Teori Imbalan Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasinya pada bank Syariah mandiri cabang Depok

11

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME PEMBERIAN

IMBALAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL

A. Teori Imbalan

1. Pengertian Imbalan Imbalan adalah upah sebagai pembalas jasa. 1 Yaitu balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah- ubah. Konsep upah biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas. 2 2. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya penggal, pecah, urai dari yang utuh. 3 Sedangkan hasil adalah akibat tindakan baik yang disengaja maupun tidak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. 4 Kata hasil juga dapat disamakan dengan pendapatan yang pengertiannya adalah uang yang diterima oleh 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, hal. 326 cet 1 2 Veithzal Rivai, Ella jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009 h. 758. Edisi 2 3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, h. 86 4 Marbun B.N., Kamus Manajemen, Jakarta, Pustaka Sinar Harahap, 2003. hal. 93 12 perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba. 5 3. Landasan Dasar penerapan Bagi Hasil Fatwa dewan syari’ah Nasional yang menetapkan tentang bagi hasil Renenue Sharing adalah fatwa No. 15DSN-MUIIX2000 tanggal 7 Jumadil Akhir 1421 H atau 16 September 2000 M, tentang prinsip distribusi bagi-hasil dalam Lembaga Keua ngan Syari’ah LKS, fatwa tersebut menyatakan antara lain: Mekanisme perhitungan bagi-hasil dapat menggunakan prinsip profiit and loss sharing dan revenue sharing: a. Pembagian hasil usaha antara para pihak mitra dalam atau bentuk usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit and loss sharing bagi untung, yakni bagi-hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana, dan boleh pula didasarkan pada prinsip revenue sharing bagi pendapatan, yakni bagi-hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. b. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan distribusi bagi hasi l dalam Lembaga Keuangan Syari’ah LKS c. Supaya para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang prinsip mana yang boleh digunakan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah LKS, sesuai dengan prinsip agama Islam. Dewan syari’ah Nasiaonal DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang prinsip pembagian 5 Ibid. hal. 93 13 hasil usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah LKS untuk dijadikan pedoman. 6 4. Pengertian Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana shahibul maal dan nasabah sebagai pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil keuntungan atau kerugian menurut kesepakatan dimuka. 7 Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 8 Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh ummat muslim sejak zaman Nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW, berprofesi sabagai pedagang, beliau praktik Mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan 6 Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, Edisi II Kerjasama Dewan Syari’ah Nasional dan Bank Indonesia, 2003, h. 93-96. 7 Tim Penyusun P edoman Akuntansi Perbankan Syari’ah IAI, Pedoman Akuntansi Syari’ah Indonesia, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003, cet. 1. hal.51. 8 Syafi’I Antonio, Bank Ssyari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Hal. 95 14 sebagai pemilik modal shahib al-maal sedangkan Nabi Muhammad SAW, berperan sebagai pelaksana usaha mudharib. 5. Landasan Syariah Mudharabah Secara umum landasan syari’ah al-mudharabah diperbolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Dalil tentang kebolehan mudharabah diantaranya: 9

a. Al-Quran

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Muzzamil ayat 20 sebagai berikut: Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, 9 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet. 1, h. 134 15 karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang- orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Makna dari surat al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akat kata Mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

b. Hadits

10 Artinya: ”Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah, yaitu: menjual dengan bayar tangguh, Muqaradhah mudharabah, dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”. HR. Ibn Majah dari Shuhaib. Dari hadist diatas dapat kita lihat bahwa Mudharabah adalah salah satu satu dari tiga bentuk usaha yang sebutkan.

c. Ijma

Ijma Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah 413 telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi 10 M. Nasharudin Al- Albani, Sunan Ibnu Majah, Riyadh: Dar al- Salam, 1997, Jilid 1, h. 783 16 pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip oleh Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam: Artinya: “Rasulullah SAW, telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada ditanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.HR. Bukhari dan Muslim. 11 Indikasi dari hadist ini adalah menginvestasikan harta anak yatim secara Mudharabah sudah dianjurkan, apalagi Mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment keuntungan bukan dari return on investment keuntungan bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang. 12

d. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah menyuruh seseorang untuk mengelola kebun. Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang 11 Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam, Kitab Al-Amwal, Darul Kitab Al-Alamiah.1406 H1986 M, hal, 454 12 Alaudin Al-Kasani Hanafi, Bada’I Ash-Shana’I fi Tartib Asy-Syara’I, juz II, Darul Fikhi, 1417 H 1996 M, hal. 79 17 tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. 13 6. Rukun dan Syarat Mudharabah Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam mudharabah, diantaranya yaitu:

a. Pelaku pemilik modal maupun pelaksana usaha

Akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal shahibul maal, pihak kedua sebagai pelaksana usaha mudharib. Syarat keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan syah secara hukum. 14

b. Objek Mudharabah

Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, manajement skill dan lain-lain. 13 Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal. 226 14 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 191 18 Syarat objek Mudharabah adalah: 1 Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya mata uang 2 Modal harus tunai Para fuqaha tidak memperbolehkan modal Mudharabah berbentuk barang, ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian gharar besarnya modal Mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya Mudharabah dengan utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’I dan Maliki melarang hal itu karena merusak syahnya akad. 15

c. Persetujuan Kedua Belah Pihak ijab –qabul

Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip “an-taraadhim minkum sama-sama rela”. 16 Kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengingatkan diri dalam akad mudharabah. Shahibul maal sepakat utuk mengeluarkan dananya untuk dikelola dan diinvestasikan dan mudharib rela mengelola dana tersebut.

d. Nisbah Keuntungan

Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. 17 Mudharib mendapatkan hasil atas usahanya dan shahibul maal mendapatkan keuntungan dari penyertaan modal. 15 Ibid, h.194 16 Ibid, h.194 17 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 73 19 Sedangkan syarat-syaratnya adalah: 1 Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak 2 Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu kontrak dan proporsi tersebut harus diambil dari keuntungan. 3 Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu 4 Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pemodal dan pengelola. 18 7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah Ada beberapa perkara yang dapat membatalkan transaksi Mudharabah: a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan b. Salah seorang aqid meninggal dunia c. Salah seorang aqid gila d. Pemilik modal murtad e. Modal rusak ditangan pengusaha. 19 8. Jenis-jenis Mudharabah Secara umum, Mudharabah dibagi menjadi 2 jenis, 20 Yaitu: a. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh 18 Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176 19 Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176 20 Sofyan S. Harahap, Dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Jakarta: LPFE Usakti, 2007, hal. 71 20 spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. 21 Investasi yang tidak terbatas ini dalam perbankan syari’ah diaplikasikan pada tabungan dan deposito b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana membatasimemberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara waktu dan tempat tertentu saja, bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa pinjaman atau jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. 22 9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah a. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: 1 Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. 2 Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. b. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank. 21 Ibid, Antonio Syafi’I, hal. 97 22 Ibid, h. 97 21 c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bagi hasil profit sharing atau bagi pendapatan revenue sharing. Bagi laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pengelolaan mudharabah. d. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah. e. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan mudharib dibebankan pada pengelola dana. f. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana mudharib pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya selesai diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana mudharib. 10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah Beberapa hal yang yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Saldo Pembiayaan b. Jangka waktu Pengembalian c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan d. Hasil yang diharapkan oleh BMT e. Nisbah bagi hasil 22 f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam pengambilan tingkat bagi hasil. h. Tingkat persaingan harga dengan lembaga keuangan lainnya 11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara: 1 Dari pendapatan Proyek revenue sharing 2 Perhitungan dari keuntungan proyek profit sharing c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kalalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaanusaha nasabah 23 e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi. 23

B. Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank