PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG DEMONSTRASI SEBAGAI SALURAN ASPIRASI POLITIK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK SMA TAMAN SISWA TELUK BETUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

(1)

TAMAN SISWA TELUK BETUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

MUTYA SAFITRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG DEMONSTRASI SEBAGAI SALURAN ASPIRASI POLITIK TERHADAP

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK SMA TAMAN SISWA TELUK BETUNG

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh

MUTYA SAFITRI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh persepsi siswa tentang demokrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian siswa kelas XII SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 195. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 15% atau 30 siswa. Untuk mengumpulkan data menggunakan teknik angket, yang ditunjang dengan wawancara dan dokumentasi. Data analisis menggunakan rumus Chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif di sejumblah persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik pada siswa SMA Taman Siswa Teluk Betung tahun ajaran 2013/2014.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .. ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

1. Kegunaan Teoritik ... 8

2. Kegunaan Praktis ... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 9

2. Ruang Lingkup Objek ... 9

3. Ruang Lingkup Subjek ... 9

4. Ruang Lingkup Lokasi ... 9

5. Ruang Lingkup Waktu ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ………. . 11

1. Persepsi ... 11

1.1Pengertian Persepsi ………...…... 10

1.2Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi………... 12

1.3Proses Terjadinya Persepsi ... 15

2. Kondisi Lingkungan Belajar……….. 16

2.1 Pengertian Siswa…...……… 16


(7)

3. Tinjauan Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik…...…... 18

3.1 Pengertian Demonstrasi..………... 18

3.2 demonstrasi di Indonesia.………... 20

3.3 Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik...…... 21

4. Tinjauan Tentang Partisipasi politik... …………... 23

4.1Pengertian Politik...……...………... 23

4.2Pengertian Partisipasi politik... 24

4.3Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik………...…..…... 25

4.4Tujuan dan Fungsi Partisipasi politik………... 39

B. Kerangka Pikir……...……… 31

III. METODE PENELITIAN A. Metode ... 33

B. Langkah-langkah penelitian ... 33

1. Persiapan pengajuan judul ... 33

2. Penelitian pendahuluan ... 34

3. Pengajuan rencana penelitian ... 35

4. Penyusunan alat pengumpulan data ... 36

5. pelaksanaan penelitian ... 37

C. Populasi Dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 39

1. Variabel Bebas ... 39

2. Variabel Terikat ... 39

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 40

1. Definisi Konseptual ... 40

2. Definisi Operasional …. ... . 41

F. Rencana Pengukuran Variabel ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Pokok ... 43

1.1 Angket ... 43

2. Teknik Penunjang ... 43

2.1 Dokumentasi ... 43

2.2 Wawancara ... 44

H. Instrumen Penelitian ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reabilittas ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 52

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 55

1. Lokasi penelitian ... 55

2. Riwayat singkat perguruan taman siswa teluk betung ... 55

3. Riwayat singkat taman madya (SMA) teluk betung ... 56

4. Visi dan misi taman siswa teluk betung ... 56


(8)

B. Deskripsi data ... 58

1. Pengumpulan data ... 58

2. Penyajian data ... 58

1. Pengaruh persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik ... 58

1) Pemahaman ... 58

2) Tanggapan ... 60

3) Harapan ... 62

2. Partisipasi politik ... 65

1) Pemberian suara ... 65

2) Diskusi politik ... 67

3) Kegiatan kampanye ... 69

4) Membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan. 71

3. Pengujian data ... 78

C. Pembahasan ... 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(9)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, dimana kedaulatan rakyat diakui, sehingga kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia yang dimiliki tiap individu dapat dijamin karena hak-hak tersebut turut berpengaruh dalam proses berjalannya sebuah pemerintahan negara. Hal ini berarti mereka dapat berekspresi dan mengeluarkan aspirasi baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang tentunya harus dengan memperhatikan waktu dan tempat, serta tanggung jawab yang penuh.

Kebebasan berekspresi tetap harus menghormati aturan-aturan moral yang berlaku secara umum, mentaati hukum dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperhatikan tata cara dimana unsur kekerasan tidak terdapat di dalamnya. Dengan adanya kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat suatu negara untuk menghargai perbedaan pendapat. Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan masyarakat yang demokratis. Dalam UUD 1945 Pasal 28, dinyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang, menimbulkan pemahaman bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang


(10)

sama dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aspirasi politik. Pengertian mengemukakan pendapat di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi atau dilihat setiap orang. Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara lisan, tulisan, dan cara lain, cara lisan contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum, cara tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat dan cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), aksi mogok makan.

Berbagai macam cara pengemukakan pendapat dimuka umum yang sering kali menjadi pilihan masyarakat indonesia jaman sekarang adalah demontrasi ataupun unjuk rasa. Sering kali demontrasi dipilih sebagai salah satu cara menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah untuk mengkritik kinerja pemerintah dalam membangun pemerintahan yang merata ditanah air. Dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.9 Tahun 1998 disebutkan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum disebutkan bahwa yang dimaksut unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratik dimuka umum.

Demontrasi yang marak dilakukan selalu mengatas namankan kepentingan dan suara rakyat. Demontrasi atau gerakan rakyat merupakan hal yang wajar terjadi dinegara yang menganut paham demokrasi. Demonstrasi juga dipilih sebagai salah satu cara yang masyarakat Indonesia untuk


(11)

menyuarakan aspirasi politik, dari banyak cara menyuarakan aspirasi politik demontrasilah yang dipilih sebagai cara paling efektif dan mudah dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk kesadar politik masyarakat. Demontrasi dipilih bukan hanya mengkritik kinerja para pelaku politik itu sendiri namun terkadang demontrasi dijadikan ajang menjatuhkan lawan politik, melalui masyarakat yang dijadikan subyek bayaran atau dengan cara memprovokasi masyarakat bagi sebagian kalangan pelaku politik, kurangnya pemahaman mendalam mereka tentang politik dijadikan keuntungan oleh berbagai pihak.

Tidak jarang demontrasi sebagai saluran menyampaikan aspirasi berujung pada pengerusakan fasilitas umum, mengabaikan etika moral seperti menghujat, memfitnah, menuduh tanpa bukti bahkan terkadang sampai menimbulkan korban jiwa. Disinilah suara rakyat mulai disalah gunakan, dan demontrasi sebagai salah satu saluran aspirasi rakyat mulai disalah gunakan akibatnya demontrasi yang sering kali terjadi tidak sesuai dengan seharusnya, demontrasi yang seharusnya menjadi salah satu cara untuk menyuarakan aspirasi mayarakat yang pastinya dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab kini menjadi cenderung anarkis dan jauh dari rasa tanggung jawab. Keanarkisan dalam suatu demontrasi yang sedang berlangsung bahkan sampai merugikan banyak pihak termasuk dari pihak orang-orang yang berdemontrasi itu sendiri, tak jarang para pendemontrasi merusak fasilitas umum ataupun fasilitas yg ada ditempat mereka sedang berdomntrasi, terkadang bentrok fisik pun terjadi dan melukai banyak orang mulai dari aparat berwajib yang sedang menjaga demontrasi itu,


(12)

orang-orang yang berada disekitar tempat demontrasi berlangsung bahkan melukai para pendemonstrasi itu sendiri.

Kebebasan menyampaikan pendapat dan aspirasi tidak hanya diperankan oleh siswa termasuk juga dalam kategori rakyat. Banyak siswa beranggapan demontrasi yang banyak terjadi diseluruh pelosok negeri adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menyuarakan aspirasi masyarakat khususnya masyarakat menengah kepeda pemerintah. Dikategorikan sebagai masyarakat menengah atau kelompok pekerja bawah karena masyarakat menengah kebawah atau yang sering kita sebut masyarakat sipil umumnya tidak bisa berbuat banyak untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah mengingat sulitnya dinegara kita ini untuk bisa didengarkan aspirasi rakyat, maka demonstrasilah satu-satunya cara yang dipilih oleh masyarakat. Masyarakat menganggap demontrasi satu-satunya cara yang paling mudah dilakukan untuk menyuarakan aspirasi politik. Ada pula sebagian siswa yang berpendapat benar adanya bahwa demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik masyarakat, partisipasi politik ditunjukkan dengan menyuarakan aspirasi politik sebagai bentuk tindakan partisipasi terhadap kebijakan atau keputusan-keputusan politik yang sedang berlangsung. Selain dengan menunjukakan partisipasi politik dengan menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum tentunya.

Kebanyakan yang terjadi, kebebasan menyampaikan pendapat dan aspirasi khususnya dengan cara berdemo umumnya banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa, tetapi sekarang demontrasi yang dilakukan tidak hanya diperankan oleh mahasiswa saja melainkan juga oleh berbagai


(13)

elemen masyarakat mulai dari masyarakat sipil, siswa SMA,SMP,SD dan bahkan anak taman kanak-kanak dan PAUD. Tentunya kita masih ingat kebijakan politik yang dulu pernah terjadi tentang “ujian nasional”, gagalnya ujian nasional pada saat itu membuat banyak siswa SMA,SMP dan SD berdemo untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan turun kejalan, ini sebagai bentuk partisipasi siswa khususnya para pelajar dalam menyuarakan aspirasi politik.

Namun praktek demontrasi yang terjadi di Indonesia sering kali melebihi batas kewajaran yang sering kali diwarnai dengan tindakan anarkis dan perusakan terhadap sarana maupun prasarana, serta menggangu ketertiban umum. Permasalahan lainnya adalah sering kali sebagian besar demonstrator tidak memahami permasalahan yang ingin disampaikan secara substansi. Mereka ikut dalam gerakan mobilitas massa dengan “yell” (berteriak-teriak), melontarkan kalimat hujatan-hujatan tanpa memiliki kesadaran kritis yang matang dalam menyampaikan pendapat dan memberikan solusi. Selain itu juga adanya provokator dalam aksi-aksi demonstrasi yang menyebabkan tindakan kekerasan yang dapat mencoreng arti positif aksi demonstrasi itu sendiri sebagai kontrol rakyat terhadap pemerintah. Sehingga pada akhirnya demonstrasi menorehkan citra buruk dimata masyarakat yang terganggu dan merasa tidak nyaman dengan aksi-aksinya.

Seharusnya demonstrasi adalah salah satu bentuk tindakan (nonviolent) yang dilakukan oleh sejumblah orang dengan tujuan politik atau sosial, aksi sosial tersebut dimana para demonstrator bebas untuk


(14)

mengekspresikan pendapatnya melalui berbagai media, baik melalui media spaduk, maupun melaui media vokal seperti orasi, dan juga media gerak seperti teaterikal. Demontrasi yang ideal dilakukan tanpa tindakan anarkis maupun perusakan sarana dan prasarana publik. Demontrasi sebagai salah satu saluran untuk menyampaikan pendapat dan kritikan merupakan hak setiap orang yang dijamin oleh Undang-Undang. Namun demikian para demonstrator juga harus menghargai hak setiap orang agar kenyamanan, keamanan dan kepentingannya tidak terganggu akibat demontrasi yang dilakukan tersebut.

Pengetahuan tentang politik seharusnya harus menjadi kosumsi masyarakat dengan baik dan merata. Dari semua lapisan masyarakat tentunya dengan tidak melihat status sosial harusnya pengetahuan tentang politik bisa dikuasai maka dengan itu mereka bisa bisa meningkatkan partisipasi politik. Pengetahuan tentang politik sudah seharusnya disosialisasikan dengan baik untuk semua kalangan masyarakat, dimulai dari lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki pengaruh besar untuk mensosialisasikan politik, guna mendidik siswa menjadi pelaku politik yang baik serta mendidik siswa untuk meningkatkan partisipasi politik. Siswa sebagai generasi muda harus memiliki bekal ilmu yang baik tentang politik sebagai pelaku politik pemula. Di sekolah siswa diberi pengetahuan tentang macam–macam partisipasi politik, termasuk demontrasi sebagai saluran aspirasi politik, tentunya dengan cara berdemonstrasi yang baik. Namun demontrasi anarkis yang dilakukan banyak kalangan belakangan ini yang mengatas


(15)

namakan rakyat untuk menyurakan aspirasi politik, berdampak buruk bagi perkembangan pendidikan politik siswa.

Diharapkan siswa memahami tentang tata cara berdemontrasi menyuarakan aspirasi politik yang benar dan bagaimana pengaruhnya tentang tingkat partisipasi politik melalui lembaga sekolah sebagai lembaga tempat siswa memperoleh ilmu dan banyak pengetahuan tentang politik. Dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan siswa tentang aspirasi politik akan meningkatkan partisipasi yang aktif dalam partisipasi politik siswa sebagai generasi muda.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data yang telah dikemukakan sebelumnya identifikasi masalah yang ada adalah :

1. Persepsi siswa tentang fungsi dan tujuan demontrasi sebagai saluran aspirasi politik.

2. Pengetahuan siswa tentang prosedur pelaksanaan demontrasi sebagai saluran aspirasi politik.

3. Persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi poltik. 4. Pengetahuan siswa tentang bentuk-bentuk partisipasi plotik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi pada persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi politik dan partisipasi politik.


(16)

D. Rumusan masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik.” ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh persepsi siswa tentang demokrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik.

F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penilitian ini secara teoritis memperkaya konsep ilmu pengetahuan khususnya pendidikan PKn dalam kajian pendidikan politik dan kenegaraan yang membahas tentang aspirasi politik dan tingkat partisipasi politik.

b. Kegunaan Praktis

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan teritama yang berkaitan tentang demontrasi dan partisipasi pilitik.

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam wilayah kajian ilmu politik.


(17)

2. Ruang Lingkup Subyek

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII Taman Madya SMA Taman Siswa Teluk Betung.

3. Ruang Lingkup Obyek

Obyek penelitian ini adalah persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi politik.

4. Ruang lingkup Wilayah

Adapun wilayah penelitian ini dilaksanakan di SMA Taman Siswa Teluk Betung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Dimulainya waktu penelitian ini sejak dikeluarkannya surat izin penelitian hingga selesai penelitian.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Persepsi

1.1 Pengertian Persepsi

Menurut David Matsumoto (2008:59), “sensasi atau persepsi adalah tentang memahami bagaimana kita menerima stimulus dari lingkuagn dan bagaimana kita memproses stimulus tersebut”. Secara lebih spesifik, sensasi biasanya mengacu pada stimulasi atau perangsangan nyata pada organ-organ indera tertentu seperti mata (sistem visual), telinga (sistem pendengaran atau ditori), hidung (sistem penciuman atau olfakori), lidah (sistem pengecapan atau rasa), dan kulit (sentuhan). Sedangkan persepsi biasanya dimengerti sebagai bagaimana informasi yang berasal dari organ yang terstimulasi diproses, termasuk bagai mana informasi tersebut diseleksi, ditata, dan ditafsirkan. Pendek kata, persepsi mengacu pada proses dimana informasi inderawi diterjemahkan menjadi sesuatu yang diterjemahkan kemudian menjadi sesuatu yang bermakna.

Menurut Davidoff yang dikutip oleh Walgito (2010:89) “bahwa yaitu Persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri


(19)

individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain”.

Selain itu pendapat lain dikemukakan oleh Walgito yang dikutip oleh Sunaryo (2004:93) ”persepsi adalah proses perorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu”.

Pengertian persepsi yang dikemukakan oleh Young (2010: 1) adalah “Aktifitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan pengindera tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan di olah bersama-sama dengan hal-hal yang telah di pelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain".

Berdasarkan pandangan di atas, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga di sebut proses sensoris. Namun proses situ tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus itu di teruskan dan proses selanjutnya


(20)

merupakan proses persepsi. Dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Pengertian persepsi yang dikemukakan oleh Rivai (2003:231) adalah “suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan mentafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka”. Dari pendapat yang diungkapkan Rivai dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dialami individu di dalam megolahan kesan-kesan yang dipeoleh oleh indera dan dapat menghasilkan sesuatu yang berharga.

Mengacu pada pendapat dari berbagai tokoh di atas, maka persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi merupakan suatu proses penggabungan yang dimulai dari pengindraan, pengenalan objek dan pengalaman masa lalu. Hasil dari persepsi bisa berupa tanggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu objek yang berbeda-beda dari setiap individu.

1.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi yang dikemukakan seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Krech dan Richard. S yang dikutip oleh Rahmat (2009:59) menjelaskan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:


(21)

a) Faktor fungsional

Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis stimulan tapi karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu, faktor ini terdiri atas :

1. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang, dengan demikian perbedaan kebutuhan akan menimbulkan perbedaan persepsi

2. Kesiapan mental

3. Suasana emosi seperti pada saat senang, sedih, gelisah, marah akan mempengaruhi persepsi

4. Latar belakang budaya b) Faktor Struktural

Faktor ini berasal dari sifat stimulasi fisik dan sistem syaraf individu, yang meliputi :

1) Kemampuan berfikir 2) Daya tangkap duniawi

3) Saluran daya tangkap yang ada pada manusia.

Setiap orang yang akan melakukan persepsi harus memenuhi beberapa syarat. Menurut yang dikatakan Sarlito Wirawan Sarwono (2009:90), seseorang individu bisa dikatakan


(22)

mengadakan persepsi terhadap suatu objek apabila memenuhinya beberapa syarat sebagai berikut :

1) Perhatian

Biasanya seseorang tidak akan menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi akn memfokuskan perhatianya pada suatu atau dua objek. Perbedaan fokus akan menyebabkan perbedaan persepsi

2) Set

Harapan seseorang akan rangsangan yag timbul, misalnya seseorang pelari akan melakukan start terhadap set akan terdenganr bunyi pistol, dan disaat itu ia harus mulai berlari. 3) Kebutuhan

Kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

4) Sistem Nilai

Sistem yang berlaku pada suatu masyarakat juga berpengaruh pada persepsi.

5) Ciri Kepribaadian

Misalnya A dan B bekerja disebuah kantor, si A seorang yang penakut akan mempersepsikan atasanya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan si b yang penuh percaya diri menganggap atasanya sebagai orang yang bisa diajak bergaul seperti orang yang lain.


(23)

6) Ganguan kejiwaan

Hal ini akan menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut dengan halusinasi.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa tokoh di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapatlah dipahami bahwa pembentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya persepsi. Pembentukan persepsi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal semata, tetapi juga dari faktor-faktor eksternal yang datangnya dari luar individu.

1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Selain itu, Walgito (2010:76), menyatakan proses persepsi berlangsung sebagai berikut :

a. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat kealaman (fisik).

b. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses ini merupakan proses fisiologis.

c. Di otak sebagai susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima melalui alat indera. Proses yang terkaji dalam otak ini merupakan proses psikologis.

Beberapa pendapat para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah


(24)

adanya suatu objek tertentu kemudian disalurkan oleh alat indera ke otak dan kemudian otak mengolahnya menjadi menjadi suatu persepsi dari apa yang diterima oleh alat inderanya.

2. Siswa

2.1 Pengertian Siswa

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif.

a. Pendekatan sosial.

siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara


(25)

bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

b. Pendekatan Psikologis.

Siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, inat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya. c. Pendekatan edukatif, pendekatan pendidikan menempatkan

siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

2.2 Karakteristik Dan Potensi Siswa

Siswa atau pelajar sering kali disebut sebagai generasi penerus bangsa dan masa depan bangsa berada ditangan para pelajar ini. Siswa adalah bagian dari masyarakat yang sangat penting perannya dalam kemajuan bangsa. Anggapan tersebut dibenarkan


(26)

karena siswa sebagai generasi muda yang sedang menuntut ilmu pendidikan dilembaga pendidikan diharapkan mampu mengamalkan semua ilmu yang mereka peroleh selama dibangku sekolah ke kehidupan nyata.

Siswa adalah sosok individu yang mudah sekali terpengaruh atau terprofokasi. Segala informasi yang baik atau pun buruk mudah sekali terkadang diterima kebenarannya dengan siswa, dengan demikian peran orang dewasa dan lingkungan menjadi penting guna mendidik siswa menjadi generasi muda yang berkualitas.

3. Tinjauan Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik 3.1 Pengertian Demonstrasi

Demonstrasi atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang dihadapan umum. Demonstrasi biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat suatu kelompok atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai upaya penekanan secara politik atas dasar kepentingan kelompok.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 disebutkan bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengemukakan pendapat dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengn Undang-Undang”. Selain itu didalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum disebutkan bahwa yang


(27)

dimaksut dengan “unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum”.

Regulasi tentang cara mengemukakan pendapat dimuka umum merupakan inti muatan yang terkandung dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998. Undang-Undang ini merupakan wujud perlindungan yang diberikan negara terhadap setiap warga negara yang ingin menyampaikan aspirasinya didepan umum.

Mengemukakan pendapat dimuka umum seperti demonstrasi tentu saja ada tata caranya. Tata cara mengemukakan pendapat di muka umum antara lain ialah penyampaian pendapat di muka umum harus diberitahukan secara tertulis kepada Polri pemberitahuan harus disampaikan oleh pemimpin atau penanggung jawab, tiap seratus orang pelaku harus ada 5 orang penanggung jawab pemberitahuan selambat lambatnya 3X24 jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima Polri setempat. Surat pemberitahuan untuk mengemukakan pendapat memuat hal-hal antara lain :

a. Maksud dan tujuan. b. Tempat

c. Lokasi dan rute d. Waktu dan lama.


(28)

e. Bentuk.

f. Penanggung jawab

g. Nama dan alamat organisasi h. Kelompok atau perorangan i. Alat peraga yang digunakan j. Jumlah peserta.

Kewajiban Polri setelah menerima surat pemberitahuan adalah : a. Segera memberi tanda terima pemberitahuan.

b. Berkoordinasi dengan penanggung jawab kegiatan untuk mempertimbangkan aktor-faktor yang dapat mengganggu keamanan ketertiban dan kedamaian kegiatan.

c. Berkoordinasi dengan pimpinan lembaga/instansi yang akan menjadi tujuan penyampaian pendapat.

d. Mengamankan tempat, lokasi dan rute.

3.2 Demonstrasi di Indonesia.

Demonstrasi di Indonesia sudah dikenal luas. Indonesia merupakan negara demokratis, dimana kebebasan berpendapat setiap warga negara dijamin oleh negara yaitu dalam Undang-Undang Dasar 1945. Seperti demonstrasi yang sering kali dilakukan oleh masyarakat indonesia, sebagai bentuk menyuarakan aspirasi mereka dimuka umum. Namun sangat disayangkan berlangsungnya demonstrasi di indonesia selalu berujung dengan anarkis, terjadinya bentrok fisik antar


(29)

demonstran dengan aparat yang berwenang menjaga keamanan dalam berlangsungnya demonstrasipun sering kali terjadi.

Pelaku demonstrasi sering kali tidak mematuhi prosedur berlangsungnya demonstrasi agar berjalan tertib. Pemahaman tentang materi apa yang diorasikan dalam demonstrasipun terkadang kurang dikuasai oleh para demonstran menjadi salah satu penyebab demonstrasi berlangsung dengan tidak ideal pula. Pada umumnya isu yang sedang berkembang dimasyarakat dan belum jelas kebenarannya tentang kebijakan-kebijakan pemerintah tidak dipahami dan dicari kebenarannya terlebih dahulu oleh masyarakat. Mendengar isu tersebut masyarakat mengambil kesimpulan bahwa kebijakan itu kebijakan yang benar akan dijalankan oleh pemerintah dengan demikian pahaman masyarakat itupun menjadi penyebab terjadinya demonstrasi yang terkadang berlangsung anarkis di Indonesia

3.3 Demontrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik

Demonstrasi adalah hak asasi dan eksperesi politik masyarakat yang dijamin konstitusi yang ditujukan untuk menyampaikan protes dan ketidak sepakatan terhadap pemerintah. Aksi demonstrasi ini merupakan salah satu saluran dan protes komunikasi dalam cara menyampaikan pesan atau ketidak puasan terhadap suatu kebijakan publik, kepemimpinan politik atau janji


(30)

politik. dari sisi politik ujuk rasa atau demonstrasi menjadi salah satu partisipasi menyuarakan aspirasi politik alternatif.

Namun demikian demonstrasi yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk aspirasi politik sering dipahami sebagai sesuatu yang negatif oleh para penguasa dan pilihan utama bagi para penentangnya. Rakyat adalah pendukung utama terjadinya dorongan untuk melakukan demonstrasi. Demonstrasi penting sebagai faktor pendorong politik rakyat. Para demonstran menganggap informasi dan pesan-pesan dari editor surat kabar, artikel kolom surat kabar, berita koran, radio, talk show, berita radio, dunia maya (internet), berita TV mempunya pengaruh terhadap keputusan berpartisipasi dalam demonstrasi yang dilakukan masyarakat dalam menyuarakan aspirasi pilitiknya. Sarana penyampaian aspirasi masyarakat dalam hal ini demonstrasi juga dapat digunakan sebagai sarana penyampaian sarana penyampaian aspirasi masyarakat manakala saluran konstitusional dianggap kurang efektif atau tak berguna. Dengan kata lain apabila pemerintah memiliki suatu kebijakan tentang politik yang dirasa kurang memihak kepada rakyat maka rakyat akan berdemonstrasi untuk mengeluarkan aspirasinya.


(31)

4. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik 4.1 Pengertian Politik

Menurut Maran (1999) “politik merupakan studi khusus tentang cara-cara manusia memecahkan permasalahan bersama dengan manusia yang lain. Dengan kata lain politik merupakan bermacam-maca kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan”.

Definisi secara sederhana tetapi padat dapat dilihat dari pendapatnya Surbakti (1999) “mengatakan bahwa konsep politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu”.

Dapat dipahami bahwa ilmu politik selain mempelajari tentang interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama, yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah melalui perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum, juga membicarakan tentang berbagai upaya perebutan mencari dan mempertahankan kekuasaan.


(32)

4.2 Pengertian Partisipasi Politik

Secara etimologis, kata politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation). Jadi, Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Partisipasi merupakan aspek penting dalam demokrasi. Syarbaini (2002:69) “mendefinisikan partisipasi politik adalah :kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pemimpin negara, atau upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah”.

Definisi lebih jelas dapat dilihat dari pendapat Surbakti, (1999:118) adalah “kegiatan warga negara biasa dalam


(33)

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan”. Kegiatan yang dimaksut meliputi antara lain mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik, dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, mengajukan surat, melakukan kontak tatap muka, demontrasi, membuat huru-hara, pembangkangan sipil, serangan bersenjata, kudeta, revolusi dan pemilihan wakil rakyat dalam pemilihan umum.

4.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Menurut Hericahyono (1990:200), ada lima bentuk partisipasi politik yaitu :

a. Aktifitas pemberian suara atau foting merupakan suatu bentuk yang paling umum di gunakan dari masa lampau sampai sekarang. Pemberian suara ini merupakan bentuk partisipasi aktif yang paling luas tersebar diberbagai masyarakat. Artinya hampir semua sistem politik baik itu demokrasi atau otoriter terdapat voting atau pemberian suara. Dimana semua masyarakat diharapkan bisa berpartisipasi secara aktif memberikan suara dalam pemilu dan duharapkan aktif memberikan masukan masukan atau saran terhadap kebijakan pemerintah. Karena itu foting merupakan tindakan untuk memperoleh dukungan rakyat.


(34)

b. Diskusi politik, merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh sekelompok warga negara untuk membicarakan dan memecahkan persoalan-persoalan politik negaranya. Artinya dalam suatu masyarakat biasanya sering diadakan rapat umum yang membicarakan masalah-masalah tersebut bila dipecahkan maka diperlukan adanya keaktifan memecahkan masalah dalam diskusi dan juga kehadiran masyarakat dalam musyawarah.

c. Kegiatan kampaye merupakan bentuk praktik dalam bentuk yang pertama. Biasanya dilaksanakan menjelang pemilu. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat memberikan dukungan kepada suatu partai. Untuk itu agar kegiatan kampaye dapat berhasil dan memperoleh banyak dukungan maka diperlukan kehadiran masyarakat dan keaktifan dalam berkampanye.

d. Bergabung dalam kelompok kepentingan dengan tujuan lebih memperkuat dan mengefektifkan tuntutan-tuntutan yang berperan dalam kehidupan-kehidupan politik sepanjang sejarah. Artinya sebagai sarana untuk menyampaikan atau memperkuat penyampaiyan tuntutan kepentingan anggota masyarakat terhadap sistem politik.

e. Melakukan individu-individu dengan pejabat-pejabat politik maupun administrasi komunikasi yang meliputi perangkat desa, keikutsertaan dalam mempengaruhi kebijakan desa.


(35)

Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa anggota-anggota yang berpartisipasi dalam proses politik terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan-kegiatan bersama tersebut maka kebutuhan dan kepentingan akan tersalurkan atau diperhatikan. Sementara menurut Huntington dan Nelson (1994:16-18) membagi bentuk-bentuk partisipasi menjadi: a) Kegiatan pemilihan

Yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif dan eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu.

b) Lobbying

Yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksut mempengaruhi keputusan-keputusan mereka yang menyangkut orang banyak atau kepentingan masyarakat.

c) Kegiatan organisasi

Yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi baik selaku anggota maupun pemimpinnya guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

d) Mencari koneksi (contacting)

Yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna


(36)

mempengaruhi keputusan-keputusan mereka dan biasanya dengan maksut memperoleh manfaat bagi satu orang atau segelintir orang.

e) Tindakan kekerasan (violonce)

Yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik manusia atau harta benda seperti teror, kudeta dan pemberontakan.

Mengacu pada bentuk-bentuk partisipasi politik yang dikemukakan oleh Samuel P. Huntington dan Joan Nelson diatas, partisipasi politik dapat berupa partisipasi yang bersifat individual seperti keterlibatan individu pada organisasi, pemilihan umum, dan mencari koneksi serta partisipasi yang sifatnya kolektif/kelompok misalnya (lobbying) dan tindakan kekerasan (violence). Selain itu partisipasi politik dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi dalam bentuk konfensional dan non-konfensional.

a. Partisipasi dalam bentuk konfensional 1) Pemberian suara.

2) Diskusi politik. 3) Kegiatan kampanye.

4) Membentuk atau bergabung dalam kelompok kepentingan. 5) Komunikasi indivisual dengan pejabat politik.


(37)

b. Partisipasi dalam bentuk non-konfensional 1) Pengajuan petisi.

2) Berdemontrasi, mogok dan konfrontasi.

3) Tindakan kekerasan dalam harta benda ; perusakan, pemboman, pembakaran.

4) Tindakan kekerasan kepada manusia ; penculikan, pembunuhan, pembantaian, perang dan revolusi.

4.4 Tujuan dan Fungsi Partisipasi Politik

Huntington dan Nelson (1994:4) mengemukakan “bahwa partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah”. partisipasi yang dimaksut itu dapat secara spontan, secara sinambung tau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Dukungan yang efektif bagi suatu pergeseran yang besar di dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi atau sosial biasanya berasal dari partisipasi kolektif yang teroganisasi yang dapat tampil dalam berbagai bentuk.

Sastroatmojo (1995:86) “mengemukakan bahwa fungsi partisipasi politik adalah sebagai berikut bagi pemerintah, partisipasi politik warga negara dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi, fungsi yang pertama partisipasi masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah. Fungsi yang ke dua partisipasi politik


(38)

masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Fungsi lainnya sebagai fungsi kontrol terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan”.

Pendapat Sudijono Sastroatmojo diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik pada hakikatnya berfungsi untuk menyuarakan aspirasi masyarakat terhadap keputusan-keputusan pemerintah yang berkaitan dengan program-program pembangunan. Robert Lane dalam Sudijono Sastroatmojo dalam studi tentang keterlibatan politik mengatakan bahwa partisifasi memiliki empat fungsi yaitu :

a) Sebagai sarana publik untuk mengejar sarana ekonomi. Hal ini disebabkan partisipasi politik sering kali muncul sebagai bentuk alat yang menjadikan wilayah politik digunakan untuk memperlancar usaha ekonomi ataupun sebagai sarana untuk mencari keuntungan material.

b) Sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhan bagi penyesuaian sosial. Partisipasi politi digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri serta meningkatkan status sosial dan merasa terhormat karena dapat bergaul dengan pejabat-pejabat terkemuka dan penting. Pergaulan yang luas dan bersama pejabat-pejabat itu pula yang


(39)

mendorong partisipasi seseorang untuk terlibat dalam aktifitas politik

c) Sebagai sarana mengejar nilai-nilai khusus. Orang berpartisipasi dalam politik karena politik dianggap dapat dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu, seperti untuk mendapatkan kepercayaan, mendapatkan pekerjaan, tender dan mendapatkan karir bagi jabatannya. Nilai-nilai khusus dan kepentingan individu tersebut apabila tercapai akan mendorong partisipasi dalam politik.

d) Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan sikologis tertentu dalam hal ini kegiatannya ditujukan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain sebagai sosok yang penting dan dihargai serta kepuasan-kepuasan atas target yang dicapai.

Berdasarkan pada pendapat di atas, dapat dimengerti bahwa seseorang berpartisipasi dalam politik didasarkan pada pertimbangan yang pada umumnya bersifat individual

B. Kerangka Pikir

Pengetahuaan tentang politik seharusnya harus menjadi kosumsi masyarakat dengan baik dan merata. Dari semua lapisan masyarakat tentunya dengan tidak melihat status sosial harusnya pengetahuan tentang politik bisa dikuasai maka dengan itu mereka bisa bisa meningkatkan


(40)

partisipasi politik. Pengetahuan tentang politik sudah seharusnya disosialisasikan dengan baik untuk semua kalangan masyarakat, dimulai dari lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki pengaruh besar untuk mensosialisasikan politik, guna mendidik siswa menjadi pelaku politik yang baik serta mendidik siswa untuk meningkatkan partisipasi politik. Siswa sebagai generasi muda harus memiliki bekal ilmu yang baik tentang politik sebagai pelaku politik pemula.

Untuk menyederhanakan mengenai pembahasan demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi politik dibuat kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan I. Kerangka Pikir Persepsi Siswa tentang

demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik

(X) 1. Pemahaman. 2. Tanggapan. 3. Harapan.

Tingkat partisipasi politik siswa (Y)

1. Pemberian suara 2. Diskusi politik 3. Kegiatan kampanye

4. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan.


(41)

III. METODE PENELITIAN A. Metode

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena penulis ingin menggambarkan keadaan yang terjadi pada siswa saat ini sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu peneliti ingin menggambarkan Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Dan Pengaruhnya Terhadap Partisipasi Pilitik di SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini merupakan suatu upaya persiapan yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan di lapangan, hal ini dimaksudkan agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Adapun langkah-langkah penelitian yang peneliti lakukan secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal yang peneliti lakukan dalam peneltian ini adalah mengajukan judul kepada pembimbing akademik, yang terdiri dari dua alternatif judul. Selanjutnya pada tanggal 14 Maret 2013 salah satu judul yang diajukan disetujui oleh pembimbing akademik.


(42)

Langkah selanjutnya judul diajukan kepada ketua Program Studi PPKn jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan mendapat persetujuan, sekaligus menetapkan pembimbing pembantu yang akan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Nomor 3398/UN26/3/PL/2013, maka peneliti mulai melaksanakan penelitian pendahuluan di SMA Taman Siswa Teluk Betung. Dalam penelitian ini penulis mencari data-data yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti dan fokus kepada siswa SMA kelas XII di SMA Taman Siswa Teluk Betung..

Penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi, dan keadaan tempat penelitian, untuk mendapatkan data-data dan serta gambaran secara umum tentang berbagai masalah yang akan diteliti dalam rangka menyusun proposal penelitian ini yaitu, ”Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Ajaran 2013/2014”, yang ditunjang dengan beberapa litelatur serta arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada peneliti.


(43)

Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi proposal penelitian untuk diseminarkan. Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing II pada tanggal 23 April 2013 kemudian disetujui oleh pembimbing I pada tanggal 17 Mei 2013 sekaligus mendapatkan pengesahan dari Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selanjutnya mendaftarkan ke koordinator urusan seminar dan menentukan waktu seminar proposal yang akhirnya disepakati dilakukan pada tanggal 24 Mei 2013. Tujuan diseminarkan proposal ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan saran dan kritik dari dosen pembimbing dan dosen lainnya serta teman-teman mahasiswa untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Setelah seminar proposal selesai dilaksanakan, peneliti kemudian melakukan perbaikan berdasarkan saran dan masukan dari dosen pembimbing dan dosen pembahas.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian diajukan melalui serangkaian proses konsultasi sebagai salah satu prosedur untuk memperoleh persetujuan melaksanankan seminar proposal skripsi. Setelah proses konsultasi dan perbaikan proposal skripsi dari pembimbing utama dan pembimbing pembantu selesai, kemudian dilanjutkan dengan seminar proposal yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013. tujuan dari pada seminar tersebut diantaranya adalah untuk memperoleh masukan, saran-saran, dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan


(44)

penulisan skripsi ini. Setelah perbaikan selesai dilakukan oleh peneliti sekaligus disahkan oleh Ketua Program Studi PPKn kemudian peneliti mengajukan pengesahan komisi pembimbing.

4. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan alat pengumpul data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis mempersiapkan angket yang ditujukan kepada responden, yaitu angket dengan jumlah 28 pertanyaan, ditujukan kepada 30 responden. Adapun langkah-langkah pembuatan angket adalah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi angket yang berhubungan dengan Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Dan Pengaruhnya Terhadap Partisipasi Pilitik di SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Pelajaran 2012/2013.

b. Membuat item-item pertanyaan angket tentang Persepsi Masyarakat Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Dan Pengaruhnya Terhadap Partisipasi Pilitik di SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Pelajaran 2012/2013.

c. Mengkolsutasikan angket kepada Pembimbing I dan II.

d. Setelah angket tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan II, serta disebarkan kepada responden.


(45)

5. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Taman Siswa Teluk Betung, Berdasarkan surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas nama Pembantu Dekan I Nomor. 4269/UH26/3/PL/2013. setelah mendapat surat pengantar dari Dekan, selanjutnya penulis mengadakan penelitian yang dilaksanakan pada 8 April 2013, dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melalui beberapa tahap yaitu penulis di dalam melakukan uji coba guna untuk mengetahui tingkat validitas soal angket, peneliti melakukan dengan cara kontrol langsung terhadap indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal. penulis melakukan koreksi angket dengan jalan mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing, setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Sedangakan Sugiyono (2009:117) mengatakan “bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek/subyek yang akan diteliti


(46)

dalam penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI1 SMA Taman Siswa Teluk Betung yang terdiri dari 6 kelas, 3 kelas jurusan IPA dan 3 kelas jurusan IPS seperti yang tertera pada table dibawah ini :

Tabel 1. Data jumlah Siswa Kelas XII SMA Taman Siswa Teluk Betung.

No RT Jumlah Siswa

L P L+P

1. XII IPA 1 17 15 32

2. XII IPA 2 15 18 33

3. XII IPA 3 17 16 33

4. XII IPS 1 15 17 32

5. XII IPS 2 15 18 33

6. XII IPS 3 17 16 33

Jumlah 95 100 195

Sumber: Tata Usaha SMA Taman Siswa Teluk Betung tahun 2014. 2. Sampel

Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan Sugiyono (2009:118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:62). “Apabila subjek dalam suatu penelitian kurang dari 100 orang maka semua sampelnya digunakan, sehingga penelitian tersebut menggunakan penelitian populasi. Dan apabila subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15%, 20-25%, ataupun lebih”.


(47)

Berdasarkan pendapat di atas maka sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 15% sehingga sampelnya 15%x195 = 29,25 Dengan demikian, jumlah keseluruhan sampel dibulatkan menjadi 30 orang. Berikut ini adalah jumlah sampel penelitian pada siswa SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun pelajaran 2013/2014.

Tabel 2 Distribusi sampel penelitian pada siswa sma taman siswa teluk betung.

No Nama Lingkungan Perhitungan

1 XII IPA 1 32 SISWA x 15% = 4,8 2 XII IPA 2 33 SISWA x 15% = 4,95 3 XII IPA 3 33 SISWA x 15% = 4,95 4 XII IPS 1 32 SISWA x 15% = 4,8 5 XII IPS 2 33 SISWA x 15% =4,95 6 XII IPS 3 33 SISWA x 15% = 4,95

Jumblah

195 SISWA x 15% = 29,25 = 30 SISWA

Sumber : Data sekunder ( pengolahan data sampel )

D. Variable Penelitian dan Pengukuran

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas

Variable yang mempengaruhi atau disebut variable bebas (X) adalah persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik.


(48)

2. Variabel Terikat

Variable yang dipengaruhi atau disebut variable terikat (Y) adalah partisipasi politik.

E. Definisi Konseptual dan Devinisi Operasional 1. Definisi Konseptual

a) Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi merupakan suatu proses penggabungan yang dimulai dari pengindraan, pengenalan objek dan pengalaman masa lalu.

b) Demonstrasi

Demontrasi atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang dihadapan umum. Demontrasi biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat suatu kelompok atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai upaya penekanan secara politik atas dasar kepentingan kelompok

c) Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.


(49)

2. Definisi operasional

a) Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi

Persepsi siswa adalah pola prilaku, atau tanggapan sekelompok manusia terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. berpendapat benar adanya bahwa demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik masyarakat, partisipasi politik ditunjukkan dengan menyuarakan aspirasi politik sebagai bentuk tindakan partisipasi terhadap kebijakan atau keputusan-keputusan politik yang sedang berlangsung. Selain dengan menunjukakan partisipasi politik dengan menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum tentunya. Namun praktek demontrasi yang terjadi diindonesia seringkali melebihi batas kewajaran yang sering kali diwarnai dengan tindakan anarkis dan perusakan terhadap sarana maupun prasarana, serta menggangu ketertiban umum.

b) Tingkat Partisipasi Politik.

partisipasi politik pada hakikatnya berfungsi untuk menyuarakan aspirasi masyarakat terhadap keputusan-keputusan pemerintah yang berkaitan dengan program-program pembangunan. partisipasi politik dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi dalam bentuk konfensional dan non-konfensional.

a. Partisipasi dalam bentuk konfensional 1) Pemberian suara.


(50)

3) Kegiatan kampanye.

4) Membentuk atau bergabung dalam kelompok kepentingan. b. Partisipasi dalam bentuk non-konfensional

1) Pengajuan petisi.

2) Berdemontrasi, mogok dan konfrontasi.

3) Tindakan kekerasan dalam harta benda ; perusakan, pemboman, pembakaran.

4) Tindakan kekerasan kepada manusia ; penculikan, pembunuhan, pembantaian, perang dan revolusi.

F. Rencana Pengukuran Variabel

Rencana Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik. a. Pengetahuan

b. Tanggapan c. Harapan

2. Tingkat Partisipasi politik. a. Pemberian suara. b. Diskusi politik. c. Kegiatan kampanye.


(51)

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

1.1Teknik Angket

Teknik angket adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud mendapatkan data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan (Sugiyono, 2009:199) . Sasaran angket adalah siswa kelas XII SMA Taman Siswa Teluk Betung. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa kelas XII tentang demonstrasi sebagai aspirasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi politik.

Responden hanya memilih serta melihat jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan subjek. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki tiga alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skore atau bobot yang berbeda : a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi skor 3

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi skor 2 c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi skor 1

2. Teknik Penunjang 2.1Teknik Dokumentasi

Teknik ini dilaksanakan dengan mencatat data tertulis tentang jumlah siswa kelas XII SMA Taman Siswa Teluk Betung


(52)

2.2Teknik Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi mengenai objek penelitian berdasarkan sumber seorang responden dengan cara berkomunikasi secara langsung. Bentuk wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala sekolah, guru bidang studi, dan staf tata usaha SMA Taman Siswa Teluk Betung. Wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah, guru bidang studi, dan staf tata usaha SMA untuk memperoleh ijin penelitian dan informasi tentang jumlah siswa kelas XII di SMA Taman Siswa Teluk Betung, kemudian wawancara yang dilakukan kepada siswa dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pesrsepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi politik.

H. Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 211) bahwa


(53)

“sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat diukur, apabila dapat diungkapkan data dari variabel yang hendak diteliti dengan tepat”. Dari pendapat diatas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan dengan indikator faktor. Untuk uji validitas dilihat dari logika validity dengan cara judgement” yaitu dengan mengkonsultasikan kepada beberapa orang ahli penelitian dan tenaga pengajar di lingkungan FKIP UNILA. Dalam penelitian ini peneliti melakukannya dengan cara konsultasi kepada dosen pembimbing yang kemudian diambil revisinya.

2. Uji Realibilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Pendapat Suharsimi Arikunto (2010 :221) bahwa reliabilitas adalah: ”Suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Menyebarkan angket dan tes untuk uji cobakan kepada 10 orang

di luar responden

2. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah dua atau ganjil genap

3. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi Product Moment yaitu :


(54)

                  

N N N ) y ( y ( ) x ( x ) y )( x ( -xy r 2 2 2 2 XY Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

X = Skor gejala X

Y = Skor gejala Y

N = Jumlah sampel

(Suharsimi, 2010 : 331)

Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu: rxy = rgg rgg  1 ) ( 2 Keterangan :

rxy : Koefisien reliabilitas seluruh tes

rgg : Koefisien korelasi item x dan y (Sutrisno Hadi, 1996: 294).

Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut:


(55)

0,50 - 0,89 = Reliabilitas sedang.

0,00 - 0,49 = Reliabilitas rendah.

(Manase Malo, 1986: 139).

Adapun hasil dari uji coba angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3: Hasil Uji Coba Angket Tentang Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Item Ganjil (X)

No Nomor Item Ganjil (X)

Resp. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 Skor 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 1 34 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 35 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1 30 4 3 2 3 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 30 5 3 1 3 3 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 32 6 2 3 3 2 3 3 1 3 1 3 2 2 2 3 33 7 3 1 3 3 1 3 1 3 3 3 3 2 1 2 32 8 1 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 2 30 9 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 1 3 2 1 33 10 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 34

Jumlah 323

Sumber : Analisis Data Primer

Dari data tabel 5 diketahui ∑ X = 323 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar


(56)

responden dengan indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.

Tabel 4: Hasil Uji Coba Angket Tentang Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Item Genap (Y)

No Nomor Item Ganjil (Y)

Resp 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Skor

1 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 1 3 2 3 35

2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 36

3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 32

4 1 3 2 3 1 2 3 2 3 2 2 3 3 3 33

5 1 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 30

6 3 3 3 3 1 3 3 1 2 1 3 2 2 2 32

7 2 3 2 1 3 3 1 1 3 3 3 3 2 3 34

8 2 3 3 2 3 2 1 3 3 1 3 2 3 2 33

9 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 35

10 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 36

Jumlah 336

Sumber : Analisis Data Primer

Dari data tabel 6 diketahui ∑ Y = 336 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar responden dengan indicator item genap. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.


(57)

Tabel 5. Distribusi Antara Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y) Mengenai Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi Politik

No

Responden X Y X2 Y2 X .Y

1 34 35 1156 1225 1190 2 35 36 1260 1296 1260

3 30 32 900 1024 960

4 30 33 900 1089 990

5 32 30 1024 900 960

6 33 32 1089 1024 1056 7 32 34 1024 1156 1088

8 30 33 900 1089 990

9 33 35 1089 1225 1155 10 34 36 1156 1296 1224 Jumlah 323 336 10491 11324 10873 Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan data di atas, maka untuk mengkorelasikan klompok skor antara item genap dengan item ganjil dimasukan kedalam rumus Product moment sebagai berikut:

rxy =

  

 

 

                  

n y y n x x n y x xy 2 2 2 2 diketahui:

X = 323

Y = 336


(58)

Y2 = 11324 XY = 10873

N = 10

rxy=

  

 

 

               10 336 11324 10 323 10491 10 336 323 10873 2 2

rxy=

             10 112896 11324 10 104329 10491 10 108528 10873

rxy=



6 , 11289 11324 9 , 10432 10491 8 , 10852 10873   

rxy=

  

4 , 34 1 , 58 2 , 20

rxy=

64 , 1998 2 , 20

rxy= 0,45

7 , 44 2 , 20

Selanjutnya untuk mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :

rxy=

 

gg gg r r  1 2


(59)

rxy=

45 , 0 1

45 , 0 2

rxy=

45 , 1

9 , 0

rxy= 0,63

Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kreteria reliabilitas sebagai berikut :

0,90 -1,00 : Reliabilitas Tinggi

0,50 -0,89 : Reliabilitas Sedang

0,00–0,49: Reliabilitas Rendah

(Sutrisno Hadi, 1996: 37)

Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan di atas, menunjukkan bahwa item pertanyaan mengenai Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi Politik SMA Taman Siswa Teluk Betung Tahun Ajaran 2013/1014 menunjukkan angka koefisien reliabilitas 0,63 atau reliabilitas sedang. Oleh karena itu angket tersebut dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian selanjutnya.


(60)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang telah dikualitatifkan digunakan rumus interval sebagai berikut :

I = NT – NR K Keterangan : I : Interval NT : nilai tertinggi NR : nilai terendah K : jumlah kategori (Hadi, 1996:12)

Selanjutnya menggunakan uji persentasi dengan rumus sebagai berikut : P = F x 100%=…….%

N

Keterangan :

P : bedarnya persentasi

F : jumlah skor yang diperoleh dari responden N : jumlah sampel

Untuk menafsirakn besarnya persentasi digunakan kriteria : 76% - 100% : baik

56% - 75% : sedang 40% - 55% : kurang baik 0% - 39% : tidak baik (Arikunto, 2010:196)


(61)

Untuk mengetahui pengaruhnya maka penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan Chi Kuadrat sebagai berikut :



    b i k j Eij Eij Oij x 1 1 2 2 Keterangan : 2

x : Chi Kuadrat.

b

i 1 : Jumlah baris.

k

j 1 : Jumlah kolom.

Oij : Banyaknya data yang diharapkan.

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan.

(Sudjana, 1996 : 280)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi, yaitu :

n x

x c

2 2

Keterangan :

c : koefisien kontigensi X2 : chi kuadrat n : jumlah sampel (Sudjana, 1996 : 280)


(62)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksium ini dapat dihitung dengan rumus :

C maks M

M 1

Keterangan :

C maks : koefisien kontigensi maksimum.

M : harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kreteria uji hubungan “ makin dekat harga C pada Cmaks, makin besar derajat asosiasi antara faktor”.


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik SMA taman siswa teluk betung tahun pelajaran 2013/2014 maka dapat diambil kesimpulan, terdapat pengaruh yang positif disejumblah persepsi siswa tentang demonstrasi demonstraasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik pada siswa.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada guru

a. Dalam proses belajar mengajar khususnya dalam materi partisipasi politik sebaiknya mengangkat isu yang sedang berkembang dimasyarakat sehingga dapat melatih siswa untuk berfikir kritis terhadap permasalahan yang ada disekitarnya.


(64)

b. Membina dan membimbing siswa sebagai akademis dan insan politik yang sadar akan hak dan kewajibannya dan mampu ikut serta dalam kegiatan partisipasi politik khususnya disekolah dan dimasyarakat.

2. Kepada Siswa

a. Sebagai calon generasi penerus bangsa hendaknya siswa memahami dan mengerti tentang materi partisipasi politik guna sebagai bekal ilmu ketika menyalurkan sikap partisipasinya. b. Siswa sebagai aset bangsa hendaknya bersikap objektif dan

ilmiah dalam menanggapi setiap permasalahan yang tibul dimasyarakat.

c. Sebagai rakyat indonesia yang baik siswa diharapkan mampu dengan baik ikut serta dalam partisipasi politik dinegara sebagai wujud warga negara yang baik.

3. Kepada Pemerintah

a. Demonstrasi sebagai bentuk partisipasi politik hendaknya ditanggapi positif oleh pemerintah.

b. Aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui demonstrasi sebaiknya tidak dipandang sebagai tindakan refresif, tetapi sebagai partisipasi masyarakat yang merupakan wujud kedaulatan rakyat.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta: jakarta

Huntington, Samuel P. Dan Nelsonn Joan. (1994).Partisipasi Politik Dinegara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara : Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metode Research. Yayasan Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Matsumoto, David. 2008. Pengantar Psikologis Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahmat, Djalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rivai. 2003.pengertian persepsi.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pkn_0705423_chapter2.pdf/ diakses pada 7 maret 2013 pukul 14.30

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Prilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers

Sarwono , Sarlito W.2009. Pengantar Psikologi Umum. Depok : Rajawali Pers

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung

Syarbaini, Syahrial. Dan A. Raman. Dan Monang Djohado. 2002. Sosiologi Dan Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia


(66)

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: fakultas psikologi UGM

Young. 2010. Pengertian Persepsi

http://skripsi-dulrohman.blogspot.com/2012/06/pengertian-persepsi.html/ diakses pada 7 maret 2013 pukul 14.30


(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

No. Resp

No. Soal Skor Kategori

5 6 7 8

1. 3 3 3 3 12 Setuju

2. 3 3 3 3 12 Setuju

3. 2 3 3 3 12 Setuju

4. 3 3 3 3 12 Setuju

5. 3 3 3 2 11 Setuju

6. 3 2 3 3 11 Setuju

7. 3 3 3 3 12 Setuju

8. 3 3 3 3 12 Setuju

9. 3 3 3 3 12 Setuju

10. 2 3 3 3 11 Setuju

11. 2 3 3 3 11 Setuju

12. 3 3 3 3 12 Setuju

13. 3 3 3 3 12 Kurang setuju

14. 3 1 2 3 9 Setuju

15. 3 3 3 3 12 Tidak setuju

16. 2 2 1 2 7 Kurang setuju

17. 2 2 3 3 10 Setuju

18. 3 3 3 3 12 Setuju

19. 3 3 3 3 12 Setuju

20. 3 3 3 3 12 Setuju

21. 3 3 2 3 11 Setuju

22. 3 3 2 3 11 Setuju

23. 3 3 3 3 12 Setuju

24. 3 3 3 2 11 Setuju

25. 3 3 3 2 11 Kurang setuju 26. 3 2 2 3 10 Tidak setuju

27. 2 2 2 2 8 Setuju

28. 3 3 2 3 11 Tidak setuju

29. 2 1 2 2 7 Tidak setuju

30. 2 2 2 1 7 Setuju

Nilai Terendah : 7 Nilai Tertinggi : 12

Lampiran 6. Distribusi Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Indikator Harapan

No. Resp

No. Soal Skor Kategori

9 10 11 12

1. 2 3 2 1 8 Tidak Sesuai Harapan

2. 3 3 3 3 12 Sesui Harapan


(1)

a. Ya.

b. Kurang tahu c. Tidak.

23.Menurut anda pentingkah kegiatan kampanye dilakukan sebelum pemilihan umum atau pemilihan kelompok kepentingan?

a. Ya.

b. Kurang tahu c. Tidak.

24.Apakah kegiatan kampanye yang dilakukan sekelompok orang selalu dilakukan sesui prosedur dan berlangsung tertib belakangan ini?

a. Sudah b. Belum c. Tidak tahu

G.Membentuk dan Bergabung Dengan Kelompok Kepentingan

25.Apakah anda pernah ikut serta dalam bembentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan disekolah ataupun diluar sekolah?

a. Ya

b. Kurang tahu c. Tidak

26.Bergabung dengan kelompok kepentingan apa yang anda lakukan disekolah ? a. OSIS

b. PMR

c. Organisasi kesenian siswa

27.Apa yang anda dapatkan dari membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan?

a. Pengetahuan. b. Keburukan. c. Tidak tahu.

28.Menurut anda pentingkah bentuk partisipasi politik seperti membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan dilakukan ditingkat SMA?

a. Ya. b. Tidak. c. Kurang tahu.


(2)

Lampiran 1. Distribusi Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Salah Satu Partisipasi Politik

No. Resp

Nomor Soal Skor Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 1 27 Cukup baik

2. 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 Baik

3. 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 32 Baik

4. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 33 Baik

5. 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 26 Cukup baik

6. 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 32 Baik

7. 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 1 26 Cukup baik 8. 2 2 2 1 3 3 3 3 2 1 2 2 26 Cukup baik

9. 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 33 Baik

10. 2 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 29 Cukup baik

11. 2 2 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 30 Baik

12. 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33 Baik

13. 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 1 3 29 Cukup baik 14. 1 2 2 3 3 1 2 3 3 1 2 3 26 Cukup baik 15. 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 28 Cukup baik 16. 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 21 Kurang baik

17. 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 32 Baik

18. 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 32 Baik

19. 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Cukup baik

20. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 33 Baik

21. 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 34 Baik

22. 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 3 28 Cukup baik

23. 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 Baik

24. 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 3 2 29 Cukup baik

25. 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 31 Baik

26. 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 29 Cukup baik 27. 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 27 Cukup baik

28. 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 34 Baik

29. 3 3 3 3 2 1 2 2 3 1 3 3 29 Cukup baik 30. 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 25 Kurang baik


(3)

Lampiran 2. Distribusi Hasil Angket Pengaruh Tingkat Partisipasi Politik No.

Resp

Nomor Soal

Skor Kategori

13 14 15 16 `17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1. 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 45 Tinggi

2. 3 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 38 Sedang

3. 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 1 34 Sedang

4. 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 42 Tinggi

5. 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 3 1 3 3 39 Sedang

6. 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 42 Tinggi

7. 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 3 1 2 3 2 1 33 Sedang

8. 2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 3 3 1 2 3 1 37 Sedang

9. 3 3 1 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 1 32 Rendah

10. 2 1 3 1 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 38 Sedang

11. 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 42 Tinggi

12. 3 3 2 2 1 3 1 3 2 1 2 3 1 3 3 2 37 Sedang

13. 3 3 1 3 2 2 2 1 3 1 2 2 3 1 2 2 30 Rendah

14. 3 1 2 3 3 3 1 2 1 1 3 3 3 3 3 2 33 Sedang

15. 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 43 Tinggi

16. 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 32 Rendah

17. 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 3 1 3 1 39 Sedang

18. 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 44 Tinggi

19. 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 40 Sedang

20. 3 1 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 27 Rendah


(4)

24. 1 1 3 2 2 3 2 3 1 3 2 1 1 3 3 2 36 Sedang

25. 3 3 3 2 2 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 1 33 Rendah

26. 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 43 Tinggi

27. 2 2 2 2 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 35 Sedang

28. 3 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 39 Sedang

29. 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 1 2 2 38 Sedang


(5)

Lampiran Tabel 3. Distribusi Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Tahun Telajaran 2012/2013.

Skor Kategori Skor Kategori

27 Cukup baik 45 Tinggi

31 Baik 38 Sedang

32 Baik 34 Sedang

33 baik 42 Tinggi

26 Cukup baik 39 Sedang

32 Baik 42 Tinggi

26 Cukup baik 33 Sedang

26 Cukup baik 37 Sedang

33 Baik 32 Rendah

29 Cukup baik 38 Sedang

30 Baik 42 Tinggi

33 Baik 37 Sedang

29 Cukup baik 30 Rendah

26 Cukup baik 33 Sedang

28 Cukup baik 43 Tinggi

21 Kurang baik 32 Rendah

32 Baik 39 Sedang

32 Baik 44 Tinggi

30 Cukup baik 40 Sedang

33 Baik 27 Rendah

34 Baik 41 Tinggi

28 Cukup baik 45 Tinggi

34 Baik 41 Tinggi

29 Cukup baik 36 Sedang

31 Baik 33 Rendah

29 Cukup baik 43 Tinggi

27 Cukup baik 35 Sedang

34 Baik 39 Sedang

29 Cukup baik 38 Sedang


(6)

Lampiran 4. Distribusi Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Indikator Pengetahuan No.

Resp

No. Soal Skor Kategori

1 2 3 4

1. 2 2 1 2 7 Tidak Paham

2. 1 2 1 3 7 Tidak Paham

3. 2 3 3 3 11 Paham

4. 3 3 3 3 12 Paham

5. 2 2 2 2 8 Kurang Paham

6. 3 3 2 3 11 Paham

7. 2 2 2 1 7 Tidak Paham

8. 2 2 2 1 7 Tidak Paham

9. 3 3 2 3 11 Paham

10. 2 3 3 3 11 Paham

11. 2 2 3 1 8 Kurang Paham

12. 3 3 2 3 11 Paham

13. 2 2 2 1 7 Tidak Paham

14. 1 2 2 3 8 Kurang Paham

15. 1 1 1 1 6 Tidak Paham

16. 1 2 1 3 7 Tidak Paham

17. 3 3 3 3 12 Paham

18. 2 3 2 1 8 Kurang Paham

19. 2 2 1 1 6 Tidak Paham

20. 3 3 3 3 12 Paham

21. 3 3 3 3 12 Paham

22. 2 2 2 1 7 Tidak Paham

23. 3 2 2 3 10 Kurang Paham

24. 3 3 2 3 11 Paham

25. 2 2 2 3 9 Kurang Paham

26. 2 2 2 3 9 Kurang Paham

27. 3 2 3 3 11 Paham

28. 3 3 3 3 12 Paham

29. 3 3 3 3 12 Paham

30. 2 3 3 3 11 Paham

Nilai Terendah : 4

Nilai Tertinggi : 12

Lampiran 5. Distribusi Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Indikator Tanggapan


Dokumen yang terkait

GAMBARAN TINGKAT FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DAN JUMLAH DEPRESI PADA SISWA SMA NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN 2012/2013

0 2 15

PENGARUH PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP BUDAYA POLITIK DAN PEMBENTUKAN CIVIC SKILLS TERHADAP TINGKAT ASPIRASI PEMILIH PEMULA DI SMA AL-KAUTSAR KOTA BANDAR LAMPUNG

1 23 182

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP INTENSITAS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 (Studi pada Kelurahan Yosorejo Kota Metro)

0 4 10

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP INTENSITAS PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 (Studi pada Kelurahan Yosorejo Kota Metro)

0 5 106

PENGARUH PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP BUDAYA POLITIK DAN PEMBENTUKAN CIVIC SKILLS TERHADAP TINGKAT ASPIRASI PEMILIH PEMULA DI SMA AL-KAUTSAR KOTA BANDAR LAMPUNG

1 16 190

PERSEPSI PEMILIH PEMULA TENTANG HAK POLITIK WARGA NEGARA DALAM MENGIKUTI PILKADA PROVINISI DI SMA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 15 91

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN CARA BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 70

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 43

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG DEMONSTRASI SEBAGAI SALURAN ASPIRASI POLITIK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK SMA TAMAN SISWA TELUK BETUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 10 88

PENGARUH KESADARAN DAN KEPERCAYAAN POLITIK TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DHARMASRAYA PADA PILKADA 2015

0 0 24