44
Sumber: ADB Second WaterUtilities Data Book, 1997
GAMBAR 2.3 STRUKTUR TARIF AIR DI NEGARA-NEGARA ASIA SELATAN
Sumber: ADB Second WaterUtilities Data Book, 1997
GAMBAR 2.4 STRUKTUR TARIF AIR DI NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA
2.9.4. Tarif Diskriminasi
Kebijakan diskriminatif tarif banyak dilakukan oleh perusahaan pemerintah, misalnya air minum, perusahaan listrik, telepon, dimana penerapan tarif yang
dilakukan berbeda untuk setiap jenis golongan konsumen dan jenis penggunaanya
45 waktunya. Tujuan penetapan dari pengunaan diskriminasi tarif tersebut adalah
menetapkan harga berdasarkan kemampuan membayar masing-masing kelompok konsumen, agar pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Tidak semua perusahaan dapat melakukan diskriminasi harga. Penerapan
tarif diskriminasi hanya dapat berjalan sukses dalam kondisi tertentu saja. Menurut Sukirno 2005:282-283, ada beberapa kemungkinan perusahaan monopoli
melakukan diskriminasi harga, yaitu: • Barang tidak dapat dipindahkan dari suatu pasar ke pasar lainnya. Kalau
terdapat kemungkinan barang dapat dibawa dari pasar yang lebih murah ke pasar yang lebih mahal, maka kebijakan diskriminasi harga tidak akan efektif.
• Sifat barang atau jasa itu memungkinkan dilakukan diskriminasi harga. Barang atau jasa tertentu dapat dengan mudah dijual dengan harga yang berbeda.
• Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar haruslah sangat berbeda. Apabila permintaan tidak elastis harga ditetapkan pada titik
yang lebih tinggi, sedangkan di pasar yang permintaannya relatif lebih elastis harga dapat ditetapkan pada titik yang lebih rendah.
• Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan keuntungan yang diperoleh tersebut. Apabila biaya yang dikeluarkan melebihi
keuntungan yang diperoleh dari diskriminasi harga, tidak ada manfaatnya menjalankan kebijakan tersebut.
• Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional konsumen. Misalnya dilakukan dengan menjual barang yang sama tetapi dengan
pembungkusan, merek dan kampanye iklan yang berbeda.
46
2.9.5. Formulasi Tarif
Terdapat beberapa opsi bagi penentuan tarif yang bersifat cost-recovery yaitu tarif datar flat rate, tarif tetap per unit fixed per-unit rate, twopart tariff,
declining block tariff , dan increasing block tariff Kerf, et.al., 1998, sebagaimana
ditunjukkan pada gambar berikut:
Flat rate
Fixed per-unit
rate
Twopart tariff Declining block tariff
Block tariff
Sumber: Kerf et al. 1999
GAMBAR 2.5 METODE PENENTUAN TARIF
47 Berbagai skema tarif tersebut telah digunakan di berbagai sektor
infrastruktur. Flat rate menerapkan tarif yang tetap, tanpa tergantung kuantitas jasa yang dikonsumsi pengguna misalnya tarif telepon lokal di AS dan koneksi air
bersih di Amerika Latin. Skema fixed per-unit rate memberikan solusi bagi permasalahan titik impas break-even point, tetapi secara ekonomis masih tidak
efisien karena perbedaan biaya marjinal tidak diperhitungkan dan semua konsumen dibebankan tarif yang sama. Namun skema tersebut sulit diterapkan karena
membutuhkan informasi yang banyak seperti menentukan korelasi kebutuhan konsumen dengan tarif. Twopart tariff terdiri dari tarif tetap biasanya menutupi
biaya akses pengguna atas jasa dan fixed per-unit rate dapat disesuaikan dengan biaya marjinal. Declining block tariff menerapkan tarif yang lebih murah bagi
penggunaan konsumsi yang lebih banyak, misalnya tarif jasa telekomunikasi. Sedangkan increasing block tariff menerapkan tarif yang lebih mahal bagi
penggunaan konsumsi yang lebih banyak, misalnya tarif air bersih di Indonesia.
2.10. Rangkuman kajian Literatur