Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

PERANAN PENYULUH PERTANIAN DALAM

PENINGKATAN USAHATANI PADI SAWAH

(Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

KHOIRUNNISA HARAHAP

060309010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERANAN PENYULUH PERTANIAN DALAM

PENINGKATAN USAHATANI PADI SAWAH

(Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

KHOIRUNNISA HARAHAP 060309010

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. H.Hasman Hasyim, MSi) (Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi

NIP. 195411111981031001 NIP.196509261993031002 )

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ABSTRAK

KHOIRUNNISA HARAHAP: Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh H.HASMAN HASYIM dan SINAR INDRA KESUMA.

Dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membuat keputusan yang baik dan membantu petani untuk meningkatkan usahatani. Usaha peningkatan produksi padi sawah merupakan usaha terpenting. Upaya peningkatan produksi yang realitas adalah melalui progaram intensifikasi dengan penerapan teknologi. Penerapan teknologi yang dianjurkan oleh PPL adalah penerapan teknologi paket D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan input produksi padi sawah dan mengetahui tingkat adopsi petani serta sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL. Penelitian ini dilakukan di desa Sei Mencirim, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang dan metode analisis yang digunakan adalah anlasis regresi non linear berganda (cobb-douglass), metode deskriftif, dan metode skala sikap.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan input produksi tidak sesuai penggunaannya melalui yang diterapkan oleh PPL dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D termasuk kriteria sedang serta sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL di daerah penelitian adalah positif.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotanopan pada tanggal 21 Desember 1987 dari ayahanda H.Akir Harahap dan ibunda Hj.Jamilah Lubis. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri I Kotanopan, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur pemanduan minat dan prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Simartugan, kecamatan pegagan Hilir, kabupaten Dairi dari tanggal 30 juni sampai 29 juli 2010.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan bapak Ir.Sinar Indra Kesuma,M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik serta memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, juga kepada saudara dan saudari penulis yang tidak bosan memberikan motivasi kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian USU serta semua sahabat dan rekan mahasiswa yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2010


(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian ... 7

Usahatani Padi Sawah ... 11

Kerangka Pemikiran ... 17

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Pengambilan Sampel ... 20

Metode Pengambilan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 23

Defenisi Batasan Operasional dan Operasional Penelitian ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

Karakteristik Sampel ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN Input Produksi Sudah Efisien Penggunaannya yang Diterapkan Melalui Penyuluh Pertanian pada Produksi padi Sawah ... 40

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Paket D yang Dianjurkan oleh Penyuluh Pertanian ... 45

Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Pelaksanaan Program yang Dilakukan oleh Penyuluh Pertanian ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. WKPP, luas lahan, dan produksi padi sawah di kecamatan

Sunggal tahun 2009 ... 20

2. Jumlah populasi dan sampel penelitian di desa Sei Mencirim ... 22

3. Teknologi paket D yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian ... 26

4. Jumlah skor tingkat adopsi teknologi paket D ... 28

5. Tingkat penilaian sikap petani desa Sei Mencirim ... 29

6. Distribusi penduduk di desa Sei Mencirim menurut kelompok umur tahun 2009 ... 33

7. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian penduduk di desa Sei Mencirim tahun 2009 ... 34

8. Jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan di desa Sei Mencirim tahun 2009 ... 34

9. Jumlah penduduk menurut suku bangsa di desa Sei Mencirim pada tahun 2009 ... 35

10. Jumlah Tata Guna Lahan di Desa Sei Mencirim Pada Tahun 2009 ... 35

11. Distribusi sarana dan prasarana di desa Sei Mencirim pada tahun 2009 ... 36

12. Karakteristik petani sampel desa Sei Mencirim ... 37

13. Hasil regresi non linear berganda (Cobb-Douglass) per hektar ... 41

14. Tingkat adopsi teknologi paket D di desa Sei Mencirim ... 45

15. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D di desa Sei Mencirim ... 46

16. Sikap petani terhadap program yang dilakukan oleh penyuluh Pertanian ... 48


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Karakt

eristik sosial ekonomi petani di desa Sei Mencirim ... 54

2. Distribu

si penggunaan pupuk oleh petani padi sawah

per hektar ... 56

3. Distrib

usi penggunaan pestisida oleh petani padi sawah ... 57

4. Distribu

si penggunaan tenaga kerja (HKP) oleh petani padi sawah

per hektar ... 58

5. Distribu

si penggunaan sarana produksi oleh petani padi sawah

per hektar ... 59

6. Data

analisis regresi non linear berganda (Cobb-Douglass) petani

padi sawah per hektar ... 60

7. Analisi

s regresi non linear berganda (Cobb-Douglass) ... 61

8. Tabel

sebaran t ... 62

9. Skor

tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang

dianjurkan oleh PPL ... 63

10. Skor

tingkat kosmopolitan petani padi sawah ... 64

11. Kriteri

a tingkat kosmopolitan ... 65

12. Skor

pernyataan sikap petani terhadap pelaksanaan program yang

dilakukan oleh penyuluh pertanian ... 66

13. Skor

jawaban responden terhadap pelaksanaan program yang


(9)

14. Jumlah responden yang menjawab pernyataan sikap ... 68

15. Skor

interprestasi dari skor responden ... 69

16. Daftar

pernyataan sikap petani terhadap pelaksanaan program yang


(10)

ABSTRAK

KHOIRUNNISA HARAHAP: Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah (Kasus: Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh H.HASMAN HASYIM dan SINAR INDRA KESUMA.

Dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membuat keputusan yang baik dan membantu petani untuk meningkatkan usahatani. Usaha peningkatan produksi padi sawah merupakan usaha terpenting. Upaya peningkatan produksi yang realitas adalah melalui progaram intensifikasi dengan penerapan teknologi. Penerapan teknologi yang dianjurkan oleh PPL adalah penerapan teknologi paket D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan input produksi padi sawah dan mengetahui tingkat adopsi petani serta sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL. Penelitian ini dilakukan di desa Sei Mencirim, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang dan metode analisis yang digunakan adalah anlasis regresi non linear berganda (cobb-douglass), metode deskriftif, dan metode skala sikap.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan input produksi tidak sesuai penggunaannya melalui yang diterapkan oleh PPL dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D termasuk kriteria sedang serta sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL di daerah penelitian adalah positif.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. Mereka buta akan pendidikan teknologi, sehingga produksi yang mereka peroleh kurang maksimal. Petani di desa sangat menginginkan perubahan. Para petani di desa tidak dapat melakukan perubahan karena terbentur pada keadaan mereka sendiri, mereka kurang menguasai ilmu ilmu yang dapat memajukan hasil tani mereka. Oleh karena itu, pemerintah sangat memperhatikan pendidikan bagi petani. Pendidikan yang cocok bagi petani adalah pendidikan non formal yang praktis, mudah diterapkan dalam usaha usaha produksi pertanian. Untuk menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan masyarakat akan kemampuan mereka selama ini kurang berdaya diperlukan adanya tenaga penyuluh pertanian (Fashihullisan, 2009).

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik

(better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).


(12)

Dalam upaya menggambarkan penyuluhan pertanian secara menyeluruh dan terpadu diperlukan suatu perencanaan secara matang dan terarah. Perencanaan penyuluhan pertanian di tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) dituangkan dalam Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP), yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi pertanian serta teknologi penyampaian informasi penyuluhan kepada petani. Untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian diperlukan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap petani yang diasah melalui pelatihan, pendidikan serta pengalaman langsung, sehingga tercipta profesionalisme penyuluh secara baik

yang pada akhirnya akan menjadikan petani lebih sejahtera (Dinas Pertanian, 2009).

Peranan penyuluh pertanian dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: memberdayakan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan pertanian, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan pertanian, dan memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol dan menguasai usahataninya (Fashihullisan, 2009).

Petani sebagai subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja, dkk, 2004).


(13)

Produksi beras masih mengandalkan produksi padi sawah. Dalam proses produksinya, padi sawah juga tak lepas dari masalah. Masalah tersebut antara lain: saluran irigasi, sarana produksi, infrastruktur, dan rendahnya partisipasi petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian. Untuk itu diperlukan alternatif teknologi pertanian dan kebijakan pemerintah yang dapat meminimalkan dampak adanya masalah tersebut (Prasetiyo, 2002).

Usaha peningkatan produksi padi sawah merupakan usaha terpenting. Upaya peningkatan produksi yang lebih realitas adalah melalui program intensifikasi dengan penerapan teknologi. Intensifikasi merupakan suatu pola penerapan teknologi usahatani budidaya komoditas yang menitikberatkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, sedangkan non intensifikasi merupakan cara bercocok tanam yang masih tradisional dan belum menerapkan sapta usahatani. Program intensifikasi akan berhasil baik bila ada partisipasi aktif dari petani. Petani peserta program menunjukkan penurunan partisipasi karena belum optimalnya kegiatan pelayanan dan pembinaan terutama dari penyuluh pertanian. Belum optimalnya kegiatan penyuluhan pertanian disebabkan karena terbatasnya fasilitas, anggaran dan belum tertibnya disiplin dan administrasi kepegawaiannya (Adjid, 1980).

Tujuan penyuluhan pertanian mengadakan komunikasi dengan sasarannya adalah untuk mengadakan perubahan perubahan perilaku. Karena perubahan ini, maka sasaran akan terbiasa dengan hal hal yang baru. Perubahan ini memerlukan waktu yang agak lama sampai sasaran melaksanakan anjuran yang diterapkan oleh penyuluh. Dalam hal ini telah terjadi suatu proses mental yang disebut proses adopsi (Wiriatmadja, 1986).


(14)

Dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang diterapkan untuk usahatani padi sawah di daerah penelitian adalah teknologi paket D yang merupakan sebuah tingkatan dari teknologi paket A, B, dan C yang diterapkan oleh penyuluh dan di anjurkan oleh departemen pertanian sejak awal tahun 1988 setelah selesai program paket insus (intensifikasi khusus). Teknologi paket D terdiri dari; pengolahan tanah, persemaian, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan dan panen (Lubis, 2010).

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta pihak pihak yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian dilaksanakan secara bersama sama oleh pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota, namun harus jelas keserasian hubungan antar susunan pemerintahan tersebut (Ilham, 2010).

Seperti yang kita ketahui, penyuluh pertanian tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu, sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang diadakan oleh penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani.

Peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang diperlukan petani, selain itu penyuluh pertanian juga


(15)

berperan untuk membantu petani dalam peningkatan usahataninya (Van Den Ban

dan Hawkins 1999). Di daerah penelitian peranan penyuluh pertanian adalah membantu petani untuk merubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dengan cara meningkatkan frekuensi kunjungan PPL ke kelompok tani, meningkatkan frekuensi pertemuan di dalam kelompok tani untuk membangun kerja sama dengan pihak lain. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian dalam peningkatan usahatani padi sawah di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu: Apakah input produksi sudah efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian pada produksi padi sawah dan bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian serta bagaimana sikap petani padi sawah terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui input produksi sudah efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian pada produksi padi sawah dan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian serta untuk mengetahui sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan di daerah penelitian.


(16)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberi masukan bagi pengambil keputusan dalam peranan penyuluh pertanian dalam peningkatan usahatani padi sawah, memberi masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan proses penyuluhan pertanian di kecamatan Sunggal, sebagai bahan informasi bagi penyuluh pertanian lapangan yang berada di desa Sei Mencirim dan sebagai bahan referensi atau informasi bagi pihak yang membutuhkannya.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat input produksi yang efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian pada produksi padi sawah dan terdapat tingkat adopsi yang tinggi pada petani terhadap teknologi paket D yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian serta ada sikap petani yang sangat positif terhadap pelaksanaan program Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Penyuluh Pertanian

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban

dan Hawkins, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik.

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani.

Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan


(18)

seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang berkembang (Ilham, 2010).

Van Den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang benar serta mengubah perilaku petani menjadi lebih baik.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009).

Menurut Fashihullisan (2009) peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya. Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam empat peran, yaitu :

1. Peran fasilitator (Facilitative Roles), 2. Peran pendidik (Educational Roles),


(19)

3. Peran utusan atau wakil (Representasional Roles), dan 4. Peran teknikal (Technical Roles)

Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:

1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. 2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi

kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya.

Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian.

Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara


(20)

berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut.

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi.

Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (educator),

motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya


(21)

penyuluh. Adapun faktor eksternal tersebut meliputi; manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh (Departemen Pertanian, 2009).

Usahatani Padi Sawah

Sebagai negara agraris, Indonesia harus dapat memajukan sektor pertanian untuk kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, pertanian menjadi sangat penting disaat terjadi kekurangan pangan di beberapa daerah di Indonesia. Pertanian yang dominan adalah penghasil pangan, haruslah dikelola dengan sebaik baiknya, maka peran penyuluh pertanian sangat perlu untuk memajukan pertanian di Indonesia (Ilham, 2010).

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan keniscayaan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha serta mengentaskan kemiskinan. Sejarah telah membuktikan hasil gemilang atas program dan motivasi yang tinggi para PPL dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian khususnya keberhasilan dalam pencapaian swasembada beras sehingga dapat merubah citra semula sebagai negara pengimpor beras menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia. Namun keberhasilan pencapaian swasembada beras tersebut tidak dapat dipertahankan seiring dengan penurunan kinerja dari para penyuluh pertanian (Departemen Pertanian, 2009).

Soeharsono (1989) menyatakan bahwa usahatani yang bagus sebagai usahatani produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang


(22)

produktif berarti usahatani yang produktivitasnya tinggi. Produktivitas sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto sebesar besarnya pada tingkatan teknologi tertentu.

Padi sebagai komoditas pangan utama mempunyai nilai strategis yang sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya penanganan yang serius dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Besarnya peranan pemerintah dalam pengelolaan komoditas pangan khususnya padi dapat dilihat mulai dari kegiatan pra produksi seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, obat obatan, sarana irigasi, kredit produksi dan penguatan modal kelembagaan petani. Usaha peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi tidak akan berhasil tanpa penggunaan teknologi baru baik dibidang teknis budidaya, benih, obat-obatan dan pemupukan (Ilham, 2010).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).


(23)

Untuk sampai taraf yakin dan mau menerapkan teknologi biasanya petani harus melalui tahap tahap dari proses adopsi, seperti berikut ini:

• Sadar dan tahu (awareness) • Minat (interesting)

• Penilaian (evaluation) • Percobaan (trial) • Adopsi (adoption)

Untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi sawah sekaligus memberdayakan petani. Departemen Pertanian (2000) melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan telah memberikan bantuan fasilitas penguatan modal, pelatihan dan pembinaan agar petani mau dan mampu bekerjasama dan mampu menerapkan teknologi sesuai rekomendasi dengan manajemen usahatani yang profesional.

Menurut Soekartawi (1988), adopsi terhadap suatu teknologi baru biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi.

2. Luas lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan dalam menggunakan sarana produksi.


(24)

3. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun), biasanya makin lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan kegiatan kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.

4. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi.

5. Jumlah tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan makin lamban dalam mengadopsi suatu inovasi, karena jumlah tanggungan yang besar akan mengharuskan mereka untuk memikirkan bagaimana cara pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu dalam mengambil keputusan yang tepat, agar tidak mengalami resiko yang fatal bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.

6. Pendapatan

Petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat dalam mengadopsi inovasi karena memiliki ekonomi yang cukup baik.


(25)

Pemilik pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya, tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan di praktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik usahatani daripada orang orang yang menyewa.

8. Tingkat kosmopolitan

Petani yang memiliki pandangan luas terhadap dunia luar dengan kelompok sosial yang lain, umumnya akan lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi bila dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada kondisi lokal, karena pengalaman mereka yang terbatas menyebabkan mereka sulit dalam menerima perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini karena mereka belum pernah mendengar atau bahkan belum mengenal informasi dengan cukup tentang inovasi tersebut.

Berkaitan dengan teknologi usahatani, Kartasapoetra (1994) mengemukakan bahwa teknologi yang diterapkan harus memenuhi 4 kriteria, yaitu: secara ekonomis menguntungkan petani, secara teknis mudah diterapkan, secara sosial dapat diterima secara luas oleh sebagian besar petani dan tidak bertentangan dengan agama, budaya dan kepercayaan, serta ramah terhadap lingkungan.

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi para petani di pedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan ke dalam alam masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu


(26)

pihak dan perkembangan masyarakat di lain pihak telah menciptakan struktur komunikasi informasi di pedesaan menjadi sangat kompleks, sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam hal cara kerja pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Rogers dan Shoemaker, 1986).

Agar usahatani padi sawah dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk meningkatkan produksi padi sawah maka diperlukan beberapa faktor produksi, seperti : ketersedian bibit, pupuk, pestisida, alat alat pertanian, mesin mesin pertanian, saluran irigasi, tenaga kerja dan lain-lain. Departemen Pertanian (2010) menyatakan bahwa bibit adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan mengembangbiakkan tanaman padi sawah. Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi dan membasmi hama penyakit tanaman padi sawah. Alat-alat pertanian adalah alat-alat yang digunakan pada usahatani padi sawah untuk membantu petani mengelola usahataninya. Oleh karena itu, tugas penyuluh pertanian dalam hal ini adalah membantu petani menjelaskan tentang faktor-faktor produksi tersebut agar usahatani padi sawah semakin meningkat.

Kemampuan pengelolaan suatu usahatani sangat tergantung kepada produktivitas pengelolaannya dalam bekerja, sebab kemampuan bekerja seseorang berbeda untuk setiap tingkatan umur. Umur anak, dewasa dan tua masing-masing memiliki produktivitas bekerja yang berbeda-beda. Petani yang berumur relatif muda biasanya lebih kuat, lebih agresif dan lebih tahan bekerja dibandingkan


(27)

dengan petani yang berumur lebih tua. Rata-rata umur petani 40-43 tahun dengan umur termuda 22 tahun dan tertua 70 tahun (Ilham, 2010).

Kerangka Pemikiran

Dalam upaya menggambarkan penyuluhan pertanian secara menyeluruh dan terpadu diperlukan suatu perencanaan secara matang dan terarah. Perencanaan penyuluhan pertanian di tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian dituangkan dalam Rencana Kerja Penyuluh Pertanian yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi penyampaian informasi penyuluhan kepada petani.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) merupakan agen bagi perubahan perilaku petani dan PPL membantu petani untuk meningkatkan usahatani.

Dalam peningkatan usahatani padi sawah diperlukan penerapan teknologi paket D. Penerapan teknologi tersebut disampaikan oleh PPL kepada petani. Dalam penerapan teknologi tersebut, petani tidak lepas dari masalah. Upaya yang dilakukan PPL untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani adalah dengan meningkatkan kunjungan kelompok tani, melakukan kegiatan demontrasi seperti demplot dan memberikan bantuan sarana produksi kepada petani.

Meningkatnya usahatani padi sawah dipengaruhi oleh ketersediaan input produksi, tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang diterapkan oleh PPL dan sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL.

Yang termasuk dalam input produksi adalah bibit, pupuk, pestisida, alat alat pertanian dan tenaga kerja. Sedangkan tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D dikategorikan ke dalam tiga tingkatan yaitu tingkat adopsi rendah, sedang dan tinggi. Dan untuk melihat respon petani terhadap pelaksanaan


(28)

program yang dilakukan penyuluh dapat dilihat dari sikap petani yang dikategorikan ke dalam sikap positif dan sikap negatif.

Apabila input produksi sudah efisien penggunaannya sesuai dengan yang diterapkan oleh PPL dan terdapat tingkat adopsi petani yang tinggi terhadap teknologi paket D serta ada sikap petani yang sangat positif terhadap pelaksanaan program PPL, maka produksi petani padi sawah akan meningkat. Dengan meningkatnya hasil produksi maka produktivitas petani juga meningkat.


(29)

v

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Usahatani Padi Sawah

Penyuluh Pertanian Lapangan Teknologi paket D Petani Produktivitas Sikap Petani Produksi Upaya Input Produksi Masalah Tingkat Adopsi Petani Tinggi Sedang Rendah •Meningkatkan kunjungan kelompok tani •Melakukan kegiatan. demonstrasi, seperti: demplot.

•Memberi bantuan sarana produksi kepada petani.

•Kurangnya ketersedian input produksi

•Masih rendahnya tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D

•Kurangnya respon petani terhadap program yang dilakukan penyuluh pertanian

Positif Negatif

Bibit Pupuk Pestisida Alat alat pertanian

Tenaga Kerja


(30)

Keterangan :


(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja), karena di daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki luas lahan padi sawah paling tinggi di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan di kecamatan tersebut terdapat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Penyuluh Pertanian yang aktif.

Tabel 1. WKPP, Luas Lahan, dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Sunggal Tahun 2009

No WKPP Luas Lahan(ha) Produktivitas(ton/ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sunggal Kanan Tanjung Gusta Sei Mencirim Medan Krio Serba Jadi Sei Berassekata Sei Semayang Suka Maju SM. Diski 186 101 639 434 440 437 165 289 105

6.0 – 6.5 5.8 – 6.0 6.1 – 6.5 6.1 – 6.5 6.0 – 6.7 6.5 – 7.0 6.1 – 6.3 6.1 – 6.5 5.8 – 6.2

Sumber : BPP Medan Krio, Kecamatan Sunggal, 2009

Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang menjadi anggota kelompok tani. Di desa Sei Mencirim terdapat 11 kelompok tani yang tersebar di 15 dusun dengan jumlah anggota sebanyak 811 kk. Metode pengambilan sampel secara MetodeCluster Proportional Random Sampling yaitu metode pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelompok tani dari keseluruhan populasi dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Gay dalam


(32)

Husein (2009) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl = xJs

N n

Dimana :

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap dusun N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang)

Spl I = xJs N

n

Spl IIa = xJs

N n

= 30

811 69

x = 30

811 51

x

= 2 = 2

Spl Ia = xJs N

n

Spl III & IIIa = xJs N

n

= 30

811 66

x = 30

811 90

x

= 2 = 3

Spl II = xJs N

n

Spl IV = xJs

N n

= 30

811 75

x = 30

811 72

x


(33)

Spl IVa = xJs N

n

Spl VIIa & VIII = xJs N

n

= 30 811

25

x = 30

811 97

x

= 1 = 4

Spl V & VI = xJs N

n

Spl IX & IXa = xJs

N n

= 30 811

99

x = 30

811 47

x

= 4 = 2

Spl VII = xJs N

n

= 30 811 120

x

= 5

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Sei Mencirim

Dusun Populasi anggota kelompok tani Sampel

I Ia II IIa III & IIIa IV IVa V & VI VII

VIIa & VIII IX & Ixa

69 66 75 51 90 72 25 99 120 97 47 2 2 3 2 3 2 1 5 4 4 2

Jumlah 811 30

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan penyuluh dan


(34)

petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sunggal, Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Penyuluh Pertanian WKPP Sei Mencirim, buku serta literatur yang mendukung penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis input produksi dianalisis dengan menggunakan metode Cobb-Douglass yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel terikat (Y), dan variabel bebas (X).

Dengan persamaan sebagai berikut:

u b b b b b

e X X X X aX

Y = 11 12 33 44 55

Dimana:

Y = Produksi (ton) X1 = Bibit (kg)

X2 = Pupuk (kg)

X3 = Pestisida (liter)

X4 = Alat-alat pertanian (unit)

X5 = Tenaga Kerja (HKP)

a,b1-b5 = Besaran yang akan diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718 u = Kesalahan (disturbance term) Logaritma dari persamaan di atas adalah:

Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + u

Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar (R2).


(35)

Uji Serempak (Uji F-statistik)

Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Uji F dipakai untuk melihat pengaruh variabel variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.

Uji parsial (Uji t-statistik)

Uji parsial adalah uji t untuk melihat signifikan pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung

dengan ttabel.

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y) diuji dengan Uji t statistik. Dengan kriteria sebagai berikut:

t hitung ≤ t tabel : tolak H1 ; terima H0

t hitung > t tabel : tolak H0 ; terima H1

Apabila :

1. t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima t hitung ≤ t tabel, maka H1 ditolak

artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (Produksi).

2. t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

t hitung > t tabel, maka H1 diterima,

artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (Produksi).


(36)

Untuk menguji hipotesis tingkat adopsi dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan metode skoring, yaitu peneliti mengamati tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian.


(37)

Tabel 3. Teknologi Paket D yang dianjurkan oleh Penyuluh Pertanian

No Uraian Anjuran Indikator Skor

1. 2. 3. 4. Persemaian Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan Luas persemaian yaitu:

- 1/20 atau 5 % dari luas tanam

Jumlah rumpun lebih dari 200 rumpun/Ha

Lahan dikerjakan dengan:

- 2 kali bajak - 1 kali luku - 1 kali mecah - 1 kali merata

Pola tanam yang dilakukan dengan P2T3 (Pengaturan

Pola Tanam dan Tertib Tanam)

Penggunaan

pupuk yang dianjurakan:

Urea= 225 Kg (Dasar, SSL I-II) SP= 150 Kg (Dasar)

NPK= 100 Kg (SSL I)

ZA= 100 Kg

Melakukan persemaian sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan persemaian sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan persemaian tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan persemaian sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pengolahan tanah sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan pengolahan tanah sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi Melakukan pengolahan tanah tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi Tidak melakukan pengolahan tanah sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi Melakukan penanaman sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan penanaman sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan penanaman tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan penanaman sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pemupukan sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan pemupukan sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pemupukan tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan pemupukan 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0


(38)

5. 6. 7. Pengendalian HPT Pengairan Panen (SSL II) Pengendalian hama terpadu Interliter/terputus-putus, yaitu: - 2,5 cm tinggi

air

- 2 atau 3 hari sekali diairi

- 2 hari

dikeringkan 2 minggu sebelum panen dikeringkan total Menggunakan sabit bergerigi Hasil panen tidak ditumpuk pada suatu tempat atau langsung di proses

sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi Melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pengendalian hama dan penyakit tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pengairan sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan pengairan sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan pengairan tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan pengairan sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan panen sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi

Melakukan panen sesuai anjuran tetapi tidak mengikuti semua teknologi

Melakukan panen tidak sesuai anjuran tetapi mengikuti semua teknologi

Tidak melakukan panen sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultur, Deli Serdang dan PPL Sei Mencirim


(39)

Kriteria penilaian untuk skor adalah:

• Mengikuti semua anjuran dan mengikuti teknologi: skor 3 • Mengikuti semua anjuran dan tidak mengikuti teknologi: skor 2

• Tidak mengikuti semua anjuran dan mengikuti semua teknologi: skor 1 • Tidak mengikuti semua anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi: skor 0 Menurut Irianto (2004) untuk mengukur range dari 2 variabel digunakan rumus: Range =

Jumlah kriteria

Data terbesar – Data terkecil

Contoh: jumlah data terkecil pada teknologi paket D adalah 0 dan jumlah data terbesar adalah 21, sedangkan jumlah kriterianya adalah 3.

Jadi untuk menghitung rangenya adalah: 7 3

0 21

= −

Tabel 4. Jumlah Skor Tingkat Adopsi Teknologi Paket D

No Kategori Range

1. 2. 3.

Rendah Sedang Tinggi

0 – 7 8 – 14 15 – 21

Untuk menguji hipotesis sikap petani dianalis dengan menggunakan Skala Likert. Kinner menyatakan bahwa Skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap petani terhadap sesuatu dengan memberikan kuesioner kepada responden dan memberikan skor pada setiap pilihan jawaban, yaitu:

 SS : Sangat Setuju, bernilai 5  S : Setuju, bernilai 4

 R : Ragu-ragu, bernilai 3  TS : Tidak Setuju, bernilai 2


(40)

Suatu skala sikap terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam jumlah yang harus seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semuanya positif dan tidak semuanya negatif sehingga dapat mendatangkan kesan yang seolah-olah isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya. Hal ini dilakukan agar responden memikirkan dengan lebih hati-hati dengan isi pernyataan sebelum memberikan respon ( Azwar, 1995). Untuk memperoleh nilai positif dan negatif akan dijabarkan dengan tabel dibawah ini: Tabel 5. Tingakat Penilaian Sikap Petani Desa Sei Mencirim

TINGKAT PENILAIAN POSITIF NEGATIF

Sangat Setuju Setuju

Ragu-ragu Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Menurut Azwar (1995), untuk mengukur sikap petani digunakan dengan Skala Pengukuran Likert, dengan rumus :

T = 50 + 10

     

  

S

X

X

_

Keterangan: T = Skor standart X = Skor responden

X = Rata-rata skor kelompok S = Deviasi standar kelompok Kriteria uji apabila:

T > 50 = sikap positif T < 50 = sikap negatif


(41)

Defenisi Batasan Operasional dan Operasional Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu didefenisikan beberapa hal yang berkaitan dengan isi penelitian guna memberikan batasan-batasan terhadap setiap variabel yang diteliti dan operasional penelitian.

Defenisi batasan operasional:

1. Produksi (Y) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menambah nilai guna usahatani padi sawah sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan petani padi sawah.

2. Bibit (X1) adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak tanaman

padi sawah dengan menggunakan teknologi paket D sesuai dengan bibit yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian.

3. Pupuk (X2) adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara

tanaman untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan padi sawah dengan menggunakan teknologi paket D sesuai dengan pupuk yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian.

4. Pestisida (X3) adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi dan

membasmi hama penyakit padi sawah dengan menggunakan teknologi paket D sesuai dengan pengendalian hama terpadu yang diterapkan oleh penyuluh pertanian.

5. Alat alat pertanian (X4) adalah alat-alat yang digunakan pada usahatani padi


(42)

6. Tenaga Kerja (X5) adalah petani yang bekerja untuk mengelola usahatani padi

sawah.

7. Teknologi paket D adalah teknologi yang diterapkan oleh penyuluh pertanian kepada petani padi sawah di daerah penelitian.

8. Sikap petani adalah pengaruh/penolakan, penilaian, suka atau tidak suka dan positif atau negatif respon petani terhadap suatu obyek/teknologi yang diterapkan penyuluh pertanian.

9. Skor standart (T) adalah nilai standart dari sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian.

10. Skor Responden (X) adalah nilai/skor petani sebagai sampel/responden dalam penelitian.

Operasional penelitian:

1. Penelitian dilakukan di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.

3. Petani sampel adalah petani yang membudidayakan padi sawah di daerah penelitian.


(43)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Sei Mencirim, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang. Desa Sei Mencirim terletak di dataran rendah dengan luas wilayah 1083,583 dengan ketinggian 20-22 mdpl, dengan rata rata suhu udara 27-320C dan curah hujan 1832 mm/tahun dan desa Sei Mencirim terdiri dari 15 dusun.

Batas wilayah desa Sei Mencirim adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Sei Semayang dan Medan Krio

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Telaga Sari, Pancur Batu dan Suka Maju Sebelah Timur berbatasan dengan : Medan Krio/ Suka Maju

Sebelah Barat berbatasan dengan : Binjai Timur dan Kutalimbaru ( Kepala Desa Sei Mencirim, 2009 )

Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa Sei Mencirim, jumlah penduduk Sei Mencirim terdiri dari 13755 jiwa dengan perincian laki laki berjumlah 7025 jiwa dan perempuan berjumlah 6730 jiwa dan jumlah rumah tangga (RT) sebanyak 3192 KK.


(44)

Tabel 6. Distribusi Penduduk di Desa Sei Mencirim Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

No Golongan Umur Pria Wanita Persentase(%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75+ Total 750 849 1301 721 322 357 429 387 389 630 354 221 133 89 70 23 7025 706 862 1213 719 353 338 420 359 354 657 314 168 93 76 77 21 6730 10.59 12.44 18.28 10.47 4.90 5.05 6.17 5.42 5.40 9.36 4.86 2.82 1.64 1.20 1.06 0.34 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa penduduk di desa Sei Mencirim masih tergolong umur produktif ( 15 – 55 ) tahun yaitu sebanyak 7103 jiwa ( 51.64 % ) dan umur yang tidak produktif ( < 15 tahun dan > 55 tahun ) yaitu sebanyak 6652 jiwa ( 48.36 %). Pada umur produktif biasanya petani mempunyai semangat dan berusaha untuk lebih maju.

Mata pencaharian penduduk di Desa Sei Mencirim sangat beragam, sehingga dengan adanya mata pencaharian tersebut penduduk dapat memenuhi kebutuhan sehari harinya, tetapi mata pencaharian yang utama di Desa Sei Mencirim adalah bertani. Komposisi mata pencaharian penduduk di Desa Sei Mencirim dapat dilihat pada Tabel 7.


(45)

Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sei Mencirim Tahun 2009

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bertani Wiraswasta TNI/POLRI PNS BUMN Buruh Lain lain 1176 237 36 351 17 284 1109 36.64 7.38 1.12 10.93 0.53 8.85 34.55

Total 3210 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Sei Mencirim yang paling tinggi adalah bertani yaitu sebesar 1176 jiwa ( 36.64 % ) dan yang paling rendah adalah BUMN yaitu sebesar 17 jiwa ( 0.53 % ). Pada umumnya petani di Desa Sei Mencirim menanam padi sawah.

Keadaan penduduk di Desa Sei Mencirim menurut agama dan kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Sei Mencirim Tahun 2009

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu 12895 725 123 12 93.75 5.27 0.90 0.08

Total 13755 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Sei Mencirim lebih banyak menganut agama islam yaitu sebanyak 12895 jiwa (93.75 %) dan yang paling sedikit adalah agama hindu yaitu sebanyak 12 jiwa (0.08 %).

Mayoritas penduduk di Desa Sei Mencirim merupakan suku Sunda/Jawa. Pada umumnya penduduk sudah saling kenal satu sama lain. Sosialitas penduduk dapat dilihat pada saat mengadakan gotong royong dan acara adat di desa tersebut.


(46)

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Sei Mencirim Pada Tahun 2009

No Jenis Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Aceh Batak Melayu Minang Sunda/Jawa 48 4491 20 68 9128 0.35 32.65 0.15 0.49 66.36

Total 13755 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Tata Guna Lahan

Luas lahan Desa Sei Mencirim menurut penggunaan atau fungsinya di bagi menjadi areal pemukiman, persawahan, perkebunan, perkuburan, pekarangan dan perkantoran. Jumlah tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Jumlah Tata Guna Lahan di Desa Sei Mencirim Pada Tahun 2009

No Tata Guna Lahan Jumlah (Ha) Persenatase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. Pemukiman Persawahan Perkebunan Pekuburan Pekarangan Perkantoran 288.5 440 125 2.27 227.503 0.31 26.62 40.61 11.54 0.21 20.99 0.03

Total 1083.583 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa tata guna lahan di Desa Sei Mencirim yang paling banyak adalah pada lahan persawahan yaitu sebanyak 440 Ha (40.61%) dan paling sedikit adalah lahan perkantoran yaitu sebanyak 0.31 Ha (0.03%). Hal ini membuktikan bahwa di Desa Sei Mencirim merupakan desa yang mempunyai areal persawahan.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di suatu desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan penduduk atau masyarakatnya. Semakin baik dan mendukung


(47)

tersedianya sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju perkembangan di desa tersebut. Distribusi sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Mencirim dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Sei Mencirim Pada Tahun 2009

NO Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sarana Pendidikan Formal - SD

- SMP

- SMA

Sarana Pendidikan Non Formal - Kursus Komputer

Sarana Kesehatan - Puskesmas

- Puskesmas Pembantu - Posyandu

- Kantor Praktek Dokter - Gedung Penyimpanan Obat Sarana Ibadah

- Mesjid - Musola - Gereja

Sarana Air Bersih - Sumur Gali

- Bangunan pengolahan Air Bersih/Air Minum Sarana Irigasi

- Saluran Sekunder - Saluran Tersier

Sarana Komunikasi dan Informasi - Warung Telepon

- Tower - Televisi

Sarana Transportasi Darat

- Bus Umum

- Truk Umum - Delman Sarana Ekonomi

- KUD

- Industri Kerajinan

5 2 1 1 1 6 10 2 1 15 3 2 3060 4 0.2 Ha 0.458 Ha 4 1 3049 20 4 15 1 2

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mencirim, Tahun 2009

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Sei Mencirim telah terpenuhi dengan baik dengan adanya berbagai fasilitas yang


(48)

mendukung. Seperti sarana pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, komunikasi dan lain lain.

Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik petani sampel yang dimaksud adalah karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Mencirim

No Uraian Satuan Range Rataan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Umur Pendidikan Lama berusahatani Luas lahan Tingkat kosmopolitan Jumlah tanggungan Frekuensi mengikuti penyuluhan Produksi Tahun Tahun Tahun Ha Skor Jiwa Tahun Ton

28 – 70 6 – 12 4 – 54 0.3 – 2.0 13 – 23 2 – 5 4 – 45 2 – 14

52 7 31 0.85 19 3 23.23 5.86 9. 10. Produktivitas Pendapatan Ton/Ha Rp

2,18 – 10

600.000 – 5.000.000

6.48 1.840.000

Sumber: Diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 12 dapat dijelaskan karakteristik petani sampel secara rinci sebagai berikut:

Umur Petani Sampel

Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian memiliki range antara 28 – 70 tahun dengan rataan 52 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong usia produktif, sehingga masih besar potensial tenaga kerja yang dimiliki oleh petani tersebut di dalam mengelola usahatani.


(49)

Pendidikan

Pendidikan petani sampel terdiri dari SD, SLTP, dan SLTA dengan rentang waktu antara 6 – 12 tahun. Adapun rataan tingkat pendidikan petani sampel adalah 7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata rata petani sampel memiliki pendidikan terakhir tamat Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya sudah tergolong cukup baik.

Lama Berusahatani

Petani sampel memiliki rentang lama berusahatani antara 4 – 54 tahun dengan rataan 31 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usahatani padi sawah.

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel berkisar antara 0.3 – 2 ha dengan rataan sebesar 0.85 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang cukup luas.

Tingkat Kosmopolitan

Skor tingkat kosmopolitan petani sampel berkisar antara 13 – 23 dengan rataan sebesar 19. Berdasarkan rataan dapat dilihat bahwa tingkat kosmopolitan petani sampel dalam kategori tinggi.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2 – 5 jiwa dengan rataan 3 jiwa. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan petani sampel adalah cukup besar.


(50)

Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Frekuensi petani mengikuti penyuluhan berkisar antara 4 – 45 kali/tahun dengan rataan sebesar 23,23 kali/tahun. Hal ini menunjukkan intensitas petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian tergolong kadang kadang sehingga petani masih membuntuhkan pembinaan dari PPL untuk meningkatkan usahatani padi sawah.

Produksi

Produksi petani sampel berkisar antara 2 – 14 ton dengan rataan sebesar 5,86 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi petani sampel masih rendah jika dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani.

Produktivitas

Produktivitas petani sampel berkisar 2,18 – 10 ton/ha dengan rataan sebesar 6,48 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas petani sampel masih rendah dilihat dari produksi yang dihasilkan oleh petani.

Pendapatan

Pendapatan petani sampel berkisar antara Rp600.000 – Rp5.000.000 dengan rataan Rp1.840.000. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan petani sampel dari usahatani padi sawah masih relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah yang terdapat di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini ditetapkan sampel sebanyak 30 petani padi sawah yang ada di Desa Sei Mencirim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui input produksi sudah efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian dan untuk mengetahui tingkat adopsi terhadap teknologi yang dianjurkan penyuluh serta untuk mengetahui sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian.

Input Produksi Sudah Efisien Penggunaannya yang diterapkan melalui Penyuluh Petanian pada Produksi Padi Sawah

Untuk mengetahui input produksi sudah efisien penggunaannya sesuai dengan yang diterapkan oleh penyuluh pertanian pada produksi padi sawah dianalisis melalui model regresi non linear (Cobb-Douglass). Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah: Y = Produksi, dan yang menjadi varibel bebas adalah:

X1 = Bibit (kg)

X2 = Pupuk (kg)

X3 = Pestisida (liter)

X4 = Alat alat Pertanian (unit)


(52)

Berdasarkan data produksi pada lampiran 7, dari 30 petani sampel terdapat 12 petani yang memiliki input produksi yang memenuhi sasaran produksi penyuluh pertanian dan terdapat 18 petani yang tidak sesuai sasaran produksi PPL. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan sarana produksi, masih rendahnya frekuensi petani untuk mengikuti anjuran dan teknologi yang diterapkan oleh penyuluh pertanian sehingga input produksi petani masih tergolong cukup. Oleh karena itu petani membutuhkan bantuan dan motivasi penyuluh pertanian. Upaya yang dilakukan penyuluh pertanian agar dapat meningkatkan input produksi padi sawah adalah dengan memberikan bantuan sarana produksi sesuai dengan kebutuhan petani, meningkatkan frekuensi kunjungan usahatani.

Dari hasil regresi non linear (Cobb-Douglass) per hektar diperoleh sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil Regresi non linear berganda (Cobb-Douglass) per hektar

Variabelariabel Koefisien Regresi Std.Erros t-hitung Signifikan Bibit

Pupuk Pestisida

Alat alat Pertanian Tenaga Kerja

0,511 -0,182 0,087 0,094 0,614

1,132 0,959 0,083 0,164 0,907

0,451 -0,190 1,039 0,574 0,676

0,656 0,851 0,309 0,571 0,505 R2 = 0,895

t-tabel(α/2=0,05/2) = 2,045 F ratio = 40.757

Sumber: Diolah dari hasil analisis regresi linear berganda pada lampiran 7

Berdasarkan Tabel 13 hasil analisis regresi non linear berganda per hektar dapat ditulis persamaan berikut:

Y = 2,378X10,511X2-0,182X30,087X40,094X60,614

t-hit = 0,451 -0,190 1,039 0,574 0,676 t-tabel 0,025 = 2,045


(53)

Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil analisis regresi non linear berganda (Cobb-Douglass) diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,898 yang berarti bahwa 89,8% perubahan produksi yang dipengaruhi oleh variabel bebas(X) yaitu bibit (X1), pupuk (X2),

pestisida (X3), alat alat pertanian (X4) dan tenaga kerja (X5).

Uji serempak (Uji F-statistik)

Dari hasil analisis regresi non linear berganda (Cobb-Duoglass) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga secara serempak variabel terikat (Y) berpengaruh terhadap variabel bebas (X) yaitu produksi (Y) secara serempak berpengaruh terhadap bibit (X1), pupuk (X2), pestisida (X3), alat alat pertanian

(X4), dan tenaga kerja (X5).

Uji Parsial (Uji t-statistik)

Dari hasil analisis regresi non linear berganda diperoleh koefisien bibit (X1) dengan nilai t-hitung sebesar 0,451 sedangkan nilai t tabel dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh t29;0,025 sebesar 2,045 yang berarti

bahwa hipotesis (H1) ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh X1 terhadap produksi (Y) secara

signifikan. Hal ini disebabkan karena tidak sesuai penggunaan bibit yang dianjurkan oleh PPL dengan yang digunakan petani dikarenakan kurangnya sarana produksi petani yang tersedia.

Dari hasil analisis regresi non linear berganda diperoleh koefisien pupuk (X2) dengan nilai t-hitung sebesar -0,190 sedangkan nilai t tabel dengan


(54)

menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh t29;0,025 sebesar 2,045 yang berarti

bahwa hipotesis (H1) ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh X2 terhadap produksi (Y) secara

signifikan. Hal ini disebabkan karena penggunaan pupuk yang tidak optimal dan tidak sesuai dengan yang dianjurkan dan diterapkan oleh PPL, sehingga saprodi pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan input produksi. Seperti kita ketahui bahwa pupuk mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk dapat meningkatkan mutu dan produksinya. Oleh karena itu, apabila penggunaan pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan, maka tidak akan mempengaruhi input produksi.

Dari hasil analisis regresi non linear berganda diperoleh koefisien pestisida (X3) dengan nilai t-hitung sebesar 1,039 sedangkan nilai t tabel dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh t29;0,025 sebesar 2,045 yang berarti

bahwa hipotesis (H1) ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh X3 terhadap produksi (Y) secara

signifikan. Hal ini disebabkan karena penggunaan saprodi pestisida pada umumnya selektif sesuai kebutuhan petani dan bahkan sebagian petani tidak menggunakan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman dikarenakan hama yang sering menyerang padi sawah adalah hama keong, sehingga petani langsung membersihkannya tanpa menggunakan pestisida serta disebabkan karena harga pestisida mahal.

Dari hasil analisis regresi non linear berganda diperoleh koefisien alat alat pertanian (X4) dengan nilai t-hitung sebesar 0,574 sedangkan nilai t tabel dengan


(55)

hipotesis (H1) ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pengaruh X4 terhadap produksi (Y) secara signifikan. Hal ini

disebabkan karena alat alat pertanian yang digunakan petani jumlahnya dominan 1 unit saja dikarenakan alat alat pertanian tersebut hanya digunakan untuk membersihkan benteng benteng sawah dan juga digunakan untuk memasukkan air ke sawah. Petani tidak banyak menggunakan alat alat pertanian karena yang digunakan adalah traktor.

Dari hasil analisis regresi non linear berganda diperoleh koefisien tenaga kerja (X5) dengan nilai t-hitung sebesar 0,676 sedangkan nilai koefisien t tabel

0,025 adalah sebesar 2,045 yang berarti bahwa hipotesis (H1) ditolak dan Ho

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh X5

terhadap produksi (Y) secara signifikan. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang lebih banyak digunakan petani untuk usahatani adalah bersifat sistem borong, sehingga jumlah tenaga keluarga dari petani tersebut hanya sedikit dan lebih dominan dilakukan oleh si pemborong serta yang menentukan jumlah tenaga kerjanya juga ditentukan oleh si pemborong.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yaitu bibit (X1), pupuk (X2), pestisida (X3), alat alat pertanian (X4), dan tenaga

kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi (Y) padi

sawah. Oleh karena itu hipotesis input produksi yang menyatakan bahwa input produksi sudah efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian pada produksi padi sawah tidak dapat diterima. Karena kurangnya sarana produksi yang digunakan petani untuk usahatani dan tidak semua petani yang menggunakan teknologi dan menerapkan anjuran yang diberikan oleh PPL.


(56)

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Paket D yang dianjurkan oleh Penyuluh Pertanian

Adopsi merupakan suatu proses mental yang terjadi pada diri seseorang pada saat menerima atau menggunakan suatu ide, inovasi atau suatu teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi. Ada lima tahapan adopsi yaitu; tahap sadar, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba, dan tahap mengadopsi atau menerapkan.

Dari hasil observasi di lapangan, tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang dianjurkan oleh PPL adalah masih relatif sedang, dimana petani padi sawah belum sepenuhnya melaksanakan teknologi paket D sesuai dengan yang dianjurkan oleh PPL. Hal ini disebabkan sebagian dari yang dianjurkan oleh PPL seperti pengairan, petani tidak menerapkan sesuai anjuran PPL karena pengairan padi sawah di desa tersebut adalah sawah tadah hujan.

Persentase ketercapaian teknologi paket D yang di adopsi petani dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Tingkat Adopsi Teknologi Paket D di Desa Sei Mencirim No Teknologi Paket D Skor

Harapan

Skor Rata rata yang tercapai Persentase ketercapaian(%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Persemaian Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian HPT Pengairan Panen

0 – 3 0 – 3 0 – 3 0 – 3 0 – 3 0 – 3 0 – 3

2,00 1,93 1,86 2,06 1,73 0 1,40 18,21 17,57 16,93 18,76 15,75 0 12,75

Jumlah 21 10,98 100

Sumber: Data primer diolah dari lampiran 9

Dari Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa teknologi paket D yang dianjurkan oleh PPL belum semua yang diterapkan oleh petani. Kondisi ini disebabkan karena di daerah penelitian tidak semua petani yang mengikut i


(57)

kegiatan penyuluhan yang dilakukan di daerah tersebut dan sebagian petani masih mengelola usahataninya berdasarkan pengalaman atau kebiasaan yang biasa diterapkan oleh petani serta petani mengikuti teknik pola tanam yang diperoleh dari orang lain, majalah, dan internet. Hal ini disebabkan karena informasi atau teknologi yang diterapkan penyuluh tidak sesuai dengan yang dibutuhkan petani dan terkadang petani lebih dahulu mengetahui teknologi baru atau informasi tentang usahatani daripada penyuluh.

Secara keseluruhan diperoleh jumlah rataan tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D adalah 11,13 atau termasuk dalam kriteria sedang dengan skor 8 - 14 (Lampiran 11). Gambaran frekuensi petani menurut tingkat adopsi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Paket D di Desa Sei Mencirim.

Tingkat Adopsi Skor Penilaian Jumlah Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi

0 – 7 8 – 14 15 – 21

6 18 6

20 60 20

Jumlah 30 100

Sumber: Data primer diolah dari lampiran 9

Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 30 sampel diperoleh 6 petani sampel yang tingkat adopsinya rendah (20%), 18 petani sampel yang tingkat adopsinya sedang (60%), dan 6 petani sampel yang tingkat adopsinya tinggi (20%).

Dengan demikian hipotesis tingkat adopsi yang menyatakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi paket D yang dianjurkan oleh Penyuluh Pertanian di daerah penelitian tinggi tidak dapat diterima, karena petani padi sawah masih kurang memiliki keahlian dan mendapat informasi tentang teknologi paket D yang dianjurkan.


(58)

Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Pelaksanaan Program Yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian

Sikap merupakan suatu respon dalam wujud setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Bila suatu inovasi baru diperkenalkan kepada petani maka akan mempengaruhi sikapnya. Begitu juga dengan teknologi paket D yang dianjurkan oleh PPL kepada petani maka akan mempengaruhi sikap petani tersebut.

Sikap petani terhadap program yang disampaikan Penyuluh Pertanian diketahui dengan melihat jawaban jawaban petani responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi ke dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.

Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap objek. Sikap petani bisa positif dan negatif. Untuk pernyataan positif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5, demikian juga sebaliknya untuk pernyataan negative, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 2, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T) dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi


(59)

skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 10,83, sehingga apabila skor standart > 50 berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart ≤ 50 berarti mempunyai sikap negatif. Sikap petani terhadap program yang dilakukan oleh Penyuluh pertanian dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Sikap Petani Terhadap Program Yang dilakukan Oleh penyuluh Pertanian

No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 2.

Positif Negatif

17 13

56.66 43.33

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 15

Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 petani sampel yang di wawancarai terdapat 17 orang (56.66%) petani yang menyatakan sikap positif dan 13 orang (43.33%) petani yang menyatakan sikap negatif. Hal ini menyatakan bahwa sikap petani terhadap program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian sangat baik, karena berdampak positif bagi petani dan sesuai dengan kebutuhan petani dalam mengelola usahatani. Selain itu, petani juga menilai kegiatan atau program yang diterapkan oleh PPL dapat menambah pengetahuan dan keterampilan petani serta memberi kepercayaan diri dan kemudahan bagi petani untuk berusahatani.

Dari Tabel 16 diatas dapat disimpulkan bahwa sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian adalah positif di daerah penelitian. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan sikap petani yang setuju terhadap pelaksanaan program PPL di daerah penelitian dapat diterima.


(60)

Dengan adanya pelaksanaan program yang dilakukan oleh PPL dapat membuat petani lebih mengetahui masalah masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani serta hubungan antara petani dengan PPL semakin dekat.


(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peranan penyuluh pertanian di daerah penelitian dibutuhkan dan di respon baik oleh petani padi sawah. Karena dengan adanya kegiatan penyuluhan pertanian dapat membantu petani dalam peningkatan usahatani dan dapat menambah pengetahuan serta keterampilan petani.

2. Input produksi petani tidak efisien penggunaannya yang diterapkan melalui penyuluh pertanian, karena semua variabel bebas yaitu bibit (X1), pupuk(X2),

pestisida(X3), alat alat pertanian(X4) dan tenaga kerja(X5) tidak berpengaruh

nyata terhadap peningkatan produksi (Y) padi sawah.

3. Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi paket D yang diterapkan oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian termasuk kategori sedang. Hal ini disebabkan karena sebagian petani tidak mengikuti dan menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian.

4. Sikap petani terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari respon petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian dengan mengikuti pertemuan pertemuan yang diadakan oleh penyuluh.


(62)

Saran

1. Kepada Pemerintah:

Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan petani dengan memberikan bantuan sarana produksi sesuai kebutuhan petani dan seharusnya pemerintah mengadakan kerja sama antara pihak penyuluh pertanian dengan universitas yang tujuannya membantu petani untuk meningkatkan usahatani.

2. Kepada Penyuluh:

Diharapkan kepada penyuluh agar dapat meningkatkan frekuensi kunjungan dan pertemuan kelompok tani atau petani serta memotivasi petani untuk mengikuti setiap kegiatan penyuluhan pertanian dan dapat mengatasi masalah masalah yang dihadapi oleh petani.

3. Kepada Petani:

Diharapkan kepada petani agar lebih rajin mengikuti kegiatan kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh serta diharapkan agar petani mengikuti anjuran atau teknologi yang diterapkan oleh penyuluh.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Adjid, D.A. 1980. Pola Operasional Intensifikasi Dalam Pelita III. Dalam Capita Selecta Pengembangan dan Pembinaan Kelompok Tani Dalam Intensifikasi Tanaman Pangan. Satuan Pengendali Bimas. Jakarta.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Departemen pertanian. 2000. Pedoman Umum Proyek Ketahanan pangan. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2009 Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian.

Departemen Pertanian. diakses

1 februari 2010.

Dinas Pertanian. 2009. Rencana Kerja PPL WKPP Sei Mencirim. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Deli Serdang.

Fashihullisan. 2009.

diakses 9 februari 2010.

Husein, U. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Rajawali Pers. Jakarta.

Ilham, T. 2010. Diversifikasi Pangan dan Penyuluhan Pertanian Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional. Kompas. Diakses 8 Januari 2010. Irianto, A. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Lubis, Z. 2010. Buku Pintar Penyuluh Pertanian. Seri 1. BPP Medan Krio.

Mosher, A.T. 1997. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta.

Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyid, M.A. 2001. Sangat Diperlukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Ekstensia. Vol 13 tahun VII. September 2001.


(64)

Rogers dan Shoemaker. 1986. Memasyarakatkan Ide Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya

Soeharsono, S. 1989. Membangun Manusia Karya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI – Press. Jakarta. Soepomo, 1997. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Van Den Ban, A.W dan Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Wiriatmadja, S. 1986. Pokok Pokok Penyuluhan Pertanian. Yasaguna. Jakarta. Yusdja, Y. Basuno,E. Ariani,M. Bastuti,T. Purwanti. 2004. Analisis Peluang

Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usahatani Bersama. Jurnal Agro Ekonomi vol 22 No.1.1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.


(1)

6. Program penyuluhan tentang teknologi paket D adalah penting dalam berusaha tani untuk meningkatkan pendapatan dan pruduktivitas petani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

7. Program/kegiatan teknologi paket D adalah suatu program yang berbeda dengan kebiasaan petani dalam berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

8. Dengan adanya program/kegiatan penyuluhan pertanian membuat petani menjadi lebih percaya diri untuk berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

9. Program/kegiatan penyuluhan lebih bermanfaat dirasakan petani dibandingkan dengan tanpa adanya program/kegiatan penyuluhan a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S) c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

10. Program/kegiatan penyuluhan membantu petani untuk merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(2)

11. Dengan adanya progam/kegiatan penyuluhan, Petani menjadi lebih dapat mengenal masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan dalam berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

12. Petani menjadi lebih aktif karena adanya program/kegiatan penyuluhan yang membantu dalam berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

13. Bagi petani, mengikuti Program/kegiatan penyuluhan pertanian merupakan kesempatan untuk mengekspresikan gagasan dan ide petani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

14. Setiap petani berhak mendapatkan program/kegiatan penyuluhan pertanian.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

15. Dengan adanya progam/kegiatan penyuluhan, hubungan petani dengan penyuluh menjadi semangkin dekat

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)


(3)

d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

PERNYATAAN NEGATIF

1. Program/kegiatan penyuluhan hanya membuat petani menjadi kaku dan bingung dalam melakukan usaha taninya.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Program/kegiatan penyuluhan bukan merupakan kegiatan yang dinanti petani

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

3. Menurut saya keterampilan dan pengetahuan yang di dapat sendiri lebih baik dari pada yang diberikan PPL melalui Program/kegiatan penyuluan

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

4. Program/kegiatan penyuluhan tidak menimbulkan perubahan yang baik terhadap usaha tani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(4)

5. Mengikuti program/kegiatan Penyuluhan adalah kegiatan yang sangat membosankan

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

6. Program/kegiatan penyuluhan hanya membuat petani menjadi malas untuk berusahatani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

7. Program/kegiatan teknologi paket D yang dianjurkan penyuluh kurang diterima oleh petani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

8. Program/kegiatan penyuluhan belum layak dijadikan pedoman dalam melakukan usahatani

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

9. Petani tidak bergantung kepada program/kegiatan penyuluhan yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(5)

10.Program/kegiatan penyuluhan pertanian hanya membuat petani menjadi terganggu dalam melakukan kegiatan usaha tani

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

11.Program penyuluhan tidak dapat di andalkan di dalam berusaha tani a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S) c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

12.Program/kegiatan penyuluhan, bukan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan atau diperlukan petani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

13.Program/kegiatan penyuluhan menghambat peningkatan keterampilan petani

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

14.Akibat teknologi paket D yang dianjurkan penyuluh, mengakibatkan pendapatan petani menjadi menurun.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(6)

15.Program/kegiatan penyuluhan hanya berguna bagi petani kaya, karena membutuhkan biaya yang relatif besar.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu-ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


Dokumen yang terkait

Perbandingan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (Ppl) Di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pengembangan Usahatani Padi Organik Di Provinsi Sumatera

9 143 67

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

5 88 100

Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang

7 49 130

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

2 70 86

Tinjauan Program Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah Di Wkpp Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

11 126 106

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

0 0 33

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

0 0 8