Sistem Pemilu Secara Umum

28 perimbangan, misalnya 1: 400.000, yang berarti bahwa sejumlah pemilih tertentu dalam hal ini 40.000 pemilih mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat, jumlah total anggota dewan perwakilan rakyat ditentukan atas dasar perimbangan 1: 400.000 itu. Negara dianggap sebagai satu daerah pemilihan yang besar, akan tetapi untuk keperluan teknis administratif dibagi dalam beberapa daerah yang besar yang lebih besar dari pada distrik dalam sistem distrik, dimana setiap daerah pemilihan pemilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilihan itu. Jumlah wakil dalam setiap daerah pemilihan ditentukan oleh jumlah pemilih dalam daerah pemilihan itu, dibagi dengan 400.000. Dalam sistem ini setiap suara, dalam arti bahwa suara lebih yang diperoleh oleh suatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan maka tidak ada suara pemilih yang terbuang sia-sia di sistem ini. 18 Sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain dengan Sistem Daftar List System. Dalam Sistem Daftar setiap partai atau golongan mengajukan satu daftar darinya dan dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang 18 Ibid., hal. 152. 29 direbutkan. Sistem Perwakilan Berimbang dipakai di Negeri Belanda, Swedia, Belgia, Indonesia tahun 1955 dan 1971 dan 1976. 19 Dalam sistem ini ada beberapa kelemahan 1 Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai- partai baru. Sistem ini tidak menjurus proses integrasi bermacam- macam golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk mencari dan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan- persamaan kondisi negara tidak setabil mengakibatkan bayak nya partai politik yang membuat bingung pemilih dan calon yang di pilih tidak begitu dikenal oleh pemilih. Umumnya dianggap bahwa sistem ini mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai. 2 Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya adan akan mengakibatkan mereka akan lebih mementikan kepentingan kelompok nyapartainyaketimbang pemilih yg memilih mereka. Hal ini disebabkan oleh karena dianggap bahwa dalam pemilihan semacam ini partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang. Hal ini memperkuat kedudukan pimpinan partai. 3 Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai atau lebih. Di samping kelemahan tersebut, sistem ini 19 Ibid., hal. 153. 30 mempunyai satu keuntungan besar, yaitu bahwa dia bersifat representative dalam arti bahwa setiap suara turut diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang. Golongan-golongan bagaimana kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan rakyat. Masyarakat yang heterogen sifatnya, umumnya lebih tertarik pada sistem ini, oleh karena dianggap lebih menguntungkan bagi masing-masing golongan. 20

5. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia

Sistem Pemilihan Umum di Indonesia sejak pemilu pertama 1 tahun 1955 sampai dengan pemilu yang kesepuluh 10 tahun 2004 selalu berubah – ubah mencari format yang cocok untuk kondisi indonesia, Indonesia telah menggunakan lima 5 macam sistem pemilu, yaitu: a. Pada Pemilu pertama tahun 1955, Indonesia menggunakan sistem Proporsional yang tidak murni. b. Pada Pemilu kedua tahun 1971, Indonesia menggunakan sistem Perwakilan Berimbang dengan Stelsel Daftar. c. Pada Pemilu ketiga tahun 1977 sd pemilu ke delapan 1997, Indonesia menggunakan Sistem Proporsional. d. Pada Pemilu kesembilan tahun 1999, Indonesia menggunakan Sistem Proporsional berdasarkan Stelsel Daftar. e. Pada Pemilu kesepuluh tahun 2004, Indonesia menggunakan Sistem Perwakilan Proporsional. 20 Ibid., hal. 153. 31 f. Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004, Indonesia menggunakan Sistem Distrik Berwakil Banyak. 21

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini mengacu pada teorinya. Nyron Wainer, Oni Priono dan Pangabean tergambar dalam bagai sebagai berikut: 21 Ibid., hal. 153. Pileg 2009 PARTISIPASI POLITIK Tinggi atau Rendah? FAKTOR-FAKTOR Faktor-faktor partisipasi politik 1. Faktor ekonomi 2. Faktor pendidikan politik 3. Faktor media 4. Faktor nilai budaya remaja 5. Faktor intelektual 32

BAB III PROFIL KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR

DAN GAMBARAN UMUM PEMILU SERTA RESPONDEN PENELITIAN

A. Profil Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

Mempunyai luas 2.030,7 km terletak di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan letak secara astronomis 106 48’ Bujur Timur dan 6 36’ Lintang Selatan jarak ± 130 km ke arah Barat Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat. 1 Batas wilayah Kecamatan Tanah Sareal adalah:  Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.  Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.  Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.  Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecataman Bogor Selatan Kota Bogor. Wilayah administrasi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor terdiri atas 11 kelurahan, RW berjumlah 123 buah, RT berjumlah 619 buah. 2 Suhu udara rata-rata setiap bulannya 26 C, dan kelembaban udara yang kurang dari 70. Kota Bogor disebut juga Kota Hujan karena memiliki curah 1 “Profil Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor”, hal. 1. 2 Ibid., hal. 2. 33 hujan yang rata-rata yang tinggi. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar 4.000 sampai 4.500 mmtahun. 3 Tanah yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang sebagian besar mengandung tanah liat clay, dengan tekstur tanah yang umumnya agak halus hingga agak kasar, wilayah Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dialiri oleh dua sungai besar dan 7 anak sungai, yang secara keseluruhan anak-anak sungai itu membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak time to peak pada 2 sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Sumber air bagi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor diperoleh dari sungai, air tanah dan mata air. Sungai utama yang mengalir di Kota Bogor adalah Sungai Ciliwung, Cisadane dan beberapa anak sungainya. Selain dua sungai tersebut, beberapa sungai lain yang ada di antaranya Sungai Cipakancilan, Sungai Cidepit, Sungai Ciparagi, dan Sungai Cibalok. Kedalaman air tanah bervariasi sekitar 3-12 m, kedalaman muka air tanah dalam keadaan normal musim hujan berkisar 3-6 m, sedangkan pada musim kemarau kedalaman muka air tanah mencapai 10-12 m. Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik. Dengan kondisi geografis yang relative lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di kawasan Kota Bogor, maka Kecamatan Tanah Sareal mempunyai potensi yakni menjadi tujuan utama bermukim para pekerja di DKI 3 Ibid., hal. 3.