22
BAB II FIRST LINE
Sesuai dengan proses perancangan, pengetahuan dan pengalaman ruang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan kasus yang ditangani. Karena itu dilakukan survey ke lokasi stasiun Kereta Api Labuhan. Hal pertama yang dirasakan ketika sampai di lokasi yaitu
atmosfer yang sepi. Sepi bukan karena tidak adanya aktifitas manusia dan kendaraan, karena sebenarnya di tempat ini sangat ramai dengan adanya sekolah,
pasar tradisional dan jalur kendaraan serta truk-truk barang. Namun perasaan sepi karena seolah-olah kawasan ini kehilangan jiwa dan rohnya yang sudah bertahun-
tahun ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri.
Tapak yang berada di Jl. Yos Sudarso KM.12 Kec. Medan Labuhan, sesuai dengan RTW Kota Medan pada tahun 2010-2030 dan RDTR Kota Medan
pada tahun 2009-2029 yang berisi pengembangan Transit Oriented Development TOD di kawasan Labuhan Deli yang berpusat pada stasiun, Masjid Osmani dan
juga Kota Cina. Menempati lahan seluas ± 1.5 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut: Utara Rumah Penduduk; Selatan: Rumah penduduk; Timur : jalan besar
Yos Sudarso; dan Barat: berbatasan dengan rel kereta api Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 2.1 – lokasi Stasiun Labuhan
Jika kita melihat kembali ke belakang, Stasiun Kereta Api Labuhan yang berada di Jl. Yos Sudarso ini mulai dibangun pada tahun 1885 oleh perusahaan
perkebunan Deli Spoorweg Maatschappij DSM dan juga mulai melakukan pembangunan rel, kantor serta perumahan gambar 2.2. Stasiun ini ditujukan
untuk mengangkut hasil perkebunan dari Labuhan ke Medan mengingat pada saat itu pelabuhan utama berada di Sungai Deli yang lokasinya pun berada sangat
dekat dengan site Stasiun Kereta Api yang ada.
Gambar 2.2 - Stasiun Labuhan Sumber: tembakaudeli.blogspot.co.id
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.3 - Stasiun Kereta Api Deli Spoorweg di Medan Sumber: tembakaudeli.blogspot.co.id
Stasiun pusat dibangun di sebelah kanan dari Hotel de Vink. Di depan lapangan yang luas yaitu lapangan Esplanade lapangan Merdeka. Perencanaan
Stasiun Medan menjadi cikal bakal pusat kota Medan berada dikawasan ini. Gambar 2.3 adalah stasiun kereta api Medan yang baru siap. Banyak kuli-kuli
diperkerjakan untuk membangun landasan rel-rel kereta api ini. Jalur pertama yang direncanakan adalah jalur Medan - Labuhan. Karena pada saat itu, Labuhan
masih menjadi pusat pemerintahan Sultan Deli. Jalur ini dibuat dalam perencanaan awal adalah untuk mempermudah dan mempercepat perpindahan
kota. Dengan dikeluarkannya surat no.17 tanggal 23 Januari 1886 pembangunan jalur Medan - Labuhan sejauh 16,743 Km segera terealisasi.
Lokomotif yang akan dipergunakan untuk kebutuhan transportasi di Deli adalah Lokomotif B 2t 1067 Sumatra yang dibuat oleh perusahaan Belanda
Hohenzollern untuk Deli Spoorweg Mij Gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.4 – Lokomotif oleh perusahaan Belanda
Sumber: tembakaudeli.blogspot.co.id
Sekarang, stasiun pertama di Kota medan ini seperti terlupakan, bahkan eksisting bangunannya pun tertutupi oleh rumah-rumah warga sehingga tidak
terlihat lagi dari jalan besar Yos Sudarso Gambar 2.5. Pada awalnya penulis merasa kesulitan untuk menemukan bangunan stasiun yang tersembunyi ini
karena kurangnya informasi dan penunjuk lokasi.
Gambar 2.5 – Bangunan stasiun yang tertutupi rumah warga
Pencapaian dan akses ke lokasi dapat dilihat pada gambar 2.6. Permasalahan sirkulasi di sekitar site kendaraan yang berhenti sembarangan, tidak
adanya lahan parkir, kemacetan lalu lintas kendaraan dan truk pengangkut barang, pedestrian dan zebra cross yang tidak jelas dan tidak memadai.
Universitas Sumatera Utara
26 Gambar 2.6
– pencapaian ke lokasi
Akses menuju stasiun dapat melalui jalan kecil yang tepat berada di seberang simpang Jl. Marginda Siregar. Jalan kecil di antara rumah warga ini
memiliki kondisi yang jorok dan becek, hanya setengah jalan yang menuju bangunan stasiun yang diaspal, setengah jalan lagi yang menuju Jl.Yos Sudarso
merupakan jalan tanah Gambar 2.7.
Gambar 2.7 – Kondisi akses menuju Stasiun Labuhan
Kondisi fisik bangunannya sendiri masih mempertahankan bentuk bangunan lama tanpa ada penambahan dan pengurangan yang permanen. Gaya
arsitektur yang terdapat pada bangunan ini adalah gaya arsitektur kolonial yang sudah beradaptasi dengan iklim Indonesia, gaya kolonial dapat dilihat dengan
Universitas Sumatera Utara
27
jelas dari pengulangan dan irama ornament geometri pada bentuk dan fasad bangunan, gaya arsitektur yang sudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia
dilihat dari pemakaian atap perisai dan adanya teras atau selasar didepan bangunan sebagai transisi antara ruang luar dan ruang dalam Gambar 2.8.
Gambar 2.8 – Arsitektur Kolonial-indonesia
Sumber: dzak-irah.blogspot.co.id
Bangunan bergaya arsitektur kolonial adaptasi ini memiliki luas 4m x 28 m dengan ketinggian sekitar 5m. Bangunan menggunakan material bata dan beton
dengan rangka kayu pada atap yang ditutupi dengan genteng tanah liat. Bangunan satsiun ini memiliki selasar atau teras di depan bangunan dan peron selebar 4 m
pada bagian belakang bangunan yang berbatasan dengan rel kereta api. Stasiun ini memiliki 2 lintasan rel kereta api dengan status Stasiun Pembantu.
Walaupun masih berfungsi sebagai stasiun pembantu, namun kondisinya saat ini cukup terbengkalai. Cat yang sudah pudar dan beberapa material kayu
pada plafon bangunan yang sudah lapuk dibiarkan begitu saja Gambar 2.9.
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 2.9 – Kondisi Fisik Stasiun Labuhan
Para pengguna stasiun kereta api ini yang merupakan pertugas KA tidak lagi menggunakan pintu entrance utama untuk memasuki bangunan, tetapi
menggunakan pintu yang berdekatan dengan rel. Hal ini menyebabkan bagian fasad bangunan terabaikan karena tidak digunakan lagi.
Lingkungan sekitar dan pemandangan dari bangunan stasiun ini kurang baik, yaitu bagian belakang rumah warga, ladang, dan tambak warga yang
langsung berbatasan dengan dua rel kereta api. Bangunan stasiun yang juga berada dekat dengan pemukiman penduduk ini tidak diberi palang atau buffer
pada rel kereta apinya, walaupun ada jarak lahan kosong antara pemukiman dan
Universitas Sumatera Utara
29
rel kereta api. Penulis menilai hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan warga terutama bagi anak-anak penduduk sekitar Gambar 2.10.
Gambar 2.10 – Kondisi rel kereta api
Kondisi fasilitas dan keadaan lingkungan sekitar setasiun ini akan dirangkumkan dalam Tabel analisa lingkungan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 – Analisa lingkungan, Sumber: olahan data pribadi
Kondisi Streetscape area pemukiman
Foto eksisting Keamanan
Belum tercapai
Kenyamanan Belum tercapai
Elemen Pejalan kakiPedestrian Pohon
Jalan Tersedia
Letak dan jarak belum tertata dengan rapi
Tidak tersedianya batas zona untuk vegetasi dan
juga pedestrian dan juga lampu jalan
Universitas Sumatera Utara
30
Lampu Jalan
Tersedia hanya saja kualitas penerangannya
masih sangat minim Letak lampu jalan masih
belum mempertimbangkan skala
pencahayaan Lampu jalan belum
memiliki cirri khas labuhan deli
Perabot Jalan
Tersedia Kondisi: tidak memadai
Halte bus Tersedia
Kondisi: buruk
Penyebra ngan
Jalan tersedia
Kondisi: tidak memadai
Signage Tidak tersedia
Tidak adanya perhatian khusus pada bangunan yang mengandung nilai sejarah tinggi di Kota Medan ini dinilai penulis terjadi karena saat ini Stasiun
Universitas Sumatera Utara
31
Labuhan hanya dipergunakan sebagai stasiun dipo untuk pengecekan pengangkutan BBM yang menyebabkan pengunjung yang mendatangi bangunan
ini hanya sekitar 5-8 orang perhari, yaitu para petugas Kereta Api saja. Sebenarnya minimnya aktifitas inilah yang membuat eksisting dan kondisi
bangunan ini menjadi kurang dihargai oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB III THE SOUL