Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

(1)

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang

Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Skripsi

0leh Raziah Suhaimi

101121101

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ismayadi S.Kep, Ns., selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Ibu Rosina br. Tarigan, S.Kp, M.Kep., selaku penguji I, dan ibu Siti Saidah Nasution S.Kp,


(4)

M.Kep Sp. Mat. selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga teristimewa kepada Ayahanda Suhaimi Ishak dan Ibunda Catherina Cilcilia Modesta Gebze, yang menjadi motivator dalam hidupku, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, serta rekan-rekan mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu, harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2012 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... I

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... DAFTAR SKEMA ... ABSTRAK ... BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Konsep Rumah ... 7

2.1.1. Definisi ... 7

2.1.2. Persyaratan Umum Rumah Sehat ... 7

2.1.3. Faktor - Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun rumah ... 12

2.1.4. Kriteria-Kriteria Rumah Sehat Menurut WHO ... 14

2.1.5. Kriteria Rumah Sehat Sederhana (RSS) Di Indonesia ... 14

2.2. Konsep Status Kesehatan ... 15

2.2.1. Definisi Status Kesehatan... 15

2.2.2. Rentang Sehat ... 15

2.2.3. Rentang Sakit... 16

2.2.4. Ciri-ciri Masyarakat Sehat ... 16

2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan ... 17

2.3. Konsep keluarga ... 19

2.3.1. Definisi Keluarga ... 19

2.3.2. Bentuk-Bentuk Keluarga ... 19

2.3.3. Peranan Keluarga ... 20

2.3.4. Fungsi Keluarga Menurut Priedman ... 21

2.3.6. Tugas Kesehatan Keluarga Menurut Bailon Dan Maglaya... 23

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 27

3.1. Kerangka Konseptual ... 27


(6)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

4.1. Desain Penelitian ... 30

4.2. Populasi Dan Sampel ... 30

4.2.1. Populasi ... 30

4.2.2. Sampel ... 30

4.3. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 31

4.3.1. kriteria inklusi ... 31

4.3.2. kriteria eksklusi... 31

4.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 31

4.4.1. lokasi penelitian ... 31

4.4.2. waktu penelitian ... 31

4.5. Pertimbangan Etik ... 32

4.6. Instrumen Penelitian ... 32

4.6.1. Kuesioner ... 32

4.6.2. Uji Validitas ... 36

4.6.3. Uji Realibilitas ... 36

4.7. Pengumpulan Data ... 37

4.8. Analisa Data ... 37

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1. Hasil Penelitian ... 39

5.2. Pembahasan ... 45

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Rekomendasi ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian dari Fakultas keperawatan

2. Surat izin pengambilan data dari desa Muara Parlampungan 3. Surat selesai melakukan penelitian dari desa Muara Parlampungan

4. Informedconcent

5. Jadwal tentatif penelitian 6. Rincian biaya penelitian 7. Instrumen penelitian

8. Lembar konsultasi


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden

di Desa Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Observasi Sistematis

Terhadap Kondisi Rumah Keluarga di Desa

Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Penilaian Tentang

Kondisi Rumah Keluarga di Desa Muara Parlampungan

Tahun 2011... 42 Tabel 5.4. Distribusi Prekuensi dan Persentase Jawaban Responden Tentang

Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan

Tahun 2011... 42 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan Persentase Kategori Penilaian Tentang

Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Kondisi Rumah Keluarga Dan Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan Kecamatan


(9)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Nama : Raziah Suhaimi

NIM : 101121101

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.


(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Nama : Raziah Suhaimi

NIM : 101121101

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya: merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba, sex pranikah, tawuran, tindakan kriminal, dan kebut-kebutan dijalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka. Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja (dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and

stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib

diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan yang baik (Dariyo, 2004).

Kebiasaan remaja yang sulit dihindari adalah merokok, karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari identitas diri dan selalu inggin mencoba hal baru yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu,keluarga dan teman sebaya adalah orang-orang yang sangat mempenggaruhi kebiasaan remaja. jika orang tua dan teman sebaya merokok, maka sangat memungkinkan untuk diikuti oleh remaja, selain itu tayangan yang


(12)

menayangkan tokoh idola remaja yang menghisap rokok akan mendorong remaja untuk mengikutinya. Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media. (Peterson, 2003).

Rokok yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinnya. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data terakhir ayng dipublikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah cina (1.643 milyar batang), Amerika (451 milyar batang rokok), Jepang (328 milyar batang), dan rusia (258 milyar batang rokok. Menurut Bank Dunia, konsumsi Indonesia sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia (WHO, 2002).

Hasil di Australia menunjukkan bahwa 70.000 orang mulai merokok setiap tahunnya pada usia 12-17 tahun (Zhu dkk, 1999). Sedangkan menurut sani (2005), dari hasil kajiannya di Lombok dan Jakarta, remaja mulai merokok sejak usia 15 tahun. Penggunaan berbagai jenis Napza tidak akan terlepas dari penggunaan rokok; karena menurut Thoha (2006), jika mempunyai masalah yang tidak terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan narkoba.

Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian tersebesar di dunia. Menurut WHO, diduga sehingga menjelang tahun 2003 kematian akibat merokok mencapai 10 juta orang per tahunnya, dan 70% kematian yang disebabkan oleh rokok terjadi di Negara-negara berkembang. Kebiasaan merokok di Negara berkembang meningkat sebanyak 2,1% per tahun. Sedangkan di Negara-negara


(13)

maju justru turun 1,1% per tahun. WHO memperkirakan 1,1 milyar penduduk dunia adalah perokok dan 800 juta di antarannya terdapat di negara berkembang (Depkes 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) di empat wilayah yaitu Sumatra Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa perilaku beresiko pada remaja khususnya dikota cukup tinggi, prilaku ini adalah hasil penelitian yang dimaksud adalah : Perilaku merokok pada laki-laki 73,1% dan perempuan 12,2%. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat diberbagai tempat, misalnya diwarung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan dilingkungan rumah. Sayangnya, ini telah menjadi pemandangan yang biasa dan jarang mendapat perhatian masyarakat, padahal perilaku tersebut berbahaya bagi remaja dan orang sekitarnya (Depkes RI, 2004).

Jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Mutu Depkes RI (2006), sebesar 35% penduduk umur 15 tahun ke atas merokok (tiap hari dan kadang-kadang). Dibandingkan Susenas 2001 dan 2003 terjadi peningkatan sebesar 3%. Persentase prilaku merokok pada laki-laki konstan tinggi, yaitu 63% pada tahun 2001, 2003, dan 2004. Pada perempuan jauh lebih rendah, namun ada peningkatan dari 1.4% pada tahun 2001 menjadi 1,7% pada tahun 2003, dan 4,5% pada tahun 2004 (Ariyani, 2010).


(14)

Sebanyak 89% perokok remaja terdorong oleh iklan rokok untuk merokok, ungkap Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam acara “Deklarasi Perlindungan Anak Terhadap Bahaya Rokok” beberapa waktu lalu. Arist menyebutkan, dari survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, usia mulai merokok di Tanah air yang tertinggi ada di kelompok usia remaja yaitu : 10 – 18 tahun. Jumlahnya mencapai 63,7% (tahun 2004). Ironisnya, bahkan ada anak yang mulai merokok di kelompok usia 5-9 tahun yang jumlahnya mencapai 1,8% (Jaya , 2009).

Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah terhadap fisiknya, seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu “Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia yang berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama, yaitu : nikotin yang menyebabkan ketergantungan atau adiksi yang bersifat karsinoganik ; karbon monoksida yang aktifitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang dan bahan-bahan kimia lain yang beracun (Ariani, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti, di Desa Sei Mencirim didapatkan jumlah remaja usia 10-18 tahun usia sekolah adalah sebanyak 265 jumlah remaja di Dusun I Desa Sei Mencirim. Bisa dibayangkan jika semua remaja tersebut adalah pengguna rokok, maka kemungkinan tidaklah bisa remaja tersebut menjadi penerus bangsa ini. Padahal kemungkinan saja


(15)

kebiasaan merokok yang dilakukan oleh remaja dengan kurangnya pengetahuan sikap remaja dengan bahaya merokok tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian tentang ”gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011”.

1.3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan penelitian

tentang bahaya merokok .

2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menyikapi masalah-masalah

yang dihadapi remaja terutama tentang bahaya merokok.

3. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan


(16)

4. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa/i dan dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk perbandingan peneliti selanjutnya.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Pengetahuan atau kognitif

Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam hal ini orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Intereste (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus


(18)

d. Trial, di mana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption,di mana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.

1.3 Tingkatan Pengetahuan kognitif

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara “benar” tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut


(19)

secara “benar”. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (se”benar”nya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analsis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun


(20)

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo,2003).

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi intelegensi seseorang.


(21)

Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman seseorang, maka semakin banyak usaha seseoarang untuk mengatasi suatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

d) Sumber informasi

Sumber informasi adalah data yang diperoses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.

e) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi seseorang. Lingkungan yang memyediakan banyak sumber informasi akan menambah pengetahuan seseorang.

1.5 Pengetahuan Remaja Tentang Rokok

Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi atau nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu kelompok yang akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dari pengamatan tentang kebiasaan


(22)

merokok remaja lebih karena faktor ingin mencoba-coba atau mengikuti tren pada

kelompoknya, juga karena persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah semangat belajar/bekerja,

merokok dapat menghilangkan stres, ada juga sudah sampai ketergantungan seperti, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kalau hal ini dibiarkan tanpa membekali pengetahuan pada remaja tentang bahayanya rokok bagi kesehatan, maka abad ke -21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat rokok. Untuk itu remaja sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya (Ekawati, 2009).

Dari hasil analisis pre test dan post test oleh Ekawati (2009), diperoleh data bahwa dari 74 responden sebanyak 6,7% responden memperoleh peningkatan pengetahuan tentang bahaya rokok setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok dikalangan remaja, karena diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini responden sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang bahaya merokok sejak usia dini.

2. Sikap

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus social. Newcomb salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelakanaan motif tertentu. Sikap belum


(23)

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Dalam bagian lain Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Salah satu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut sehingga si ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio itu.

2.1 Tingkatan Sikap


(24)

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu “benar” atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudarnya, dan sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.


(25)

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat terjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya cenderung untuk

memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanda didasari kebudayaan telah menanamkan garis

yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewanai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari


(26)

kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3 Sikap Remaja Terhadap Rokok

Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja, mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang mewarnai perasaanya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok (Soamole, 2004).

Merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, lalu respon apa yang muncul di dalam pikiran atau perasaanya. Bisa saja orang tertarik atau tidak (setuju atau tidak setuju)

3. Remaja

Remaja adalah harapan bangsa sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja


(27)

saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting untuk menilai keadaan remaja (Poltekkes Depkes, 2010).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam

bahasa Inggris : adolescense). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas

digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikosisal atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Daariyo, 2004).

Menurut WHO, dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :

1. Masa remaja awal (10-13 tahun)

2. Masa remaja tengah (11-16tahun)

3. Masa remaja akhir (17-19 tahun) (Depkes, 2010)

3.1 Perubahan Fisik Remaja

Perubahan fisik dan psikologis remaja di sebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang di kontrol oleh


(28)

susunan saraf pusat khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon pertumbuhan (groth hormone), hormon gonadotropik (gonadotropic hormone), estroen,

progesteron, serta testosteron.

a. Percepatan berat badan dan tinggi badan

Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007). Berat badan juga meningkat karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.

b. Perkembangan karakteristik seks sekunder

Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen, pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu pubis, pertumbuhan rambut di ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama. Sedangkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara, pertumbuhan kumis dan jenggot, meningkatnya produksi minyak, meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas belajar sehingga menimbulkan jerawat.

c. Perubahan bentuk tubuh

Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan


(29)

perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan putting susu yang menjadi lebih menonjol.

3.2 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan perkembangannya sebagai berikut :

1. Remaja awal

Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah maupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berfikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti : olahraga yang baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.

2. Remaja Menengah

Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berfikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “siapa saya?”.

Pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.


(30)

3. Remaja akhir

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dan masyarakat.

4. Perkembangan psikososial

Masa remaja juga merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan berprilaku menurut cara mereka. Transisi sosial yang dialami oleh remaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.

3.3 Tahap-tahap perkembangan psikososial

Menurut Erikson (1956), perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah sebagai berikut :


(31)

Tahapa ini terjadi dalam 1 – 2 tahun awal kehidupan. Anak belajar untuk percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak merasa bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara orang tua dan anaknya.

2. Otonomi (autonomoy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)

Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi perubahan ketergantungan, dari ketergantungan khas anak-anak ke arah otonomi khas dewasa. Misalnya : remaja umumnya tidak teruru-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir, atau memerlukan bantuan.

3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)

Tahapan perkembangan psikososial ini terjadi pada usia pra sekolah dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan yang di lakukannya.

1. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)

Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya. Anak menggunakan pengalaman kognitif menjadi lebih produktif dalam


(32)

grupnya. Di sini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal. Anak mulai terasa rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisaitif, serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.

2. Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion)

Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab pertanyaan, “Siapa saya”? mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga terjadi penyimpangan identitas, misalnya : melakukan percobaan tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita dibangun, dan secara bertahap mengembangan cita-cita yagn diinginkan.

Untuk tahap selanjutnya yaitu : tahap keintiman (intimacy) versus isolasi

(isolation) generativitas (generativity) versus stagnasi (stagnation), dan

integritas (integrity) versus keputusasaan (despair), akan dilalui pada

tahap-tahap perkembangan selanjutnya

3.4 Jenis-Jenis Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam Helm dan Tuner, 1995 ; Suardiman, 1987 ; Thornburg, 1982), ada beberapa, yaitu sebagai berikut :

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-fisiologis. Diketahui

bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, mempengaruhi pola perilakunya. Di satu sisi, ia harus dapat memenuhi kebutuhan


(33)

dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu pasti melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik, remaja sudah seperti orang dewasa. Oleh karena itu remaja menghadapi delima. Dengan demikian, dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri (adjustment) dengan baik.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita. Dalam hal ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dengan menjalin dengan individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya, tanpa menimbulkan efek samping yang negatif. Pergaulan dengan lawan jenis ini sebagai sesuatu hal yang amat penting, karena dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan diri guna memasuki kehidupan pernikahan nanti.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa

lain. Ketika sudah menginjak remaja, individu memiliki hubungan pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan anak-anak sebelumnya yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari orang dewasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa individu remaja tidak lagi bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian

besar waktunya untuk bergaul bersama dengan teman-temannya (

peer-group), dibandingkan kehidupan remaja dengan keluarganya.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.


(34)

mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun non-formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian yang profesional. Oleh Schaie (dalam Santrock, 1999), masa tersebut diistilahkan sebagai masa aquisitif yakni masa di mana remaja berusaha untuk menari bekal pengetahuan dan keterampilan/keahlian guna mewujudkan cita-citanya, agar menjadi seorang ahli yang profesional di bidangnya. Warga negara yang bertanggung jawab ditandai dengan kepemilikan taraf keahlian dan profesi yang dapat disumbangkan oleh seorang individu untuk mengembangkan dan memajukan seluruh warga masyarakat. Karena itu, adalah hal yang wajar, agar remaja dipersiapkan dan mempersiapkan diri secara matang dengan sebaik-baiknya.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi. Tujuan utama

individu melakukan persiapan diri dengan menguasai ilmu dan keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan terbesar seorang individu (remaja) adalah menjadi orang yang mandiri dan tak bergantung dari orang tua secara psikis maupun secara ekonomis (keuangan). Karena itu, seringkali remaja mengambil keputusan dengan cara bekerja paruh waktu, disela-sela jam belajarnya (part timer), misalnya, menunggu menjaga) toko, memberi les privat untuk pelajaran SD/SMP, dan sebagainya (Dariyo, 2004).


(35)

Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya di jual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Bungkusan-bungkusan juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Jaya muhamad, 2009).

Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000 : 17) menyatakan bahwa seorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok (Soamole, 2004).

4.1Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunana filter pada rokok.


(36)

Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

aren, sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas,

cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

b) Rokok berdasarkan bahan baku

Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu, rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok berdasakan proses pembuatannya

Terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu rokok

yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan kedalam mesin rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan


(37)

bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.

d) Rokok berdasarkan penggunana filter

Terdiri dari rokok filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus, rokok non filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian

panggalnya tidak terdapat gabus.

4.2Kandungan Rokok

Menurut Gondodiputro tahun 2007, Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO), selain itu dalam sebatang rokok juga mengandung zat-zat kimia lain yang sangat beracun. Zat-zat tersebut antara lain :

1. Tar adalah substansi hidrokarbon, yang bersifat lengket dan menempel

pada paru-paru

2. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan


(38)

3. Karbon monoksida (CO) adalah zat yang memikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen

4. Formaldehid yaitu jenis gas yang sangat beracun terhadap semua

organisme hidup

5. Naftalene yaitu bahan kapur barus

6. Metanol yaitu cairan yang mudah menguap, di gunakan sebagai pelarut

dan pembunuh hama

7. Aceton yaitu bahan pembuat cat

8. Fenol Butance yaitu bahan bakar korek api, zat ini beracun dan

membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

9. Potassium nitrat yaitu bahan baku pembuatan bom dan pupuk.

10.H2S (Asam Sulfida) yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar

dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

11.HCN (Asam Sianida) yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

12.Amonia yaitu bahan untuk pencuci lantai.

13.Cadmium yaitu asap dari knalpot kendaraan yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.


(39)

14.Nitrous Oxide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila di hisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.

15.Volatik nitrosamine yaitu jenis asap tembakau yang diklasifiksikan

sebagai karsinogen yang potensial (Christinawaty, 2009. Jaya, 2009).

4.3Dampak Merokok

Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) adalah dapat menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Adapun dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut :

1. Dampak pada paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lender. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan baha


(40)

merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronchitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Menurut Yusuf (2004), asap rokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker paru-paru. Berhenti merokok dan tidak mulai merokok merupakan cara utama untuk pencegahan penyakit ini.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Zat Tar berhubugnan dengan risiko terjadinya kanker, dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

2. Dampak terhadap jantung

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan adrenalain, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja system saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya, nikotin mengatikan trombosit yang mengakibatkan timbulnya adhesi trombosit


(41)

(pengumpalan) ke dinding pembuluh darah (Tandra, 2003). Menurut Slamet (1996), mereka yang suka merokok ternyata melahirkan bayi-bayi dengan berat badan rendah, karena nikotin mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi status nutisi ibu.

Merokok terbukti menjadi faktor resiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko bekerja secar sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga 50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.

Akibat pengumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis), perokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP) yang mengakibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, biasanya berakhir dengan amputasi.

3. Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari

Di dalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung dan usua dua belas jari. Perokok menderita dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.


(42)

4. Efek terhadap bayi

Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya merokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30 persen. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.

5. Impot ensi

Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok daat meningkatkan disfungsi eraksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak dapat mengalir ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

6. Penyakit pada perokok pasif

Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada wanita hamil.


(43)

Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu :”Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama, yaitu nikotin yang menyebabkan ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang, dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.”

Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010).

Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut : 1. Bagi perokok aktif

a. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung.

b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar

pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi.

d. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung bagi wanita pengguna pil KB.

e. Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan


(44)

2. Bagi perokok pasif

a. Bahaya kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko mendapatkan bayi mereka lahir, kurus, cacat, dan kematian.

b. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan

mempengaruhi bayi dalam kandungan.

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Merokok

Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosial kultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan (Kemala, 2007).

Menurut Juniarti (1991) dalam Mu’tadin (2000), faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak


(45)

begitu memperhatikan anak-anaknya dalam memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok di banding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan, dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan yang falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya sangat mungkin sekali untuk mencontohnya. Prilaku merokok lebih banyak ditemui pada mereka yagn tinggal dengan satu orang tua (single parent). Daripada ayah yang perokok,

remaja akan lebih cepat berprilaku sebagai perokok justru bila ibu mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada remaja putri.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, remaja tadi terpengaurh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga akhirnya mereka semua perokok. Di antara remaja perokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok.


(46)

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.

4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor, membuat remaja

sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. (Depkes, 2010).

4.6 Tipe Merokok

Menurut Silvan Tomkins Al Bachri (1991), berdasarkan management Of

Affect Theory, ada empat tipe perilaku merokok

1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang dapat merasakan penambahan rasa yang positif. Green dalam psychologikal Factor in Smoking

(1978) menambahkan 3 subtipe berikut ini.

a. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapati, misalnya merokok setelah minum kopi dan makan.


(47)

b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh

dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, atau gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif

Green menyebutnya sebagai kerancuan secara psikologis (psychological

addiction). Mereka yang sudah kecanduan cendrung akan menambah dosis

rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat ia menginginkannya.


(48)

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi sudah “benar”-”benar” menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini, merokok sudah menjadi prilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan lagi api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah “benar”-”benar” habis.

4.7. Cara Menghindari Kebiasaan Merokok

Menurut Monique (2000) ada beberapa cara mengindari kebiasaan merokok yaitu :

1. Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok, dalam hal ini

kita harus mengingat penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok dan merupakan penderitaan.

2. Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar

tidak lagi menghisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan memberitahukan niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehingga mereka akan membantu dan mengingatkan agar tidak merokok, sehingga berlahan-lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus diingatkan.

3. Tanaman pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali

dari kebiasana merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai menurunkan jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin lama semakin sedikit sampai tidak sama sekali.


(49)

4. Jauhi semua kemungkinan yang dapat membuat kembali menjadi perokok. Cara ini dilakukan dengan menghindari berkumpul dengan teman-teman atau orang lain yang merokok sehingga anda tidak ingin kembali merokok.

5. Mencari pengganti yang lebih positif daripada rokok. Untuk mengganti

waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan permen, atau melakukan aktivitas lain.


(50)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kec. Sunggal Kab. Deli Serdang. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1. Skema diatas menunujukan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim kec. Sunggal Kab. Deli Serdang.

Pengetahuan Remaja tentang bahaya merokok

Sikap Remaja tentang bahaya merokok


(51)

2.Defenisi operasional

Tabel 1. Kerangka Konsep

No .

Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Pengetahuan

remaja tentang bahaya merokok Pemahaman responden tentang rokok, kandungan rokok dan bahaya rokok bagi kesehatan yang didapat dari berbagai informasi.

Kuesioner Ordinal 1. 9-28= Pengetahuan

Baik

2.10-18= Pengetahuan Cukup

2. 1-9= Pengetahuan Kurang

2. Sikap

remaja tentang bahaya merokok Tanggapan atau respon, penilaian remaja terhadap bahaya rokok.

Kuesioner Ordinal 1. 29-56= Sikap

Positif

2. 1-28= Sikap Negatif


(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

yang bertujuan mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja pria usia 10-18 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang berjumlah 265 orang pada tahun 2010, pada penelitian ini peneliti mengambil populasi remaja Usia sekolah

2.2Sampel Penelitian

Sampel Penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh anggota kelompok populasi (Notoatmodjo,1993) dalam Setiadi,2007). Dengan kata lain sampel adalah elemen-elemen populasi yang di pilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi,2007). Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:


(53)

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini :

a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti)

Adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah remaja perokok yang berusia 10-18 tahun serta bisa menulis dan membaca, dan juga bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi (kriteria yang tidak layak diteliti)

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab. Teori ekslusi dalam penelitian ini Remaja perokok yang tidak bersekolah, tidak bisa membaca dan menulis, serta yang tidak bersedia menjadi responden.

Adapun sampel penelitian ini adalah sebagian remaja usia 10-18 tahun di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 yaitu sebanyak 27 orang.


(54)

2.3Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara cluster sampling. Cluster sampling berarti pengelompokan berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Teknik sampling yang digunakan jika objek yang akan diteliti sangat luas. Sampling ini bisa dipakai dalam 2 situasi yaitu alasan jarak dan biaya serta peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti (Setiadi, 2007).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di Desa Sei Mencirim tersebut mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan bahaya Rokok. Waktu Penelitian di mulai dari bulan Juni sampai Juli tahun 2011.

4. Pertimbangan Etik

Setiap peneliti yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada penelitian ini antara lain adalah: Informed Consent (lembar persetujuan),

anonimity (tanpa nama), confidentiality (kerahasiaan) (Setiadi, 2007).

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian , responden


(55)

diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden membaca surat memahamiisi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.

5. Instrumen Penelitian 5.1Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari dua bagian yaitu pertama Pengetahuan Remaja mengenai bahaya rokok, pertanyaan untuk bagian ke dua ini sebanyak 14 pertanyaan, dengan total skor sebanyak 28. Apabila responden menjawab “benar” di beri skor 2, responden menjawab “salah” diberi skor 1, Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal.

Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2005): P =

Banyak Kelas Rentang


(56)

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 28 dan banyak kelas adalah 3 kelas (Baik, cukup, kurang). Maka di dapat panjang kelas yaitu 9,3. dengan menggunakan P = 9, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:

19 – 28 = Pengetahuan Baik

10 – 18 = Pengetahuan Cukup

1 – 9 = Pengetahuan Kurang

Bagian kedua Sikap Remaja tentang bahaya merokok terhadap responden di gunakan skala ukur likert. Kuisioner Sikap terdiri dari 14 pertanyaan. Bila responden menjawab “Sangat Setuju” akan mendapat skor 4, bila menjawab “Setuju” akan mendapat skor 3, bila menjawab “Kurang Setuju” akan mendapat skor 2, bila responden menjawab “Tidak Setuju” akan mendapat skor 1. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal. Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2005):

P =

Banyak Kelas Rentang

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 56 dan banyak kelas adalah 2 kelas (positif dan negatif). Maka di dapat panjang kelas yaitu 28. dengan menggunakan P = 28, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:

29 – 56 = Sikap Positif


(57)

5.2Validitas Pengukuran validitas-realibilitas 5.2.1 Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu intrumen yang valid atau sahid mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006). Instrumen dikatakan valid jika konten isi instrumen itu mampu mengukur yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instrumen itu dapat dijadikan alat ukur. Validitas intrumen pada penelitian ini dilakukan oleh yang ahli di Departemen keperawatan komunitas USU.

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran. Menurut Nursalam (2008), instrumen penelitian harus (1) relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen penelitian dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran, yaitu Instrumen yang disusun harus dapat dipertimbangkan kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada penelitian ini, peneliti mengajukan instrumen penelitian kepada remaja-remaja yang berusia 10-18 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


(58)

Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Realibilitas yang digunakan adalah reabilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi dan apabila digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama. Dengan uji formula Cronbach Alpha harus > 0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler, 2005).

Pengujian reliabilitas kuisioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok didesa Payagelih kecamatan sunggal Kabupaten Deli Serdang dilakukan pada 10 orang remaja dengan kriteria responden yang sama dan diambil dari luar sampel penelitian., hasil uji reliabilitas untuk kuesioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja tentang bahaya adalah 0,73 dengan demikian instrumen ini layak di gunakan.

6. Pengumpulan Data

Prosedur awal penelitian adalah dengan mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian izin diperoleh dikirimkan kepada Kepala Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti langsung mendatangi remaja yang berkumpul di balai desa, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan


(59)

penelitian serta memberikan surat izin penelitian serta izin penelitian kepada responden dan membagikan kuisioner untuk diisi. setelah pertemuan tersebut peneliti menunggu hasil pengisian kuisioner sambil menjelaskan hal-hal mana yang belum bisa dimengerti. Setelah kuisioner terisi peneliti kembali mendatangi langsung remaja yang sedang berkumpul dan seluruh data tersebut selanjutnya dilakukan proses analisa data.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua data satu persatu yakni nama, identitas serta data responden, untuk pengukuran hubungan pengetahuan dan sikap remaja dengan bahaya rokok, maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap yaitu: Editing yaitu

dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul,bila terdapat kekurangan dalam

pengumpulan data maka akan diperbaiki dalam penelitian. Cording yaitu

memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudahkan waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok dan sikap remaja tentang bahaya rokok. Peneliti menentukan persentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yang menggunakan program statistika. Dari pengelolahan data statistik deskriptif hasil analisa data disajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat


(60)

pengetahuan remaja tentang bahaya merokok dan sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.


(61)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok, melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 13 Oktober sampai dengan 13 Desember 2011 di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

1.1 Demografi Responden

Responden pada penelitian ini adalah remaja di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 27 responden. adapun karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin dan sumber informasi yang disajikan dalam bentuk tabel 2.

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja tenatng bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang (N=27).

No Data Demografi Frekuensi %

1 Umur

10 – 13 14 – 16 17 – 19

2 16 9 7,4 59,3 33,3

2 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 24 3 88,9 11,1

3 Pendidikan

SD SMP 2 15 7,4 55,6


(62)

SMA/SMK 10 37

4 Sumber Informasi

Media Elektronik Media Cetak Petugas Kesehatan Orang lain 15 8 2 2 55,6 29,6 7,4 7,4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data demografi responden sebagian besar berada pada rentang umur 14 – 16 tahun (remaja tengah) sebanyak 16 orang (59,3%), sebagian besar remaja berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 23 orang (85,2%), sebagian besar remaja memperoleh informasi tentang bahaya merokok dari media elektronik sebanyak 15 orang (55,6%) dan sebagian besar remaja memiliki berpendidikan SMP yaitu sebanyak 15 orang (55,6%).

1.2 Gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok berdasarkan pernyataan pengetahuan.

No. Pernyataan

Jawaban Responden

Benar Salah

f % F %

1 Merokok dapat menyebabkan radang ringan

hingga penumpukan lendir pada di tenggorokkan.

17 63 10 37


(63)

penyakit obstruksi (penyumbatan) paru menahun

3 Merokok merupakan penyebab utama terjadinya

penyakit asma.

5 18,5 22 81

4 Kandungan yang terdapat dalam rokok dapat

mengganggu kesehatan

21 77,8 6 22

5 Rokok memberikan efek ketergantungan karena

didalam rokok terdapat nikotin

17 63,0 10 37

6 Merokok dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah dan denyut jantung

11 40,7 16 59

7 Merokok dapat mengganggu kesehatan orang

disekitarnya.

16 59,3 11 41

8 Mereka yang merupakan seorang perokok akan

melahirkan bayi-bayi dengan berat badan rendah

4 14,8 23 85

9 Mereka yang merupakan seorang perokok akan

merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olah raga.

14 51,9 13 48

10 Kemauan untuk berhenti merokok dapat

diwujudkan pada diri sendiri untuk berhenti merokok dan mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok

9 33,3 18 67

11 Lingkungan dan pergaulan dapat mempengaruhi

perilaku merokok

13 48,1 14 51,9

12 Asap rokok penyebab utama penyakit kangker

paru

16 59,3 11 40,7

13 Tembakau yang terkandung pada rokok dapat

maningkatkan asam lambung

6 22,2 21 77.8

14 Seorang perokok akan mengalami hipertensi dan

peningkatan kadar lemak

5 18,5 22 81.5

Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang didapatkan 7 pernyataan dimana responden menjawab “salah” lebih dari 50% yaitu pada pernyataan nomor 3, 6, 8, 10, 11, 13 dan 14. Pada pernyataan nomor 3 sebanyak 22 responden (81%) yang menjawab “salah” dan hanya 5 responden (18,5) yang menjawab dengan “benar”, untuk pernyataan nomor 6 sebanyak 16 responden (59%) menjawab “salah” dan hanya 11(40,7)


(64)

responden menjawab dengan “benar”, untuk pernyataan nomor 8 sebanyak 23 responden (85%) menjawab “salah” dan 4 responden (14,8%) menjawab dengan “benar”, untuk pernyataan nomor 10 sebanyak 18 responden (67%) menjawab “salah” dan hanya 10 responden (33,3%) menjawab dengan “benar”, untuk pernyataan nomor 11 sebanyak 14 responden (51,9%) menjawab “salah” dan 13 responden (48,1%) menjawab dengan “benar”, pada pernyataan nomor 13 sebanyak 21 responden (77,8%) menjawab “salah” dan 6 responden (22,2%) menjawab dengan “benar”, dan pada pernyataan pada nomor 14 sebanyak 22 responden (81,5%) menjawab dengan “salah” dan hanya 5 responden (18,5%) yang menjawab “benar”.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok berdasarkan kuesioner pernyataan pengetahuan (N=27).

Pengetahuan Responden Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang

20 7 0

74 26 0

Pada tabel 4 dapat dilihat hasil penelitian gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok didapatkan bahwa 20 (74%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok, 7 (26%) responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahaya merokok, sedangkan 0% responden atau tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang bahaya merokok.


(65)

5.1.3 Gambaran sikap remaja tentang bahaya rokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran sikap remaja tentang bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok berdasarkan pernyataan sikap.

No Pernyataan

Jawaban Responden Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

f % f % f % f %

1 Menurut anda bahaya merokok

terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya

4 15 12 44 5 19 6 22

2 Menurut anda rokok pada dasarnya

merupakan pabrik bahan kimia berbahaya

4 15 14 52 3 11 6 22

3 Menurut anda nikotin yang

menyebabkan ketergantungan.

2 7,4 16 56 6 22 3 11

4 Menurut anda efek merokok tidak

hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga

mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok

0 0 0 0 7 26 20 74

5 Menurut anda merokok dapat

meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung.

2 7,41 13 48,1 8 29,6 4 14,8

6 Menurut anda merokok dapat

meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke

1 3,7 15 56 8 30 3 11

7 Menurut anda merokok dapat

meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih


(66)

besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi.

8 Menurut anda merokok dapat

meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengsguna pil KB

0 0 6 22 19 70 2 7,4

9 Menurut anda merokok dapat

meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota yang rentan

1 3,7 13 48 7 26 6 22

10 Menurut anda merokok dapat

berbahaya terhadap kerusakan paru-paru

3 11 20 74 2 7,4 2 7,4

11 Menurut anda merokok terdapat

kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan

memperparah penyakit yang sedang diderita

2 7,41 11 40,7 8 29,6 6 22,2

12 Menurut anda anak-anak yang

orang tuannya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan

0 0 0 0 8 29,6 19 70,4

13 Menurut anda, wanita hamil yang

merokok beresiko mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat, dan kematian.

1 3,7 12 44,4 9 33,3 5 18,5

14 Jika suami perokok, maka asap

rokok yang dihirup oleh istrinya akan mempengaruhi bayi dalam kandungan

0 0 0 0 11 40,7 16 59,3

Berdasarkan hasil penelitan gambaran sikap remaja tentang bahaya rokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang didapatkan sebanyak 5 pernyataan dimana lebih dari 50% responden yang merasa “tidak setuju” dengan pernyataan tersebut yaitu pada pernyataan nomor


(67)

“tidak setuju” dan tidak ada satupun responden yang “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Pada pernyataan nomor 12 sebanyak 19 responden (70,4%) yang merasa “tidak setuju” dan tidak ada responden pun yang “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Sedangkan pada pernyataan nomor 14 sebanyak 16 responden (59,3%) yang merasa tidak “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut dan tidak ada satupun responden yang merasa “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran sikap remaja tentang bahaya rokok berdasarkan kuesioner pernyataan sikap (N=27).

Sikap Responden Frekuensi Persentase

Positif Negatif

18 9

67 33

Pada tabel 6 dapat dilihat hasil penelitian gambaran sikap remaja tentang bahaya merokok didapatkan 18 (67%) responden memiliki sikap positif terhadap bahaya merokok sedangkan hanya 9 (33%) responden yang memiliki sikap negatif terhadap bahaya merokok.

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pembahasan dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok Di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.


(68)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 14-16 tahun yaitu sebanyak 14-16 (59,3) dan 9 (33,3%) responden berusia 17-19 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Natalia dan Kadhita (2004) yang menyatakan bahwa perokok aktif di Indonesia yang sekitar 13,2% nya adalah remaja yang berusia 15-19 tahun. Soetjiningsih (2010) mengatakan bahwa masalah perilaku yang terjadi pada masa remaja yaitu seperti merokok, perilaku seksual yang menyimpang, infeksi menular seksual, penyalahgunaan obat dan bunuh diri. Namun penelitian ini bertentangan dengan pendapat Aditama (2011) yang mengatakan bahwa mayoritas remaja yang berusia 15-19 tahun telah menjadi perokok.

Mayoritas responden merupakan lelaki yaitu sebanyak 24 (88,9%) responden dan minoritas responden merupakan perempuan yaitu sebanyak 3 (11,1%) . Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis kecuali orang Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi dari angka kejadian merokok pada dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-laki perokok (Soetjiningsih, 2010).

Mayoritas responden yang merupakan perokok berpendidikan SMP yaitu sebanyak 15 responden (88,9%) dan hanya 2 (7,4%) responden yang berpendidikan SD. Mardiya (2011) mengatakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan remaja merokok diantaranya seperti kurang mampu mengatasi stress, putus sekolah, sosial ekonomi rendah, tingkat


(69)

pendidikan orang tua yang rendah serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah (usia 11-16 tahun).

Mayoritas responden memperoleh informasi dari media elektronik yaitu sebanyak 15 (55,6) responden dan minoritas responden memperoleh informasi dari petugas kesehatan dan orang lain yaitu sebanyak 2 (7,4%). Sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (2010), Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan bahaya merokok. Mu’tadin (2002) mengatakan melihat iklan di media massa dan elektonik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glaumor, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Namun informasi juga dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap bahaya merokok. Sesuai pendapat Aditama (2011) yang mengatakan bahwa dengan makin luasnya informasi tentang pengaruh buruk merokok bagi kesehatan, maka tidak sedikit orang yang berusaha berhenti merokok.

2.2Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 74% dan minoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 26% responden. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karena masa perkembangan anak


(1)

anggota yang rentan

10 Menurut anda merokok dapat berbahaya terhadap kerusakan paru-paru

11 Menurut anda merokok dapat kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita

12 Menurut anda anak-anak yang orang tuannya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan

13 Menurut anda, wanita hamil yang merokok beresiko mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat, dan kematian.

14 Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan mempengaruhi bayi dalam kandungan


(2)

II. SIKAP

Pilihlah jawaban dibawah ini dengan memberikan tanda ceklis (√) pada jawaban yang menurut anda benar

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Menurut anda Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya

2 Menurut anda Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya

3 Menurut anda nikotin yang

menyebabkan ketergantungan/adiksi 4 Menurut anda efek merokok tidak

hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga

mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok 5 Menurut anda merokok dapat

Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung.

6 Menurut anda merokok dapat Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke 7 Menurut anda merokok dapat

Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi.

8 Menurut anda merokok dapat Meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil KB 9 Menurut anda merokok dapat

Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota yang rentan

10 Menurut anda merokok dapat berbahaya terhadap kerusakan paru-paru

11 Menurut anda merokok dapat Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah


(3)

mereka akan memperparah penyakit yang sedang diderita

12 Menurut anda Anak-anak yang orang tuannya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan 13 Menurut anda, Wanita hamil yang

merokok beresiko mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat, dan kematian.

14 Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan


(4)

(5)

(6)