BAB I PENDAHULUAN
Letak dan geografis Kotamadya Sibolga terletak pada garis 1 44’
Lintang Utara dan 98 47’ Bujur Timur, yang mana wilayah keseluruhan
Kotamadya Sibolga baik sebelah Utara, Timur, Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah Barat berbatasan dengan Teluk
Tapian Nauli yang juga termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Luas wilayah Kota Sibolga adalah 10,77 Km
2
atau 1077 ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16 ha dan daratan kepulauan 187,84 ha, serta
daerah urban seluas 302,25 ha dan daerah non urban seluas 774,65 ha, yang berada 1 – 50 m diatas permukaan laut.
Jika menilik dari kondisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kota Sibolga memang kota yang dikelilingi oleh daratan dan lautan. Dari pantauan
di lapangan terlihat bahwa Kota Sibolga sebagai salah satu basis perdagangan komoditi ikan di Provinsi Sumatera Utara memang pantas untuk menjadi kota
yang hidup dari bidang perikanan. Namun fakta yang terjadi adalah kontribusi dari perikanan untuk Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Sibolga sangat
minim sekali, malah dapat dikatakan hampir tidak ada. Justru sektor perdagangan dan jasa yang memberikan kontribusi besar ke PAD.
Kota Sibolga yang berada antara 1 – 50 meter di atas permukaan laut mempunyai iklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32,70
C di bulan Mei 2001 dan minimum 21,20
C pada bulan Juli 2001.
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
Curah hujan di Kota Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan April 601,6 mm, sedangkan
hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan yang sama 23 hari. Kecepatan angin tertinggi hingga 7,20 mdet dan terendah 4,50 mdet terjadi di sepanjang
tahun 2001. Bila dilihat luas daerah menurut kecamatankelurahan maka
Kotamadya Sibolga dibagi menjadi 3 tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Sibolga Utara yang mencakup 4 empat kelurahan, kemudian Kecamatan
Sibolga Kota yang mencakup 4 empat kelurahan, dan yang terakhir Kecamatan Sibolga Selatan yang mencakup 8 delapan kelurahan.
Kecamatan Sibolga Selatan merupakan kecamatan terluas yang ada di Kota Sibolga yaitu 5,577 Km
2
dengan rasio mencapai 51,78 , artinya setengah dari luas wilayah Kota Sibolga berada dalam kecamatan ini.
Kecamatan Sibolga Selatan ini juga mempunyai kelurahan yang terbanyak yaitu 8 Kelurahan. Disamping itu kawasan Kelurahan Aek Habil adalah salah
satu daerah yang tinggi aktivitas ekonominya, karena daerah ini berada dekat dengan lokasi tangkahan ikan yang mana di daerah inilah yang sering terjadi
perdagangan ikan segar antara nelayan dengan pedagang ikan-pedagang ikan lokal.
Kecamatan Sibolga Utara merupakan daerah yang terbesar kedua yang mencakup wilayah seluas 2,883 Km
2
dengan jumlah kelurahan sebanyak 4 kelurahan seperti yang telah diuraikan diatas. Dimana luas daerah ini
mencapai rasio sebesar 26,77. Kemudian yang terakhir adalah Kecamatan Sibolga Kota yang mencakup luas wilayah sebesar 2,31 km
2
dengan rasio
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
mencapai 21,45, daerah ini juga mencakup 4 kelurahan. Dimana dari pantauan di lapangan bahwa kelurahan Pasar Baru dan Pasar Belakang adalah
daerah yang juga mempunyai aktivitas ekonomi yang tinggi, karena kedua daerah ini adalah tempat pusat perdagangan perikanan dan jasa.
Dari data komposisi pertumbuhan penduduk Kota Sibolga dari tahun 1961 – 2000 terlihat bahwa pertumbuhan yang paling pesat terjadi
adalah pada periode 1971 - 1980 satu dasawarsa yaitu sebesar 3,92 . Pada periode ini kelihatan bahwa jumlah pertumbuhan penduduk lebih tinggi
dibandingkan periode yang lain. Malah pada periode 1990 – 2000 jumlah pertumbuhan penduduk semakin berkurang menjadi 1,41 . Hal ini dapat
dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 1. Pertumbuhan Penduduk Kota Sibolga Tahun 1961 - 2000
Periode Pertumbuhan Persen
0,90 1.
1961 - 1971 3,92
2. 1971 - 1980
1,84 3.
1980 - 1990 1,41
4. 1990 - 2000
Sumber : Kota Sibolga Dalam Angka 2001
Disamping data di atas dapat pula kita ketahui jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan 3 kecamatan besar
pada tahun 2001. Data ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Jika dilihat dari kondisi kepadatan penduduk berdasarkan luas
wilayahnya, Kecamatan Sibolga Selatan merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terpadat yakni sebesar 50.900 jiwa dengan
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
kepadatan rata-rata sebesar 9.127 jiwa per Km
2
. Jumlah penduduk ini masih signifikan bila dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah kelurahan.
Selanjutnya jumlah penduduk terpadat kedua ada di Kecamatan Sibolga Utara dengan besarnya jumlah penduduk adalah 17.805 jiwa dengan rata-rata
kepadatan sebesar 6.176 jiwa per Km
2
. Sedangkan Kecamatan Sibolga Kota mempunyai jumlah penduduk terkecil dibandingkan dengan kecamatan lain
yaitu sebesar 15.327 jiwa dengan rata-rata kepadatan sebesar 6.635 jiwa per Km
2
. Berdasarkan data-data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah penduduk di Kota Sibolga memang sudah memenuhi untuk menjadi
kotamadya yang mandiri.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur tahun
Laki-laki Perempuan Laki-laki
Perempuan 0 – 4
5.453 5.288
10.741 5 – 9
5.060 4.588
9.648 10 – 14
5.153 4.783
9.936 15 – 19
5.236 5.041
10.277 20 – 24
4.201 3.890
8.091 25 – 29
3.888 3.652
7.540 30 – 34
3.166 3.115
6.281 35 – 39
2.861 2.738
5.599 40 – 44
2.413 2.317
4.730 45 – 49
1.912 1.719
3.631 50 – 54
1.220 1.177
2.397 55 – 59
843 857
1700 60 – 64
574 676
1250 65 – 69
357 521
878 70 – 74
288 435
723 75 +
195 415
610
S i b o l g a 42.820
42.212 84.032
Sumber : Kota Sibolga Dalam Angka 2001
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa kelompok umur terbesar adalah kelompok Dewasa adalah kelompok mulai dari 20 tahun sampai 34 tahun
diolah dari data yang terdiri dari 21.912 orang atau sekitar 26,07 dari keseluruhan jumlah penduduk Sibolga, dimana 11.255 orang diantaranya
adalah laki-laki 51,36, sedangkan 48,64 lagi adalah perempuan, atau sebesar 10.657 orang.
Kelompok terbesar kedua adalah kelompok Anak-anak 0-9 tahun, yaitu sebesar 20.239 jiwa atau sekitar 24,26 dari jumlah penduduk
keseluruhan, dimana sebesar 10.513 orang adalah laki-laki dan 9.876 orang adalah perempuan. Setelah itu disusul kelompok Remaja 10-19 tahun, yaitu
sebesar 20.213 orang atau sekitar 24,05 dari jumlah penduduk keseluruhan. Kelompok selanjutnya adalah kelompok Orangtua 35-54 tahun, yaitu sebesar
16.357 orang atau sekitar 19,46 dari jumlah penduduk keseluruhan, dimana laki-laki berjumlah 8.406 orang dan perempuan 7.951 orang. Kelompok
terakhir adalah kelompok Manula 55-59 tahun dimana jumlahnya adalah 5.161 orang atau sekitar 6,16 dari jumlah penduduk keseluruhan, dimana
laki-laki berjumlah 2.257 orang dan perempuan berjumlah 2.904 orang. Kota Sibolga juga merupakan daerah yang heterogen komposisi
penduduknya yang dilihat menurut agama, dimana terlihat bahwa jumlah penduduk yang menganut ajaran agama Islam, yaitu berjumlah 49.763 orang
atau sekitar 58,46 dari seluruh jumlah penduduk. Berikutnya untuk agama Katholik, berjumlah 4.259 orang atau hanya sekitar 5,21. Untuk agama
Protestan, terdiri dari 26.436 orang atau sekitar 32,26, kemudian Hindu 115 orang atau sekitar 0,14. Sementara Budha berjumlah 3000 orang atau sekitar
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
3,67 dan aliran kepercayaan lainnya berjumlah 126 orang atau 0,16. Dari keberagaman penduduk ini dapat dilihat nantinya apakah berdasarkan data
hasil lapangan akan sangat sering terjadinya konflik sosial yang terjadi dimasyarakat yang akan mempengaruhi ketertarikan daerah ini bagi investor
untuk menanamkan modalnya. Gambaran lain dari Kotamadya Sibolga yang dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan untuk menarik investasi ke daerah antara lain adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan yang
dimiliki daerah ini. Hal ini nantinya akan dianalisa bersama dengan data hasil lapangan untuk melihat apakah ketersediaan dan kualitas tenaga kerja yang
ada di Kota Sibolga akan mendukung untuk investor dalam melakukan investasinya guna mencari dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan
cakap.
Tabel 3. Persentase Penduduk 10 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
1,12 1,25
1,24 Belum Pernah Sekolah
13,26 15,00
12,69 Tidak Tamat SD
25,08 29,17
23,72 Tamat SD
24,56 17,08
27,03 SLTP
24,87 25,42
24,69 SLTA Umum
6,84 6,67
6,90 SLTA Kejuruan
0,41 0,83
0,28 Diploma III
0,73 1,67
0,41 Diploma III
3,01 2,92
3,03 Diploma IVS1
S i b o l g a 100,00
100,00 100,00
Sumber : Kota Sibolga Dalam Angka 2001
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
Tingkat pendidikan yang terbesar terdapat pada tingkat SD, yaitu sebesar 25,08, kemudian diikuti oleh tingkat SLTA Umum yaitu sebesar
24,87. Tingkat pendidikan terbesar ketiga adalah tingkat SLTP, yaitu sebesar 24,56. Sedangkat pada standart pendidikan tertinggi yaitu Diploma
IVS1, hanya berkisar 3,01 saja. Dalam hal ini berarti jumlah penduduk yang bekerja masih didominasi oleh pekerja yang memiliki tingkat pendidikan
terendah yaitu sekolah dasar yang secara umum dapat dikatakan bahwa mereka bekerja lebih banyak menggunakan tenaganya agar produktivitasnya
dapat tinggi.
Tabel 4. Persentase Angkatan Kerja menurut Lapangan Usaha tahun 2001
Lapangan Usaha Persentase
30,16 Pertanian
0,62 Penggalian dan Pertambangan
4,97 Industri
0,83 Listrik Gas dan Air
2,90 Bangunan
32,33 Perdagangan
12,85 Pengangkutan dan Akomodasi
1,87 Bank dan Lembaga Keuangan
13,37 Jasa
0,10 Lainnya
S i b o l g a 100,00
Sumber : Kota Sibolga Dalam Angka 2001
Dari data diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar angkatan kerja terdapat pada sektor Perdagangan yaitu sebesar 32,33. Sektor terbesar kedua
adalah sektor Perdagangan yaitu sebesar 30,16. Kemudian diikuti oleh
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
sektor Jasa yaitu sebesar 13,37. Dari gambaran ini dan digabung dengan data klasifikasi penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan dapat
dijelaskan bahwa penduduk yang bekerja sangat dimungkingkan tenaga kerja yang bekerja di sektor perdagangan dan pertanian umumnya memiliki
pendidikan minimal sekolah dasar. Kondisi lain yang dapat menjadi gambaran bagi investor baik asing
maupun lokal dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada Kota Sibolga ini adalah laju tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi dan
kontribusi sektoral dari masing-masing sektor terhadap perekonomian daerah ini. Gambaran ini akan mendukung dalam menganalisa data-data hasil
penelitian dan data sekunder untuk memberikan telaahan mengenai daya tarik investasi pada sektor-sektor mana saja yang potensial untuk dikembangkan.
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektoral berdasarkan harga konstan 1999 – 2000
Pertumbuhan Ekonomi Peranan Sektoral
Sektor 1999 2000 1999 2000
Pertanian 4.9
6.45 32.20
32.70 Penggalian
- 4.16 1.01
0.02 0.02
Industri 21.87
5.84 9.76
9.84 Listrik, Gas dan Air Minum
2.81 6.46
2.55 2.59
Bangunan 1.39
2.08 12.99
12.60 Perdagangan, Hotel Restoran
1.55 3.59
14.71 14.49
Pengangkutan dan Komunikasi 5.84
7.13 8.61
8.71 Bank dan Lembagan Keuangan
- 1.87 2.24
9.11 8.85
Jasa 4.01
5.33 10.15
10.18
PDRB 4.94
5.00 100.00
100.00
Sumber: PDRB Kota Sibolga Tahun 1996 - 2001
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
Tingkat pertumbuhan PDRB Kota Sibolga pada tahun 1999 adalah sebesar 4,96, sedangkan pada tahun 2000 adalah sebesar 5,00 . Kontribusi
terbesar terhadap pertumbuhan PDRB tersebut berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 32,20 pada tahun 1999 dan 32.70 pada tahun 2000,
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14.71 dan 14.49 pada tahun 1999 dan 2000, kemudian yang ketiga sektor
bangunan yaitu sebesar 12.99 1999 dan 12.60 2000. Sedangkan kontribusi terkecil berasal dari sektor penggalian, yaitu sebesar 0.02 untuk
tahun 1999 dan 2000. Walaupun begitu, persentase pertumbuhan ekonomi terbesar pada tahun 2000 terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi,
yaitu sebesar 7,13 , sedangkan untuk sektor pertanian hanya sebesar 6,45 , dibawah sektor listrik, gas dan air minum yagn mencapai tingkat pertumbuhan
6,46 . Sedangkan untuk laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 1999 – 2000 terjadi pada sektor penggalian yang meningkat sebesar 5.07 dan sektor bank
dan lembaga keuangan meningkat sebesar 4,11 , serta sektor listrik, gas dan air minum mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,65 .
Berarti walaupun sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dari perekonomian Kota Sibolga tetapi peningkatan pertumbuhannya yang terjadi
tidaklah cukup berarti dibandingkan dengan sektor penggalian serta bank dan lembaga keuangan. Dari hal ini juga dapat menunjukkan bahwa sektor
penggalian, bank dan lembaga keuangan serta listrik, gas dan air minum merupakan sektor yang dapat menjadi tempat bagi investor menanamkan
modalnya.
Murbanto Sinaga : Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Investasi di Kota Sibolga, 2002
USU Repository © 2006
BAB II PEMAPARAN HASIL PENELITIAN