32
BAB III THE SOUL
Pengumpulan data eksisting site sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan pengamatan keadaan sekitar lokasi site, dari letaknya saja bangunan stasiun ini
seperti ‘tidak berteman’ dengan sekelilingnya karena rumah-rumah warga membelakangi dan menutupi bangunan stasiun. Aktifitas publik sekolah, pasar
dan peribadatan yang berada di kawasan pun tidak memiliki kepentingan dengan keberadaan stasiun tersebut.
Bila dianalisa kembali ke sejarahnya yang sudah dijabarkan dalam Bab I, kawasan dan fungsi stasiun ini terbentuk karena adanya hubungan satu dengan
yang lain. Pertumbuhan bisnis hasil perkebunan yang meningkat dari perdagangan di pelabuhan Labuhan menyebabkan Kerajaan Deli semakin berkembang juga
sehingga dibangun Istana Kerajaan Deli, masyarakat Deli yang mayoritas beragama muslim ini juga kemudian membangun Mesjid sebagai tempat
beribadah, aktivitas perdagangan di Labuhan pun mengakibatkan terciptanya pasar sehingga dibangun pertokoan yang dihuni oleh para pedagang dari Cina dan
masyarakat ini juga kemudian membangun klenteng untuk tempat beribadah, pertumbuhan bisnis perkebunan yang semakin pesat juga yang menyebabkan
dibangunnya jalan dan stasiun kereta api untuk mengangkat hasil perkebunan yang semakin banyak sumber: Wikipedia.
Universitas Sumatera Utara
33
Labuhan yang kehilangan aktivitas bisnis utama kini seperti kehilangan jiwanya, tidak ada lagi tali yang menghubungkan satu dengan lain. Ikatan
keluarga yang dulunya harmonis kini terpecah dan walaupun berusaha bangkit dari keterpurukannya namun dengan usaha masing-masing. Jiwa inilah yang
kemudian digali untuk ‘memperdamaikan’ kawasan ini. Hal utama yang muncul
yaitu untuk membangun kembali hubungan yang harmonis, ide ini juga didukung dengan tema utama pada studio perancangan arsitektur 6 yang menggunakan tema
sustainable and symbiosis mengenai keberlanjutan dan hubungan timbal balik, bagaimana sebuah produk arsitektur itu tidak hanya berdiri sendiri namun juga
bepengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Tidak menghasilkan bangunan yang arogan namun menghasilkan sebuah karya yang ramah. ramah terhadap
lingkungan, pengguna, serta lingkungan di sekitarnya. Hal ini juga dikemukakan dalam Excellent Practice: The Origins of Good Building Cuff, 1992.
Kata ‘hubungan’ atau ‘connection’-lah yang kemudian diangkat oleh penulis menjadi jiwa utama pada perancangan Stasiun Kereta Api Labuhan ini.
Karena Kereta api merupakan sarana transportasi yang bergerak dengan cepat, maka kata ‘dinamis’ juga dipilih untuk menjadi karakter utama bangunan ini,
selain itu kata ‘dinamis’ ini juga mencerminkan sebuah semangat dan pergerakan
yang terus menerus. Dengan perancangan Stasiun Kereta api ini terbentuklah tidak hanya sebuah hubungan yang harmonis namun juga membentuk sebuah hubungan
yang saling berkembang.
Universitas Sumatera Utara
34
Alasan pemilihan tema ialah karena perancang ingin menghidupkan kembali aktivitas kawasan yang ada dengan perancangan Stasiun Kereta Api.
Stasiun yang ada diharapkan mampu menjadi konektor. Konektor antara fungsi dan aktifitas yang ada di kawasan, konektor antara akses dan transportasi, serta
yang terutama yaitu konektor antara Kawasan Wisata Labuhan dengan para pengunjungnya. Kawasan Labuhan yang ditinggalkan oleh masyarakatnya kini
dihidupkan kembali dengan jiwa yang baru yaitu bisnis pariwisata seperti yang ada di Melaka, Malaysia, dan keberadaan Stasiun Labuhan hadir untuk membawa
orang-orang untuk datang kembali mengunjungi lokasi ini. Diharapkan Stasiun Kereta Api Labuhan mampu menjadi motor penggerak dan denyut nadi kawasan
wisata yang ada.
Mengenai stasiun sebagai motor penggerak kawasan, dalam satu pengembangan kawasan TOD terdapat beberapa variabel yang harus ada dalam
kawasan. Fungsi-fungsi baru yang akan dimasukkan ke dalam kawasan perencanaan adalah fungsi mixed use berupa fungsi komersial, fungsi hunian,
perkantoran, fasilitas publik dan sosial seperti stasiun kereta api beserta fasilitasnya, kantor keamanan, mesjid, dan gedung parkir. Tujuan dari
penggabungan berbagai fungsi yang ada ke dalam kawasan adalah untuk menciptakan suatu kawasan yang hidup selama 24 jam. Pengawasan dilakukan
secara menerus dan bersama oleh aparat keamanan serta para penghuni kawasan, sehingga kemudian keamanan lingkungan dapat tetap terjaga dengan baik
Calthorpe, 1993.
Universitas Sumatera Utara
35
Fungsi komersial pada konsep TOD merupakan bagian inti dari kawasan yang diintegrasikan dengan fungsi transit. Terintegrasinya fungsi transit dan core
comercial di kawasan akan dapat menarik orang-orang untuk datang ke kawasan dan menggunakan jasa transit menuju kawasan. Perletakan core comercial yang
akan diciptakan harus tetap memperhatikan keseimbangan akan kenyamanan, visibilitas dan aksesibilitas dari pejalan kaki dan kendaraan.
Area Hunian di kawasan TOD juga harus dapat memfasilitasi fungsi hunian di sekitarnya. Bangunan yang cocok untuk satu kawasan TOD yang berada
di kawasan perkotaan adalah bangunan apartemen mengingat tingginya intensitas di satu kawasan perkotaan. Pola pembangunan dari TOD adalah dengan
penempatannya yang mudah diakses oleh berbagai fasilitas dan ruang publik. Fungsi ruang publik disini adalah agar dapat memenuhi tuntutan agar ruang
publik sebagai tempat bagi masyarakat melakukan interaksi sosial . Selain itu ruang terbuka yang berupa taman dan plaza adalah sebagai pengikat antar massa
bangunan. Lokasi tempat perhentian transit diletakan di bagian pusat dari area TOD yang berdekatan dengan core comercial area. Fungsi komersial tersebut
harus dapat dilihat dan diakses dengan mudah dari tempat perhentian transit.
Sistem jaringan jalan dan sirkulasi harus dapat menciptakan keselamatan serta menyediakan jalur pejalan kaki yang nyaman yang terpisah antara jalur
kendaraan dan pejalan. Fasilitas parkir dalam kawasan TOD harus memperhatikan kebutuhan kawasan untuk kebutuhan minimum dan maksimum. Perletakan tempat
parkir harus terintegrasi dengan jalur pejalan kaki dan jarak tempuh ke bangunan
Universitas Sumatera Utara
36
tidak terlalu jauh. Fungsi parkir dapat dilakukan dengan pembagian waktu, dimana pada siang hari digunakan untuk parkir fungsi perkantoran dan pada
malam hari digunakan sebagai tempat parkir untuk fungsi hunian.
Jalur Pejalan Kaki dibuat untuk menghubungkan fungsi-fungsi yang berada di kawasan sehingga pencapaian dari satu fungsi ke fungsi lain dapat
diakses dengan mudah oleh pengguna jalan. Jalur-jalur pejalan kaki dibuat dengan nyaman dan memiliki akses langsung ke area-area komersial dan transit. Jalur
pejalan kaki juga harus teritegrasi dengan fungsi ruang terbuka dan plaza-plaza.
Dalam konsep TOD, wilayah dibagi berdasarkan pelayanan moda transportasi Tabel 3.1 disimpulkan bahwa perancangan Stasiun Labuhan ini
termasuk dalam TOD wilayah. Tabel 3.1
– Pembagian wilayah TOD
No Wilayah Skala Pelayanan
Moda Transportasi Fasilitas
1. City
Distrik dengan
distrik MRT,busway,monorail
Stasiun, terminal
2. Distrik
Subdistrik dengan subdistrik
Monorail,trans Shelter,
terminal
3. Sub distrik
Neigborhood dengan
neigborhood Angkot,bus
Sub terminal
4. Neigborhood Lingkungan rumah
Becak, andong, angkot
Konsep koneksi ini lalu dilanjutkan dengan perhitungan fungsi-fungsi berdasarkan aktifitas yang akan ditampung oleh bangunan ini, perhitungan lebih
lanjutnya akan dejelaskan pada bab berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB IV STATIC