai (Copeland dan McDonald, 1995). Benih rekalsitran urnumnya
mempunyai cadangan makanan yang besar dan akan mati sebelum semua
terombak.

Peningkatan luasan permukaan membran berhubungan dengan

perkembangan

rnitokondria

clan

retiMum

endoplasma

mengindikasikan

kebutuhan air yang tidak membeku (Berjak ef al., 1984).
Penyimpanan benih dalarn keadaan lembab mencegah terjadinya stres air
secara langsung, tetapi dengan penyimpanan yang lama benih rekalsitran akan
mengarah tejadinya stres air. Ada dua komponen yang menyebabkan stres air

karena metabolisme perkecambahan selama penyimpanan yaitu tingkat stres dan
lamanya stres.
meningkat.

Metabolisme perkecambahan menyebabkan kebutuhan air
Perbedaan

periode

simpan

berhubungan

dengan perbedaan

metabolisme perkecambahan, suhu, kadar air, dan termodinamika air (Pammenter
et al., 1994).

Terjadinya stres air dalam waktu yang lama menyebabkan kemunduran
benih.

Pengaruh dari stres air meningkatkan vakuola dan perluasan sel dalam

sumbu embrio. Surnbu embrio yang mengalami stres air akan mempengaruhi
metabolisrne benih sehingga diperlukan air tambahan yang diambil dari jaringan
penyimpan air dari kotiledon ke sunbu embrio, seperti dapat diarnati pada benih
Aesculus hippocastanurn (Tompsett dan Pritchard, 1993).

Viabilitas Quercus

robur lebih dikendalikan oleh kandungan air kotiledon daripada sumbu embrio.

Kerusakan yang diamati akibat stres air ada dua sebab yaitu pembelahan vakuola
clan vesiculation plasmalemma dan retikulum endoplasma yang mengarah kepada
kematian sel. Kehilangan viabilitas pada benih rekalsitran selama penyimpanan
dalam kondisi lembab disebabkan adanya stres air. Periode simp*

yang lama

akan merusak kendali metabolisme yang mengarah pada kerusakan benih.
Kerusakan aIamiah benih hampir sama antara penyimpanan dalam keadaan
lembab dan kering, tetapi kemsakan akan iebih cepat terjadi pada penyimpanan
kering karena adanya proses kimia benih yaitu peningkatan viskositas, sedangkan
pada penyimpanan lembab membutuhkan waktu yang lebih lama tejadinya
kemsakan benih (Pammenter et al., 1994).

Pengaruh Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Rekalsitran

Menurut Manan (1976) dan Byrd (1983), penyimpanan benih yang baik
merupakan upaya mernpertahankan viabilitas benih, sejak pengumpulan sampai
penyebaran benih di persemaian atau penanaman benih langsung di lapangan.
Viabilitas benih menurut Sadjad (1994) merupakan daya hidup benih yang dapat
diindikasikan oleh berbagai tolok ukur.

Pengamatan dapat dilakukan secara

langsung melalui gejala pertumbuhan benih, maupun secara tidak langsung
Perry dalarn Copeland dan McDonald (1995)

melalui gejala metabolismenya.
menyatakan

bahwa

menggambarkan
berkecambah.

vigor

potensi

benih

dari

merupakan

aktivitas

dan

keselumhan
performansi

sifat

benih

yang
selama

Benih yang menunjukkan performansi baik dinyatakan benih

bervigor tinggi, sedangkan benih dengan performansi kurang baik dikelompokkan
ke dalam benih bervigor rendah. Daya hidup benih rekalsitran umumnya pendek.
Khususnya untuk species yang mempunyai adaptasi daerah tropika, benunur dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan (King dan Robert, 1979).
Penyimpanan benih Rhizophora apiculata di ruang karnar (26

- 2s0c,80 -

85% RH) dalam media sabut kelapa menyebabkan benih berakar selama
penyimpanan yang teqadi pada minggu kedua penyimpanan. Benih Rh. apiculata
yang disimpan di r - gAC (19 - 20%)

mengalami penurunan daya berkecambah

dengan cepat dibandingkan dengan benih yang disirnpan di ruang kamar terutama
terjadi pada benih yang disimpan dalam media serbuk gergaji yang setelah empat
minggu penyirnpanan daya berkecambah benih nol. Hal ini karena pada ruang

AC kelembaban udara lebih rendah dibandingkan dengan mang kamar. Dengan

kelembaban udara yang lebih rendah benih akan semakin mudah dan cepat
kehilangan kelembaban sehingga mengalami penurunan kadar air.
kadar air menyebabkan

kemunduran

benih

Penurunan

rekalsitran tersebut (Anggraini,

2000).

Kadar air merupakan salah satu faktor yang dapat xnenyebabkan
kemundumn benih yang diakhiri oleh hilangnya kemampuan benih untuk
berkecambah.

Proses ini diikuti dengan penurunan vigor yang lebih cepat

dibandingkan dengan viabilitas potensialnya (Sadjad, 1993). Selanjunya Hong
dan Ellis (1996) menyatakan bahwa tidak ada metode yang memuaskan untuk
mempertahankan viabilitas benih-benih rekalsitran dalam waktu yang lama,
karena benih tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan pada suhu 0°C.
Penyimpanan benih dengan kadar air yang tinggi pada suhu 0°C akan mematikan
benih karena terjadi fieezing injury atau kerusakan karena suhu beku dengan
membentuk kristal es. Benih-benih rekalsitran dari daerah topika akan menjadi
rusak karena chilling injury jika disimpan pada suhu 5 10-15°C.
Kadar air awal media simpan sebelum kegiatan penyimpanan benih akan
menentukan viabilitas benih.

Kadar air yang tinggi pada media simpan

menyebabkan benih lebih cepat berakar seperti yang terjadi pada benih yang
disimpan dalam media sabut kelapa pa&

ruang kamar (Anggraini, 2000).

Menurut Robert d m King (1980), benih rekalsitran menghendaki kadar air yang
tinggi dalam lingkungan yang lembab selarna penyimpanan. Media simpan di-

gunakan untuk menciptakan kelembaban dalam wadah simpan agar kadar air
benih tetap tinggi.
Propagul Rh. mucronulu yang dikering-anginkan

akan mengalami

penurunan kadar air dan daya berkecambah seiring bertambahnya waktu. Pada
periode pengeringan 0, 40 dan 80 hari besarnya kadar air dan daya berkecambah
bertumt-turut 54% dan 96%; 38% dan 61%; dan 30% dan 0% (Handayani, 2000).
Beberapa hasil penelitian tentang penyimpanan benih rekalsitran telah
banyak dilakukan. Benih SIzorea seminis yang disimpan pada suhu 25 - 30°C, RH
80

-

90% (arnbient room) daya berkecambahnya 68%. Setelah disimpan 3 hari,

sedangkan bila disimpan pada suhu 2 0

- 30°C, RH 50 - 70% (ruang simpan AC),

daya berkecambahnya 66% (Zanzibar dan Supriyanto, 1993). P e n m a n daya
berkecambah diduga karena tejadi penurunan kadar air selama masa simpan.
Kadar air awal benih sebelum disimpan sebesar 55%, setelah benih disimpan
selama 3 hari tejadi penurunan kadar ai menjadi 50% pada ruang simpan ber AC,

dan 51% pada ambient room. Penyimpanan selama 18 hari pada kondisi simpan
ambient room daya berkecambah menjadi 33% dan kadar air 3396, sedangkan

pada ruang ber AC daya berkecambah menjadi 19% dan kadar air 20%.
Penyimpanan benih Shorea pznanga yang dilakukan Erizal dan Komar

._

(1988) dengan mencampur 25 butir benih dengan % kg serbuk gergaji

ditempatkan dalam kaleng, daya berkecambahnya turun dari 87% menjadi 75%
setelah 2 minggu ditempatkan dalarn ruang ber AC dengan suhu berkisar
18 - 22'C dengan kelembaban 60 - 70%. Sementara itu pada benih Shorea curtisii

yang disimpan pada suhu 25°C selama 38 hari pada kelembaban go%, 90%, dan

95% menunjukkan bahwa pada kelembaban 95%, benih &pat mempertahankan

kadar airnya di atas kadar air kritis yaitu 56%. Daya berkecambah pada kondisi
tersebut 67%, sedangkan pa&

kelembaban di bawah 95'36, benih kering dan

hilang viabilitasnya dalam beberapa hari (Sasaki, 1980)

BAEAN DAN RI[ETODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Teknologi Perbenihan, Ciheuleut, Bogor
dan di rurnah kaca Fakultas Kehutanan IPB, mulai bulan Maret sampai dengan
Juli 200 1 .
Propagul Rlzizoplzora mucronata berasal dari Hutan mangrove Muara
Angke di pantai utara Jakarta, yang secara geografis terletak pada posisi sekitar
1 0 6 O 4 1 ' bujur timur (BT) dan G027' Iintang selatan (LS). Tanah hutan mangrove

Muara Angke te~golongtanah aluvid kelabu tua dan tanah liat berhumus rendah
yang ditumbuhi oleh pohon-pohon dari spesies Avicennia alba, A. marina,
A. oflicinalis, Rhizophora mucronafa, Rh. apiculata. Bruguiera gymnorrhiza,
Excoecaria agallocha, Sonneratia casularis, S. acida, Thcjwsia populnea dan
Nypa f i t i c a n s . Luas cagar darn hutan mangrove Muara Angke sekitar 21,5 ha

(Kusmana, 1999).

Kondisi iklim termasuk tipe hujan C menurut Hasifikasi

Schmidt dan Fergusson.

Curah hujan rata-rata tahunan sekitar 2000 mm,

temperatur rata-rata 27,2"C (24,3

- 33,4 "C)dan rata-rata kelembaban relatifnya

70,5% (51 - 86.5 %) (Kusrnana et al., 1989).
Bahan dan Alat Penelitia
Bahan-bahan

yang

diperlukan dalam peneIitian ini adalah : propagul

Rhizophora mucronata, kardus, plastik, polybag ukuran 15 X 20 em, sabut kelapa,

pup& cair massmikro, pupuk kandang, tanah, pasir, pestisida, dan air tawar.
Adapun peralatan yang dpergunakan dalam penelitian ini adalah tunbangan,
oven, hygrometer, handsprayer, jangka sorong, gelas ukur, penggaris dan
deslkator.

Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan yang diuraikan sebagai
berikut :
Tahap I : Penelitian Pendahuluan (Pengujian Kadar Air Propagul

Rh. ~nucronata)
Pengujian kadar air menggunakan tiga contoh dengan berat propagul ratarata 26.79 gram pada setiap ulangan. Prosedur pengujian kadar air mengikuti
kaidah dalam standar pengujian benih yang ditetapkan oleh International Seed
Testing Association (ISTA, 1999). Data dianalisa dengan rancangan acak Iengkap.
Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air maka diIakukan Uji
Jarak Berganda Duncan (UJBD) untuk menentukan prosedw pengujian yang
tepat.
Adapun tahapan pengujian kadar air adalah sebagai berikut :
1) Contoh propaguI Rh. mucronata yang diperlukan adalah sebanyak

54

buah dengan 6 ulangan, dimana pa& setiap uiangan diperlukan 3 butir

untuk tiga metode pengukuran kadar air.

2) Untuk mendapatkan nilai kadar air propagul maka dicoba tiga metode
yaitu dengan penurnbukan, pemotongan propagul menjadi bagian-bagian
kecil sepanjang 1 cm, dan 3 cm.
3) Setelah kegiatan pemotongan/penumbukan seIesai rnaka dimasukkan ke

&lam wadah aluminium foil yang berukuran 13 x 14,5 cm yang hbentuk
seperti wadah amplop.
4) Berat \,adah dan berat basah propagul ditimbang.

5) Setelah itu propagul beserta wadah dimasukkan ke dalam oven 1 0 5 ' ~
selama 18 jam.

Setelah itu propagul ditempatkan ke dalam desikator

selama 45 menit, kemudian berat kering propagul ditimbang.
6) Pengukuran kadar air propagul Rh. mucronata menggunakan rumus
sebagai berikut (ISTA, 1999) :

KA=(M2-M,)

X

100
042 - MI)

Dimana :
KA

=

kadar air propagul

MI

=

berat wadah dalam gram

MZ

=

berat wadah dan propagul sebelum pengovenan

M

=

berat wadah dan propagul setelah pengovenan

Tahap II :Efektivitas Penyirnpanan Propagul Rh.mucrollata
Efektivitas penyimpanan propagul Rh. mucronatu dengan perlakuan

wadah simpan, ruang simpan dan periode simpan dilaksanakan dengan beberapa
tahapan.
Pengunduban Propagul
Buah Rh. rnucronatu berupa buah vivipar yang berukuran 26.79 gram per
propagul. Buah yang diunduh addah buah yang telah matang yaitu dengan
kotiledon berwarna hijau kecoklatan atau kekuningan.

Pengambilan buah

dilakukan dengan cara memanjat pohon induk.
Propagul Rh. mucronata yang dipergunakan dalarn penelitian ini berupa
propagul yang mempunyai panjang rata-rata 3 1.28 cm dengan diameter rata-rata
11.63 mm.

Hasil rata-rata pengukuran 10 propagul Rh. mucronata dengan 10

19

ulangan dapat dilihal pada Tabel 2. Berat rata-rata propagul adalah 26.79 gram
sehingga berat 1000 gamnya adalah 26790 gram (Tabel 3).
Persiapan Wadah Simpan
Wadah simpan yang di,makan

dalam pefielitian ini meliputi dua jenis

yaitu wadah plastik dan kardus. Pada masing-masing jenis wadah diperlukan 24
wadah simpan, sehingga jurnlah wadah simpan keseluruhan adalah 48. Ukuran
wadah plastik adalah 9.9 x lo-' g/cm2, sedangkan ukuran wadah kardus adalah
34 x 20 x 24.5 cm.
Media Simpan
Media simpan yang digunakan adalah sabut kelapa dengan kadar air awal
rata-rata 74%. Pada setiap wadah simpan y h g berisi 18 propagul seberat f 482 g
diisikan sabut kelapa It 650 g, sehingga perbandingan propagul : sabut kelapa
adalah 1 : 1.35.
Tabel 2. Panjang dan diameter propagul Rh. rnucronufuyang dijadikan contoh

Garnbar 4. Potongan propagul Rh.. rnucronata. (a) metode potong 1 cm,
(b) potong 3 cm, dan (c)tumbuk

3 . Beral basah propagul Rh. mmucronata yang dijadikan contoh

Ruang Simpan
Ruang simpan yang digunakan adalah mang AC (19
dengan suhu karnar (28

-

-

2 0 ' ~ ) dan ruang

31°C) yang masing-masing diukur suhu dan

kelembabannya setiap tiga hari sekali selama penyimpanan.
Media Perkecambahan
Medla perkecambahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah,
pasir d m pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 2 : 1.
Penyimpanan Propagul
DaIarn penelitian ini kegiatan penyimpanan propagul dilakukan melalui
beberapa tahap sebagai b e r i h t :

- a. Peletakan sabut kelapa ke dalarn wadah simpan.
b. Propagul diletakkan dalam wadah penyimpanan yang telah diisi dengan media
simpan seperti tersebut di atas.

Untuk setiap wadah simpan diletakkan 18

propagul yakni : 15 buah untuk pengujian daya berkecambah dan 3 buah
untuk penentuan kadar air.

c . Setelah sernua propagul dimasukkan ke &lam wadah simpan, wadah-wadah
tersebut disimpan di ruang AC atau ruangan dengan suhu karnar

22
d. Pada setiap perlakuan (penyimpanan dalam ruang AC dan suhu kamar)
propagul disimpan selama 0, I, 2, 3, clan 4 minggu.
e. Setelah periode simpan berakhir, dilakukan pengukuran kadar air propagul
dan media simpan, serta pengukuran persentase propagul yang berakar selama
penyimpanan.

f.

Kegiatan penanaman propagul dilakukan dalam polybag.

Setelah itu

dilakukan pengukuran pengujian daya berkecarnbah, nilai perkecambahan, dan
kecepatan perkecambahan.
Penyemaian Propagul
Penyemaian propagul dilakukan pada setiap akhir periode simpan.
Penanaman propagul meliputi propagul yang berakar maupun yang tidak berakar
selama penyimpanan.
Propagul disemaikan ke dalam polybag yang telah diisi media semai.
Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan bagian bawah propagul
sedalam 5 cm (Taniguchi et al., 1999).

Pengambilan Data
Peubah-peubah yang diamati dalarn penelitian ini adalah :
--

1, Daya Berkecambah
Kriteria perkecambahan normal ditandai dengan munculnya dua helai
daun

muda pa&

hipokotil.

Perkecambahan

dilakukan selarna 90 hari.

Pengamatan dan perhitungan perkecambahan dilakukan setiap hari terhadap
kecambah normal. Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Manan, 1976) yaitu :

Jumlah propagul yang berkecambah normal

X 100 %

DB =
Jumlah propagul yang dikecambahkan

J u d a h propagul normal dihitung sejak tumbuhnya dua daun normal pada
rata-rata 36 hari sampai dengan 90 hari perkecambahan.
2. Nilai Perkecambahan

Nilai perkecambahan merupakan indeks yang menyatakan kecepatan dan
kesempurnaan propagul untuk berkecambah. Nilai perkecambahan yang paling
tinggi menunjukkan perkecambahan yang paling sempurna dapat tejadi.
NiIai perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus menurut
Czabator (1962) sebagai berikut :
G V = PV X FGD

Keterangan :
GV

-

Germination Value (nilai perkecambahan)

PV

=

Peak Value (perkecambahan puncak)
% perkecarnbahan puncak

-

C hari perkecambahan
Jumlah hari perkecambahan adalah j d a h hari
munculnya benih berkecambah normal (36 - 90 hari)

FGD

=

-

-- Final Germination Day (perkecambahan harian akhir)
% ~erkecambahan
~ a d akhir
a
~engamatan

C hariuji
Jumlah hari uji adalah jumlah hari sejak benih
dikecambahkan sampai dengan hari akhir pengamatan (90
hari).

Gambar 5. Wadah simpan propagul Rh. mucronafa.
(a) wadah kardus dan (b) plastik

3.

Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan dihitung dengan rnenggunakan rurnus Maguire
dalarn AOSA (1983).

KP = X I

+ X2-c ... . .

El

E2

+k
En

Keterangan :

KP

=

Kecepatan perkecambahan ( O / o m a r i )

Xn

=

Persentase kecarnbah normal pengarnatan ke-n

En

=

Jumlah hari pengamatan ke-n

4. Persentase Propagul yang Berakar selama Penyimpanan
Kriteria berakar adalah apabila panjang akar yang rnuncul lebih dari 0,5 cm.
Kriteria tersebut ditetapkan karena dengan panjang akar kurang dari 0,5 cm tidak
terlalu rentan terhadap kerusakan mekanis.

X propagul yang berakar
PI3

X 100%

=

E propagul yang disimpan
Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan p e t a k - p e e
terbagi (Split-split Plot Design) dengan perlakuan ruang simpan sebagai petak
utarna, wadah simpan sebagai anak petak, dan periode sim&m sebagai anak-an&
petak.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang
diarnati dilakukan uji F.
Berganda Duncan (UJBD).

Jika pengaruh perlakuan nyata dilakukan Uji Jarak

Perlakuan yang diaplikasikan adalah sebagai berikut :

- Petak utama
- Anak petak
- Anak-anak petak

: Ruang simpan (AC dan ruang kamar)

: Wadah simpan (plastik dan kardus)
: Periode simpan (0,1 , 2 , 3 dan 4 minggu)

Model rancangan percobaan adalah :

dimana :
y

i j ~

=

nilai pengamatan pada kelompuk ke-i yang memperoleh taraf
ke-i dari faktor ruang simpan, taraf ke-j dari faktor wadah
simpan dan taraf ke-k dari faktor periode simpan.
nilai rata-rata yang sesunguhnya.
pengaruh aditif dari taraf kelompok ke-I.

P

=

Ki

=

*j

=

3ij

=

pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor ruang simpan.
pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-i yang
memperoleh taraf ke-i dari faktor ruang simpan.

Bj

=

pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor wadah simpan.

(AB)ij

=

pengaruh interaksi antara taraf ke-I dari faktor ruang simpan
dan taraf ke-j dari faktor wadah simpan.

6ijl

=

pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-i yang
memperoleh taraf ke-i dari faktor wadah simpan dan taraf ke-j
dari faktor wadah simpan (galat b).

Ci

=

(AC)ik

=

(BJ)jk

=

pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor periode sinpan.
pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor wadah simpan
dan taraf ke-k dari faktor periode simpan
pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor wadah simpan
dan taraf ke-k dari faktor periode simpan.
pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor ruang simpan,
taraf ke-j dari faktor wadah simpan clan taraf ke-k dari faktor
periode simpan.

(ABC)ijk

=

ijkl

=

E

pengaruh galat yang ditimbulkan pada kelompok ke-1 yang
memperoleh taraf ke-i dari faktor ruang simpan, taraf ke-j dari
faktor wadah simpan, taraf ke-k dari faktor periode simpan.

HAS= DAN PEMBAHASAN

I. Penentuan Teknik Pengukuran Kadar Air PropaguI Rh. nurcronaia
DaIam penelitian telah dilakukan tiga macam teknik pengukuran kadar air
terhadap propagul Rl7. mucronara. Hal ini dilakukan karena belum ada standar
pengukuran kadar air untuk propagul tersebut. Hasil sidik ragam pengukuran
kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar air propagul

mucronafa

Kadar air (Oh)

Metode
Potong 1 cm
Potong 3 c m
Tumbuk

53.9a
I

56.7a
55. la

Keterangan : Angka yang diilcuti humf yang s a m a tidak berbeda
nyata menurut UJ3D dengan taraf uji 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa ketiga macam teknik

pengukuran kadar air

propagul Rh. mucronata (metode potong 1 cm, metode potong 3 cm dan metode
tumbuk) tidak memberikan perbedaan nilai yang berarti bagi besarnya kadar air
yang terukur.

Untuk menentukan metode pengukuran kadar air yang akan

dipergunakan &lam penelitian tahap selanjutnya maka teknik potong 3 cm
merupakan metode yang akan diterapkan. Hal ini dikarenakan metode tersebut
mempunyai segi kepraktisan dalam pelaksanaannya.

II. Efektivitas Teknik Penyimpanan dalam Mempertahankan Viabilitas
Propagul Rh. mucronara
Efektivitas teknik penyimpanan terhadap viabilitas propagul Rh. mucronata
diamati selama dalam penyimpanan (persentase propagul berakar dan kadar air)dan setelah propagul dikecambahkan (daya berkecambah, nilai perkecambahan
dan kecepatan perkecambahan)
Tabel 5. Rekapitulasi analisis sidik ragam perlakuan terhadap persentase propagul
berakar (PB) dan kadar air propagul (KA) selama penyimpanan, daya
berkecambah (DB), nilai perkecambahan (NP) dan kecepatan
perkecambahan (KP)
Perlakuan

PB

KA

DB

Ruang Simpan (A)

**

tn

tn

Wadah Simpan (B)

*

tn

*

I Periode simpan (C)

*

Itn

ltnl
* .C

tn

lm

Interaksi Wadah Simpan
& Periode simpan (B*C)

tn

tn

tn

Interaksi Ruang Simpan &
Wadah Simpan & Periode
simpan (A*B*C)

tn

tn

tn

Interaksi R. simpan &
Wadah Simpan (A*B)
Interaksi Ruang Simpan
dan Periode simpan (A*C)

I * * /

KF'

tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
* = berbeda nyata pada taraf uji F 0.05
** = berbeda sangat nyata pada tarafuji F 0.01

II.1. Kondisi Propagul Selama dalam Wadah Simpan
Hasil sidik ragam pengaruh ruang simpan, wadah simpan dan periode
simpan terhadap persentase berakar dan kadar air Rh. rnucronuta dapat dilihat
pada Tabel 6. Sedangkan interaksi antara m n g simpan dan periode simpan

memberikan pengaruh terhadap persentase propagul berakar Rh. mucronata

Tabel 6 . Pengaruh ruang simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap
persentase propagul berakar dan kadar air Rh. mucronata
Perlakuan

Persentase
berakar (%)

Kadar air (%)

4.67b
51.33a

53.06a
53.89a

31.78a
24.22b

53.34a
53.60a

Ob
4.44b
41.67a
45.56a
48.33a

49.03b
54.42a
55.41a
55.51a
52.99a

Ruang Simpan
AC
Kamar
Wadah Simpan
Plastik
Kardus
Periode simpan
0 minggu
1 minggu
2 minggu
3 minggu
4 minggu

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut UJBD dengan tarafuji 5%.

Tabel 7.

Pengaruh interaksi ruang simpan dan periode simpan terhadap
persentase propagul berakar Rh. mucronata
Perlakuan

I

Persentase propagul

Ruang simpan -E'eriode simpan

AC - minggu 0
AC - min& 1
AC - minggu 2
AC - minggu 3
AC - minggu 4
Kamar - minggu 0
Kamar- minggu 1
Karnar - minggu 2
Kamar - minggu 3
Kamar - minggu 4

-

73.3.3d

Letmean : Aneka vamz diikuti huruf van^ sama tidak berbeda
men-mt UGD dengan taraf uji 5%.

Interaksi antara ruang simpan dan periode simpan menunjukkan bahwa
semakin lama periode simpan berpengaruh pada kemunculan akar. Hal ini &pat

dilihat pada ruang simpan AC (19 - 20°C; 62

-

82% RH) kemunculan akar hanya

terjadi pada propagul yang disimpan dalam wadah plastik pada periode simpan 4
minggu sebesar 47% (Tabel 7, Lampiran 7). Sedangkan ddam wadah kardus
tidak terjadi kemunculan akar (0%). Pada ruang kamar (28

-

31°C; 85

-

100%

RH) kemunculan akar dimulai pada minggu pertama baik dalam wadah simpan

plastik maupun kardus (Tabel 7, Lampiran 7).
Penyimpanan dalam ruang AC dengan wadah kardus sampai periode
simpan empat minggu dapat menekan kemunculan akar (0%) bila dibandingkan
dengan wadah plastik (Gambar 6 dan 7).

-

AC-Kardus
Kamar-Plastik

--t

0

1

2

3

4

Periode simpan (minggu)

Gambar 6. Persentase berakar propagul RJz. mucronata selama empat minggu
periode simpan. (Tonggak vertikal menggambarkan simpangan
baku)

Dari grafik tersebut di atas dapat dilihat bahwa hanya dengan perlakuan
wadah kardus pada ruang AC kemunculan akar pada propagul Rh. mucronaia
dapat dicegah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ruang slmpan dim wadah
simpan tidak rnemberikan pengaruh pada nilai kadar air, hanya perlakuan periode
simpan yang memberikan pengaruh terhadap nilai kadar air (Tabel 6). Kadar air
propagul selarna periode simpan 0,1, 2 , 3 , dan 4 minggu berturut-turut 49%, 54%,
55%, 56%, dan 53%. Perbedaan kadar air hanya terjadi antara propagul sebelum

disimpan ( 0 minggu) dengan ke-ernpat minggu periode simpan (Tabel 6 ) .
Hasil pengukuran kadar air propagut Rh. mucronata pada Lampiran 7
menunjukkan bah~vakadar air propagul dengan media sabut kelapa pada berbagai
ruang sirnpan dan wadah simpan semakin menurun seiring bertambahnya periode
penyimpanan (Gambar 7).

Garnbar 7. Kadar air propagul Rh. mucronata selama empat minggu periode
simpan. (Tonggak vertikal menggambarkan simpangan baku)

Propagul yang disimpan dapat mempertahankan nilai kadar air di atas 40%
karena pemakaian media simpan sabut kelapa dengan kadar air awal rata-rata 74%
sehingga kadar air propagul tidak terldu cepat penurunannya atau cenderung
stabil (Gambar 9).

B1 = Kardus, B 2 = Plastik, C1 = I minggu, C2 = 2 minggu, C3 = 3 minggu,
C4 = 4 minggu

Gambar 8. PropaguI Rh. mucronata yang berakar selaina penyimpanan
empat minggu. (a) ruang AC dan (b) ruang kamar

propagul
&Kadar air

10

1

C
1

0

2

0

4

3

Periode simpan (minggu)

Gambar 9. Kadar air propagul Rh. mucronata dan media simpan selama empat
minggu periode simpan.
(Tonggak vertikal menggarnbarkan
simpangan baku)

11.2. Kondisi Propagul Selama Uji Perkecsmbahan
Setelah dilakukan penghitun-&n persentase propagul berakar dan kadar air
propagul

selama

periode

simpan

empat

minggu

maka

dilakukan

uji

perkecambahan selama 90 hari uji.
Peubah keberhasilan perkecambahan adalah daya berkecambah, nilai
perkecambahan, dan ke~epatanperkecambahan. m i l analisis sidik ragam &pa€dilihat pada Tabel 5. Sedangkan uji lanjut dapat dilihat pa& Tabel 8.
Secara u m u m &pat dilihat bahwa hanya perlakuan periode simpan yang
memberikan perbedaan bagi nilai perkecambahan dan kecepatan perkecambahan.
Daya berkecambah propagul Rh. mucronata tanpa penyimpanan sebagian besar
mencapai

100 %

dan

cenderung menurun

seiring bertambahnya lama

penyimpanan (Lampiran 7). Secara keseluruhan nilai daya berkecambah tidak ada
yang mencapai nilai 0%.
Tabel 8. Pengaruh ruang simpan, wadah simpan clan periode simpan terhadap
daya
berkecambah,
nilai
perkecambahan,
dan
kecepaian
perkecambahan propagul Rh. mucronafa
Perlakuan

Nilai
perkecambahan

Kecepatan
perkecambahan
( O h / hari)

97.73a
97.23a

0.77a
0.88,

2.15a
2.16a

98.13a
96.83b

O.8la
O.85a

2.16a
2.15a

Daya
berkecambah

("A)
Ruang Simpan
AC
Kamar
Wadah Simpan
Plastik
Kardus
Periode simpan
0 minggu
1 minggu
2 minggu
3 minggu
4 minggu

97.08a
98.33a
98.25a
98.25a
95.50a

0.8lab
2.05~
0,82ab
1.94d
0.93a
2.26ab
O.87a
2.30a
0.72b
2.21b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJBD
dengan taraf uji 5%.

Daya berkecambah propagul dipengarufii oleh j e ~ wadah
s