Metode Analisis Thermal Drs. Ferdinan Sinuhaji, M.S

a. Batubara b. Kulit buah kopi c. Sekam padi d. Berbagai jenis kayu d. Kulit kacang-kacangan e. Serbuk gergaji f. Biji buah-buahan g. Lignin h. Tetes tebu i. Endapan minyak j. Limbah penyulingan k. Tempurung kelapa l. Kulit buah kapas m. Limbah pabrik pulp n. Tongkol jagung o. Kokas minyak p. Residu-residu darah q. Tulang Bahan dasar yang banyak digunakan adalah: kayu, tempurung kelapa, serbuk gergaji, kulit kacang-kacangan, lignin dan limbah pabrik pulp. Ada banyak perbedaan dalam hal kemudahan mengaktifkan dari bahan yang digunakan. Contoh: tulang dapat diaktifkan dengan cepat, sementara itu kokas dari minyak tidak memberikan respon dengan cara pengaktifan biasa. Hal lain adalah sifat bahan dasar akan mempengaruhi sifat fisik karbon aktif yang dihasilkan. Contoh: tempurung kelapa akan menghasilkan karbon aktif dengan kerapatan tinggi dan baik untuk adsorpsi gas, sementara sellulosa menghasilkan karbon aktif bulk yang lunak dan baik untuk proses pemurnian air.

2.6 Metode Analisis Thermal

Metode analisis yang didasarkan pada perubahan sifat sampel oleh perubahan suhu mulai berkembang pada periode tahun 1960 –an setelah diperkenalkan suatu teknik pengamatan thermal yang lebih teliti dengan kalorimeter biasa. Metode ini mencakup tidak hanya analisis kalorimeter dan analisis thermal diffrensial DTA tetapi juga analisis termogravimetri TGA, analisis termomekanis TMA, analisis Junedi Ginting : Efek Larutan Elektrolit Dan Temperatur Terhadap Sifat NTC PTC karbon Tempurung Kelapa..., 2008 USU e-Repository © 2009 termoelektric ETA, diffrensial scanning calorimetry DSC, dan sebagainya. Pada umumnya informasi sifat thermal sampel dapat diperoleh dari data perubahan bobot, suhu dan entalpi selama pemanasan sehingga metode analisis thermal Wirjosentono, B, 2000 biasanya terdiri dari TGA – DTA atau TGA – DSC. Dalam analisis termogravimetri TGA diamati perubahan bobot sampel selama kenaikan suhu dengan laju tetap. Karena itu dengan analisis ini dapat diperoleh informasi kehilangan bobot karena penguapan, dekomposisi, atau mungkin pertambahan bobot karena pengikatan molekul gas dari atmosfer. Prinsip DSC tidak jauh berbeda dengan prinsip kalorimetri biasa, hanya dalam hal ini digunakan sampel yang agak jauh lebih kecil maksimum 50 mg dan peralatan pengintra kalor yang lebih teliti. Teknik DSC menggunakan pemanas individual masing-masing untuk sampel dan pembanding. Suhu antara sampel dan pembanding selalu dipertahankan sama dengan menggunakan pengindera panas – Pt. Bila terjadi perubahan kapasitas kalor pada sampel selama kenaikan suhu, pemanas sampel berusaha mengatur banyaknya kalori yang diberikan. Perbedaan tenaga listrik yang dibutuhkan antara pemanas sampel dan pemanas pembanding, berbanding langsung dengan perubahan entalpi proses yang dialami sampel. Karena itu termogram – DSC merupakan plot perubahan entalpi ∆H terhadap kenaikan suhu sedangkan proses eksotermis dinyatakan sebagai - ∆H dan proses endotermis sebagai + ∆H. Junedi Ginting : Efek Larutan Elektrolit Dan Temperatur Terhadap Sifat NTC PTC karbon Tempurung Kelapa..., 2008 USU e-Repository © 2009

2.7 Bentuk Alotrop Karbon: Intan, Grafit dan Karbon Amorf