Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT

PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

HILMI F. ARIBOWO

070304039

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT

PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

HILMI F. ARIBOWO

070304039

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu syarat untuk dapat mengikuti penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

Anggota Pembimbing

(Dr.Ir. Rahmanta Ginting, Msi) (Ir. M. Jufri, MSi)

NIP. 196309281998031001

NIP. 196011101988037003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing

Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan

Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani

jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil

analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.

Kata Kunci : Produktivitas jagung, faktor yang mempengaruhi produksi jagung, efisiensi input produksi jagung.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, Medan

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku komisi pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka... ... 9

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3Kerangka Pemikiran ... 20

2.4Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Model Analisis Data ... 25


(6)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim ... 31

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 31

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31

4.1.3 Sarana dan Parasarana ... 33

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 33

4.2.1 Umur…… ... 33

4.2.2 Pendidikan Petani Sampel ... 34

4.2.3 Pengalaman Bertani ... 35

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian ... 37

5.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung Per Petani dan Per Ha di daerah penelitian ... 38

5.3 Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Jagung Per Petani dan Per Ha di Daerah Penelitiani ... 57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (2007-2011) ... 6

2. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011 ... 22

3. Tabel Produksi Jagung Menurut Kecamatan Tahun 2011 ... 23

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 32

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 32

6. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 34

7. Umur Petani Responden di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 .. 34

8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 34 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2013 ... 35

10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 ... 36

11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding ... 37

12. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 38

13. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 40


(8)

14. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 41 15. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 44 16. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 48 17. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung

Per Ha Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 49 18. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 52 19. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Petani

di Daerah Penelitian ... 59 20. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Ha di


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kurva Produksi Law of Deminishing Return ... 17

2. Kerangka Pemikiran ... 20

3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 42

4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung ... 43

5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 50


(10)

ABSTRAK

Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing

Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan

Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani

jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil

analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.

Kata Kunci : Produktivitas jagung, faktor yang mempengaruhi produksi jagung, efisiensi input produksi jagung.


(11)

3. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani jagung di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut yaitu untuk :

1. Menganalisis berapa produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian. 2. Menganalisis apakah faktor produksi lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan

obat-obatan mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian.

3. Menganalisis tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani jagung di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani tanaman jagung. 2. Bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin mengetahui

sampai sejauh mana perkembangan usahatani tanaman jagung.

3. Bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU, Medan.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).

Menurut Purwono dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae

Genus : Zea


(13)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut (Rukmana, 2008).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300cm (Purwono dan Hartono, 2011).

Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).

Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).

Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio (Rukmana, 2008).


(14)

Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 6,8 (Rukmana, 2008).

Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan antara lain harga benih yang mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih adalah Hibrida C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioner 1, Hibrida Pioner 2, Hibrida IPB 4, Hibrida CPI-1, Kalingga, Wiyasa, Arjuna, Bastar Kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, Hibrida CPI-2, Hibrida BISI-2, P-5, C-3 dan Semar 2 (Purwono dan Hartono, 2011).

Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan usahatani (Rukmana, 2008).

Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum ditanami. Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari


(15)

sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).

Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam dengan jarak 100 x 40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis dua arah (Tim Karya Tani Mandri, 2010).

Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti, penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan cara


(16)

mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).

Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman di labratorium (Rukmana, 2008).

Banyak macam hama yang dapat menggagalkan panen jagung. Bagian-bagian tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam empat tingkat : masak susu, masak lunak, masak tua, dan masak kering/masak mati. Ciri jagung


(17)

yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).

2.2 Landasan Teori

Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan suatu kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan dapat mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum. Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi pertanian secara nasional adalah nilai pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan (Simanjuntak, 2004).

Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal, pengelolaan (manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usahatani jagung. Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur yang menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima. Namun di sini dinyatakan bahwa faktor


(18)

teknologi itu bukan terpisah, melainkan masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Maksudnya ada teknologi yang berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap empat (Tarigan, 2007).

Mubyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian

Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecillnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.

2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian

Tenaga Kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang.


(19)

Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea, TSP dan KCL. 4. Pengaruh obat-obatan Terhadap Produksi Pertanian

Obat-obatan dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat merugikan petani. Obat-obatan dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan obat-obatan bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan turunnya produksi dan kualitas buah.

5. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin unggul bibit maka semakin baik produksi yang akan dicapai.

Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu

perusahaan (Soekartawi, 1995). Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yaitu fungsi

yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

Pada regresi sederhana :


(20)

Pada regresi berganda : Y = f (X1, X2, X3,……, Xn) Dimana :

Y = hasil produksi fisik X, X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto,1995).

Dalam teori ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu fungsi produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law Of Diminishing Returns. Erat kaitannya dengan diminishing returns

adalah produk marginal (MP), yaitu perubahan jumlah output sebagai akibat perubahan 1 satuan input variabel. Dengan demikian bentuk dari kurva MP mula-mula meningkat kemudian kembali menurun. Sedangkan Produk Total (TP) menunjukkan tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Produk Rata-rata (AP) merupakan hasil rata-rata persatuan input variabel pada berbagai tingkat persamaan input itu, atau produk total dibagi dengan jumlah satuan dari input variabel.


(21)

Gambar 3 menunjukkan pada kurva TPP titik A merupakan titik inflection point, titik B merupakan titik optimum point dengan nilai EP = 1 dan pada saaat tenaga kerja bernilai 5 pada kurva TPP dikatakan maximum point dengan nilai EP = 0. Bagian 1 menunjukkan bahwa elastisitas produksinya (EP) > 1, kondisi tersebut dikatan tidak efisien, bagian 2 menunjukkan bahwa kondisi tersebut dikatakan efisien karena daerah tersebut berada pada garis optimum dan maximum point dengan nilai 0 ≥ EP ≤ 1, sedangkan bagian 3 menunjukkan nilai EP < 0 karena semakin jauh nilai dari titik maksimum maka nilai nya akan semakin kecil.

Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPM= Px (Soekartawi, 2003).

Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Efisiensi Teknis yaitu suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu mempunyai average product dalam keadaan maksimum.

2. Efisiensi Ekonomi yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksi (Tarigan, K dan L. Sihombing, 2007).

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan


(22)

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 1995).

2.3Kerangka Pemikiran

Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya, walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih murah dari pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.

Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Inputdalam usaha tani jagung adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit. Sementara output dari usaha tani jagung adalah produksi jagung. Input dalam usaha tani tersebut mempunyai pengaruh terhadapproduksi jagung.

Penggunaan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan dan bibit perlu dianalisis untuk mengetahui efisiensi ekonomi dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut terhadap jumlah produksi dengan cara membandingkan tiap-tiap faktor produksi terhadap jumlah produksi jagung. Usahatani jagung dikatakan memiliki efisiensi ekonomi apabila nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1 dan dikatakan tidak efisien apabila nilai efisienis ekonominya lebih kecil ataupun kurang dari. Di dalam setiap kegiatan usahatani diperlukan analisis tingkat efisiensi. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani jagung sudah tergolong efisien dari segi penggunaan faktor-faktor produksinya.

Saluran pemasaran merupakan aliran barang mulai dari produsen ke konsumen yang terjadi karena adanya lembaga pemasaran, perpindahan barang


(23)

antar lembaga menimbulkan biaya oleh karena adanya biaya pemasaran maka timbulah perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen yang di sebut marjin pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin efisien sistem pemasaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Petani

Usahatani jagung

Produksi Faktor-faktor

produksi : 1. Luas

Lahan 2. Bibit 3. Pupuk 4. Tenaga

Kerja 5.

Obat-obatan

Produktivitas

Melebihi O ti l

Optimal Belum Optimal Efisiensi


(24)

Keterangan : Ada Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan identifikasi masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi. 2. Faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan

mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian. 3. Penggunaan faktor produksi pada usahatani jagung belum optimal.


(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Sei Mancirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Alasan penentuan dan penetapan daerah tersebut sebagai daerah penelitian karena desa Sei Mancirim Kecamatan Sunggal merupakan salah satu sentra produksi tanaman jagung di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dan dengan mempertimbangkan jarak, dan waktu dan ke daerah penelitian.

Berikut adalah tabel daftar produksi jagung di Sumatra Utara dan khususnya Kab. Deli Serdang

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011

Kabupaten/Kota

Regency/City

Luas Panen

Harvested Area

(ha)

Produksi

Production

(ton)

Rata-rata Produksi

Yield Rate

(kw/ha)

Kabupaten/Regency

1. N i a s 36 127 35,39 2. Mandailing Natal 1 267 5 283 41,69 3. Tapanuli Selatan 2 149 12 463 58,00 4. Tapanuli Tengah 1 573 6 358 40,42 5. Tapanuli Utara 4 027 15 470 38,42

6. Toba Samosir 4 818 24 201 50,23

7. Labuhanbatu 870 3 403 39,11

8. A s a h a n 5 947 18 962 31,89

9. Simalungun 64 935 371 070 57,14

10. D a i r i 35 249 149 500 42,41

11. K a r o 65 318 369 848 56,62

12. Deli Serdang 23 204 85 405 36,81

13. L a n g k a t 17 671 121 803 68,93

14. Nias Selatan 420 1 568 37,34

15. Humbang Hasundutan 926 2 827 30,52

16. Pakpak Bharat 3 052 12 128 39,74

17. Samosir 2 941 9 224 31,36

18. Serdang Bedagai 11 642 43 426 37,30 19. Batu Bara 1 750 8 139 46,51


(26)

20. Padang Lawas Utara 428 1 524 35,60

21. Padang Lawas 648 2 405 37,11

22. Labuhanbatu Selatan 926 3 915 42,28 23. Labuhanbatu Utara 929 4 066 43,77

24. Nias Utara 119 406 34,10

25. Nias Barat 34 120 35,21

Kota/City

71. S i b o l g a - - -

72. Tanjungbalai 19 60 31,56

73. Pematangsiantar 2 922 14 966 51,22

74. Tebing Tinggi 38 112 29,36

75. M e d a n 265 997 37,61

76. B i n j a i 870 3 226 37,08

77. Padangsidimpuan 242 1 449 59,87

78. Gunungsitoli 56 194 34,71

Sumatera Utara 255 291 1 294 645 50,71

Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province

Tabel 3. Tabel Produksi Menurut Kecamatan Tahun 2011

Kecamatan Produksi

Gununung Meriah 681

STM Hulu 1.712

Sibolangit 947

Kutalimbaru 7.696

Pancur Batu 7.172

Namo Rambe 4.252

Biru-Biru 2.473

STM Hilir 1.563

Bangun Purba 940

Galang 291

TJ. Morawa 1.175

TJ. Morawa 3.959

Patumbak 35

Deli Tua 7.193

Sunggal 6.767

Hamparan Perak 1.691

Labuhan Deli 27.576

Percut S. Tuan 3.032

Batang Kuis 2.622

Pantai Labu 2.234

Beringin 786

Lubuk Pakan 786

Pagar Merbau 436

Jumlah 85.405

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province 3.2 Metode Pengambilan Sampel


(27)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani jagung. Pemilihan sampel ditentukan secara proposive (sengaja) dengan kriteria sampel adalah petani yang sudah menanam jagung minimal 5 tahun. Jumlah populasi petani jagung di Desa Sei mancirim sebanyak 180 KK dimana . Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin

n = �

1+��2 = 180

1+180.10%2 = 64,28

dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (10%).

Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh n sebesar 64,28 yang dibulatkan menjadi 64 sampel.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder berupa luas lahan, besar produksi, besar produktivitas, perkembangan harga, jumlah petani jagung diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait yaitu: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, Kantor Camat Sunggal,


(28)

Kantor Desa Sei Mancirim dan dari literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis 1 dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan produksi dan produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan produktivitas menurut anjuran (literatur).

b. Hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan analisis fungsi produksi, yaitu regresi linier berganda dengan menganalisa apakah faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian.

Dalam bentuk matematika fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5 X5 + u

Dimana :

Y = Produksi Jagung (Kg)

X1 = Luas lahan usahatani jagung (Ha)

X2 = Penggunaan bibit (batang)

X3 = Penggunaan pupuk (Kg)

X4 = Penggunaan pbat-obatan (Kg)

X5 = Penggunaan Tenaga Kerja (Kg)

bo = Intercept

b1…bn = Koefisien Regresi


(29)

Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji –F. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :

H0 : bi = 0

H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0

Fhitung = ������ =

�� (�−�) � (�−��)

(�−�) �

R2 = ��� ���

= �� ∑ �����+�� ∑ �����+⋯+�� ∑ �����

∑ ���

Keterangan :

MSR = Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi) MSE = Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)

SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi) SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)

R2 = Koefisian Determinasi Kesimpulan statistik :

Bila nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni

input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap


(30)

diterima, artinya variabel bebas yakni input produksi (Xi) secara

serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y). Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi)

yang digunakan dari usahatani jagung secara parsial berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu persatu. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Thitung = ����

(��) Keterangan :

bi = Koefisien Regresi Se = Simpangan Baku Kesimpulan statistik :

Jka thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara

nyata berpengaruh terhadap produksi. Sedangkan jika thitung < ttabel

maka H0 diterima, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata tidak

berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan nilai koefisien determinasi (R2).

c. Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi yaitu efisiensi ekonomi. Efisiensi Ekonomi yaitu nilai produk marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (PXi). Rumus perhitungan efisiensi ekonomi adalah :


(31)

MP = ΔY/ΔX PY . ΔY/ΔX – PX = 0

PY . MP – PX = 0 PY . MP = PX NPMXi (VMP) = Pxi

NPMXi (VMP) ` PXi

Dimana :

b = elastisitas produksi Y = output rata-rata X = input rata-rata

Py = harga output rata-rata Pxi = harga input rata-rata

Dengan kriteria penilaian :

Jika NPMXi/PXi = 1 maka penggunaan faktor produksi sudah optimal, NPMXi/PXi > 1 maka penggunaan faktor produksi belum optimal

dan harus ditambahkan,

NPMXi/PXi < 1 maka penggunaan faktor produksi sudah melebihi optimal dan harus dikurangi.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(32)

Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung dalam lahannya.

2. Usahatani jagung adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan membudidayakan usaha tanaman jagung.

3. Produksi tanaman jagung adalah semua hasil panen buah tanaman jagung dalam satu kali musim tanam selama 2 tahun (Kg).

4. Produktivitas adalah banyaknya jagung yang dihasilkan persatuan luas lahan (Kg/Ha).

5. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang, pada usahatani tanaman jagung terdiri dari lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan.

6. Jumlah tenaga kerja efektif adalah semua tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jagung baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar. Semua tenaga kerja dikonversikan kedalam tenaga kerja laki-laki dan diukur dalam satuan hari kerja orang (HKO), sedangkan harga tenaga kerja dinilai berdasarkan upah per hari orang kerja saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam rupiah per HKO.

7. Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan petani untuk menanam jagung. Satuan yang digunakan untuk mengukur luas lahan adalah meter persegi (m2).

8. Pupuk adalah jumlah pupuk buatan yang digunakan untuk menanam jagung dalam sekali musim tanam. Dalam pengukurannya jenis-jenis pupuk ini dijumlahkan secara kuantitas. Satuan yang digunakan adalah kilogram (kg).


(33)

9. Obat-obatan adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu (ml dan Kg).

10. Bibit adalah jumlah pemakaian bibit jagung yang digunakan pada sekali musim tanam.

11. Efisiensi adalah upaya penggunaan faktor-faktor produksi sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi jagung yang sebesar-besarnya.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman Jagung di Desa Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.


(34)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim

4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Desa Sei Mencirim di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 20-22 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 27 - 32º C. dengan curah hujan 1832 mm/tahun dan kelembaban 65-85%. Luas wilayah Desa Sei Mencirim yaitu 1083,53 ha, dengan luas pemukiman yaitu 288,5 ha dan luas persawahan dan perkebunan yaitu 565 ha. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Sebelah Utara : Sei Semayang, Medan Krio, Kecamatan Sunggal

Sebelah Selatan :Telaga Sari, Pancur Batu, Suka Maju, Kecamatan Sunggal/Pancur Batu

Sebelah Barat :Desa Binjai Timur, Kutalombaru Kecamatan Binjai Timur/Kutalimbaru

Sebelah Timur : Medan Krio/ Suka Maju, Kecamatan Sunggal

4.1.2 Keadaan penduduk

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Desa Sei Mencirim tahun 2011 adalah 12.850 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 6.552 jiwa dan perempuan sebanyak 6.298 jiwa. Data ini diperoleh dari Data Monografi Desa Sei Mencirim Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(35)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Golongan Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan

1 0-5 806 782

2 6-15 2299 2107

3 16-21 525 551

4 22-59 2607 2655

5 ≥ 60 315 203

Jumlah 6552 6298

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada golongan umur 22-59 tahun yaitu sebesar 2607 jiwa laki-laki dan 2655 jiwa perempuan, dan jumlah golongan paling sedikit adalah pada golongan umur ≥ 60 tahun yaitu sebesar 315 jiwa laki-laki dan 203 jiwa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian dominan berada pada usia produktif.

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Desa Sei Mencirim 12850 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3128 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 6552 50,99

2 Perempuan 6298 49,01

Jumlah 12850 100

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Yaitu laki-laki sebanyak 6552 jiwa dengan persentase 450,99% sedangkan perempuan sebanyak 6298 Jiwa dengan persentase 49,01%.

C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Sei Mencirim yaitu sebagai petani dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :


(36)

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 351 2,73

2 Pegawai Kesehatan 7 0,05

3 PNS/ABRI 36 0,28

4 Pegawai swasta 273 2,124

5 Pensiun PNS/TNI/POLRI 35 0,27

6 Petani 863 6,716

7 Buruh Tani 313 2,44

8 Lain-lain 10972 85,39

Jumlah 12850 100

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 6, menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata pencaharian di Desa Sei Mencirim adalah sebagian besar merupakan umur yang belum produktif atau pada masa pendidikan atau lansia yaitu 10972 jiwa dengan persentase sebesar 85,39% dan mata pencaharian terkecil adalah pegawai kesehatan sebesar 7 jiwa dengan persentase sebesar 0,05%.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Mencirim tersedia dengan baik, seperti sarana pendidikan sebanyak 9 unit, sarana kesehatan sebanyak 16 unit, dan sarana peribadatan sebanyak 20 unit. Kondisi jalan yang ada di Desa Sei Mencirim cukup baik sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.

4.2 Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Mencirim 4.2.1. Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada produktivitasnya dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak mengandalkan fisik. Keadaan umur petani rata-rata 49 tahun dengan interval antara 27-68 tahun. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:


(37)

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 28-50 31 48

2 >50 33 52

Jumlah 64 100

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel 7 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur >50 sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 52 % dan persentase terkecil berada pada kisaran umur 28-50 sebanyak 33 orang dengan persentase sebesar 52%. Artinya peternak sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usaha ternaknya.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola suatu usaha tani. Respon peternak dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha tenaknya sangat erat dengan pendidikan formal. Karakteristik peternak sampel dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pendidikan Dasar (SD) 13 20,31

2 Pendidikan Menengah Pertama (SMP)

19 29,69

3 Pendidikan Menengah Atas (SMA) 25 39,06

4 Perguruan Tinggi 7 10,94

Jumlah 64 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas, yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar 39,06% sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan menengah atas dan sarjana.


(38)

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani jagung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Tahun 2013

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1-5 5 7,81

2 6-10 9 14,06

3 >10 50 78,13

Jumlah 64 100

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman beternak paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran >10 tahun sebanyak 50 orang dengan persentase sebesar 78,13% dan yang mempunyai pengalaman bertani paling kecil berada pada kisaran 1-5 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 7,81%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi, sehingga masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.

4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 4 orang, interval 2-7 orang. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Tahun 2013

No Kelompok Jumlah Tanggungan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 2-4 33 51,56

2 ≥5 31 48,44

Jumlah 20 100


(39)

Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang terbesar ada pada kelompok 2-4 orang sebanyak 33 orang dengan persentase sebesar 51,56% dan selebihnya terdapat pada kelompok ≥5 orang sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 48,44%.


(40)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian

Produktivitas jagung adalah produksi jagung (ton) yang dihasilkan pada setiap 1ha luas tanam jagung. Besarnya produksi jagung di daerah penelitian adalah 307.994 kg atau sekitar 308 ton dengan luas tanam sebesar 45,1 ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian adalah 6,9 ton/ha. Untuk mengetahui apakah produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, maka dibandingkan dengan produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal, produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang, produktivitas jagung di Sumatera Utara dan produktivitas jagung menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding

No Tempat Produktivitas (Ton/Ha)

1 Kecamatan Sunggal 6,2 *

2 Kabupaten Deli Serdang 3,68 **

3 Sumatera Utara 5 ***

4 Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan, RI 2010

8,6 ****

Sumber : *Kecamatan Sunggal Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi 2011

**Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, Badanusat Statistik Kabupaten Dairi 2011

*** Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011 ****Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI 2010

Dari tabel 11, dilihat bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal ton/ha, produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang 3,68 ton/ha dan produktivitas jagung di Sumatera Utara sebesar 5 ton/ha, dibandingkan dengan produktivitas jagung di daerah penelitian sebesar 6,9 ton/ha, dengan demikian produktivitas di daerah penelitian lebih


(41)

tinggi dari pada produktivitas Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara.

Jika produktivitas jagung daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas jagung hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yaitu sebesar 8,56ton/ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian relatif lebih rendah dengan produktivitas menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha tani jagung di daerah penelitian relatif tinggi di bandingkan dengan daerah lain sehingga hipotesis 1 yang menyatakan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi adalah benar dan dapat diterima.

5.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8). Berikut ini diuraikan luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai Regresi Linier Berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian:

Tabel 12. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian

Keterangan

Luas

Lahan Bibit

Pupuk Urea

Pupuk SP36

Pupuk Za

Pupuk NPK

Obat (Gramoxon)

Tenaga Kerja

(Ha) (Kg) (Zak) (Zak) (Zak) (Zak) liter (HKO)

Jumlah 45,1 10.440 272 113 83 93 174,5 1918

Rataan 0,7 163,125 4,25 1,8 1,3 1,45 2,7 29,9

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 8

Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda.


(42)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi jagung yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi jagung disajikan sebagai berikut:

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

Uji asumsi multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Luas Lahan .009 110.838

2. Bibit .044 22.908

3. Pupuk Urea .026 38.272

4. Pupuk SP36 .325 3.075

5. Pupuk Za .432 2.316

6. Pupuk NPK .259 3.866

7. Obat (Gromoxone) .030 32.933

8. Tenaga Kerja .042 23.852


(43)

Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pada variabel bebas pupuk SP36, pupuk Za, pupuk NPK memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Akan tetapi pada variable bebas lainnya, nilai toleransi (tolerance) nya lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF

lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk Za, pupuk NPK, obat-obatan dan tenaga kerja mengalami gejala multikolinieritas, yaitu antara variable bebas terdapat saling keterkaitan sehingga untuk hal seperti ini, jika terjadi gejala multikolinieritas maka dapat diatasi dengan mengeluarkan salah satu variabel atau lebih. Dalam hal ini yang dikeluarkan adalah variabel lahan, pupuk urea, obat (gromoxone) dan tenaga kerja. Hasil uji asumsi multikolinieritas setelah dikeluarkan variabel tersebut di sajikan pada tabel berikut :

Tabel 14. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Bibit .201 4.966

2. Pupuk SP36 .362 2.764

3. Pupuk Za .464 2.156

4. Pupuk NPK .339 2.946

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas bibit, pupuk SP36, pupuk Za dan pupuk NPK terbebas dari masalah multikolinieritas.


(44)

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Gambar 3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.


(45)

d. Penyebaran titik-titik tidak berpola.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah heterokedastisitas.

Uji Asumsi Normalitas

Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Gambar 4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung

Gambar 4 menunjukkan bahwa grafik normal p-plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta arah penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat


(46)

dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung di daerah penelitian memenuhi asumsi normalitas.

Uji kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terhadap hasil produksi jagung, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15. Hasil Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Daerah Penelitian

Variabel Koefisien Regresi

Std.

Error t hitung Signifikansi Keterangan

Konstanta 4.910 .240 20.435 .000 -

Bibit .680 .053 12.724 .000 Nyata

Pupuk SP36 .090 .044 2.074 .042 Nyata

Pupuk Za .039 .053 .744 .460 Tidak Nyata

Pupuk NPK .131 .054 2.421 .019 Nyata

R2 = 0,95 Fhitung = 311,39

Ftabel = 2,53

t tabel = 1,67

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Dari Tabel 15, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,95. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa produksi jagung (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan Pupuk NPK

(x4) sebesar 95% sedangkan sisanya sebesar 5% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial

dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α

5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut: A. Uji pengaruh Variabel Secara Serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada tabel Model Summaryb (Analisis Data Primer lampiran ), menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,00. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas


(47)

kesalahan yang ditolerir yaitu α 5% atau 0,05 atau dapat diketahui melalui uji F. dimana

F hitung yang diperoleh sebesar 311,39 dan F tabel (4,59) sebesar 2,53. Sehingga F hitung > F tabel (4,59). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima , yaitu

variabel bibit (x1),pupuk SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) secara serempak

berpengaruh nyata terhadap variabel produksi jagung (Y) di daerah penelitian. B. Uji pengaruh Variabel Secara Parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

• Tabel 15, menunjukkan bahwa bibit (x1) diperoleh t-hitung (12,724) lebih besar dari

t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit secara parsial

berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk SP36 (x2) diperoleh t-hitung (2,074) lebih

besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0042 lebih kecil

dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk

SP36 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk Za (x3) diperoleh t-hitung (0,74) lebih kecil

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,46 lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk Za

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.


(48)

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk NPK (x4) diperoleh t-hitung (2,42) lebih

besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk NPK

secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian. Untuk interpretasi analisis regresi, maka konstanta dan koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya dikembangkan dalam bentuk non linier Cobb-Douglas. Persamaan Cobb-Douglas hubungan input usaha ternak terhadap produksi usaha ternak kelinci adalah sebagai berikut:

Y = 4,91X10,68 X2 0,09 X3 0,039 X4 0,131

Dimana interpretasi dari persamaan tersebut adalah:

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,68 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan bibit (X1) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,68%. Sebaliknya

setiap adanya pengurangan bibit (X1) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi

(Y) sebesar 0,68%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,09 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,09%.

Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan

mengurangi produksi (Y) sebesar 0,09%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,039 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi sebesar

0,039%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka

akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,039%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,131 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk NPK (X4) sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi


(49)

sebesar 0,131%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk NPK (X4) sebesar

1% maka akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,131%.

Dengan demikian hipotesis kedua (2) yang menyatakan bahwa variabel bibit (x1),pupuk

SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) berpengaruh nyata terhadap produksi

jagung di daerah penelitian dapat diterima.

5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha di Daerah Penelitian

Untuk melihat apakah faktor-faktor luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) mempengaruhi produksi jagung per Ha di daerah penelitian. Berikut ini diuraikan luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai Regresi Linier Berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian:

Tabel 16. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian

Keterangan

Luas

Lahan Bibit

Pupuk Urea

Pupuk SP36

Pupuk Za

Pupuk NPK

Obat (Gramoxon)

Tenaga Kerja

(Ha) (Kg) (Zak) (Zak) (Zak) (Zak) liter (HKO)

Jumlah 46 14680,08 393,52 156,17 132,70 142,46 244,45 2857,33

Rataan 1 229,38 6,15 2,44 2,07 2,23 3,82 44,65

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 9

Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung per ha di daerah penelitian, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi jagung yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi jagung disajikan sebagai berikut:


(50)

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

A. Uji asumsi multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 17. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Luas Lahan 0,171 5,854

2. Bibit 0,820 1,219

3. Pupuk Urea 0,560 1,785

4. Pupuk SP36 0,817 1,225

5. Pupuk Za 0,476 2,100

6. Pupuk NPK 0,447 2,239

7. Obat (Gromoxone) 0,796 1,256

8. Tenaga Kerja 0,417 2,396

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Dari Tabel 17, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model


(51)

regresi linier produksi jagung per ha dengan variabel bebas luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), terbebas dari masalah multikolinieritas.

B. Uji Asumsi Heterokedastisitas

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Gambar 5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:

e. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. f. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.


(52)

g. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

h. Penyebaran titik-titik tidak berpola.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah heterokedastisitas.

Uji Asumsi Normalitas

Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17


(53)

Gambar menunjukkan bahwa grafik normal p-plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta arah penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung di daerah penelitian memenuhi asumsi normalitas.

Uji kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terhadap hasil produksi jagung, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 18. Hasil Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha di Daerah Penelitian

Variabel Koefisien Regresi

Std.

Error t hitung Signifikansi Keterangan

Konstanta 8.667 .645 13.436 .000 -

Luas Lahan -.073 .016 -4.565 .000 Nyata

Bibit .318 .089 3.563 .001 Nyata

Pupuk Urea -.185 .134 -1.376 .174 Tidak Nyata

Pupuk SP36 .018 .024 .743 .461 Tidak Nyata

Pupuk Za -.058 .038 -1.521 .134 Tidak Nyata

Pupuk NPK .000 .047 -.008 .993 Tidak Nyata

Obat-obatan -.099 .098 -1.007 .318 Tidak Nyata Tenaga Kerja -.306 .115 -2.657 .010 Tidak Nyata

R2 = 0,45 Fhitung = 5,65

Ftabel = 2,13

t tabel = 1,67

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Dari Tabel 18. diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,45. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa produksi jagung (Y) dapat


(54)

dijelaskan oleh variabel Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan Pupuk NPK

(x4) sebesar 45% sedangkan sisanya sebesar 55% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial

dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α

5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut:

C. Uji pengaruh Variabel Secara Serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada tabel Model Summaryb (Analisis Data Primer lampiran ), menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,00. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir yaitu α 5% atau 0,05 atau dapat diketahui melalui uji F. dimana

F hitung yang diperoleh sebesar 5,65 dan F tabel (8,55) sebesar 2,13. Sehingga F hitung > F tabel (8,55). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima , yaitu variabel

luas lahan (x1), bibit (x2),pupuk Urea (x3) SP36 (x4), pupuk Za (x5), pupuk NPK (x6),

obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) secara serempak berpengaruh nyata terhadap

variabel produksi jagung (Y) di daerah penelitian. D. Uji pengaruh Variabel Secara Parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

• Tabel menunjukkan bahwa variabel luas lahan (x1) diperoleh t-hitung (-4,57) lebih


(55)

(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 terima atau H1 ditolak, yaitu luas lahan

secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa variabel bibit (x2) diperoleh t-hitung (3,56) lebih besar

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit secara

parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa pupuk urea (x3) diperoleh t-hitung (-1,38) lebih kecil

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,17 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1ditolak, yaitu pupuk urea

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa pupuk SP36 (x4) diperoleh t-hitung (0,74) lebih kecil

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,46 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk SP36

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa pupuk Za (x5) diperoleh t-hitung (-1,52) lebih kecil dari

t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,1 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk Za secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa pupuk NPK (x6) diperoleh t-hitung (-0,08) lebih kecil

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,99 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk NPK


(56)

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa obat (x7) diperoleh hitung (-1,007) lebih kecil dari

t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,32 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu obat (Gromoxone) secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel menunjukkan bahwa tenaga kerja (x8) diperoleh t-hitung (-2,66) lebih kecil

dari t-tabel (1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,01 lebih besar dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu tenaga kerja

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

Untuk interpretasi analisis regresi, maka konstanta dan koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya dikembangkan dalam bentuk non linier Cobb-Douglas. Persamaan Cobb-Douglas hubungan input usaha ternak terhadap produksi usaha ternak kelinci adalah sebagai berikut:

Y = 8,667X1-0,073 X2 0,318 X3 -0,185 X4 0,018 X5 -0,058 X6 0,00 X7 -0,099 X8 -0,306

Dimana interpretasi dari persamaan tersebut adalah:

 Hasil koefisien regresi sebesar -0,073 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan luas lahan (X1) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi sebesar

0,073%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan lahan (X1) sebesar 1% maka akan

menambah produksi (Y) sebesar 0,073%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,318 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan bibit (X2) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,318%.


(57)

Sebaliknya setiap adanya pengurangan bibit (X2) sebesar 1% maka akan mengurangi

produksi (Y) sebesar 0,318%.

 Hasil koefisien regresi sebesar -0,185 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk urea (X3) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi sebesar

-0,185%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk urea (X3) sebesar 1% maka

akan meningkatkan produksi (Y) sebesar 0,185%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk SP36 (X4) sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi

sebesar 0,018%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk SP36 (X4) sebesar

1% maka akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,018%.

 Hasil koefisien regresi sebesar -0,058 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk Za (X5) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi sebesar

0,058%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk Za (X5) sebesar 1% maka

akan meningkatkan produksi (Y) sebesar 0,058%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,00 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pupuk NPK (X6) sebesar 1% maka tidak akan mengurangi produksi jagung (Y)

begitu juga sebaliknya.

 Hasil koefisien regresi sebesar -0,099 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan obat (gromoxone) (X7) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi

sebesar 0,099%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan obat (gromoxone) (X7)

sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi (Y) sebesar 0,099%.

 Hasil koefisien regresi sebesar -0,036 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan tenaga kerja (X8) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi sebesar


(58)

0,036 %. Sebaliknya setiap adanya pengurangan tenaga kerja (X8) sebesar 1% maka

akan meningkatkan produksi (Y) sebesar 0,036 %.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa faktor produksi luas lahan (x1), dan bibit (x2)

berpengaruh nyata secara parsial untuk analisis regresi per hektar (Ha) di daerah penelitian, sedangkan variabel pupuk Urea (x3) SP36 (x4), pupuk Za (x5), pupuk NPK

(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) untuk hasil analisis regresi per hektar (ha),

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

5.3 Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian

Efisiensi faktor-faktor produksi diperlukan untuk mengetahui penggunaan faktor produksi tergolong optimal, melebihi optimal atau belum optimal. Tingkat efisiensi dapat dilihat dari nilai produk marjinal faktor-faktor produksi yang digunakan.

Nilai marjinal dapat ditentukan dengan menghitung nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi. Nilai elastisitas tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi dari faktor-faktor produksi yang ditentukan melalui analisis regresi dengan menggunakan SPSS. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Dalam penelitian ini pengertian efisiensi ekonomi menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi ekonomi dapat tercapai jika dapat memaksimumkan keuntungan, yaitu menyamakan produk marjinal setiap faktor produksi dengan harga faktor produksi tersebut. Rumus perhitungan efisiensi ekonomi adalah :

b . Y . Py/X = Pxi atau MP = ΔY/ΔX PY . ΔY/ΔX – PX = 0


(59)

PY . MP = PX NPMXi (VMP) = Pxi

NPMXi (VMP) PXi

Dimana :

b = elastisitas produksi Y = output rata-rata X = input rata-rata

Py = harga output rata-rata Pxi = harga input rata-rata Dengan kriteria penilaian :

Jika NPMXi/PXi = 1 maka penggunaan faktor produksi sudah optimal, NPMXi/PXi > 1 maka penggunaan faktor produksi belum optimal dan

penggunaannya harus ditambahkan,

NPMXi/PXi < 1 maka penggunaan faktor produksi melebihi optimal dan penggunaannya harus dikurangi.

Hasil perhitungan efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi jagung pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 19. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian

No Variabel NPMXi Harga (Px)

(Rp) Efisiensi Keterangan 1 Luas Lahan -9452928,57 2.800.000 -3,38 Melebihi Optimal

2 Bibit 399951,65 5.300 75,46 Belum Optimal

3 Pupuk Urea 4110355,76 115.000 35,74 Belum Optimal

4 Pupuk SP36 4336597,74 140.000 30,98 Belum Optimal

5 Pupuk Za 2137816,15 115.000 18,59 Belum Optimal

6 Tenaga Kerja 2464280,69 130.000 18,96 Belum Optimal

7 Obat (Gromoxone) 4072030,77 50.000 81,44 Belum Optimal

8 Tenaga Kerja 1452792,43 50.000 29,06 Belum Optimal


(1)

(2)

Lampiran 17.AnalisisRegresiPengaruhVariabelLuasLahan, Bibit, Pupuk Urea, Pupuk SP36, PupukZa, Pupuk NPK, ObatdanTenagaKerjaterhadapProduksiJagung Per-Ha Per MusimTanam (4 bulan) di Daerah Penelitian

REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Produksi

/METHOD=ENTER Lahan Bibit Urea SP36 Za NPK Obat TK /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y 8.8463 .10072 64

X1 -1.3916 1.52150 64

X2 5.4277 .12434 64

X3 1.8105 .10015 64

X4 .8580 .45791 64

X5 .6803 .38339 64

X6 .7561 .32363 64

X7 1.3353 .11481 64

X8 3.7900 .13524 64

Correlations

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6

Pearson Correlation Y 1.000 -.480 .161 .245 .079 .216 .341

X1 -.480 1.000 .281 -.549 .197 -.693 -.706

X2 .161 .281 1.000 -.041 .195 -.154 -.139

X3 .245 -.549 -.041 1.000 -.148 .442 .494

X4 .079 .197 .195 -.148 1.000 -.295 -.304


(3)

X6 .341 -.706 -.139 .494 -.304 .482 1.000

X7 -.282 .421 .202 -.191 .153 -.238 -.355

X8 .210 -.704 -.104 .174 -.152 .459 .486

Sig. (1-tailed) Y . .000 .103 .025 .267 .043 .003

X1 .000 . .012 .000 .060 .000 .000

X2 .103 .012 . .373 .061 .112 .136

X3 .025 .000 .373 . .122 .000 .000

X4 .267 .060 .061 .122 . .009 .007

X5 .043 .000 .112 .000 .009 . .000

X6 .003 .000 .136 .000 .007 .000 .

X7 .012 .000 .055 .065 .114 .029 .002

X8 .048 .000 .206 .084 .115 .000 .000

N Y 64 64 64 64 64 64 64

X1 64 64 64 64 64 64 64

X2 64 64 64 64 64 64 64

X3 64 64 64 64 64 64 64

X4 64 64 64 64 64 64 64

X5 64 64 64 64 64 64 64

X6 64 64 64 64 64 64 64

X7 64 64 64 64 64 64 64

X8 64 64 64 64 64 64 64

Variables Entered/Removedb Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 X8, X2, X3, X4,

X7, X5, X6, X1a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square Change F Change df1

1 .672a .452 .372 .07983 .452 5.659 8

a. Predictors: (Constant), X8, X2, X3, X4, X7, X5, X6, X1 b. Dependent Variable: Y


(4)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .289 8 .036 5.659 .000a

Residual .351 55 .006

Total .639 63

a. Predictors: (Constant), X8, X2, X3, X4, X7, X5, X6, X1 b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correl

B Std. Error Beta Zero-order Pa

1 (Constant) 8.667 .645 13.436 .000

X1 -.073 .016 -1.103 -4.565 .000 -.480

X2 .318 .089 .393 3.563 .001 .161

X3 -.185 .134 -.184 -1.376 .174 .245

X4 .018 .024 .082 .743 .461 .079

X5 -.058 .038 -.220 -1.521 .134 .216

X6 .000 .047 -.001 -.008 .993 .341

X7 -.099 .098 -.113 -1.007 .318 -.282

X8 -.306 .115 -.411 -2.657 .010 .210

a. Dependent Variable: Y

CollinearityDiagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2 X3 X4

1 1 8.001 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

2 .660 3.482 .00 .08 .00 .00 .04

3 .180 6.666 .00 .09 .00 .00 .66

4 .105 8.744 .00 .02 .00 .00 .03

5 .048 12.951 .00 .32 .00 .00 .22

6 .005 42.051 .00 .05 .00 .03 .00

7 .002 65.092 .00 .00 .01 .61 .00

8 .000 147.340 .00 .36 .69 .19 .04

9 .000 214.688 .99 .08 .30 .17 .00

a. Dependent Variable: Y


(5)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 8.7311 9.0500 8.8462 .06768 64

Std. Predicted Value -1.702 3.011 .000 1.000 64

Standard Error of Predicted

Value .014 .048 .029 .008 64

Adjusted Predicted Value 8.7201 9.0277 8.8490 .07274 64

Residual -.19506 .14105 .00000 .07459 64

Std. Residual -2.443 1.767 .000 .934 64

Stud. Residual -2.895 1.896 -.015 1.043 64

Deleted Residual -.28642 .16243 -.00272 .09356 64

Stud. Deleted Residual -3.116 1.943 -.022 1.074 64

Mahal. Distance .832 21.550 7.875 4.818 64

Cook's Distance .000 .499 .031 .080 64

Centered Leverage Value .013 .342 .125 .076 64


(6)