Pertumbuhan Propagul Rhizophora apiculata Dari Berbagai Ukuran

PERTUMBUHAN PROPAGUL Rhizophora apiculata DARI
BERBAGAI UKURAN

SKRIPSI

OLEH
LOVE FREDDY ABDI KUSUMA
061202004/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Pertumbuhan Propagul Rhizophora apiculata Dari

Berbagai Ukuran

Nama

: Love Freddy Abdi Kusuma

NIM

: 061202004

Prodi

: Kehutanan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua


Dr. Budi Utomo, SP. MP
Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph. D
Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
LOVE FREDDY ABDI KUSUMA. The growth of propagule Rhizophora
apiculata from various size, under academic supervision by YUNASFI and BUDI
UTOMO.
Rhizophora apiculata is one of that has strong roots and be able to with
stand waves of ocean currents. However, with the utilization of mangrove forests
by communities around the forest into agricultural land, farm, settlement, so the
presence of R. apiculata depleted. One of the efforts made to rehabilitate
degraded forest mangrove is doing seedbed propagules R. apiculata with various
types of meansure that will obtain the best propagules growth. This study aims to

determine the growth of propagules R. apiculata good of various kinds of size.
This research was conducted in the seedling location of Sicanang and Laboratory
of Forest Product Technology, Forest Departement, Agriculture Faculty,
Univercity of nourth Sumatera during 3 mouth i.e March-June 2011. This
research use the complete random desaign (RAL) with 4 treatment i.e size of
propagule 20-23 cm, size of propagule 24-27 cm, size of propagul 28-31 cm, and
size of propagule 31-35 cm, for 7 repetition.
The results showed growth of propagules R. apiculata of various sizes to
give real effecton propagule height, propagule diameter, leaf biomass and leaf
area. The highest of propagule found in propagule R. apiculata with size 31-35
cm that is equal to 24,2 cm. The biggest of diameter propagule found in propagule
R. apiculata with size 31-35 cm that is equal to 0.40 cm. The biggest of Total
biomass found in propagule R. apiculata with size 24- 27 cm that is equal to
20,64 gram. The largest propagule leaf area found in propagules R. apiculata
with size 31-35 cm that is equal to 1068,56 cm2.
Keyword : Mangrove, propagul Rhizophora apiculata, size of propagul

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

LOVE FREDDY ABDI KUSUMA. Pertumbuhan propagul Rhizophora
apiculata dari berbagai jenis ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI
UTOMO.
Rhizophora apiculata merupakan salah satu pohon yang memiliki
perakaran yang kuat serta mampu menahan gelombang arus laut. Akan tetapi
dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan
menjadi lahan pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan R. apiculata
semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan
mangrove yang terdegradasi adalah melakukan persemaian propagul R. apiculata
dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh propagul yang paling baik
pertumbuhannya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
propagul R. apiculata yang baik dari berbagai jenis ukuran. Penelitian ini
dilakukan di lokasi pempropagulan mangrove yang bertempat di Desa Sicanang,
Kecamatan Medan-Belawan, Sumatera Utara dan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juni 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan, yaitu (20 cm - 23 cm), (24 cm - 27 cm), (28 cm - 31 cm),
(32 cm - 35 cm). Setiap perlakuan diulang sebanyak 7 sehingga diperoleh 28
propagul R. apiculata.

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul R. apiculata dari
berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi propagul,
diameter propagul, biomassa daun dan luas daun total. Tinggi propagul terbesar
didapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 32-35 cm yaitu sebesar 24,2
cm. Diameter propagul terbesar pada propagul R. apiculata dengan ukuran
32-35 cm yaitu sebesar 0,40 cm. Biomassa daun terbesar didapat pada propagul
R. apiculata dengan ukuran 24-27 cm yaitu sebesar 20,64 gram/cm2. Luas daun
total propagul terluas didapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 32-35 cm
yaitu sebesar 1068,56 cm2.
Kata kunci : Mangrove, propagul Rhizophora apiculata, ukuran propagul

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Oktober 1988 dari pasangan
Bapak Yeddy Telaumbanua dan Ibu Dameria Sipahutar. Penulis merupakan anak
pertama dari 4 bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 012 Petang Jakarta Timur dan
lulus tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 45 MEDAN
dan lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 9 MEDAN

dan lulus Tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program
Studi Budidaya Hutan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
Selain mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Silva (HIMAS). Penulis melaksanakan praktik pengenalan dan
pengelolaan hutan (P3H) di hutan dataran tinggi Tangkahan, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara dan di hutan mangrove Pulau Sembilan, Pangkalan Susu pada
tahun 2008. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum
Perhutani Unit III KPH Bandung Utara dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 2010
di Jawa Barat.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Judul skripsi ini adalah “Pertumbuhan Propagul Rhizophora apiculata
Dari Berbagai Ukuran”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing, yaitu Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Dr. Budi Utomo, SP, MP. Serta
kepada orangtua penulis yang telah memberi dukungan penulis baik moril
maupun materil dan kepada semua teman-teman yang telah membantu dalam
pembuatan skripsi ini.
Akhirnya

penulis

berharap

skripsi

ini

dapat

bermanfaat

bagi


pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan.

Medan, September 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ...............................................................................................
i
ABSTRAK ...............................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Hipotesis Penelitian ...........................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................

1
1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Defenisi Hutan Mangrove ................................................................ ....
Bakau Minyak (R. apiculata BI)...........................................................
Teknik Silvikultur Bakau (Rhizophora sp.) .........................................
Pertumbuhan Rhizophora apiculata.............. ......................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakau ....................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ......................................................


4
4
5
6
8
10
12

BAHAN DAN METODE ............................................................................
Waktu dan Tempat .............................................................................
Bahan dan Alat Penelitian .................................................................
Metode Penelitian ..............................................................................
Prosedur Penelitian ............................................................................
Penyiapan Bahan Tanaman ....................................................
Penyiapan Media Tanam ........................................................
Pemberian Naungan ...............................................................
Penyiraman Propagul ..............................................................
Penanaman Propagul di Polibag .............................................
Parameter Penelitian ...........................................................................

Tinggi Propagul .....................................................................
Diameter Propagul .................................................................
Luas Permukaan Daun (cm2) ...................................................
Bobot Kering Akar, Bobot Kering Daun dan Bobot Kering
Tajuk (g/m2) ............................................................................
Rasio Bobot Kering Tajuk per Akar ........................................

13
13
13
13
14
14
14
15
15
15
15
15
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
Hasil penelitian ..................................................................................
Tinggi Propagul .....................................................................
Diameter Propagul .................................................................

17
17
17
18

16
16

Universitas Sumatera Utara

Luas permukaan daun (cm2) ....................................................
Bobot kering akar (g/cm2) .......................................................
Bobot kering tajuk (g/cm2) ......................................................
Bobot Kering Daun (g/cm2) ...................................................
Rasio bobot kering tajuk per akar ............................................
Pembahasan .......................................................................................

20
20
21
21
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ...............................................................................................

27
27
27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Teks

1.

Pertumbuhan tinggi Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
Ukuran Propagul ....................................................................................

17

Pertumbuhan diameter Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
Ukuran Propagul ....................................................................................

18

Luas permukaan daun Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
Ukuran Propagul ...................................................................................

20

Bobot kering akar Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
Ukuran Propagul ....................................................................................

21

Bobot kering tajuk Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
Ukuran Propagul ...................................................................................

21

Bobot kering daun Propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai Ukuran
Propagul ................................................................................................

22

Rasio bobot kering tajuk per akar Propagul R. apiculata rata-rata
pada berbagai Ukuran Propagul..............................................................

22

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Halaman

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Teks

Halaman

1. Grafik pertambahan tinggi Propagul R. apiculata dengan beberapa
Ukuran Propagul umur 0 MST sampai 15 MST ........................................

18

2. Grafik pertambahan diameter batang Propagul R. apiculata
dengan beberapa Ukuran Propagul umur 0 MST sampai 15 MST .............

19

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No
1.

Teks

Halaman

Analisis Rancangan Percobaan Tinggi (cm) Propagul
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

30

Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) batang Propagul
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

30

Analisis Rancangan Percobaan Biomassa Daun
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

31

Analisis Rancangan Percobaan Biomassa Tajuk
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

31

Analisis Rancangan Percobaan Bobot Biomassa Akar Propagul
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

32

Analisis Rancangan Percobaan Rasio Tajuk per Akar Propagul
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

32

Analisis Rancangan Percobaan Luas Permukaan Daun Total Propagul
R. apiculata Pada Berbagai Ukuran Propagul .........................................

33

Foto Perlakuan A Propagul R. apiculata Pada Berbagai Ukuran
Propagul ................................................................................................

34

Foto Perlakuan B Propagul R. apiculata Pada Berbagai Ukuran
Propagul ................................................................................................

34

10. Foto Perlakuan C Propagul R. apiculata Pada Berbagai Ukuran
Propagul ................................................................................................

35

11. Foto Perlakuan D Propagul R. apiculata Pada Berbagai Ukuran
Propagul ................................................................................................

35

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
LOVE FREDDY ABDI KUSUMA. The growth of propagule Rhizophora
apiculata from various size, under academic supervision by YUNASFI and BUDI
UTOMO.
Rhizophora apiculata is one of that has strong roots and be able to with
stand waves of ocean currents. However, with the utilization of mangrove forests
by communities around the forest into agricultural land, farm, settlement, so the
presence of R. apiculata depleted. One of the efforts made to rehabilitate
degraded forest mangrove is doing seedbed propagules R. apiculata with various
types of meansure that will obtain the best propagules growth. This study aims to
determine the growth of propagules R. apiculata good of various kinds of size.
This research was conducted in the seedling location of Sicanang and Laboratory
of Forest Product Technology, Forest Departement, Agriculture Faculty,
Univercity of nourth Sumatera during 3 mouth i.e March-June 2011. This
research use the complete random desaign (RAL) with 4 treatment i.e size of
propagule 20-23 cm, size of propagule 24-27 cm, size of propagul 28-31 cm, and
size of propagule 31-35 cm, for 7 repetition.
The results showed growth of propagules R. apiculata of various sizes to
give real effecton propagule height, propagule diameter, leaf biomass and leaf
area. The highest of propagule found in propagule R. apiculata with size 31-35
cm that is equal to 24,2 cm. The biggest of diameter propagule found in propagule
R. apiculata with size 31-35 cm that is equal to 0.40 cm. The biggest of Total
biomass found in propagule R. apiculata with size 24- 27 cm that is equal to
20,64 gram. The largest propagule leaf area found in propagules R. apiculata
with size 31-35 cm that is equal to 1068,56 cm2.
Keyword : Mangrove, propagul Rhizophora apiculata, size of propagul

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
LOVE FREDDY ABDI KUSUMA. Pertumbuhan propagul Rhizophora
apiculata dari berbagai jenis ukuran, dibimbing oleh YUNASFI dan BUDI
UTOMO.
Rhizophora apiculata merupakan salah satu pohon yang memiliki
perakaran yang kuat serta mampu menahan gelombang arus laut. Akan tetapi
dengan adanya pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat sekitar hutan
menjadi lahan pertanian, tambak, pemukiman, sehingga keberadaan R. apiculata
semakin habis. Salah satu usaha yang dilakukan untuk merehabilitasi hutan
mangrove yang terdegradasi adalah melakukan persemaian propagul R. apiculata
dengan berbagai jenis ukuran yang nantinya diperoleh propagul yang paling baik
pertumbuhannya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
propagul R. apiculata yang baik dari berbagai jenis ukuran. Penelitian ini
dilakukan di lokasi pempropagulan mangrove yang bertempat di Desa Sicanang,
Kecamatan Medan-Belawan, Sumatera Utara dan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juni 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan, yaitu (20 cm - 23 cm), (24 cm - 27 cm), (28 cm - 31 cm),
(32 cm - 35 cm). Setiap perlakuan diulang sebanyak 7 sehingga diperoleh 28
propagul R. apiculata.
Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan propagul R. apiculata dari
berbagai jenis ukuran memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi propagul,
diameter propagul, biomassa daun dan luas daun total. Tinggi propagul terbesar
didapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 32-35 cm yaitu sebesar 24,2
cm. Diameter propagul terbesar pada propagul R. apiculata dengan ukuran
32-35 cm yaitu sebesar 0,40 cm. Biomassa daun terbesar didapat pada propagul
R. apiculata dengan ukuran 24-27 cm yaitu sebesar 20,64 gram/cm2. Luas daun
total propagul terluas didapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 32-35 cm
yaitu sebesar 1068,56 cm2.
Kata kunci : Mangrove, propagul Rhizophora apiculata, ukuran propagul

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari
gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman,
bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga
terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai.
Secara umum ekosistem mangrove merupakan sumber daya alam (natural
resources) yang memiliki intensitas relasi yang tinggi dengan masyarakat,
mengingat hutan mangrove mudah dijangkau dan berada pada kawasan-kawasan
yang sudah cukup terbuka atau berkembang. Selain itu, potensi ekonomi
mangrove cukup tinggi yang didukung oleh kemudahaan pemanfaatan dan
pemasaran hasilnya. Hal ini mendorong laju kerusakan ekosistem mangrove
umumnya berlangsung cepat (LPM, 2005).
Permasalahan utama pada habitat mangrove bersumber dari berbagai
tekanan yang menyebabkan luas hutan mangrove semakin berkurang antara lain
oleh kegiatan pemukiman, tambak, ataupun berbagai kegiatan pengusahaan hutan
yang tidak bertanggung jawab (Bengen, 2000). Pertambahan penduduk terutama
didaerah pantai,

mengakibatkan asanya perubahan tataguna

lahan dan

pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan, sehingga hutan mangrove
dengan cepat menipis dan rusak diseluruh daerah tropis.
Di beberapa daerah wilayah pesisir di Indonesia sudah terlihat adanya
degradasi dari hutan mangrove akibat penebangan hutan mangrove yang
melampaui batas kelestariannya. Hutan mangrove telah berubah fungsinya akibat
konvesi lahan seperti pertanian, pertambakan, pembangunan dermaga dan lain

Universitas Sumatera Utara

sebagainya Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) dan
Direktoral Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), luas
hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luas 2.548.209,42 ha
dengan kondisi baik, 4.510.456,61 ha kondisi rusak sedang dan 2.146.174,29 ha
yang berkondisi rusak parah. Dengan laju kerusakan yang tinggi seperti ini,
dikhawatirkan bahwa keberadaan hutan mangrove sebagai pelindung daerah
dibelakangnya akan hilang. Dengan hilangnya hutan mangrove, maka air tanah
akan tercemari oleh intruisi air laut dan juga akan hilangnya pelindung dari
gelombang air laut bagi daerah pemukiman yang ada dibelakang hutan mangrove.
Salah satu cara untuk membangun hutan mangrove yang sudah
terdegradasi adalah dengan mengadakan penanaman mangrove. Penanaman
mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung
buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit.
Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %).
Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator.
Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya
relatif tinggi (sekitar 60-80%).
Melalui pembibitan tanaman mangrove,

akan

membantu tingkat

keberhasilan hidup bagi benih ataupun propagul mangrove yang akan ditanam
dilapangan. Dengan dilakukan pembibitan, adaptasi benih terhadap tempat
tumbuh nya lebih baik dan mengurangi resiko benih mati atau hilang terbawa
gelombang laut yang kencang, selain itu, dengan pembibitan, bibit mangrove yang
sakan ditanam dilapangan akan lebih bertahan hidup dari gangguan alam yang
dapat menghambat pertumbuhan bibit tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dengan pesatnya pertumbuhan sektor pembangunan dan perekonomian
pada daerah disekitar hutan mangrove akan mengakibatkan luas hutan mangrove
semakin menipis dan hilang. Menyadari akan pentingnya hutan mangrove bagi
kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, maka perlu dilakukannya
tindakan rehabilitasi hutan mangrove. Untuk membantu merehabilitasi kawasan
mangrove yang rusak maka perlu dilakukan pembibitan tanaman mangrove agar
dapat mempercepat rehabilitasi hutan mangrove dengan optimal. Dalam penelitian
ini dilakukan pembibitan mangrove dengan memilih jenis Rhizphora apiculata
yang diambil dari beberapa ukuran propagul yang berbeda untuk diamati
pertumbuhannya. Pada akhirnya akan diperoleh jenis ukuran bibit/propagul yang
bagus dan berkualitas untuk ditanam pada lahan yang mengalami kerusakan
maupun terdegradasi.

Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan
propagul Rhizophora apiculata dari berbagai ukuran.

Hipotesis Penelitian
Propagul R. apiculata dengan ukuran 32-35 cm pertumbuhannya lebih
baik dibandingkan ukuran propagul R. apiculata yang lainnya.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis ukuran propagul
bakau merah (Rhizophora apiculata) yang baik pertumbuhannya sehingga dapat
menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan kegiatan
rehabilitasi agar kegiatan rehabilitasi dapat berhasil dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Penelitian
Kawasan hutan mangrove sebagian besar telah mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia. Salah satu usaha yang perlu dilakukan yaitu
mengadakan kegiatan rehabilitasi. Bakau (Rhizophora apiculata) merupakan salah
satu tanaman yang dapat ditanam di areal yang telah mengalami degradasi.
Keberhasilan kegiatan rehabilitasi ditentukan oleh kualitas bibit yang baik, oleh
karena itu diadakan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan propagul bakau
merah (Rhizophora apiculata) yang baik dengan berbagai jenis ukuran propagul,
karena asumsinya bahwa setiap ukuran dari propagul bakau akan mengalami
pertumbuhan yang berbeda sesuai tingkat kematangan propagul. Sehingga pada
akhirnya kegiatan rehabilitas dapat berhasil dengan baik. Berikut ini kerangka
pemikiran yang disajikan pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Hutan Mangrove

Kerusakan Hutan Mangrove

Perkebunan

Pemukiman

Tambak

Rehabilitasi Hutan

Teknik Persemaian

Lingkungan

Kualitas bibit

Tempat tumbuh

Pemilihan jenis

Bakau (Rhizophora apiculata)

Pembibitan

Bibit yang berkualitas
Gambar 1. Kerangka pemikiran

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara bahasa Portugis mangue dan
bahasa Inggris grove (Mac nae, 1968, dalam Fahutan IPB, 2005). Dalam bahasa
Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh
didaerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan
yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata
mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan dan kata mangal
untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Fungsi ekologis hutan mangrove
antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat
tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran
(nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan,
serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain :
penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil
bibit.
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies
pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau
(Santoso, 2000). Ekosistem mangrove terdiri atas berbagai tumbuhan, hewan, dan
mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (SNM, 2003),
namun tanpa hadirnya tumbuhan mangrove, kawasan ini tidak dapat disebut
ekosistem mangrove.

Universitas Sumatera Utara

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut (terutama di daerah pantai terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pada saat surut yang komunitas tumbuhan bertoleransi terhadap garam.
Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan
bakau. Istilah bakau sering dipakai karena kebanyakan suku tumbuhan yang ada
dihutan mangrove adalah suku Rhizophoraceae. Bakau adalah nama sekelompok
tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae.
Taksonomi Rhizophora apiculata
Adapun taksonomi dari tumbuhan bakau merah (R. apiculata) ini adalah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan); Sub-Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
Berpembuluh); Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan Biji); Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga); Kelas : Magnoliopsida (Berkeping
2/dikotil); Sub-Kelas : Rosidae; Ordo : Malphigiales; Famili : Rhizophoraceae;
Genus : Rhizophora; Species : Rhizophora apiculata dengan nama dagang Bakau
Merah (Plantamor, 2011).
Teknik Silvikultur Rhizophora apiculata
Persemaian mangrove membutuhkan lokasi basah yang terpengaruh
pasang surut. Karenanya, persemaian mangrove dapat juga disebut sebagai
persemaian pasang surut. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai, lokasi yang
sesuai adalah lokasi kering, tidak mengalami genangan. Oleh karena itu,
persemaian ini juga dikenal sebagai persemaian darat (terrestrial nursery).
Persemaian bibit mangrove (khususnya Rhizophora spp., Ceriops spp., dan
Bruguiera spp.) biasanya terletak di lokasi yang terkena pasang surut. Dalam
kondisi demikian maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Walaupun tidak

Universitas Sumatera Utara

disiram, namun pemberian naungan tetap harus dilakukan, terutama dalam waktu
2 bulan pertama. Setelah itu, intensitas naungan sebaiknya dikurangi.
Pengurangan intensitas naungan ini harus dilakukan secara perlahan-lahan hingga
bibit memiliki ketahanan untuk hidup di lokasi terbuka, sebagaimana kondisi
sebenarnya di lapangan.
Media yang digunakan dalam penyemaian berasal dari tanah berlumpur
atau lumpur berpasir yang diambilkan dari sekitar pohon induk agar benih yang
disemaikan dapat hidup dengan optimal. Benih disemaikan masing-masing satu
buah dalam satu polibag. Bedeng persemaian sebaiknya diberi naungan dengan
intensitas sebesar 50% dengan lama pemberian naungan sekitar 3–4 bulan.
Kemudian naungan dibuka dan dibiarkan selama 1 bulan untuk adaptasi bibit
sebelum ditanam. Bibit yang telah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu
yaitu tinggi minimal bibit 30 cm dengan jumlah daun 4 helai. Untuk memperoleh
bibit bakau yang siap tanam, diperlukan waktu 4-5 bulan. Teknik pananamannya
sama dengan R. mucronata, namum benih R. apiculata hanya ditancapkan
sedalam 5 cm pada media (Wibisono dkk, 2006).
Propagul mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi
terdekat. Buah dapat diperoleh dengan cara mengambil buah-buah yang telah
jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Sebaiknya, pengumpulan buah
dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu. Pada saat memetik buah
secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara berhati-hati, jangan
sampai bunga dan buah yang belum matang berjatuhan. Untuk memperoleh buah
yang baik, dapat dilakukan antara bulan September sampai dengan Maret. Seleksi
buah tergantung pada karakteristik jenisnya. Namun biasanya, buah dipilih berasal

Universitas Sumatera Utara

dari buah yang matang, sehat, segar dan bebas dari hama. Ciri kematangan dapat
dilihat dari warna kotiledon, warna hipokotil, berat buah atau ciri lainnya.
Sebelum digunakan untuk pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu.
Buah dimasukkan dalam ember atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi
tegak, dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Lama
penyimpanan maksimal adalah 10 hari (Bengen dan Adrianto 2001).
Untuk jenis Rhizophora spp., Ceriops spp. dan Bruguiera spp. petunjuk
kemasakan propagul dapat ditentukan. Propagul berwarna hijau kecoklatan
dengan panjang minimal 20 cm, kotiledon berwarna merah, perikarp berwarna
coklat dan mudah lepas dari plumula. Pengumpulan propagul dapat dilakukan
antara lain dengan cara memetiknya langsung di pohon, mengumpulkan propagul
yang telah jatuh atau memungut propagul yang hanyut di sungai.
Ukuran propagul yang besar pada umumnya memiliki cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan dengan ukuran propagul yang lebih kecil. Oleh
karena itu, propagul yang lebih besar lebih cepat tumbuh dan lebih baik
pertumbuhan nya dibandingkan dengan propagul yang lebih kecil.
Pertumbuhan Rhizophora apiculata
Pertumbuhan semai Rhizophora sp yang berasal dari hipokotil utuh
pertumbuhannya lebih baik daripada pertumbuhan semai yang berasal dari stek
hipokotil, baik hipokotil bagian atas maupun bagian bawah. Hal tersebut
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh cadangan makanan pada hipokotil
utuh lebih banyak serta pertumbuhan tunas dan akar lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan tunas dan akar pada semai yang berasal dari stek hipokotil.
Pertumbuhan tunas dan akar pada stek hipokotil harus melalui beberapa tahap

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan dan perkembangan sampai terbentuknya akar dan tunas yang
sempurna (Mulyani dkk, 1996).
Rhizophoraceae fase seedling diawali dengan terbentuknya radikula secara
vivivar, monoaksial, dengan respon geotropik positif kemudian meristem apek
terhenti, kemudian meristem lateral berkembang membentuk akar lateral (aksis 2)
yang monopodial dengan tipe percabangan lateral (orientasi ortotrof) dan mono
aksial (orientasi plagiotrof). Akar lateral Rhizophora fase juvenil tumbuh secara
kontinue, melakukan percabangan lateral (silepsis), dengan respon geotropik
positif (ortotrof) hingga fase dewasa. Akar tunjang Rhizophoraceae terbentuk
melalui 2 pola yaitu : pola awal dengan aksis 2 yang tumbuh monopodial, ortotrof
(silepsis) dan percabangan pada bagian distal lalu proksimal, selanjutnya pola
kedua dengan aksis 2 yang menghasilkan modul berupa unit cabang simpodial
(plagiotrof) dan aksis baru tumbuh pada bagian distal setiap (Dahlan dkk, 2008)
Pertumbuhan akar yang muncul pada stek hipokotil bagian atas jumlahnya
lebih sedikit, tetapi ukurannya lebih besar. Pada stek hipokotil bagian atas waktu
yang diperlukan untuk munculnya akar lebih lama dibandingkan dengan stek
hipokotil bagian bawah dan semai yang berasal dari hipokotil utuh. Hal tersebut
disebabkan karena hipokotil bagian atas tunas nya sudah ada sejak ditananam,
sedangkan tempat munculnya akar terganggu karena pemotongan atau mengalami
perlukaan (Kramer dan Kozlowski, 1960).
Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan
bobot kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan
meningkatkan suhu lingkungan tanaman, yang mengakibatkan respirasi tanaman
meningkat sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam

Universitas Sumatera Utara

jaringan tanaman sedikit, menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan
perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas
cahaya 100%. Kelembaban udara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
karena dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Laju fotosintesis meningkat
dengan meningkatnya kelembaban udara sekitar tanaman. (Dwidjoseputro, 1996).
Daun

merupakan

organ

tanaman

tempat

berlangsungnya

proses

fotosintesis. Besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis
menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman
mencerminkan bobot kering. Bila luas daun meningkat, asimilat yang dihasilkan
akan lebih besar pula. Luas daun yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih
meningkat, sehingga laju pertumbuhan nisbi juga meningkat dan bobot kering
tanaman meningkat pula. Laju pertumbuhan nisbi adalah peningkatan bobot
kering tanaman dalam suatu interval waktu tertentu saja, bukan pertambahan
bobot kering tanaman. Nilai laju pertumbuhan nisbi erat kaitannya dengan
efisiensi penyerapan cahaya oleh daun, dalam hal ini luas daun dan laju asimilasi
bersih akan mempengaruhi laju pertumbuhan nisbi. Luas daun meningkat dengan
diimbangi laju asimilasi bersih yang tinggi, akan menghasilkan laju pertumbuhan
nisbi yang tinggi pula (Lakitan, 2000).
R. apiculata tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang
pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang
bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi
yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki
pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya
dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung

Universitas Sumatera Utara

akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu
kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang
tahun (Kusmana, dkk 2003).

Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakau
a. Salinitas
Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan, daya tahan dan zonasi jenis mangrove. Tumbuhan mangrove
merupakan tumbuhan subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppm.
Salinitas yang sangat tinggi (hyper salinity) misalnya ketika salinitas air
permukaan melebihi salinitas yang umum di laut (±35 ppm) dapat berpengaruh
buruk pada vegetasi mangrove, karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif.
Akibatnya, tajuk mangrove semakin jauh dari tepian perairan secara umum
menjadi kerdil dan berkurang komposisi jenisnya (Kusmana, 2004).
b. Tanah
Jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama
di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini
sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Jenis
tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempeng
berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Jika kerapatan
rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak
berbeda,

yaitu

antara 4,6-6,5

dibawah tegakan

jenis Rhizophora spp

( Arief, 2003).

Universitas Sumatera Utara

c. Suhu
Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. Dan Lumnitzera
spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk
bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada
suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987).
d. Pasang Surut
Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove.
Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal
mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun
selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan
salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove. Pasang surut juga
berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan
oleh kerenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998)
e. Cahaya
Cahaya merupakan satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis
dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi,
transpirasi, fisiolagi dan struktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya didalam
kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk
tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan
intensitas tinggi ( Mac Nae, 1968).
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu lokasi pembibitan mangrove yang
digunakan oleh masyarakat setempat. Lokasi penelitian ini juga dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Dimana, apabila terjadi pasang maka tempat ini akan
tergenang oleh air pasang dan apabila sedang surut lokasi ini tidak tergenang.

Universitas Sumatera Utara

Disekitar lokasi penelitian ini dikelilingi oleh pepohonan yang menaungi bibit
yang diteliti, sehingga tidak dipasang naungan untuk menaungi bibit. Lokasi
penelitian ini juga aman dari gangguan hewan ternak seperti kambing yang
berpotensi untuk memakan bibit yang diteliti karena telah dipagari. Luas daerah
yang dipakai untuk penelitian ini 5 m x 8 m.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan pembibitan mangrove Desa Sicanang,
Kecamatan Medan-Belawan, Sumatera Utara dan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan
Maret 2011 sampai bulan Juni 2011.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan pembibitan
mangrove sebagai lahan penelitian, propagul bakau (Rhizophora apiculata) yang
berukuran 20-23cm; 24-27cm; 28-31cm; 32-35cm; Polibag, dan Tanah berlumpur
(tanah aluvial) sebagai media bibit.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penggaris, Jangka
sorong, Oven, Timbangan elektrik, dan Alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 perlakuan, yaitu :
a. Propagul 20 cm - 23 cm
b. Propagul 24 cm - 27 cm
c. Propagul 28 cm - 31 cm
d. Propagul 32 cm - 35 cm
Dilakukan sebanyak 7 kali ulangan sehingga diperoleh 28 propagul bakau
(R. apiculata).

Universitas Sumatera Utara

Model linear rancangan acak lengkap yang digunakan dalam percobaan ini
adalah:
Yij = µ + τi + Єij
Keterangan:
Yij

= Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan
ukuran benih ke-i

µ

= Nilai Rataan

τi

= Pengaruh Ukuran benih ke-i

Єij

= Galat percobaan pada ulangan ke-j dalam perlakuan ukuran
benih ke-i

Apabila ANOVA berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan
berdasarkan uji jarak Duncan (Duncan’s Test) (Gomez and Gomez, 1995).
Prosedur Penelitian
Penyiapan bahan tanaman
Propagul tanaman bakau (R. apiculata) yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari pohon bakau yang telah berumur lebih dari 10 tahun. Bibit dibawa
dari lokasi hutan ke lokasi penelitian atau pembibitan yang sebelumnya dilakukan
penyeleksian agar didapat benih yang baik dalam keadaan fisik dan kesehatan
benih.
Penyiapan media tanam
Media yang digunakan dalam penyemaian berasal dari tanah berlumpur
(Aluvial) yang diambilkan dari sekitar lokasi penelitian. Propagul disemaikan
masing-masing satu buah dalam satu polibag.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian naungan
Pada lokasi penelitian ini tidak diberi naungan. Hal ini dikarenakan, lokasi
ini adalah lokasi pembibitan mangrove. Sehingga sudah ada naungan yang
dirancang sebelumnnya.
Penyiraman bibit
Keadaan air pasang yang mencapai persemaian maka penyiraman tidak
perlu dilakukan karena bibit akan tergenangi secara alami. Namun jika air pasang
tidak mencapai persemaian maka penyiraman dilakukan dengan menggunakan air
dari tempat asal dari sumber terdekat apabila keadaan tanah sudah cukup kering.
Penanaman bibit
Teknik pananamannya sama dengan jenis Rhizophora spp yang lainnya,
namum benih bakau merah (Rhizophora apiculata) hanya ditancapkan sedalam 5
cm pada media.
Pengamatan parameter penelitian
Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah tanam (3 MST) dan parameter
yang diamati antara lain :
1. Tinggi bibit (cm)
Pengambilan data parameter tinggi tanaman dilakukan dua minggu sekali
dengan menggunakan penggaris. Pada setiap satuan percobaan. Pengukuran tinggi
diukur mulai dari bagian plumula sampai titik tumbuh tertinggi.
2. Diameter bibit (cm)
Pengukuran Diameter bibit menggunakan jangka sorong. Pengukuran
dilakukan pada satu titik yang telah ditentukan dan diberi tanda. Pengambilan data
dilakukan bersamaan dengan data tinggi bibit.

Universitas Sumatera Utara

3. Luas permukaan daun total (cm2)
Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas
permukaan daun diukur dengan menghitung luas total dari seluruh jumlah daun
yang ada disemua bibit Pengukuran luas permukaan daun menggunakan program
AutoCad.
4. Bobot kering akar, bobot kering daun dan bobot kering tajuk (g)
Pengamatan berat kering akar dan bobot kering tajuk dilakukan setelah
selesai kegiatan pengamatan parameter lain berakhir, dengan cara pemisahan
bagian atas (cabang, batang, daun) dengan bagian bawah (akar). Kemudian
disatukan, ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam kantong koran yang
telah diberi label sesuai perlakuan. Kemudian diovenkan pada suhu 75oC sampai
berat konstan, kemudian ditimbang.
5. Rasio bobot kering tajuk per akar
Perhitungan rasio bobot kering tajuk akar dilakukan setelah kegiatan
pengamatan parameter lain berakhir. Perhitungannya dapat dilakukan dengan
rumus :
Rasio bobot kering tajuk/akar =

Bobot kering tajuk
Bobot kering akar

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.
1. Tinggi Propagul.
Salah satu parameter yang diamati untuk melihat pengaruh pertumbuhan
dari propagul Rhizophora apiculata adalah tinggi. Pertumbuhan tinggi propagul
R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan tinggi propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis
ukuran propagul
Ukuran Propagul
Tinggi rata-rata (cm)
20 cm – 23 cm
19.63ab
24 cm – 27 cm
18.69a
28 cm – 31 cm
21.30bc
32 cm – 35 cm
22.29c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada Intensitas 5%

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dinyatakan bahwa perbedaan ukuran
propagul berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi propagul R. apiculata
pada umur 15 minggu setelah tanam. Propagul tertinggi diperoleh pada ukuran
propagul 32 cm – 35 cm, yaitu 22,29 cm dan terendah pada ukuran propagul
24 cm – 27 cm, yaitu 18,69 cm. Namun berdasarkan uji lanjut DMRT diantara
perlakuan tidak berbeda signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhant tinggi
propagul

R. apiculata. Grafik pertambahan tinggi propagul R. apiculata dapat

dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Tinggi Propagul
Pertumbuhan Tinggi (cm)

25
20
15

20 cm - 23 cm
24 cm - 27 cm

10

28 cm - 31 cm
5

32 cm - 35 cm

0
0 MST 3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST 15 MST
Minggu Ke -

Gambar 1.

Grafik pertambahan tinggi propagul R. apiculata dengan beberapa
jenis ukuran propagul umur 0 MST sampai 15 MST.

Grafik pertambahan tinggi propagul pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
untuk

setiap

pengamatan

pertambahan

tinggi

propagul

menunjukkan

kecenderungan yang hampir sama mulai dari 0 MST sampai 15 MST grafik
meningkat sama. Peningkatan yang paling besar pada umur 3 MST - 5 MST.
2. Diameter Propagul.
Parameter kedua yang digunakan untuk melihat pengaruh pertumbuhan
dari propagul R. apiculata adalah diameter. Pertumbuhan diameter propagul
R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pertumbuhan diameter propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai
jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul
Diameter rata-rata (cm)
20 cm – 23 cm
0.32a
24 cm – 27 cm
0.33a
28 cm – 31 cm
0.34a
32 cm – 35 cm
0.38b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada Intensitas 5%

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dinyatakan bahwa perbedaan ukuran
propagul

berpengaruh

nyata

terhadap

pertumbuhan

diameter

propagul

R. apiculata pada umur 15 MST. Diameter terbesar diperoleh pada ukuran
propagul 32 cm – 35 cm, yaitu 0,38 cm dan terendah pada ukuran propagul
20 cm – 23 cm, yaitu 0,32 cm. Pada uji lanjut DMRT perlakuan 32 cm – 35 cm
berbeda signifikan dalam mempengaruhi pertambahan diameter R. apiculata
dibandingkan perlakuan yang lain. Grafik pertambahan diameter propagul
R. apiculata dapat dilihat pada Gambar 2.

Pertumbuhan Diameter ( cm)

Diameter Propagul
0,4
0,3
20 cm - 23 cm

0,2

24 cm - 27 cm
0,1

28 cm - 31 cm
32 cm - 35 cm

0,0
0 MST 3 MST 5 MST 7 MST 9 MST

11
MST

13
MST

15
MST

Minggu Ke -

Gambar 2.

Grafik pertambahan diameter propagul R. apiculata dengan beberapa
jenis ukuran propagul umur 0 MST sampai 15 MST.

Grafik pertambahan diameter propagul pada Gambar 2 menunjukkan
bahwa untuk setiap pengamatan pertambahan diameter propagul menunjukkan
kecenderungan yang hampir sama mulai dari 0 MST sampai 15 MST. Tidak ada
peningkatan pertambahan ukuran diameter yang ekstrim.

Universitas Sumatera Utara

3. Luas permukaan daun (cm2)
Parameter ketiga yang diamati dalama penelitian ini adalah luas
permukaan daun. Perhitungan luas permukaan daun total propagul R. apiculata
disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Luas Permukaan Daun Total propagul R. apiculata pada berbagai jenis
ukuran propagul
Ukuran Propagul
Luas Permukaan Daun Total (cm2)
20 cm – 23 cm
857,01a
24 cm – 27 cm
955,61a
28 cm – 31 cm
923,26ab
32 cm – 35 cm
1068,56b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada Intensitas 5%

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa perbedaan ukuran propagul
berpengaruh nyata terhadap luas permukaan daun propagul R. apiculata pada
umur 15 MST. Luas permukaan daun terluas diperoleh pada ukuran propagul
32 cm – 35 cm, yaitu 1068,56 cm2 dan terendah pada ukuran propagul
20 cm – 23 cm, yaitu 857,01 cm2. Namun berdasarkan uji lanjut DMRT diantara
perlakuan tidak berbeda signifikan dalam mempengaruhi luas permukaan daun
propagul R. apiculata.
4. Bobot kering akar (g)
Parameter keempat yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot kering
akar (biomassa akar). Hasil uji sidik ragam bobot kering akar tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan propagul dari berbagai jenis ukuran. Perhitungan
bobot kering akar R. apiculata rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Bobot kering akar propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis
ukuran propagul
Ukuran Propagul
Bobot Kering Akar Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm
2.26
24 cm – 27 cm
2,28
28 cm – 31 cm
2,31
32 cm – 35 cm
3,08
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bobot kering akar terbesar diperoleh
pada ukuran propagul 32 cm -35 cm, yaitu 3,08 g dan terendah didapat pada
ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 2,26 g.
5. Bobot kering tajuk (g)
Parameter kelima yang diamati pada penelitian ini adalah bobot kering
tajuk (biomassa tajuk). Hasil uji sidik ragam bobot kering tajuk tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan propagul dari berbagai jenis ukuran. Perhitungan
bobot kering tajuk R. apiculata rata-rata ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering tajuk propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis
ukuran propagul
Ukuran Propagul
Bobot Kering Tajuk Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm
2,38
24 cm – 27 cm
2,41
28 cm – 31 cm
2,42
32 cm – 35 cm
2,79
Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bobot kering tajuk terbesar diperoleh
pada ukuran propagul 32 cm -35 cm, yaitu 2,79 g dan terendah didapat pada
ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 2,38 g.
6. Bobot Kering Daun (g)
Parameter keenam yang diteliti dalam penelitian ini adalah bobot kering
daun (biomassa daun) propagul R. apiculata. Bobot kering daun R. apiculata
rata-rata ditunjukkan pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Bobot kering daun propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis
ukuran propagul
Ukuran Propagul
Bobot Kering Daun Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm
2,37a
24 cm – 27 cm
2,46a
28 cm – 31 cm
2,59a
32 cm – 35 cm
2,95b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada Intensitas 5%

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa perbedaan ukuran propagul
berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun propagul R. apiculata pada umur
15 MST. Bobot kering daun yang terbesar didapat pada ukuran 32 cm – 35 cm,
yaitu 2,95 g dan yang terkecil pada ukuran 20 cm – 23 cm, yaitu 2,37 g. Pada uji
lanjut DMRT perlakuan 32 cm – 35 cm berbeda signifikan dalam mempengaruhi
bobot kering daun (biomassa) propagul R. apiculata dibandingkan perlakuan yang
lain.
7. Rasio bobot kering tajuk per akar propagul
Parameter ketujuh yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasio bobot
kering tajuk akar propagul R. apiculata. Hasil uji sidik ragam bobot kering tajuk
per akar propagul tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan propagul dari
berbagai jenis ukuran. Rasio bobot kering tajuk akar R. apiculata rata-rata
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rasio