Gangguan Keamanan terhadap Masyarakat.

Tabel 12. Frekuensi Gangguan Keamanan terhadap Dunia Usaha Selama Tahun 2000 – 2002 Tidak Pernah Rendah Total 1 – 3 kali JENIS GANGGUAN KEMANAN F F F Penjarahan oleh massa. 11 100 11 100 Pencurian perampokan di kantor lokasi usaha 8 73 3 27 11 100 Perampokan penghadangan penodangan di jalan 11 100 11 100 Bajing loncat 11 100 11 100 Pengrusakan terhadap fasilitas asset perusahaan 11 100 11 100 Lain-lain 11 100 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Kemudian gangguan keamanan lain seperti perampokanpenodongan dijalan, adanya bajing loncat, pengerusakan aset perusahaan tampaknya belum pernah terjadi dengan kategori penilaian tidak pernah yang menjawab 11 orang 11. Dari penilaian yang ada terlihat kondisi keamanan di kota Sibolga masih kondusif dan sangat relevan bila dilakukan investasi baik investasi dari dalam negri maupun luar negeri. Karena salah satu faktor yang menjamin lancarnya kegiatan usaha investasi tak lain adalah jaminan keamanan.

b. Gangguan Keamanan terhadap Masyarakat.

Bila gangguan terhadap dunia usaha dapat dikatakan tidak ada, maka masyarakat sendiri menganggap gangguan keamanan masih dalam kategori relatif kecil. Melihat dari jawaban responden, dimana untuk pertayaan bila ada perampokanpencurian dirumah yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang 18,18 sedangkan yang menjawab jarang sebanyak 9 orang 81,81. Kategori penilaian jarang disini berarti walaupun ada terjadi perampokan Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 ataupun pencurian namun masyarakat menilai kejadian tersebut belum menganggu aktivitas mereka. Kemudian mengenai jawaban dari pertanyaan pencurian dijalan,sebanyak 6 orang 54,54 menjawab tak pernah dan manjawab jarang ada 5 orang 45,45. Untuk kasus penodongan, perampokan dijalan serta pemerkosaan, masing-masing untuk tiap kasus responden menjawab tidak pernah sebanyak 8 orang 72,72 dan responden menjawab jarang sebanyak 3 orang 27,27. Sedangkan pada kasus pembunuhan yang menjawab tidak pernah sebanyak 6 orang 54,54 dan selebihnya yang menjawab jarang ada 5 orang 45,45. Dan terakhir untuk kasus penjambretanpencopetan yang menjawab tidak pernah 5 orang 45,45 sedangkan yang menjawab jarang ada sebanyak 6 orang 54, 54. Tabel 13. Frekuensi Gangguan Keamanan terhadap Masyarakat selain Dunia usaha selama tahun 2000 – 2002 Tidak Pernah Jarang 1– 3 kali Total INDIKATOR F F F Perampokan, pencurian di rumah 2 18 9 82 11 100 Pencurian di jalan curanmor, asesoris kendaraan bermotor dll 6 54 5 45 11 100 Penodongan, perampokan di jalan 8 72 3 27 11 100 Pembunuhan 6 54 5 45 11 100 Pemerkosaan 8 72 3 27 11 100 Penjambretan pencopetan 5 45 6 54 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Melihat dari data persentase tingkat gangguan keamanan terutama bersifat kriminal dapat disimpulkan bahwa frekuensi gangguan berencana terhadap masyarakat 2 tahun terakhir masih dalam kategori wajar. Artinya tingkat kriminalitas masih rendah sehingga belum menggangu rasa aman Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 dikalangan masyarakat,dan boleh disimpulkan kondisi keamanan secara umum dikota Sibolga dalam kategori kondusif, hal ini ditunjukkan dengan jawaban responden sebanyak 11orang100. Tabel 14. Penilaian Responden terhadap kondisi Keamanan Secara Umum di Daerah ini untuk kegiatan Usaha Investasi Kondusif Total INDIKATOR F F Kondisi Keamanan Secara umum 11 100 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 II.B.2. Kondisi Sosial Politik Masyarakat. Apabila kita ingin melihat secara jelas keadaan sosial masyarakat dikota Sibolga maka mau tak mau kita harus memperhatikan aspek-aspek yang membentuk kondisi sosial tersebut. Komposisi penilaian responden dapat dilihat pada tabel 15 berikut. Tabel 15. Penilaian Responden terhadap kondisi Sospol Daerah Sangat Baik Baik Tidak Baik Tidak Ada Total INDIKATOR F F F F F Pelibatan dunia usaha dalam perumusan kebijakan 1 9 4 36 1 9 5 45 11 100 Sosialisasi rancangan peraturan daerah 1 9 8 73 2 18 - - 11 100 Mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pemda 1 9 3 27 4 36 3 27 11 100 Netralitas media massa di daerah 1 9 3 27 4 36 3 27 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 Aspek yang pertama adalah partisipasi dunia usaha dalam suatu perumusan kebijakan Perda dimana responden yang menjawabmenilai sangat baik satu orang 9, kemudian yang menilai baik sebanyak 4 orang 36,selanjutnya yang menilai tidak baik sebanyak satu orang juga 9 dan memberi penilaian tidak ada sebanyak 5 orang 45. Dari beragam jawaban diatas peneliti dapat menjelaskan responden yang menilai tidak ada tersebut ialah responden yang kurangbelum mengetahui secara pasti dan jelas akan sosialisasi kebijakanperda yang baru. Dikalangan dunia usaha atau mungkin juga sosialisasai untuk perda yang baru tersebut belum sesuai dengan bidang usaha yang ditekuninya. Karena biasanya untuk pembahasan sosialisasi perda yang baru setiap jenis usaha akan diikutkan wakilutusan dari jenis usaha. Aspek yang kedua adalah sosialisasi atas rancangan perda yang berhubungan dengan dunia usaha, dimana responden yang menjawabmenilai sangat baik sebanyak satu orang 9 selanjutnya yang memberi penilaian yang baik sebanyak 2 orang 18. Seperti sudah disinggung diatas bahwa kebutuhankekurangan perda yang baru tetap akan dibahas bersama antara pihak pemko dengan tokoh masyarakat, utusan pengusaha, LSM, agar dapat tercapai kesepakatan bersama. Untuk aspek berikutnya dimana peluang masyarakat untuk ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan daerah, responden yang menjawabmenilai sangat baik sebayak satu orang 9 sedangkan responden yang menilai baik sebanyak 3 orang 27 kemudian yang menilai tidak baik sebanyak 4 orang Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 36 sedangkan menilai tidak ada sebanyak 3 orang 27. Ada kecenderungan masyarakat bahwa sesudah sebuah Perda dibuat maka untuk selanjutnya Perda tersebut dilaksanakan saja tanpa diawasi praktek pelaksanaannya. Dari jawaban responden yang mengatakan tidak baik 4 orang cukup beralasan disebabkan faktor diatas tadi. Bila kita bicara Sospol maka dapat kita kaitkan hubungan antara legislatif dan eksekutif di kota Sibolga, dalam hal ini pihak DPRD dengan Pemko. Pada kasus ini kriteria penilaian tentang hubungan antara DPRD dan Pemko, dimana seluruh responden menjawab tidak pernah ada komflik politik antara lembaga tersebut. Dengan kata lain hubungan antara kedua lembaga tersebut cukup harmonis dan cukup bagus dalam penerapan suatu kebijakan. Untuk aspek pemberitaan oleh media massa di daerah, biasanya yang dilihat oleh masyarakat adalah netralitas pemberitahuan atas suatu kejadian di daerah tersebut. Dimana pada aspek ini responden yang menilai sangat baik sebanyak satu orang 9 selanjutnya responden yang memiliki baik sebanyak 3 orang 27 dan menilai tidak baik sebanyak 4 orang 36 sedangkan yang menilai tidak ada sebanyak 3 orang 27. Alasan utama responden menilai tidak baik disebabkan penderitaan atas suatu kasus tidak diberitahukan dengan jujur dan biasanya berita tersebut malah di”blow up” agar menarik minat baca masyarakat. Mengenai konflik sosial yang terjadi antara kelompok masyarakat biasanya yang didominasi oleh kelompok preman. Yaitu sebanyak 6 orang responden 54 menilai ada terjadi selebihnya menyatakan tidak. Karena konflik antar kelompok pemain ini terjadi atas dasar perebutan wilayah Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 ekonomi daerah kekuasaan, ataupun karena kecemburuan sosial ekonomi yang menjadi konflik, namun hal ini masih dalam katagori sedikit. Tabel 16. Konflik Sosial yang terjadi di daerah selama tahun 2000 – 2002 yang memicu kerusuhan masa antara elemen masyarakat Ya Tidak Total INDIKATOR F F F Antar Agama - - 11 100 11 100 Antar Etnis Suku - - 11 100 11 100 Antar Kampung 1 9 10 91 11 100 Antar Kelompok preman 6 54 5 45 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Yang paling utama digaris bawahi disini adalah konflik yang terjadi di kota Sibolga belumlahkurang mengganggu terhadap kegiatan usahainvestasi didaerah ini, halini tercermin dari jawaban responden yang menilai kurang mengganggu debanyak 11 orang 100. Tabel 17. Penilaian Responden Terhadap pengaruh konflik sosial terhadap kegiatan usaha investasi di daerah Kurang Mengganggu Total INDIKATOR F F Konflik Sosial terhadap investasi di daerah 11 100 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Aspek terakhir yang dapat mengganggu perekonomian dan kegiatan usaha ataupun investasi adalah masalah unjuk rasa. Dimana tingkat unjuk rasa kaum buru didaerah ini dinilai tidak ada atau tidak pernah ada. Sedangkan unjuk rasa dikalangan masyarakat yang menjawab tidak pernah sebanyak 4 Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 orang 36 kemudian yang menjawab pernah sebanyak 6 orang 54 dan yang menjawab tinggi sebanyak 1 orang 9 responden. Tabel 18. Frekuensi terjadinya unjuk rasa yang mengganggu perekonomian dan kegiatan usaha investasi Tidak pernah Rendah Tinggi Total INDIKATOR F F F F Buruh 11 100 - - - - 11 100 Masyarakat 4 36 6 54 1 9 11 100 Kelompok Sosial Keagamaan 9 82 2 18 - - 11 100 Mahasiswa 11 100 - - - - 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Dari kalangan akademis dalam hal ini kelompok mahasiswa, responden yang menjawab tidak pernah seluruhnya 11 orang responden 100. Karena sesuai data di lapangan jumlah lembaga setingkat perguruan tinggi sangat sedikit 2 buah dan jumlah mahasiswa relatif kecil, sehingga bisa diprediksi kemungkinan terjadi unjuk rasa dari mahasiswa tidak akan pernah, namun bila unjuk rasa dari kalangan masyarakat pernah terjadi, yaitu pada kasus pukat dan kapal-kapal nelayan asing yang menangkap ikan di perairan Indonesia. Beberapa anggota masyarakat yang diwakili oleh kelompok nelayan penangkap ikan berdemo di halaman kantor DPRD untuk menuntut pengusiran kapal-kapal asing tersebut yang beroprasi diperairan Indonesia. Akan tetapi aksi unjuk rasa itu tidak sampai mengganggu kegiatan usaha mereka. Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 II.B.3. Nilai-nilai Budaya Masyarakat. a. Keterbukaan Masyarakat. Melihat suasana yang dihadapi oleh tim peneliti selama penelitian tampaknya kehadiran peneliti disambut baik oleh masyarakat. Hal ini menjadi dasar ukuran dasar ukuran tentang sikap masyarakat terhadap pendatang di daerah tersebut. Namun demikian untuk menjaga objektifitas penelitian tim peneliti tetap menanyakkan sikap keterbukaan masyarakat terhadap investasi dari luar investor. Tabel 19. Penilaian Responden terhadap Nilai-nilai Budaya Masyarakat di daerah yang berkaitan dengan kegiatan usaha investasi Sangat Terbuka Terbuka Total INDIKATOR F F F Keterbukaan masyarakat terhadap kegiatan usaha investasi dari luar 2 18 9 82 11 100 Keterbukaan masyarakat terhadap orang-orang dari luar daerah pendatang yang bekerja di daerah ini 2 18 9 82 11 100 Sumber : Data primer yang diolah 2002 Dari komposisi penilaian diatas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat terbuka sebanyak 2 orang 18 dan yang menjawab terbuku ada sebanyak 9 orang 82. Kemudian sikapmasyarakat terhadap orang-orang diluar daerahpendatang yang bekerja di kota Sibolga cukup bagus,yang mana responden yang menilai sangat terbuka sebanyak 2 orang juga dan selebihnya menjawab terbuka. Jadi peluang investasi di kota Sibolga cukup potensial untuk di kembangkan bila dikaitkan dengan sikap keterbukaan masyarakat terhadap investor ataupun terhadap kaum pendatang. Masyarakat Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002 USU Repository © 2006 Sibolga menginginkan investasi yang banyak,yang dampaknya juga akan mendorong perekonomian daerah kearah yang lebih bagus.

b. Etos Kerja Masyarakat