Nilai Kalor Pengaruh Kehalusan Bahan

Tabel 5 . Pengaruh konsentrasi perekat terhadap parameter yang diamati Konsentrasi Perekat Nilai Kalor kalgr Kadar Air Kadar Abu Kerapatan grcm 3 P 1 20 6502,22 10,00 11,27 0,378 P 2 30 6189,80 11,11 12,14 0,374 P 3 40 5877,38 11,78 13,14 0,373 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P 1 sebesar 6502,22 kalgr sedangkan nilai kalor terendah diperoleh dari perlakuan P 3 sebesar 5877,38 kalgr. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P 3 sebesar 11,78 , sedangkan kadar air terendah diperoleh dari perlakuan P 1 sebesar 10 . Kadar abu yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P 3 sebesar 13,14 sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari perlakuan P 1 sebesar 11,27 . Kerapatan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P 3 sebesar 0,378 grcm 3 sedangkan kerapatan terendah diperoleh dari perlakuan P 1 sebesar 0,373 grcm 3 . Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada daftar analisa sidik ragam dari masing-masing parameter, yang selanjutnya diuji dengan uji least significant range LSR.

1. Nilai Kalor Pengaruh Kehalusan Bahan

Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa perlakuan kehalusan bahan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range LSR menunjukkan pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 . Universitas Sumatera Utara Tabel 6 . Uji LSR Efek kehalusan bahan terhadap nilai kalor kalgr Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - K 1 6521,75 a A 2 326,454 517,535 K 2 6072,65 b AB 3 342,496 466,551 K 3 5994,54 b B Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 dan sangat nyata pada taraf 1 Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan K 1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap K 2 dan berbeda sangat nyata terhadap K 3 . Nilai kalor tertinggi terdapat di perlakuan K 1 yaitu sebesar 6521,75 kalgr dan yang terendah pada perlakuan K 3 yaitu sebesar 5994,54 kalgr. Hubungan antara pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor kalgr Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel kehalusan bahan maka semakin rendah pula nilai kalornya. Hal ini disebabkan karena semakin halusnya ukuran partikel arang membuat ikatan antar partikel dan ruang pori-pori didalam arang semakin kuat yang menciptakan kondisi sirkulasi udara yang sedikit sehingga air yang terikat didalam pori-pori lebih banyak dan sulit untuk dikeluarkan menyebabkan menurunnya nilai kalor. Hal ini sesuai Universitas Sumatera Utara Sihombing 2006 menyatakan bahwa semakin besar ukuran partikel maka nilai kalor briket arang juga semakin tinggi, sebaliknya ukuran partikel yang terlalu halus menyebabkan nilai kalor semakin rendah. Menurut Sukandarrumidi 1995 bahwa tinggi rendahnya nilai kalor suatu bahan tergantung dari beberapa faktor yaitu : bahan asal, kandungan air, kandungan abu dan komposisi kimia. Semakin tinggi kandungan air dan kandungan abu suatu bahan akan semakin rendah pula nilai kalor bahan tersebut. Berdasarkan kualitas mutu, nilai kalor briket arang yang dihasilkan berkisar 5994,54 - 6521,75 kalgr. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai ini telah mencapai standar kualitas dari nilai kalor briket arang buatan Jepang 6000 – 7000 kalgr dan briket arang buatan Amerika 6230 kalgr, namum belum mencapai standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Indonesia 6814,11 kalgr dan briket arang buatan Inggris 7289 kalgr. Pengaruh Konsentrasi Perekat Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi perekat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi perekat terhadap nilai kalor untuk tiap- tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7 . Tabel 7. Uji LSR Efek konsentrasi perekat terhadap nilai kalor kalgr Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - P 1 6502,22 a A 2 326,454 517,535 P 2 6189,80 ab AB 3 342,496 466,551 P 3 5877,38 b B Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 dan sangat nyata pada taraf 1 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan P 1 memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap P 2 dan sangat nyata terhadap P 3 . Nilai kalor tertinggi terdapat di perlakuan P 1 yaitu sebesar 6502,22 kalgr dan yang terendah pada perlakuan P 3 yaitu sebesar 5877,38 kalgr. Hubungan antara konsentrasi perekat terhadap nilai kalor dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 . Grafik pengaruh konsentrasi perekat terhadap nilai kalor kalgr Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi perekat yang diberikan maka semakin besar nilai kalornya. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi perekat yang dipakai menyebabkan banyaknya kandungan air dan kadar abu didalam briket sehingga menurunkan nilai kalor briket. Hal ini sesuai pernyataan Sihombing 2006 bahwa semakin rendah persen perekat akan menyebabkan naiknya nilai kalor, hal ini disebabkan adanya kadar abu yang terkandung dalam perekat kanji mempengaruhi nilai kalor briket arang. Semakin rendah konsentrasi perekat, maka semakin rendah pula kadar abu yang terkandung dalam perekat tersebut. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kualitas mutu, nilai kalor briket arang yang dihasilkan berkisar 5877,38 - 6502,22 kalgr. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai kalor ini telah mencapai standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Jepang 6000 – 7000 kalgr dan briket arang buatan Amerika 6230 kalgr, namun belum mencapai standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Indonesia 6814,11 kalgr dan briket arang buatan Inggris 7289 kalgr. Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat Pada analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh tidak nyata terhadap nilai kalor sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range LSR tidak dilanjutkan.

2. Kadar Air Pengaruh Kehalusan Bahan