PELAKSANAAN CSR DALAM BENTUK PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB EKSTERNAL PERUSAHAAN DI PTPN VII (PERSERO)

(1)

ABSTRACT

THE ENFORCEMENT OF CSR IN ORDER PARTNERSHIP PROGRAMME AND BUILDING ENVIRONMENT AS A IMPLEMENTATION OF THE

COMPANY EXTERNAL RESPONSIBILITY IN PTPN VII (PERSERO)

By.

BUTET VERA S

The Practice of Environment Social Responsibility (Praktik Tanggung Jawab Sosial Lingkungan/TJSL), the implementation of Corporate Social Responsiility (CSR) in Indonesia legislation, is one of the obligation in company that appropriate with the content of the new Undang-Undang (UUPT)/company regulation, in article 74 UU No. 40, 2007 as a lex generalis for all company that run the activities in related sectors with sources in aim to improve the concern of life quality, social harmony and the environment.

The implementation of TJSL in BUMN company as a lex special (special law) due to the rules in UU BUMN NO. 19, 2003 article 2 verse (1) letter e, mentioned, the aim and objectives BUMN is a participate to give the direction and the assistance for the poor section enterpreneurs, cooperative and society. Furthermore, in article 88, verse (1) UU BUMN mentioned the ability of BUMN to partially eliminate the profit for the requirements of small business and cooperative, including the direction in society around BUMN.

The issue in this thesis is How the implementation of CSR in PTPN VII (Persero) as a form of responsibility external in Partnership Programme and Building Environment within have been applied as a voluntary that become arranged to a mandatory in article 74 UUPT NO. 40, 2007 and How the application of law sanctions for the enforcement CSR in PTPN VII (Persero) as a Responsibility of The Company External related to article 74, verse (3) UUPT, 2007.

The kind of this research is juridical and empirical, that towards to the law activities, discuss how to operate the law into society. The type of research in this thesis tend to descriptive analyze means to analyze all datas either in primary and secondary. The method of the analize data using the deductive as a conclusion in all with one method from the generally concern become a specific concern. Regarding to the result of research, discovered that the implementation of CSR in PTPN VII (Persero) although arranged in mandatory way by legislation such as PKBL and CSR/ Community Development remain philanthropy, yet give the good impact to the society. The adjustment of CSR in UUPT, UU BUMN, and Permenneg BUMN refer to mandatory, there is a force power, however has no yet sanctions inside.


(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN CSR DALAM BENTUK PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB

EKSTERNAL PERUSAHAAN DI PTPN VII (PERSERO) Oleh.

BUTET VERA S

Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) yang diimplementasikan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 Tahun 2007 yang merupakan

lex generalis atas semua Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam dengan tujuan upaya meningkatkan kepedulian kualitas kehidupan, harmonisasi sosial dan lingkungan.

Pelaksanaan TJSL di perusahaan BUMN merupakan lex special (special law) dan aturan wajib yang diatur dalam UU BUMN No. 19 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) huruf e, yang menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Selanjutnya dalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

Permasalahan dalam tesis ini adalah Bagaimana pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) sebagai wujud tanggung jawab eksternal dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, yang selama ini diberlakukan secara sukarela (voluntary) menjadi diatur secara wajib (mandatory) dikaitkan pada Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 dan Bagaimana penerapan sanksi hukum atas pelaksanaan CSR pada PTPN VII (Persero) sebagai tanggung jawab eksternal perusahaan terkait Pasal 74 ayat (3) UUPT Tahun 2007.

Jenis penelitian ini yuridis empiris yaitu penelitian terhadap efektivitas hukum, yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat. Tipe penelitian dalam penulisan tesis ini bersifat penelitian deskriptif analisis yaitu menganalisa data yang dipergunakan baik data primer dan data sekunder. Metode analisa data menggunakan deduktif yaitu penarikan kesimpulan secara menyeluruh dengan suatu metode dari hal-hal yang bersifat umum menuju penulisan yang bersifat khusus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi CSR yang dilakukan PTPN VII (Persero) walaupun diatur secara mandatory oleh perundang-undangan berupa PKBL dan CSR/Community Development masih bersifat philanthropy, sehingga belum memberikan dampak yang baik bagi masyarakat di sekitarnya. Pengaturan tentang CSR dalam UUPT, UU BUMN, dan Permenneg BUMN bersifat mandatory, ada kekuatan memaksa namun belum terdapatnya sanksi.


(3)

BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB EKSTERNAL PERUSAHAAN DI PTPN VII (PERSERO)

(Tesis)

Oleh BUTET VERA S

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER HUKUM

Pada

Program Pascasarjana Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB EKSTERNAL PERUSAHAAN DI PTPN VII (PERSERO)

(Tesis)

Oleh BUTET VERA S

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK... ii

HALAMAN JUDUL... iii

PERSETUJUAN... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...…... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... . 11

1. Permasalahan... . 11

2. Ruang Lingkup... . 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ... . 12

1. Tujuan Penelitian ... . 12

2. Kegunaan Penelitian ... . 13

2.1. Kegunaan Teoritis……… 13

2.2. Kegunaan Praktis ……….. . 13

D. Kerangka Teori dan Konseptual ... 14

1. Kerangka Teori ……….. 14

A. Teori Tanggung Jawab dalam Makna Liability atau Tanggung Jawab Yuridis atau Hukum... 14

B.Teori Tanggung Jawab Sosial dalam Makna Social Responsibility atau Tanggung Jawab Moral atau Etis... 17


(6)

2. Kerangka Konseptual... 19

a. Corporate Social Responsibility (CSR)... 19

b. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan... 23

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)... 26

d. Stakeholder.... 30

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) ... 32

B.Tanggung Jawab Sosial dalam Pengertian BUMN dan PT ... 40

C.Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 44

a. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007... 47

b. Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007... 48

c. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001... 49

d. Peraturan Menteri Negara BUMN tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)... 49

e. Guidance ISO 26000 : Sertifikasi CSR di Masa Mendatang ... 50

D.Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 53

E. Prinsip Tanggung Jawab Sosial/CSR Perusahaan dalam kaitan Good Corporate Governance (GCG) ... 54

III. METODE PENELITIAN A.Jenis dan Tipe Penelitian... 62

B.Pendekatan Masalah ………... 63

C.Data dan Sumber Data ………... 64

D.Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 68

E. Metode Analisis Data ………... 69

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara VII (Persero)... 70

B.Pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) Sebagai Wujud Tanggung Jawab Eksternal dalam Bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Yang Diberlakukan Secara Sukarela (Voluntary) Menjadi Diatur Secara Wajib (Mandatory) Dikaitkan pada Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007... 76


(7)

C.Penerapan Sanksi Hukum Atas Pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) Sebagai Tanggung Jawab Eksternal Perusahaan terkait Pasal 74 Ayat (3) UUPT No. 40 Tahun 2007... 111 V. PENUTUP

A. Simpulan ... 122 B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL


(9)

Segala puji syukur atas berkat dan karuniaMu T'uhan yang tak terhingga, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : "Pelaksanaan CSR Dalam

Bentuk

Program

Kemitraan

Dan

Bina

Lingkungan Sebagai Wujud

Tanggung Jawab Eksternal Perusahaan Di PTPN

VII

(Persero)".

Tesis

ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis sangat menyadari bahwa dalam pen),usunan tesis ini masih jauh dari sempuma karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, motivasi,

serta doa para pihak yang telah banyak membantu. Tak lupa penulis mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1.

Bapak

Dr.

Hi.

Heryandi, S.H.,

M.S.

selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Bapak

Dr. Khaidir Anwar,

S.H.,

M.

Hum.

selaku Ketua Program

Pascasarjana Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas

Lampung sekaligus selaku penguji, terima kasih atas masukan, kritik dan

saran guna perbaikan tesis ini.

Bapak Dr. Muhammad Fakih, S.H., M.S. selaku pembimbing Pertama, terima kasih untuk waktunya, dukungannya kepada penulis terutama ilmu yang telah diberikan serta kritikan maupun arahan yang baik dalam penulisan tesis ini. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua, terima kasih atas waktunya kepada penulis dengan memberikan masukan, atahan yang membangun serta ilmu pengetahuan dalam penulisan tesis ini.

Bapak Dr. Muhammad Akib, S.H., M. Hum. selaku penguji, terima kasih atas

masukan, kritik dan saran guna perbaikan tesis ini.

2.

J.

4.


(10)

6.

7.

8.

Bapak Rudy, S.H., L.LM., L.LD. selaku penguji, terima kasth atas masukan, kritik dan saran guna perbaikan tesis ini.

Ibu Dr. Dra. Nunung Rodliyah,

M.A.

selaku penguji, terima kasih atas

masukan, kritik dan saran guna perbaikan tesis ini.

Bapak Sunaryo, S.H.,

M.H.

selaku dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas masukan dan sarannya untuk perbaikan tesis ini, semoga untuk Disertasi Bapak dengan topik yang sama dapat selesai tepat

pada waktunya.

Seluruh dosen pengajar dan staf administrasi pada Program Pasca Sarjana

Magister Hukum Universitas Lampung. Terima kasih atas semua bantuan dan kemudahan yang penulis dapatkan sejak awal sampai dengan akhir perkuliahan, serta dalam proses penyusunan tesis sampai dengan ujian akhir

tesis ini.

Bapak Budi Santoso, S.H. selaku Direktur SDM

&

Umum, Bapak Ir. AA. Putra G. Wahyu selaku General Manajer Distrik Way Sekampung, Bapak Ir. Amiruddin lJmar, S.H. selaku General Manajer Distrik way Seputih, Bapak Ir. Habib Wibowo selaku Kepala Bagian SDM, Bapak Ir. Leonardo selaku

Kepala Bagian Kemitraan Bina Lingkungan

&

Umum, Bapak Drs. Ahmad Riadi selaku Kepala Urusan Usaha Mikro Kecil

& Menengah, Bapak Sultan

MR, S.E. selaku Pjs. Kepala urusan Hubungan Antar Lembaga & corporote CSR dan

Ibu

Sri

Umiyati sebagai Staf Urusan Bina Lingkungan dan

Administrasi, Mitra Binaan PTPN VII (Persero) serta rekan-rekan sejawat di PTPN

VII

(Persero) tempat penulis bekerja dan berkaryq terimakasih atas

dukungan serta kemudahan yang penulis dapatkan mulai awal perkuliahan

sampai dengan penyusunan tesis ini.

Seluruh teman-teman PPS-MH Kelas A Tahun 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi sahabat yang luar biasa,

terima kasih dukungan, bantuannya dan waktu kebersamaan dari awal kuliah

9.

10.


(11)

sampai penulis menyelesaikan tesis

ini.

Semoga persahabatan tak kan pernah hilang ditelan waktu.

12. Sahabat Millionaire Club lndonesia (MCI) seluruh Indonesia yang terus memotivasi penulis untuk tetap fokus menjalani tugas akhir

ini

hingga

kesuksesan dapat diraih di masa r!\endatang.

Akhir

kata, penulis rtidndoakan agd[ Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa

menyertai langkah kita semua dan tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulisl


(12)

1. Tim Penguji

Ketua Tim Penguji : Dr. Muhammad Fakih, S,H., M.

SekretarislPenguji

Penguji

Penguji

Anggota

: Dr. Hamzah, S.8., M.H.

: Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum

: Dr. Dra, Nunung Rodliyah, M.A.

:

Dr. Khaidir

Anwar, S.H.,

M.IIum.

andi, S.H., &t.H. 9 198703 1 003

z.r'i"k

lb:'{

'f;ffiF,i$

i\'; {nilFffi#

\,,,r-;flh"?

m Pascasarjaoa

djarwo, M.S.

8 198103 I 002


(13)

Nama

Mahasiswa

: Butet Vera S

Nomor Pokok Mahasiswa

:

l2Z2U

fi

5A

Program

Kekhususal

Hukum Bisnis Program Studi

Fakultas

Pembimbin gUtama,

Dr, Eamzah, S.H., M.H, Nip 19690520 199802 I 001

WUJUD

TANGGUNG

JAWAB

EKSTERNAL Pf,RUSAHAAN DI PTPN

YII

(PERSERO)

: Program Pascasarjana Magister Hukum : Hukum

MEI{YETTUUI

Dosen Pembimbing

MENGETAHUI

scasarJana

Program Studi Magist ukum Fakultas Hukum

s Lampung

bimbing Pendamping,

Dr.Wluhammad Fakih, S.8., M.S. Nip 19641218 198103 1002


(14)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan yang sebenarnya bahwa:

1.

Tesis dengan

judul

6'Pelaksanaan

csR

Dalam Bentuk

program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Sebagai

wujud

ranggung Jawab

Eksternal Perusahaan Di PTPN

vII

(persero)',, adalah karya saya sendiri

dan saya tidak meiakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain

melalui tata cara yang tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam

masyarakat akad emik atau y ang di sebut plagi atisme.

2.

Hak

intelektual atas karya ilmiah

ini

diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Demikian pemyataan ini saya buat, apabila dikemudian hari temyata ditemukan

adanya ketidakbenaran atas pemyataan saya ini, maka saya bersedia menanggung

akibat dan sanksi hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 23 Oktober 2014

Pembuat Pernyataan.

/

7[ETER.f,I 'I*E-N,IPEL

Httrw@ilfuTe. &

27r\5ilACF


(15)

PERSEMBAHAN

Karyaku berupa tesis ini kupersembahkan kepada :

Allah Bapa yang telah memberi kekuatan dan penyertaan yg sempurna di setiap musim hidupku.

Almarhum Bapak ku terkasih yang ada di surga sana Bpk. Maurits Hutapea & Mama ku tercinta Ibu Rugun Dumasari br. Silalahi yang senantiasa mendoakan

untuk keberhasilanku di masa sekarang dan yang akan datang. Tak dapat kubalaskan pengorbanan dan kasih sayang kalian atas hidupku ini.

Untuk suamiku tercinta :

Berman Sidauruk, S.P. yang senantisa setiap waktu mendoakanku dengan kasih sayangnya agar dapat kuselesaikan tugas akhir ini

dengan tepat pada waktunya.

Untuk kedua permata hatiku :

Natalie Virensya Theodora Sidauruk & Nathanael Virenhard Sidauruk yang selalu mendoakan dan menemani mama tiap waktu dalam menyelesaikan

pendidikan ini, terima kasih buat dukungan kalian pada mama. Semoga pendidikan yang kujalani ini bisa memotivasi anak-anakku kelak


(16)

MOTO

Alam telah mengajari kita untuk arif dalam menyikapi segala sesuatu yang ada di sekeliling kita, warga di sekitar kita adalah mitra, dengan siapa kita

bergandengan tangan untuk berbagi suka dan duka.

(csr-n7)

Sepasti fajar di pagi hari yang selalu terbit tepat pada waktunya, aku mau percaya bahwa pertolongan Tuhan bagiku

akan selalu sampai tepat pada waktuNya. Sekalipun aku belum melihat apapun hari ini,

aku percaya pada janjiNya. (bvsh)


(17)

RIWAYAT PENULIS

Penulis yang bernama lengkap Butet Vera Septiana

Hutapea dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 1 September 1976, anak ketiga dari lima bersaudara, dari

pasangan Bapak Maurits Hutapea (Alm.) dan Ibu Rugun Dumasari br. Silalahi.

Pendidikan Sekolah Dasar Kristen Dharmawiyata diselesaikan pada Tahun 1989, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Teluk Betung Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 1992, Sekolah Menengah Tingkat Atas Negeri 1 Tanjung Karang Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 1995. Pada Tahun 1995 penulis diterima di Politeknik Negeri Lampung Jurusan Teknologi Pangan, namun pada Tahun 1996 penulis mencoba ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) kembali dan diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jurusan Manajemen.

Pada Tahun 2000 penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Ekonomi lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, dan pada Tahun 2012 melanjutkan pendidikan Program Pasca Sarjana Magister Hukum Universitas Lampung dan mencapai gelar Magister Hukum pada Tahun 2014.

Pada Tahun 2001 penulis diterima di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebagai Asisten SDM & Umum, dijalani mulai Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2007, sebagai Staf Urusan Pajak dan Asuransi pada Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010, dan sebagai Staf SDM di Distrik Way Sekampung PTPN VII (Persero) terhitung mulai Tahun 2010 sampai dengan sekarang.


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) di Indonesia banyak sekali diperbincangkan di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. CSR atau pun TJSP yang diartikan dalam makna yang sama dikarenakan terkandung kata sosial dalam penamaannya. Negara pertama di dunia yaitu Indonesia yang meregulasi aktivitas CSR/TJSP bentuk Undang Undang Perseroan Terbatas atau singkatnya disebut UUPT, telah disahkan oleh Pemerintah pada tanggal 16 Agustus 2007 yang lalu, dalam istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).1 Konsep CSR yang dipedomani suatu perusahaan yang bertujuan sebagai sarana penopang usahanya seringkali ditemukan berbeda dengan apa yang telah dilakukan perusahaan.

Beberapa perusahaan enggan untuk menjalankan CSR dikarenakan menganggap kegiatan tersebut hanya menghambur-hamburkan uang saja, namun ada juga perusahaan yang bingung mengenai pola dalam menjalankan konsep CSR tersebut. Konsep CSR bertujuan agar keterlibatan sektor privat mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin, sehingga mereka terbebas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Hal tersebut seharusnya menjadi pemahaman perusahaan dalam melaksanakan CSR.

1

Dwi Kartini, 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia (Bandung : Refika Aditama), hlm. 128.


(19)

Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar, sehingga diharapkan pelaksanaan CSR selain memberdayakan masyarakat setempat juga sebagai upaya agar operasional di perusahaan berjalan lancar tanpa gangguan. CSR diharapkan sebagai sarana hubungan yang saling berkaitan antara perusahaan dan masyarakat setempat dalam menjalankan usaha demi penekanan masalah di sekitar perusahaan. CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan TJSP dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi sosial, lingkungan.2

Istilah CSR di Indonesia sebenarnya secara tidak langsung telah dikenal dan diterapkan dalam istilah gotong royong. Gotong royong itu sendiri muncul sebagai wujud interaksi sosial dalam masyarakat Indonesia. Soerjono Soekanto3 mengartikan gotong royong sebagai kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomor 40 Tahun 2007. Melalui undang-undang ini, industri atau koperasi-koperasi wajib untuk melaksanakannya. Meningkatnya tingkat kepedulian kualitas kehidupan, harmonisasi sosial dan lingkungan juga mempengaruhi aktivitas dunia bisnis, maka lahirlah gugatan terhadap peran perusahaan agar mempunyai tanggung jawab sosial.

2

Suhandari M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007 dalam Hendrik Budi Untung, 2008,

Corporate Social Responsibility (Jakarta: Sinar Grafika), hal. 1.

3


(20)

Kegiatan CSR pun menjadi menu wajib bagi perusahaan, di luar kewajiban yang digariskan undang-undang. Secara normatif CSR telah dinyatakan sebagai kewajiban bagi setiap perusahaan yang bergerak dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bab V Pasal 74 UUPT tahun 2007. Tidak ada lagi alasan bagi kalangan dunia usaha yang bergerak dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk tidak melaksanakan CSR, karena CSR merupakan kebijakan yang bersifat mandatory.

Secara konstitusional setiap perusahaan yang melakukan aktivitasnya di Indonesia harus mampu memberikan dampak positif terhadap masyarakat, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, menurunkan angka pengangguran dan pengurangan kemiskinan, dengan berlandaskan pada penerapan prinsip demokrasi ekonomi, efisiensi, keberlanjutan (sustainability) dan berwawasan lingkungan.

Berlakunya UUPT sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan yang cukup mendesak bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha dan pemerintah sebagai pihak regulator di bidang usaha. Penjelasan UUPT menyebutkan bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dipandang tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan perkembangan masyarakat, dan dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi sudah berkembang begitu pesat khususnya pada era globalisasi.


(21)

Meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik Good Corporate Governance (GCG) menuntut penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Secara garis besar terdapat beberapa perubahan signifikan dalam substansi UUPT, salah satunya adalah terkait pengaturan tentang CSR atau

disebut dengan istilah “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)”. Perseroan harus mempunyai kepedulian (concern) terhadap masyarakat di mana dia hidup dan berada. Perseroan tidak terlepas dari tanggung jawab memenuhi kepentingan publik.4 Materi TJSP dimasukkan ke dalam produk hukum di Indonesia tidak terlepas dari adanya pengaruh globalisasi ekonomi dan perdagangan serta tuntutan bagi negara-negara peratifikasi World Trade Organization Agreement (WTO Agreement) termasuk Indonesia. Tiap negara wajib untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG secara baik dan proporsional, yaitu transparansi/keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), kemandirian/profesionalitas (indenpedency) serta kewajaran (fairness), terutama dalam praktik dan kegiatan usaha serta perekonomian dunia.

Sistem pengelolaan perusahaan yang saling sinergi antara pengelola (manajemen) dengan shareholders dan stakeholders, bertujuan untuk melindungi stakeholders

dan kreditor agar memperoleh kembali investasinya. Penerapan GCG di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat penting, sehingga

4


(22)

Pemerintah menunjukkan kepeduliannya dengan menerbitkan suatu aturan tentang pengembangan praktik tata kelola perusahaan yang baik atau GCG. Salah satu prinsip GCG yaitu prinsip tanggung jawab (responsibility) dalam suatu perusahaan merupakan isu penting dalam keberlangsungan suatu usaha.

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan TJSP sebagai alternatif penting. TJSP diharapkan dapat mengamankan aset dan menyehatkan pengelolaan BUMN serta dapat memberikan tanggung jawabnya terhadap internal perusahaan maupun eksternal perusahaan menuju Tata Kelola Perusahaan yang sehat, untuk meningkatkan kinerja perusahaan di kemudian hari. TJSP itu sendiri merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan (customers), karyawan (employers), komunitas masyarakat, investor, pemerintah, dan pemasok (suppplier) beserta kompetitornya sendiri.

Pelaksanaan TJSL atau CSR oleh Perseroan yang dimaksudkan dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007 berbeda dengan keterlibatan Perseroan berbentuk BUMN dalam program TJSL-nya atau CSR-nya. Pelaksanaan TJSL bagi BUMN diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN (UU BUMN) yang mulai berlaku sejak tanggal 19 Juni 2003. Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat.

Selanjutnya dalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN tersebut, disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan


(23)

usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Pelaksanaan CSR di perusahaan BUMN diatur oleh Peraturan Menteri Negara BUMN (Permenneg BUMN) melalui Program Kemitraan dengan Pengusaha Kecil maupun dengan Program Bina Lingkungan (PKBL). PKBL mula-mula diatur dalam Permenneg BUMN No. 236/MBU/2003, yang kemudian diganti dengan Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Permenneg BUMN tersebut mengalami perubahan kembali dengan No. PER-08/MBU/2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut pada Pasal 1 angka 6, bentuk kepedulian BUMN dijabarkan ke dalam 2 (dua) program, yakni: Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan (PK) yang dimaksud adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, sedangkan Program Bina Lingkungan (BL) adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Sumber pendanaan kedua program ini semula melalui pemanfaatan dana laba BUMN setelah pajak maksimal dua persen (2%) dari laba bersihnya setiap tahun, dan diperbaharui dengan melalui pemanfaatan dana BUMN.

Sasaran dan objek TJSL yang diatur pada Pasal 74 UUPT 2007 berbeda dengan Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 yang diperbaharui kemudian dengan Permeneg BUMN No. PER-08/MBU/2013.


(24)

Sasaran TJSL yang diatur pada Pasal 74 UUPT 2007, yaitu bertujuan untuk menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Sasaran atau objek Permenneg BUMN lebih mengarah pada Usaha Kecil yang disebut Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Program PKBL).

Perbedaan sasaran dan objek TJSL antara UUPT dan Permenneg BUMN tersebut terletak dari segi pendanaan, segi subjek Perseroan yang wajib melaksanakan TJSL serta pelaksanaan TJSL itu sendiri. Sumber pendanaan TJSL Perseroan yang diatur pada Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan, sedangkan sumber dana Program PKBL yang diatur dalam Permenneg BUMN bersumber dari penyisihan laba BUMN.

TJSL yang dimaksud dalam pelaksanaannya berupa Program PKBL sebagaimana diatur dalam Permenneg BUMN merupakan lex special (special law) yang khusus berlaku terhadap BUMN, sedangkan TJSL yang diatur dalam Pasal 74 UUPT merupakan lex generalis yang berlaku untuk semua Perseroan pada umumnya dengan syarat apabila Perseroan itu melakukan kegiatan usaha sumber daya alam atau yang berkaitan dengan sumber daya alam.

Prinsip TJSL di lingkungan BUMN sebenarnya telah diwajibkan untuk diterapkan sebagaimana yang disebutkan dalam UU BUMN No. 19 Tahun 2003 yaitu agar BUMN turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Hal ini seirama dengan pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang mewajibkan Perseroan untuk turut serta melaksanakan TJSL. Hal ini diharapkan agar BUMN menjadi salah satu harapan


(25)

untuk membawa bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini.

Munculnya kewajiban CSR dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 menimbulkan berbagai polemik khususnya bagi kalangan bisnis di Indonesia. CSR diberlakukan secara sukarela (voluntary) di negara-negara Amerika dan Eropa, ternyata di Indonesia pelaksanaannya diatur secara wajib (mandatory) melalui peraturan perundang-undangan. Hal ini menyebabkan berbagai kalangan tertarik untuk mengangkat topik ini menjadi obyek penelitian.

Sebagaimana yang dimaksudkan dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa sebuah Perseroan yang bergerak di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam dan berbentuk badan hukum wajib melaksanakan TJSL/CSR. Di sisi lain sebagai sebuah Perseroan yang dimiliki negara yang disebut BUMN juga terikat kewajiban untuk melakukan TJSL/CSR yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN dalam bentuk PKBL.

Jika dikaitkan dengan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), maka timbul persoalan bagi BUMN dalam bentuk Persero secara mutatis mutandis berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas, sehingga PKBL dalam makna CSR sebagai aktivitas yang bersifat

mandatory perlu ditinjau kembali. Hal ini dikarenakan PKBL yang dimaknai CSR BUMN merupakan kewajiban yang dilaksanakan dengan syarat pada keuntungan BUMN.

Bagi perusahaan BUMN apa cukup diberlakukan Peraturan Menteri Negara BUMN tentang PKBL saja, dengan alasan peraturan hukum ini bersifat khusus


(26)

(lex specialis) dibandingkan dengan UUPT yang bersifat menyeluruh (lex generalis). Ataukah BUMN tersebut tetap tunduk pada UUPT No. 40 Tahun 2007 mengingat peraturan ini bentuk formalnya adalah sebuah Undang-Undang. Kewajiban perusahaan BUMN dalam mentaati aturan perundang-undangan tersebut seharusnya saling berkoordinasi dan berharmonisasi terhadap kedua aturan tersebut.

Keterlibatan BUMN dalam program CSR melalui PKBL bisa dikatakan sejak jaman dahulu kala dan hampir semua BUMN memiliki unit PKBL tersendiri. Program CSR yang kerap melekat pada Perseroan seringkali diartikan sekedar membagi uang dibalik angka-angka yang disalurkan melalui PKBL. Kegiatan CSR tidak sedikit melahirkan tudingan miring yang menyebutkan keterlibatan BUMN hanya sebatas kepatuhan pada Pemerintah dan pemegang saham. Akibatnya aktivitas CSR di BUMN cuma sebatas tempelan dan tidak diupayakan pada penciptaan nilai (value creation).5

CSR saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi kewajiban bagi perusahaan yang bergerak di bidang SDA (Sumber Daya Alam) untuk melakukan atau menerapkannya. Kini CSR menjadi wajib dilakukan oleh perusahaan BUMN guna ikut membantu program Pemerintah serta merupakan bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di sekitarnya. Berbagai sektor dibidik dalam kegiatan ini, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan bahkan sosial budaya.

5

Majalah Business Review, Edisi 05 Tahun 10, Agustus 2011. Tata Ulang Sistem CSR (Jakarta: Kreasi Multi Media), hlm. 8-9.


(27)

Pelaksanaan program CSR baik merupakan salah satu wujud tanggung jawab eksternal di PTPN VII (Persero) sebagai perusahaan BUMN dalam bentuk PKBL maupun pelaksanaan CSR/TJSL yang dimaksud dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 dalam bentuk Comunnity Development (Comdev), sehingga menjadi menarik untuk dianalisis dalam tesis ini dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kondisi keuangan PTPN VII (Persero) diawal sebelum terbentuknya UUPT No. 40 Tahun 2007 masih mengalami pencapaian keuntungan perusahaan yang terus menerus meningkat, tetapi dimulai tahun 2012 sampai sekarang perusahaan mengalami penurunan keuntungan menyebabkan pelaksanaan CSR tidak dapat maksimal dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan yang diatur dalam Permenneg BUMN. Atas dasar diberlakukannya pelaksanaan CSR menjadi

mandatory dalam makna suatu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaimana pula yang ditegaskan dalam Permenneg BUMN, tentunya akan memberatkan perusahaan untuk beberapa tahun ini.

Pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) dikatakan bersifat voluntary, perlu diketahui bahwa periode sebelum berlakunya UUPT No. 40 Tahun 2007, kurun waktu Tahun 1994 sampai dengan Tahun 2003, CSR dilaksanakan dalam bentuk Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dan Comdev yang dilaksanakan perusahaan masih bersifat seperti dana hibah, walaupun telah diatur dalam Keputusan Menteri bahwa besarnya dana yang dianggarkan untuk dana PUKK sebesar 1-3% dari laba perusahaan setelah pajak. Program PUKK belum teradministrasi dengan baik, dan CSR dalam bentuk Comdev lebih banyak


(28)

ditujukan kepada bantuan sarana umum seperti bantuan perbaikan jalan, dikarenakan PTPN VII (Persero) mengganggap pemberian bantuan kepada masyarakat sekitar merupakan keiklasan dan moral perusahaan saja.

Tesis ini menganalisis TJSL berdasarkan UUPT No. 40 Tahun 2007 dikaitkan dengan pelaksanaan CSR sebagai tanggung jawab ekternal perusahaan BUMN yang diberlakukan secara sukarela (voluntary) menjadi diatur secara wajib (mandatory) karena telah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan. Tesis ini juga menganalisis bentuk dan jenis sanksi hukum bila pelaksanaan tanggung jawab eksternal perusahaan tidak dijalankan Perseroan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka perlu menganalisis lebih lanjut mengenai permasalahan dan menyusunnya dalam tesis dengan judul “Pelaksanaan CSR dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai Wujud Tanggung Jawab Eksternal Perusahaaan di PTPN VII (Persero)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) sebagai wujud tanggung jawab eksternal dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, yang diberlakukan secara sukarela (voluntary) menjadi diatur secara wajib (mandatory) dikaitkan pada Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007?


(29)

2) Bagaimana penerapan sanksi hukum atas pelaksanaan CSR di PTPN VII (Persero) sebagai tanggung jawab eksternal perusahaan terkait Pasal 74 ayat (3) UUPT No. 40 Tahun 2007?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dari sisi keilmuan dibatasi pada disiplin Ilmu Hukum Bisnis, sementara dari sisi substansi dibatasi pada pelaksanaan CSR yang diterapkan di PTPN VII (Persero).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara analitis tentang pelaksanaan CSR yang diterapkan di PTPN VII (Persero), sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.1. Untuk menganalis pelaksanaan CSR dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai wujud tanggung jawab eksternal di PTPN VII (Persero), yang diatur secara sukarela (voluntary) menjadi diatur secara wajib (mandatory) dikaitkan dengan Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007. 1.2. Untuk menganalisis sanksi hukum CSR yang dikenakan kepada PTPN VII

(Persero) terkait dengan UUPT No. 40 Tahun 2007 pada Pasal 74 ayat (3).

Sedangkan tujuan subjektif dalam penyusunan naskah tesis ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Hukum pada program Pascasarjana Universitas Lampung.


(30)

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai pelaksanaan CSR dalam bentuk PKBL sebagai wujud tanggung jawab eksternal perusahaan di PTPN VII (Persero) ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

2.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada pelaksanaan CSR sebagai wujud tanggung jawab ekternal perusahaan menuju tata kelola perusahaan yang baik yang diatur dalam UUPT No. 40 Tahun 2007.

2.2. Kegunaan Praktis

1. Guna mengembangkan penalaran peneliti untuk menerapkan ilmu hukum organisasi perusahaan terhadap pelaksanaan CSR perusahaan sebagai tanggung jawab ekternal menuju prinsip-prinsip GCG.

2. Menganalisis pelaksanaan CSR sebagai wujud tanggung jawab eksternal di PTPN VII (Persero) yang diatur secara sukarela (voluntary) menjadi diatur secara wajib (mandatory) melalui peraturan perundang-undangan sebagaimana dikaitkan pada Bab V Pasal 74 UUPT 2007, sebagai upaya pemenuhan tata kelola perusahaan yang baik. Memberikan jawaban dan pembahasan terhadap permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu menganalisis sanksi hukum yang dikenakan kepada perusahaan bila tanggung jawab eksternal perusahaan tersebut tidak dijalankan, sebagaimana yang diatur pada Pasal 74 ayat (3) UUPT Tahun 2007.


(31)

3. Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan dan pengetahuan bagi para pihak terkait dengan permasalahan yang diteliti, serta dapat dipakai dan berguna sebagai sumbangan pikiran kepada PTPN VII (Persero) dalam pelaksanaan CSR, dan berguna pula bagi yang akan berminat pada masalah CSRpada suatu perusahaan BUMN khususnya di Perkebunan.

D. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual

1. Kerangka Teori

Untuk membahas tesis ini kerangka teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini digunakan teori tanggung jawab. Responsibilitas atau dengan kata lain adalah tanggung jawab suatu perusahaan sebagai badan hukum (recht persoon) yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum (rechtmatige daad).

Tanggung jawab perusahaan sebagai badan hukum dibedakan menjadi dua teori, yaitu: 6

A. Teori Tanggungjawab dalam Makna Liability atau Tanggung Jawab Yuridis atau Hukum.

Liability (the state of being liable) merupakan istilah hukum yang luas (a board legal term) yang mengandung arti setiap karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin. Liability lebih didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban. Liability juga merupakan kondisi yang tunduk pada kewajiban secara aktual atau potensial; kondisi bertanggung jawab dalam hal-hal aktual atau mungkin seperti kerugian, ancaman,

6

Busyra Azheri, 2012. Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandatory (Jakarta RajaGrafindo Persada),hlm. 57.


(32)

kejahatan, biaya, atau beban; kondisi yang mengharuskan untuk melaksanakan tugas undang-undang dengan segera atau pada masa yang akan datang.7

Menurut Pinto, liability menunjukkan kepada akibat kegagalan untuk memenuhi standar tertentu, sedangkan bentuk tanggung jawabnya diwujudkan dalam bentuk ganti rugi dan pemulihan sebagai akibat dari terjadinya kerusakan atau kerugian.8 Menurut perspektif pengelolaan perusahaan, tanggung jawab perusahaan dalam makna liability dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanggung jawab perusahaan bersifat internal dan eksternal. Tanggung jawab perusahaan bersifat internal adalah tanggung jawab pengelola perusahaan yang timbul dari hubungan hukum terhadap para pemegang saham atau investor dan kepada pekerja atau buruh. Tanggung jawab perusahaan bersifat eksternal adalah tanggung jawab perusahaan yang timbul dari akibat hukum aktivitasnya, baik terhadap pihak ketiga dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi, meliputi: tanggung jawab yang timbul karena perjanjian atau kontrak dan tanggung jawab yang timbul karena ketentuan undang-undang.

Aktivitas dunia usaha tidak terlepas dari perjanjian atau kontrak dalam kaitannya atas tanggung jawab perusahaan bersifat eksternal. Setiap perjanjian yang dibuat perusahaan merupakan ketentuan yang bersifat mengikat sebagaimana ditegaskan pada Pasal 1338 KUH Perdata. Bila dikaitkan CSR dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, atas dasar perusahaan melaksanakan CSR dikarenakan perjanjian dan yang menjadi dasar untuk memaksa perusahaan menerapkan CSR, maka

7

Ibid. hlm. 58.

8


(33)

menurut Tom Connon bila suatu perusahaan melakukan aktivitas usahanya, maka lahirlah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat.9

Secara ekplisit kontrak sosial tidak pernah ada, cuma hayalan (fiction) perusahaan dan masyarakat saja.10 Kontrak sosial hanya dianggap ada dalam pemikiran para pihak saja. Berdasarkan makna tersebut, perusahaan harus melaksanakan CSR atau masyarakat dapat menuntut perusahaan untuk menerapkan CSR tersebut. Oleh karena itu CSR dalam konteks kontrak sosial harus dimaknai sebagai tanggung jawab moral atau etis suatu perusahaan terhadap stakeholdernya.

Meskipun CSR hanya ada dalam fiction, namun bagi pihak yang terikat dalam suatu hubungan hukum harus bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung sesuai dengan jenis perjanjian, objek maupun luas cakupannya dan wilayah berlakunya.11 Bagi para pihak yang tidak melaksanakan prestasi12 atau melakukan wanprestasi, maka pihak tersebut harus mengganti kerugian yang timbul dari perbuatan tersebut. Dari segi tanggung jawab yang timbul karena ketentuan undang-undang, suatu perusahaan dalam mewujudkan tujuan bisnisnya dan aktivitas usahanya harus mentaati ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

9

Tom Cannon, 1992. Corporate Responsibility. Terjemahan. (Jakarta : Elex Media Komputindo), hlm. 33.

10

Isa Wahyudi & Busyra Azheri, 2008. Corporate Social Responsibility, Prinsip, Pengaturan dan Implementasi. (Malang: Intrans Publishing dan Inspire Indonesia), hlm. 13.

11

Sri Redjeki Hartono, 2000. Kapita Selekta Hukum Ekonomi. (Bandung : Mandar Maju), hlm. 4.

12

Menurut ketentuan Pasal 1234 KUH Perdata, Prestasi adalah menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.


(34)

B. Teori Tanggung Jawab Sosial dalam Makna Social Responsibility atau Tanggung Jawab Moral atau Etis.

Responsibilty mengandung makna hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keahlian, kemampuan, dan kecakapan. Selain itu responsibility juga berarti kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkan.

Burhanuddin Salam dalam bukunya “Etika Sosial” menyatakan bahwa tanggung

jawab yaitu “responsibility is having the character of a free moral agent; capable

of determining one’s acts; capable deterred by consideration od sanction or

consequences”, yang mengandung pengertian dalam dua hal, yaitu:13

1) Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sesuatu perbuatan.

2) Harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari sesuatu perbuatan.

Makna yang terkandung dalam kata “having the character” yaitu adanya suatu

keharusan atau kewajiban yang di dalamnya mengandung makna pertanggungan moral atau karakter. Karakter yang dimaksud merupakan sesuatu yang mencerminkan nilai dari suatu perbuatan. Perbuatan sendiri terdapat dua alternatif penilaian seperti tahu bertanggung jawab dan tidak tahu bertanggung jawab. Makna tanggung jawab itu sendiri dalam filsafat hidup dijadikan salah satu kriteria kepribadian seseorang atau perusahaan.

Tanggung jawab dalam makna responsibility dilihat secara filosofis terdapat tiga unsur, yaitu:

13


(35)

1. Kesadaran (ewareness), yaitu suatu perusahaan sadar dengan apa yang telah dilakukannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban.

2. Kecintaan atau kesukaan (affection), yaitu lahirnya rasa tanggung jawab akibat dari rasa cinta yang timbul atas kesadaran.

3. Keberanian (bravery), yaitu suatu tanggung jawab yang timbul atas keberanian karena dorongan keiklasan.

Prinsip tanggung jawab dalam arti responsibility lebih menekankan pada suatu perbuatan yang harus atau wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan/atau konsekuensi apapun dari perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan tanggung jawab dalam arti luas merupakan tanggung jawab yang hanya disertai sanksi moral. Atas pengertian tersebut tidak salah bila pemahaman atas tanggung jawab sosial (CSR) bagi sebagian pelaku usaha dan/atau perusahaan hanya sebatas tanggung jawab moral yang mereka wujudkan dalam bentuk philanthropy

maupun charity.

Dapat diketahui bahwa perbedaan makna liability maupun responsibility di atas terletak pada sumber pengaturannya. Pengertian dan penggunaan praktisnya

liability lebih merujuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat karena kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum. Responsibility lebih mengarah pada pertanggungjawaban sosial atau publik, belum adanya pengaturan secara eksplisit dalam suatu norma hukum. Sejalan dengan perkembangan dan kompleksitas dinamika dunia usaha yang dikaitkan dalam suatu tanggung jawab dengan etika bisnis, maka responsibility dikembangkan dalam bentuk


(36)

tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility, atau disingkat dengan CSR).

2. Kerangka Konseptual

Agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang pokok permasalahan dan pembahasan tesis ini, maka di bawah ini ada beberapa konsep yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang dapat dijadikan pegangan dalam memahami tesis ini, sebagai berikut:

a. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.14 CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal.

Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.15 Dapat diketahui bahwa pihak perusahaan hendaknya melihat bahwa program CSR tersebut bukan merupakan pemaksaan,

14

Suhandari M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007. Dalam Hendrik Budi Untung, 2008.

Corporate Social Responsibility (Jakarta : Sinar Grafika), hlm. 1.

15

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri; Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility). Dalam Irham Fahmi, 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. (Bandung: Alfabeta), hlm. 293.


(37)

tetapi bentuk kesetiakawanan terhadap sesama umat manusia, yang efeknya nanti untuk perusahaan juga.

Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut 2 (dua) elemen kunci:16

1. Good Corporate Governance: etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Good Corporate Responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, prilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan melibatkan

shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Ukuran kinerja CSR pada suatu perusahaan dilihat dari indikator pada kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekedar kepatuhan terhadap hukum.

Secara lebih teoritis dan sistematis konsep piramida TJSP yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi justifikasi logis mengapa sebuah perusahaan perlu

16

Edi Suharto, 2010. CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi (Bandung: Alfabeta), hlm. 3.


(38)

menerapkan CSR bagi masyarakat dan sekitarnya. Alasannya adalah sebagai berikut:17

1. Tanggung jawab ekonomis, yaitu motif perusahaan untuk menghasilkan laba sebagai fondasi perusahaan. Nilai tambah ekonomi yang dimiliki perusahaan tersebut sebagai prasyarat perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang

2. Tanggung jawab legal, yaitu perusahaan harus taat hukum, dimana dalam upaya mencari laba perusahaan tidak melanggar kebijakan dan hukum yang berlaku.

3. Tanggung jawab etis, yaitu perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan usahanya/praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair, mengarah kepada tata kelola perusahaan (GCG).

4. Tanggung jawab filantropis, yaitu selain perusahaan telah memperoleh laba, taat hukum dan berprilaku baik/etis, maka perusahaan di tuntut untuk memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung kepada masyarakat sekitar.

Keempat alasan di atas dapat disimpulkan bahwa perlunya suatu perusahaan menerapkan CSR bagi masyarakat dan sekitarnya dikarenakan perusahaan mempunyai komitmen penuh dengan berpedoman bahwa keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya semata-mata karena mencari keuntungan, tetapi tetap memperhatikan norma yang berlaku dan menjaga lingkungan sekitarnya yang

17

Saidi dan Abidin, 2004. Menjadi Bangsa Pemurah Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. (Jakarta : Piramedia), hlm. 59-60 Dalam Edi Suharto, 2009. Pekerjaan Sosial di dunia Industri Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility) (Bandung : Alfabeta), hlm. 102.


(39)

turut mendukung keberadaan perusahaan tersebut, sehingga perusahaan dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Konsep CSR telah di introdusir ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pada Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan hukum secara umum, konsep CSR tersebut tertuang dalam Bab V Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 sebagai berikut:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

CSR dalam pelaksanaannya di Perusahaan BUMN dasar hukumnya mengacu pada :

1. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN (UU BUMN) tanggal 19 Juni 2003 Pasal 2 ayat (1) huruf e, dan Pasal 88 ayat (1).


(40)

2. Peraturan Menteri Negara BUMN (Permenneg BUMN) No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 yang diperbaharui dengan Permenneg BUMN No. PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Perubahan Keempat atas Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

3. Penerapan Pasal 74 UUPT Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

CSR dimaksud yang diberlakukan untuk perusahaan BUMN dilaksanakan dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dengan tujuan memberdayakan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri serta memberdayakan kondisi sosial masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, sarana umum, sarana ibadah dan bencana alam.

b. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan suatu bagian dari CSR BUMN yang tidak lagi menjadi kegiatan bersifat voluntary, tetapi telah menjadi suatu kegiatan yang bersifat mandatory. Keterlibatan BUMN mengemas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan melalui Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dan disempurnakan kembali dengan Permenneg BUMN No. Per-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013.

Pasal 2 Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tersebut menegaskan sebagai berikut:


(41)

(1) Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.

(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan berpedoman pada Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Mengenai sumber dananya ditegaskan dalam Pasal 9 yaitu: (1) Dana Program Kemitraan bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen);

b. Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

(2) Dana Bina Lingkungan bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program BL.

Menurut Pasal 11 Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tersebut, ditegaskan bahwa Dana Kemitraan diberikan dalam bentuk:

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan,

b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksana kegiatan Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.


(42)

c. Beban Pembinaan untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian /penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

Dana Program BL menurut Pasal 11 Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tersebut:

a. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya.

b. Setiap tahun berjalan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina.

c. Setiap tahun berjalan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli. d. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN Pembina

dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya.

e. Ruang lingkup bantuan Program BL adalah bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan/atau pelatihan, bantuan untuk peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, dan bantuan pelestarian alam.


(43)

f. Ruang lingkup Program BL BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri.

Bila disimak lebih dalam secara filosofinya, PKBL tidak bisa disamakan dengan CSR, karena PKBL digantungkan pada kondisi suatu perusahaan, yaitu bila perusahaan BUMN beruntung atau tidak dalam posisi merugi, sehingga tidak ada kewajibannya untuk melaksanakan PKBL.

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BUMN adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN memiliki peran dan fungsi yang strategis, sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. Demikian vitalnya eksistensi suatu BUMN dan untuk memberikan landasan pijakan hukum yang kuat bagi ruang gerak usaha BUMN, maka pemerintah bersama-sama dengan DPR menyetujui dan mengesahkan Undang-undang (UU) No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN (UU BUMN) yang mulai berlaku sejak tanggal 19 Juni 2003.

Kegiatan CSR yang dimaksud dalam UUPT Tahun 2007 diatur dalam UU BUMN No. 19 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Selanjutnya didalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk


(44)

keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

Sebagai tindak lanjut dari UU BUMN tersebut, khususnya menyangkut Pasal 2 dan Pasal 88, diterbitkan Keputusan Menteri Negara BUMN Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Selanjutnya dilakukan penyempurnaan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN (Permenneg BUMN) No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dan disempurnakan kembali dengan Permenneg BUMN No. PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013.

Penjelasan Pasal 88 dimaksud dalam UU BUMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil/koperasi meliputi usaha kecil/koperasi yang memenuhi kriteria sebagai usaha kecil sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah selanjutnya disebut UU UMKM. UU UMKM menyebutkan bahwa BUMN dapat menyediakan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya guna meningkatkan kemandirian dan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

PTPN VII (Persero) adalah suatu perusahaan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas milik negara (BUMN) dengan maksud dan tujuannya adalah melakukan usaha di bidang usaha agrobisnis berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu, yang mempunyai karakteristik dinyatakan secara tegas oleh undang-undang dan


(45)

mempunyai pertanggungjawaban kepada para pemegang saham (stakeholders), direksi dan komisaris Perseroan Terbatas. Dengan kata lain, PTPN VII (Persero) merupakan Perseroan milik negara (BUMN) yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam atau merupakan BUMN perkebunan.

Menurut KUHPerdata yang mengaturnya dalam buku Titel IX, menempatkan Badan Hukum sebagai bagian dari Hukum Perikatan (Perjanjian).18 Buku III Titel IX mengatur secara samar-samar bahwa Badan Hukum merupakan subyek hukum (orang) sebagai pendukung hak dan kewajiban. PTPN VII (Persero) sebagai perusahaan yang berbadan hukum mempunyai hak dalam berusaha, dan mempunyai kewajiban sebagai badan hukum, yang perwujudannya dapat dilihat dari tindakan para pengurus yang mewakili badan hukum tersebut.

Hak dan kewajiban PTPN VII (Persero) sebuah Perseroan Terbatas sebagai badan hukum sebagai penjelmaan dari suatu korporasi (perkumpulan), hanya dapat dijalankan oleh para pengurusnya, walaupun para pengurusnya diganti, badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban tetap ada. Ditinjau dari kehadirannya bahwa PTPN VII (Persero) sebagai badan hukum disebutkan sebagai pribadi yang sah menurut hukum yang dapat bertindak sebagai pribadi sungguh-sungguh melalui pengurusnya.

PTPN VII (Persero) sebagai badan hukum mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan

18


(46)

Terbatas, serta berkewajiban untuk melaksanakan CSR menurut UUPT No. 40 Tahun 2007, UU BUMN No. 19 Tahun 2003 dan Permenneg BUMN.

PTPN VII (Persero) mempunyai Visi PKBL, yaitu menjadi bagian PTPN VII (Persero) yang mampu menciptakan dan mendukung keberlanjutan perusahaan melalui harmonisasi kepentingan perusahaan, hubungan sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Misi PKBL di PTPN VII (Persero), yaitu : (a). Menumbuh dan mengembangkan perekonomian masyarakat, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), agar menjadi tangguh dan mandiri, (b). Memberdayakan masyarakat dan wilayah berdasarkan potensinya serta peran dan partisipasi masyarakat, (c). Membantu masyarakat mendapatkan fasilitas sosial dan umum yang layak dan sehat sesuai dengan kebutuhannya (felt needs), (d). Mempertahankan dan mengembangkan fungsi dan kualitas lingkungan, (e). Membantu perilaku wirausaha dan masyarakat yang etis dan profesional.

Selain Visi dan Misi di atas, tujuan PKBL di PTPN VII (Persero) dirumuskan sebagai berikut:

1. Terciptanya pertumbuhan ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

2. Terbentuknya masyarakat yang mandiri berdasarkan potensi sumberdaya manusia dan alam yang dimiliki.

3. Terpenuhi fasilitas sosial dan umum yang layak, sehat, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,


(47)

5. Terwujudnya masyarakat dan mitra binaan yang memiliki perilaku etis dan profesional.

Visi, Misi dan tujuan PKBL tersebut di atas sebagaimana tertuang dalam Peraturan Perusahaan Nomor: 7.13/Kpts/01/2010 tanggal 01 April 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan “PTPN7

Peduli”.

d. Stakeholder

Stakeholders dapat diartikan sebagai semua pihak yang mempunyai kepentingan atau berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Pihak yang dapat disebutkan sebagai stakeholders adalah pemerintah, karyawan, pelaku bisnis, komunitas atau masyarakat, konsumen, pemilik perusahaan.

Menurut David Wheeler dan Maria Sinlanpaa berdasarkan prioritasnya,

stakeholders dapat dibagi menjadi dua kategori:19

a. Stakeholder Primer (primary Stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan langsung terhadap organisasi dan keberhasilan perusahaan, seperti: para pemegang saham, investor, karyawan dan manajer, suplier, dan rekanan bisnis serta masyarakat setempat.

b. Stakeholder Sekunder (Secondary Stakeholder), yaitu individu atau pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan publik atau masyarakat dalam sebuah perusahaan, seperti: pemerintah, institusi (asosiasi) bisnis, kelompok sosial kemasayarakatan, media, akedemisi dan pesaing.

19


(48)

Secara konseptual stakeholders merupakan bagian dari CSR dalam inti dari etika bisnis, dimana suatu perusahaan tidak mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap semua pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Semua tidak lepas dari kenyataan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak.


(49)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)

Pengertian TJSP/CSR dibagi dalam dua pengertian, yaitu dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity). Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya terkait soal tanggung jawab sosial tetapi juga menyangkut akuntabilitas (accountability) perusahaan terhadap masyarakat dan bangsa serta dunia internasional.

CSR dalam pengertian sempit dipahami dari beberapa peraturan dan pendapat ahli yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. CSR merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stakeholders) yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability)

perusahaan tersebut. Pengertian tersebut sama dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), yaitu merupakan komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.


(50)

Aktivitas CSR dimaksud harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

2. Pengertian CSR dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 angka 3 menyebutkan TJSL adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

3. CSR diatur pula dalam penjelasannya pasal 15 huruf b UUPM 2007. TJSP adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Tampak bahwa UUPM 2007 mencoba memisahkan antara tanggung jawab sosial dengan tanggung jawab lingkungan, yang mengarah pada CSR sebagai sebuah komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.

4. CSR dapat dipahami pula dalam Permenneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 2 yang menjadi kewajiban bagi BUMN baik Perum maupun Persero untuk melaksanakannya. Aturan tersebut diperbaharui pula dengan Permenneg BUMN No.PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013.


(51)

5. CSR dalam pengertian The World Busines Council for Sustainable Development (WBCSD) dan World Bank menekankan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Rumusan World Bank

menambahkan penekanan pada kemanfaatan aktivitas CSR bagian usaha dan pembangunan (in ways that are both good for business and good for development).1

6. CSR menurut rumusan European Union hanya menggambarkan CSR sebagai suatu konsep perusahaan yang berusaha mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan serta stakeholders atas dasar “voluntary” dalam

melakukan aktivitas usahanya. Pengintegrasian ini tidak hanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, tetapi meliputi kerelaan berinvestasi ke dalam pengembangan manusia, lingkungan, dan hubungan dengan stakeholders.2

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa CSR merupakan social responsibility yang berhubungan dengan pihak internal dan eksternal perusahaan. Pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu: Pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini; Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian

1

Busyra Azheri, hlm. 21

2


(52)

keuntungannya untuk kedermawanan (philanthropy) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi. Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat.

Pemahaman CSR selanjutnya didasarkan oleh pemikiran bahwa bukan hanya Pemerintah melalui penetapan kebijakan publik (public policy), tetapi juga perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial. Bisnis didorong untuk mengambil pendekatan pro aktif terhadap pembangunan berkelanjutan. Konsep CSR juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun yang hidup di dalam suatu ruang hampa dan hidup terisolasi.

Perusahaan hidup di dalam dan bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup dan dapat tumbuh berkat masyarakat dimana perusahaan itu hidup, menyediakan berbagai infrastruktur umum bagi kehidupan perusahaan tersebut, antara lain dalam bentuk jalan, transportasi, listrik, pemadaman kebakaran, hukum dan penegakannya oleh para penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim).

James E.Post, Anne T. Lawrence dan James Weber mengemukakan pola atau bentuk CSR juga berkembang dari yang bentuk charity principle kepada

stewardship principle.3 Berdasarkan charity principle, kalangan masyarakat mampu memiliki kewajiban moral untuk memberikan bantuan kepada kalangan kurang mampu. Jenis bantuan perusahaan ini sangat diperlukan dan penting

3


(53)

khususnya pada masa atau sistem Negara dimana tidak terdapat system jaminan sosial, jaminan kesehatan bagi orang tua, dan tunjangan bagi penganggur.

Pola atau bentuk CSR berdasarkan stewardship principle, menyatakan korporasi diposisikan sebagai public trust karena menguasai sumber daya besar dimana penggunaannya akan berdampak secara fundamental bagi masyarakat. Oleh karenanya perusahaan dikenakan tanggung jawab untuk menggunakan sumber daya tersebut dengan cara-cara yang baik dan tidak hanya untuk kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk masyarakat secara umum. Dengan demikian, korporasi dewasa ini memiliki berbagai aspek tanggung jawab. Korporasi harus dapat mengelola tanggung jawab ekonominya kepada pemegang saham, memenuhi tanggung jawab hukum dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bertanggung jawab sosial kepada para stakeholder

(pemegang kepentingan).

CSR pada prinsipnya merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan para

stakeholders dalam arti luas dari sekedar kepentingan perusahaan belaka. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan dari usahanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya. Makna yang terkandung secara positif pada perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa tersebut, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholder dengan memperhatikan kualitas ke arah yang lebih baik.


(54)

Pengertian CSR yang relatif mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan

mengembangkan konsep yang lebih dikenal dengan ”Tripple Bottom Lines (profit, planet, dan people)” yang digagas oleh John Elkingston’s (1998) atau lebih dikenal dengan 3 BL. CSR yang dikelompokkan atas tiga aspek tersebut meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (sosial justice).

John Elingston’s juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development)

harus memperhatikan “Triple P” yaitu Profit, Planet, and People. Bila dikaitkan antara 3 BL dengan “Triple P” dapat disimpulkan bahwa “Profit” sebagai wujud

aspek ekonomi, “Planet” sebagai wujud aspek lingkungan dan “People” sebagai

aspek sosial.4

Berkaitan dengan konsep tersebut Suharto dalam bukunya menambahkan CSR dengan satu line tambahan, yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah

“kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (prosedure) yang tepat dan profesional.5

Secara teoritis CSR merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu perusahaan tidak mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap semua pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Semua tidak lepas dari

4

Ibid. hlm. 34.

5

Edi Suharto, 2010. CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi (Bandung: Alfabeta), hlm. 5.


(1)

124

Dari uraian tesis ini, dapat disampaikan beberapa saran mengenai TJSP/CSR perusahaan yang sudah diamanatkan oleh undang-undang sebagai berikut:

1. Sudah saatnya setiap perusahaan memberikan perhatian yang serius kepada masalah TJSL, karena TJSL perusahaan memiliki peranan yang signifikan dalam keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Disamping itu, TJSL perusahaan dapat menyeimbangkan perusahaan dalam mencapai tujuan komersil dan tujuan non komersial. Beberapa saran atas pelaksanaan CSR untuk PTPN VII (Persero) menurut penelitian sebagai berikut:

a. Perlu dilakukan gap analisis antara apa yang ideal harus dilakukan dengan apa yang telah dilakukan (existing) saat ini. Hasil dari gap analisis ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk mendapatkan solusi yang benar-benar dibutuhkan sehingga kehadiran perusahaan tersebut memberikan dampak positif bagi stakeholder.

b. Perusahaan agar konsisten menjalankan komitmen melaksanakan CSR/TJSP dan menjadi bagian dan gaya hidup dari semua level manajemen perusahaan untuk menjaga kesinambungan perusahaan di masa yang akan datang. Sudah saatnya TJSP dikelola oleh suatu divisi tersendiri secara professional sehingga pertanggungjawaban terhadap manajemen dan stakeholder dapat transparan dan terukur kinerjanya. Divisi ini diberikan otoritas untuk dapat memutuskan secara cepat dan tuntas semua perkara (isu) yang berhubungan dengan para stakeholder. Divisi ini harus dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan pemerintah sebagai regulator, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi


(2)

125

yang berhubungan, dan masyarakat sehingga keputusan yang diambil dapat mengakomodir semua kepentingan. Dalam prakteknya staf dari divisi ini dapat diisi oleh personal dari berbagai perwakilan yang ada di stakeholder.

2. UUPT secara tidak langsung telah mewajibkan semua Perseroan baik di bidang sumber daya alam maupun yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan untuk kesejahteraan rakyat melalui CSR/TJSL. Perlu ditinjau kembali atas pengaturan sanksi yang dimaksud pada Pasal 74 ayat (3) UUPT No. 40 Tahun 2007, jika Perseroan tidak melaksanakan CSR sedangkan CSR sendiri telah diatur secara wajib (mandatory) melalui peraturan perundang-undangan. Sanksi tersebut seharusnya tidak hanya terlepas dari hukum positif yang ada, tetapi berupa sanksi hukum yang konkrit. Pemerintah perlu melakukan penataan yang tepat antara kewajiban melakukan TJSL dan PKBL bagi perusahaan yang merupakan BUMN, agar tidak terjadi duplikasi yang dapat menimbulkan penafsiran berbeda-beda dan membebani perusahaan BUMN. Harmonisasi, koordinasi dan sinkronisasi peraturan hukum seputar TJSL dan PKBL juga diperlukan agar tujuan utama program CSR yaitu turut serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat luas dapat tercapai secara adil, efektif, dan efisien.

3. Idealnya suatu peraturan jika diamanatkan menjadi kewajiban seharusnya diikuti oleh sanksi yang konkrit. Tetapi dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 tidak mengatur secara jelas sanksi yang dimaksud, sehingga tampak


(3)

126

kekosongan hukum atas peraturan TJSL/CSR tersebut. Sanksi yang dijelaskan hanya memperhatikan hukum positif yang sudah ada dan yang berkaitan dengan jenis usaha ataupun pelanggarannya. Sanksi tersebut tidak dijelaskan secara komprehensif apakah berbentuk administratif, perdata maupun pidana. TJSL/CSR yang dimaksud dalam UUPT No. 40 Tahun 2007 merupakan suatu konsep kewajiban namun tidak menetapkan eksekusi atau hukuman bila terdapat pelanggaran sampai dengan keluarnya PP No. 47 Tahun 2012 atau dengan sampai saat ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku:

Ali, Zainuddin, 2011. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. Asshiddiqie, Jimly, 2011. Perihal Undang-Undang. Rajawali Pers. Jakarta.

Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi

Mandatory. Rajawali Pers. Jakarta.

Cannon, Tom, 1992. Corporate Responsibility. Terjemahan. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Daniri, Mas Achmad. 2014. Lead By GCG. Gagas Bisnis Indonesia. Jakarta. Ernawan, Erni R. 2011. Business Ethics – Etika Bisnis Edisi Revisi. Alfabeta.

Bandung.

Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.

Harahap, M. Yahya. 2013. Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika. Jakarta. Hartono, Sri Redjeki. 2000. Kapita Selekta Hukum Ekonomi. Mandar Maju.

Bandung.

Irawan, Chandra. 2013. Dasar-Dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia. Mandar Maju. Bandung.

Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep

Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Refika Aditama.

Bandung.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. Kanisius. Yogyakarta.

Meliala, Djaja S. 2012. Hukum Perdata Dalam Perspektif BW. Nuansa Aulia. Bandung.

Redjeki Hartono, Sri. 2000. Kapita Selekta Hukum Ekonomi. Mandar Maju Bandung.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2010. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosilogi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta. Suharto, Edi. 2009. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat

CSR(Corporate Social Responsibility. Alfabeta. Bandung.

Suharto, Edi. 2010. CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan di Era


(5)

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta.

Wahyudi, Isa & Busyra Azheri, 2008. Corporate Social Responsibility, Prinsip,

Pengaturan dan Implementasi. Intrans Publishing dan Inspire Indonesia.

Malang.

Zarkasyi,H. Moh. Wahyudin. Good Coorporate Governance Pada Badan Usaha

Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Alfabeta. Bandung.

2. Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Perusahaan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPPLH-2009).

Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin.

Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan (Perseroan). Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Keputusan Direksi PTPN VII No. 7.13/Ktps/001/2008 tanggal 3 Januari 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).

Keputusan Direksi PTPN VII No. 7.13/Ktps/001/2010 tanggal 1 April 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

“PTPN7 Peduli”.

3. Majalah, Laporan Tahunan:

Majalah Business Review Edisi 05 Tahun 10, Agustus 2011. Tata Ulang Sistem

CSR. Kreasi Multi Media. Jakarta.

Laporan Tahunan (Annual Report) PTPN VII (Persero) Tahun 2012 diakses pada website www.ptpn7.com pada tanggal 28 Januari 2014.


(6)

Laporan Ikhtisar Kinerja Keberlanjutan (Sustainability Performance Summary) PTPN7 (Persero) Tahun 2013 diakses pada website www.ptpn7.com pada tanggal 18 Agustus 2014.

4. Download:

Peraturan Menteri Negara BUMN No. 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha

Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Peraturan Menteri Sosial RI No. 13 Tahun 2012 tentang Forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan Kesejehteraan Sosial.

Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-08/MBU/2013 tanggal 10 September 2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program

Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Putusan MK Nomor: 53/PUU-VI/2008 dalam perkara permohonan pengujian UU No. 40 Tahun 2007 tentang. Perseroan Terbatas terhadap UUD Tahun 1945.


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

5 51 139

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusaan PT.Riau Andalan Pulp And Paper Di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak

4 101 177

Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)

20 335 133

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PTPN VII PERSERO) DALAM PERSFEKTIF ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

0 9 19

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PTPN VII PERSERO) DALAM PERSFEKTIF ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

0 21 86

PELAKSANAAN CSR DALAM BENTUK PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB EKSTERNAL PERUSAHAAN DI PTPN VII (PERSERO)

0 9 78

PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG

0 12 65

PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG

1 7 75

IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA.

0 2 122

IMPLEMENTASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN SEBAGAI WUJUD TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN KEPADA STAKEHOLDERS DI PERUSAHAAN PERTAMINA UPMS V SURABAYA

0 0 20