PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG

(1)

iii ABSTRACT

IMPLEMENTATION PROGRAMS KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) COMPANY IN BANDAR LAMPUNG

By

MUHAMMAD FADHIL ALAYDRUS

Activity Companies providing goods and services not uncommon impact negative for residents and environment in business activities, to form a positive image in society, The Company already is supposed to execute Program Corporate Social Responsibility (CSR). One of The Programs Corporate Social Responsibility belonging to BUMN Company is Programs Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan that will be in short with PKBL, which is the realization of the implementation of The Act of Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) UU BUMN, Peraturan Gubernur Lampung No.30 Tahun 2011 tentang Pedomanan Pengelolaan CSR/PKBL, Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Today this program was still have not run well, among others because : Often there is a misuse of funds PKBL Program, Financial report the fund PKBL Program sometimes not equal to reality in the field.

The problems of this research were : (1) How is the implementation of The Program PKBL by BUMN PTPN VII (Persero) Company in Bandar Lampung? (2) Whether the problem facing by BUMN PTPN VII (Persero) Company in implementing The Program PKBL?

Approach matter used in this research is juridical normative and juridical empiric. Types of data used are primary data and secondary data. Data was collected through library research and field study. Data analyzed qualitatively.

Research results and discussion show : (1) Implementation Programs Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan that will be in short with PKBL by BUMN PTPN VII (Persero) Company implemented through 3 programs namely Program Kemitraan, Program Pembinaan, dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan is distribution program in the form of loans to mitra binaan, generally mitra binaan must is small business, Program Pembinaan is guidance program mitra usaha binaan of The Program Kemitraan, and Program Bina Lingkungan that divided into 2(two) namely BUMN Peduli Lingkungan Programs and BUMN Pembina Lingkungan Programs. (2) Factors affecting hampered its effectiveness of the program PKBL by BUMN PTPN VII (Persero) Company is internal


(2)

iv binaan do not have good faith in repaying loans.

Suggestions in this research were : (1) Companies should make documents concerning the implementation of monitoring and evaluating being rudimentary act company to running the aid granted. (2) Companies should harder to socialise its program to public. (3) Companies should form part PKBL specifically in the district/business unit, so the implementation of PKBL become more effective. (4) shouldn't there is a feedback between BUMN and Mitra Binaan in The Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil/ UMKM.


(3)

i ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

MUHAMMAD FADHIL ALAYDRUS

Aktifitas Perusahaan baik barang maupun jasa tidak jarang memberikan citra negatif bagi masyarakat dan lingkungan dalam kegiatan usahanya, untuk membentuk citra positif dimasyarakat, perusahaan sudah seharusnya melaksanakan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR. Salah satu Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan milik BUMN adalah Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan yang selanjutnya disingkat PKBL, yang merupakan realisasi dari pelaksanaan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) UU BUMN, Peraturan Gubernur Lampung No.30 Tahun 2011 tentang Pedomanan Pengelolaan CSR/PKBL, Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Saat ini program tersebut masih belum berjalan dengan baik, antara lain dikarenakan : Seringkali terdapat penyalahgunaan dana PKBL, Laporan keuangan penggunaan dana PKBL terkadang tidak sama dengan kegiatan rillnya di lapangan.

Permasalahan penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan oleh Perusahaan PTPN VII (Persero) Di Bandar Lampung? (2) Kendala-kendala apakah yang dihadapi Perusahaan PTPN VII (Persero) dalam Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan?

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Hasil Penelitian dan pembahasan menunjukan : (1) Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan yang selanjutnya disingkat PKBL oleh BUMN PTPN VII (Persero) dilaksanakan melalui 3(tiga) program yaitu Program Kemitraan, Program Pembinaan, dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan yaitu program berupa penyaluran pinjaman kepada mitra binaan, pada umumnya mitra binaan harus merupakan usaha kecil, Program Pembinaan yaitu program pembinaan mitra usaha binaan


(4)

ii

kendala internal : a. kurangnya sosialisasi tentang Program PKBL oleh perusahaan kepada masyarakat; b. Perusahaan BUMN PTPN VII (Persero) belum memiliki bagian khusus PKBL di Distrik/Unit Usaha; dan Kendala eksternal : a. masyarakat masih banyak yang belum mengetahui tentang Program PKBL; b. mitra binaan tidak mempunyai itikad baik dalam mengangsur pinjaman.

Saran dalam penelitian ini adalah : (1) Perusahaan seharusnya membuat dokumen tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang menjadi dasar bertindak perusahaan untuk mengawasi bantuan yang diberikan. (2) Perusahaan seharusnya lebih giat untuk mensosialisasikan programnya kepada masyarakat. (3) Perusahaan seharusnya membentuk bagian PKBL khusus di Distrik/Unit Usaha, sehingga pelaksanaan PKBL menjadi lebih efektif (4) Seharusnya tidak ada hubungan timbal balik antara BUMN dan Mitra Binaan dalam Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil/ UMKM.


(5)

PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII (PERSERO) DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Muhammad Fadhil Alaydrus

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(6)

viii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 Oktober 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hi. Husin Abubakar Alaydrus, S.E. dan Ibu Hj. Sofia Rodiah Al-Mahdali.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Kartini yang diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Pahoman Bandar Lampung yang diselesaiakan pada tahun 2004, setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB), penulis mengambil Jurusan/Program Studi Hukum Administrasi Negara (HAN). Selama kuliah, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan Fakultas Hukum UNILA yaitu organisasi Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2013-2014.


(7)

ix

MOTO

Keperdulian Sosial merupakan tanggung jawab manusia sebagai

Mahluk Social dan Homo Economicus

Di dalam Hak milik terdapat Hak-Hak Sos

ial”

Segala sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas akan terasa lebih

mudah dan menyenangkan

Ibu

ku adalah kramat hidup ku

” “

Doa


(8)

x

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah swt yang tak henti-hentinya memlimpahkan berbagai nikmat-Nya terutama nikmat adanya Rasulullah saw penulis

memprsembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku :

Syarif Husin Abubakar Alaydrus & Syarifah Sofia Rodiah Al-Mahdali “dengan segala kesabaran menunggu yang telah memberikan kasih sayang tiada batas, perjuangan, pengorbanan dan doanya selama ini yang selalu mendukung demi keberhasilanku”

Kedua adikku :

Muhammad Fiqri Alaydrus & Muhammad Fahmi Alaydrus, beserta Keluarga Besarku

“ atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini ” Istriku tercinta :

Syarifah Hafidzah Abdullah Alaydrus (Sarah)

“yang senantiasa menyemangatiku dan mendoakanku demi terwujudnya cita-citaku” Syarifah Fadilah Hasan Alaydrus (wan Fa) & Berylliani Utami (Eyi)

“yang selalu mensupport dan mendoakanku”

Sahabat-sahabatku yang tidak bisa kusebutkan namanya satu persatu wabil khusus Gahwa Holic

“yang selama ini selalu menemani, mendukung, dan mendoakan demi keberhasilanku”


(9)

xi SANWACANA

Puji dan Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah swt, karena hanya dengan berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul : Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan BUMN PTPN VII (PERSERO) Di Bandar Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Sholawat serta Salam tak lupa penulis hanturkan kepada Suri Teladan kita, Junjungan kita, Nabi Mulia Rasulallah saw semoga kita mendapatkan Syafaat nya di dunia dan di akhirat kelak Amin Ya Robbal Alamin.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materil, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara (HAN) Universitas Lampung;


(10)

xii selesainya skripsi ini;

4. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H., selaku pembimbing II, atas masukan dan saran serta bimbingan yang diberikan selama ini dalam proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini;

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku pembahas I yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyusuan skripsi ini;

6. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara (HAN) Universitas Lampung dan pembahas II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyusuan skripsi ini;

7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak mendidik dan memberi ilmu kepada penulis;

8. Mba Ratna Septiawati selaku Staf PKBL pada BUMN PTPN VII (Persero) Lampung yang telah memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini;

9. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk : Kiyay Apri, Kiyay Zakaria dan Isri (Ayuk kantin gedung D), Mas Misyo, Pak Marlan, Bu Hera serta orang- orang yang berada di lingkungan Fakultas Hukum, teman-teman Mahasiswa FH UNILA angkatan 2010, Senior maupun Junior FH UNILA yang selalu mendengarkan keluh kesah saya dalam menyelesaikan Skripsi ini, terimakasih banyak atas semua bantuannya serta motivasinya;

10. Untuk Kedua orangtuaku : Hi. Husin Abubakar Alaydrus, S.E. dan Hj. Sofia Rodiah Al-Mahdali yang selalu menjadi inspirsiku, memberikan doa yang tulus untuk diriku, dukungan materil maupun pemikiran yang selalu mendukung


(11)

xiii

membahagiakan kalian, tetapi tidak akan sebanding dengan semua kebaikan dan jasa-jasa kalian yang tidak akan pernah bisa aku untuk membalasnya;

11. Untuk mendiang almarhum Pamanku ami abib (Habib Muhammad bin Abubakar Alaydrus) yang senantiasa memberikan ku nasehat dan selalu membantu ku dalam mengeprint skripsi ku dan memberitahuku tentang komputerisasi yang selalu menginginkan keberhasilanku;

12. Untuk Istriku tercinta Syarifah Hafidzah Alaydrus (Sarah) yang selalu mendoakan, menyemangati, dan motivasi dalam hidupku;

13. Untuk kedua adikku : Muhammad Fiqri Alaydrus dan Muhammad Fahmi Alaydrus yang selalu memberikan semangat dan doa kepadaku;

14. Sahabat seperjuangan ku: Reza Setiawan (hap-hap), Bagus, Aldy, Merly, Mely, Iqbal, Bobby, Thomson, Jana, Icat, Ridho, Willy, Seto, Agus, Erdit, Imor, Merre, Gendus, Herry, Faiz, Rendy, Mamanda, Sueng, David, Gilang, Ryan, Willy,Erwin (Dede), Iben, Ghea, june, Amel, Zevina, Olla, Lia, Febby, Dwi Pw, Itqoh, Silva, Jali (alm) serta teman-taman Mahasiswa FH UNILA 2010 yang lain yang tidak dapat ku sebutkan namanya satu persatu, semoga kita bisa meraih kesuksesan amin;

15. Tidak lupa juga buat anggota Gahwa Holic : Syami Assegaf, Reza Al-Bin Smith, Muhammad bin Umar Alaydrus, Ekky Al-Bin Smith, Novel Al-Bin Smith, Agil Al-Baharun, Thoha Al-kaff, Tsani Alaydrus, Muhammad bin Husin Alaydrus, Hasan Alaydrus, Fahmi Alatas, Syukron Katsir ya habaib klo ga ada ente-ente orang pada ana bisa stres sama ini Skripsi;


(12)

xiv

satu-persatu, terima kasih atas dukungan serta semangat yang diberikan;

17. Bang Adih kakak ku yang selalu memberi kritik dan saran yang membangun, dan selalu memberi ku support;

18. Dan Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis berdoa agar semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan kebaikan yang lebih besar dari Allah swt, penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan masukan buat penulis dan akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin Ya Robbal Alamin.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis


(13)

(14)

xv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

HALAMAN JUDUL ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PPeennggeerrttiiaan nPPeellaakkssaannaaaann ... . 9 9 2.2. Pengertian Pelaksanaan Program CSR/PKBL ... 13

2.3. Pengertian Program ... 16

2.4. Pengertian Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR ... . 1166 2.4.1. Teori-Teori Tentang CSR ... 20

2.4.2. Kriteria Perusahaan yang Harus melaksanakan CSR ... 24

2.4.3. Barometer / Tolak Ukur yang Mempengaruhi Manajemen Lebih Memperhitungkan Pelaksanaan CSR/PKBL ... 25

2.4.4. Alasan Pentingnya Perusahaan Perlu Merespon CSR/PKBL ... 25

2.5. Pengertian Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) ... . 2266 2.5.1. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kemitraan Bna Lingkungan (PKBL) ... 27

2.5.2. Pengertian Prinsip Good Corporate Governance (GCG) ... 28

2.6. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... . 3300 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ... 32

3.2. Data dan Sumber data ... 32

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4. Pengolahan Data ... 34


(15)

xvi

4.1.Gambaran Umum Perusahaan BUMN PTPN VII (Persero) ... 36

4.1.1. PTPN VII (Persero) Sebagai Pelaksana PKBL ... 37

4.1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan PKBL PTPN VII (Persero) ... 38

4.1.3. Struktur Organisasi PKBL Beserta Pejabat/Staf Pengelola PKBL ... 42

4.2.Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN PTPN VII (Persero) Bandar Lampung ... 44

4.2.1. Mekanisme Pelaksanaan Program PKBL PTPN VII (Persero) ... 46

4.2.2. Sasaran Pelaksanaan Program PKBL PTPN VII (Persero) ... 48

4.3.Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan PKBL PTPN VII (Persero) ... 73

BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 76

5.2.Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan antara lain dengan melakukan pembangunan di bidang ekonomi. Pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan pembangunan ekonomi dengan disertai pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan dengan menciptakan keseimbangan antara kepentingan perusahaan, masyarakat, dan lingkungan.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan adanya kewajiban dari setiap perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan / Corporate

Social Responsibikity yang selanjutnya disingkat CSR.

Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dan diiringi dengan meningkatnya persaingan menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan kinerjanya. Keberadaan perusahaan tersebut dalam masyarakat dapat memberikan citra yang positif dan negatif.


(17)

Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat, namun di sisi lain tidak jarang masyarakat mendapatkan dampak buruk dari aktivitas perusahaan. Hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tentu dapat terwujud jika masyarakat dan lingkungan memiliki citra yang positif mengenai perusahaan yang bersangkutan. Citra yang positif ini bisa di bentuk dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang secara umum dapat didefiisikan sebagai “ komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu isu tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.”

CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan di Indonesia istilah CSR baru

digunakan sejak tahun 1990-an itupun masih kerap disamakan dengan konsep

community development. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR

melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti LSM, perguruan tinggi atau lembaga konsultan. Konsep tentang CSR dijelaskan menurut pendapat beberapa ahli. Salah satu konsep menyatakan tentang CSR adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.

Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional merupakan wujud nyata dari pelaksanaan CSR di Indonesia dalam upaya penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.


(18)

Oleh karena itu, banyak perusahaan menerapkan CSR, terbukti hasil riset menunjukkan 94,12% perusahaan beroperasi di Lampung dari 17 perusahaan yang merespon menerapkan aktivitas CSR. Bahkan, 100% responden perusahaan menyatakan setuju bahwa aktivitas CSR merupakan tugas dan tanggung jawab pada aktivitas sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sosial selain memperoleh laba pada jangka panjang demi terwujudnya masyarakat sejahtera, madani, dan memiliki kehidupan masyarakat lebih berkualitas.

Demikian juga 100% responden masyarakat setuju jika CSR diterapkan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat demi menuju masyarakat madani, sejahtera, serta memiliki kehidupan yang lebih berkualitas, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.

Untuk mempercepat proses pembangunan di Lampung, perusahaan swasta, BUMN, dan PemProv Lampung sepakat menyinergikan program sosial kemasyarakatan. PemProv Lampung memjabarkan sedikitnya 174 program kabupaten/kota se-Provinsi Lampung yang bisa dibiayai melalui dana CSR. Dari program-program itu nantinya akan diseleksi program yang tepat untuk dijadikan sebagai sasaran CSR.

Untuk mensinergikan pelaksanaan CSR/PKBL oleh sektor swasta dan BUMN Pemerintah Provinsi Lampung melakukan upaya melalui penyusunan Blue Book program CSR, penerbitan Peraturan Gubernur Lampung Nomor. 30 Tahun 2011 sebagai pedoman pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung, dan Keputusan Gubernur Nomor : G/480/II.02/HK/2011 Tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi Perusahaan CSR di Provinsi


(19)

Lampung, serta menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Banyak program yang disajikan pemerintah, tidak berarti perusahaan dan BUMN mengambil program itu secara Tegas. Sebab, CSR harus dilaksanakan sesuai keahlian dan visi-misi perusahaan. CSR tidak hanya meliputi pembangunan fisik tetapi, bisa berupa pembinaan kerohanian sebab, ini merupakan tolok ukur keberhasilan CSR. Berbagai kegiatan yang dipaparkan merupakan konsep pengembangan ekonomi mikro, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan infrastruktur.

CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang selanjutnya di singkat PKBL. Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, dimana dalam Pasal 2 UU BUMN menentukan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat, Pasal 88 Ayat (1) UU BUMN menentukan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

PTPN VII mengikuti ketentuan pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility yang tertuang dalam Undang-undang Nomor. 19 tahun 2003 Pasal 88 tentang BUMN, dimana disebutkan bahwa program Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dijalankan oleh BUMN adalah program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

PTPN VII (Persero) adalah sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan di Provinsi Lampung karena kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam, karena itu perusahaan tersebut wajib menerapkan tanggung jawab sosial


(20)

dan lingkungan. PTPN VII (Persero) merupakan koordinator CSR BUMN di Lampung memiliki program kepedulian yang sangat jelas terutama kepedulian BUMN tersebut sangat berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebab tidak mungkin semuanya bisa ditangani oleh pemerintah.

Implementasi CSR di lingkungan PTPN VII Bandar Lampung digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu CSR melalui program Community Relation (CR) yaitu usaha yang dilakukan oleh PTPN VII untuk menjalin hubungan kemitraan baik dengan komunitas sekitar perusahaan dan CSR melalui program Community Development (CD) yaitu kegiatan pengembangan masyarakat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan lebih baik.

Terdapat beberapa titik masalah yang ada di masing-masing BUMN, sehingga penyaluran PKBL masih belum mampu mencapai harapan tersebut secara maksimal, diantaranya :

Pertama, PKBL disalurkan melalui BUMN yang bersangkutan. Memang ada koordinasi lintas BUMN (melalui korwil) dan disupervisi oleh Kementerian BUMN, tetapi untuk penyalurannya diserahkan kepada masing-masing BUMN. Di masing- masing BUMN ada kepala bidang PKBL khusus, pertimbangan layak atau tidaknya ajuan dari masyarakat ditentukan oleh tim tersebut dan disetujui oleh Dirut BUMN yang bersangkutan. Disinilah permasalahan dimula. Seringkali dana PKBL diarahkan kepada para penerima yang sudah diatur oleh tim, atau orang terdekat tim, sehingga dari tahun ke tahun penerimanya di banyak kasus itu-itu saja. Hal ini pun sering mengemuka pada rapat-rapat di Komisi VI DPR, di mana para anggota umumnya


(21)

mengkritik penyaluran BUMN yang tidak transparan. Intinya PKBL adalah mainan dari oknum karyawan BUMN.

Kedua, laporan keuangan penggunaan dana PKBL kadang tidak sama dengan kegiatan riilnya. Hal ini berpotensi merugikan negara, karena PKBL diambil dari laba bersih setelah pajak, dengannya mempengaruhi besarnya dividen yang harus disetor ke negara. Beda lagi cerita kalau memang betul-betul disalurkan sebagaimana mestinya seperti tertera dalam laporan. Dibuat laporan yang bagus-bagus, tetapi tidak sama pada prakteknya.

Ketiga, penyalahgunaan dana PKBL tidak saja dilakukan oleh BUMN tetapi juga oleh penerima. Tidak bermaksud menyalahkan masyarakat atau membuat generalisasi, tetapi berdasarkan kasus-kasus yang terjadi, hal ini dapat menjadi pelajaran agar tidak terulang. Penyalahgunaan tersebut di antaranya proposal fiktif, penggunaan anggaran yang tidak sama dengan yang ada di proposal, dan bahkan upaya penggelapan dengan alasan yang dibuat-buat. Mungkin karena banyak kasus seperti ini yang menyebabkan tim BUMN memprioritaskan orang-orang yang sudah mereka kenal. Tetapi, tentu saja jika mereka membuat generalisasi bahwa masyarakat seperti itu semua, tidak dapat dibenarkan juga. Perlu benar-benar disurvey oleh tim BUMN terhadap para calon penerima. Survey dari tim PKBL BUMN selama ini terkesan tidak serius, apalagi jika mensurvey daerah yang jauh dari perkotaan, daerah terpencil umumnya mereka tidak mau mensurvey, alasannya biaya survey bisa lebih mahal daripada bantuannya. Padahal justru daerah yang terpencillah yang harus diutamakan.


(22)

Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN BUMN PTPN VII DI BANDAR LAMPUNG. ”

1.2. Rumusan Masalah :

Berdasarkan pada uraian yang telah sebelumnya dipaparkan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan oleh Perusahaan PTPN VII (Persero) di Bandar Lampung

2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi Perusahaan PTPN VII (Persero) dalam Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan

1.3. Tujuan Penelitian :

Sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan Perusahaan PTPN VII (Persero) di Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Perusahaan PTPN VII (Persero) didalam pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan.


(23)

1.4. Kegunaan Penelitian :

A. Kegunaan Secara Teoritis

Manfaat secara teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang mendukung perkembangan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara yaitu hukum lingkungan dan hukum tenaga kerja terkait dengan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Perusahaan BUMN PTPN VII Bandar Lampung, dan menambah wawasan dan pemahaman mengenai Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

B.

Kegunaan Secara Praktis

Manfaat secara Praktis, penelitian ini dapat dipakai dan berguna sebagai bahan penelitian kepada masyarakat yang berupa bahan bacaan, bahan penyuluhan hukum, bahan referensi penelitian hukum, dan sumbangan pikiran kepada para praktisi hukum dan pengusaha, khususnya bidang hukum administrasi negara tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Adapun kontribusi untuk Perusahaan BUMN PTPN VII Bandar Lampung yaitu selain memberikan sumbangan pikiran dan pemahaman tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), perusahaan diharapkan dapat menjalankan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL sesuai dengan baik, khususnya melalui perspektif hukum.


(24)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelaksanaan

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka haruslah ada pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana yang dikemukakkan oleh Santoso Sastropoetro sebagai berikut: “Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya.”

Selanjutnya Charles D. Jones dalam Silalahi, mengemukakkan mengenai pelaksanaan ata implementasi yakni: “Konsep dinamis yang meibatkan secara terus menerus usaha-usaha yang mencari apa yang dilakukan, mengatur aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pendapat suatu program kedalam dampak.”

Sedangkan Pariata Westa, dkk menyatakan: “Implementasi atau pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan waktu berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilakukan.”


(25)

Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti bautan, sifat, dan tanda. Ditambah awalan pe- dan akhiran –an yang berfungsi membentuk kata benda menjadi pelaksana. Sedangkan, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarmita, mengemukakkan batasan mengenai pelaksanaan tersebut dengan terlebih dahulu mengemukakkan pengertian pelaksanaan sebagai berikut: “Pelaksana adalah orang yang mengerjakan atau melakukan rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan rancangan.” Berdasarkan batasan dikemukakkan oleh Poerwadarmita diatas, maka dapat dibedakan antara pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana.

Jadi dengan demikian kedua pengertian tersebut diatas mempunyai arti yang berbeda namun keduanya berasal dari kata laksana. Sedangkan pengertian pelaksanaan menurut The Liang Gie sebagai berikut: “Usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, dimana pelaksanaannya, kapan waktunya dimulai dan berakhir, dan bgaimana cara dilaksanakan.”

Kemudian SP. Siagian, menyatakan bahwa jika suatu rencana yang terealisasi telah tersusun dan jika program kerja yang “achievement oriented” telah dirumuskan maka kini tinggal pelaksanaannya. Lebih lanjut, Siagian mengatakan bahwa dalam pelaksanaan ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:


(26)

1) Membuat rencana detail, artinya merubah rencana strategis (jangka panjang) menjadi rencana teknis (jangka pendek) dan mengorganisir sumber-sumber dan staf dan selanjutnya menyusun peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tertentu.

2) Pemberian tugas artinya merubah rencana teknis menjadi rencana praktis, dan tujuan selanjutnya melakukan pembgian tugas-tugas dan sumber-sumber

3) Monitor artinya pelaksanaan dan kemajuan pelaksanaan tugas jangan sampai terjadi hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktis. Dalam hal ini diperlukan untuk memeriksa hasil-hasil yang dicapai.

4) Review artinya pelaporan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan, analisis pelaksanaan tugas-tugas, pemeriksaan kembali dan penyusunan jadwal waktu pelaksanaan selanjutnya dalam laporan diharapkan adanya saran dan perbaikan bila ditemui adanya perbedaan dan penyimpangan.

Kata pelaksanaan juga memiliki makna yang sama dengan implementasi. Lebih lanjut, Syukur Abdullah mengemukakkan definisi Implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan. Langkah-langkah strategis maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dan program yang ditetapkan semula.”

Dari definisi diatas menunjukkan bahwa implementasi atau pelaksanaan merupakan aspek operasional dan rencana atau penerapan berbagai program yang telah disusun sebelumnya, mulai dari penetapan sampai hasil akhir yang dicapai sebagai tujuan semula. Lebih lanjut beliau mengemukakkan bahwa didalam mengimplementasikan


(27)

atau melaksanakan suatu program yang dipandang sebagai suatu proses. Ada tiga unsur utama dalam pelaksanaan yaitu:

1) Adanya program yang dapat menjadi ukuran utama dalam melaksanakan kegiatan 2) Target grup yaitu kelompok yang menjadi sasaran daripada program yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah

3) Serta unsur-unsur pelaksana yaitu pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program yang dibuat.

Faktor pelaksanaan menempati posisi yang paling penting dalam menentukan keberhasilan suatu program untuk diwujudkan. Maka dalam proses kegiatannya menurut Bintoro perlu memerhatikan beberapa hal, antara lain:

1) perlu ditentukan secara jelas siapa atau badan/lembaga mana secara fungsional akan diserahi wewenang mengkoordinasikan program didalam suatu sektor

2) perlu diperhatikan penyusunan program pelaksanaan yang jelas dan baik. Dalam program pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsional perlu dituangkan kedalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan diataati oleh semua pihak yang terlibat dalam hubungan pelaksanaan program tersebut.

3) perlu dikembankan hubungan kerja yang lebih baik, antara lain dalam bentuk badan kerjasama atau suatu panitia kerjasama dengan tanggung jawab dan koordinasi yang jelas

4) perlu diusahakan koordinasi melalu proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan pembiayaannya

Bertolak dari rumusan diatas maka dapatlah diambil sebuah kesimpulan, bahwa pelaksanaan itu adalah “suatu kegiatan dalam proses merealisasikan suatu program


(28)

dengan melalui prosedur dan tata cara yang dianggap tepat. Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa hndaknya suatu pelaksanaan harus dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa segi yang berpengaruh diantaranya adalah pelaksanaan itu sesuai dengan kepentingan masyarakat.”

Seperti yang dikemukakkan Bintoro, “suatu segi lain dari dapatnya dipertanggungjawabkan suatu pelaksanaan pemerintah adalah apakah pelaksanaannya itu sesuai dengan kepentingan masyarakat”. Dengan demikian pelaksanaan sebagai suatu kegiatan untuk merealisasikan tujuan terhadap sebuah sasaran sehingga suatu pelaksanaan akan mengarah kepada usaha yang sesuai dengan kepentingan masyarakat.1

2.2. Pengertian Pelaksanaan Program CSR/PKBL

Pelaksanaan Program CSR/PKBL adalah upaya proses suatu usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, pembangunan secara berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat, yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan baik swasta, BUMN, maupun BUMD sebagai pelaku usaha, pemangku kepentingan berkoordinasi dengan Forum Komunikasi dan Tim Fasilitasi baik Tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, disuatu wilayah tertentu untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat mengikuti panduan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pelasanaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung berupa :

1


(29)

a. Blue Book CSR Provinsi Lampung yang telah ditetapkan oleh Tim Fasilitasi Tingkat Provinsi bersama Forum Komunikasi CSR Provinsi Lampung disosialisasikan kepada seluruh Perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Pers.

b. Perusahaan memilih bentuk, sasaran, dan lokasi Program/kegiatan CSR dan mengkoordinasikannya Kepada Tim Fasilitasi Tingkat Provinsi.

c. Tim Fasilitasi Tingkat Provinsi selanjutnya melakukan koordinasi dengan SKPD Provinsi terkait dan Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten/Kota untuk mensinergikan pelaksanaan program CSR dimaksud, khususnya apabila dibutuhkan dukungan dari Pemerintah.

d. Pelaksanaan program/kegiatan CSR dilakukan sepenuhnya oleh pelaku usaha kepada objek yang dipilih dan tidak diperkenankan pelaksanaannya dengan memberi dana CSR dalam bentuk tunai kepada Tim Fasilitasi baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

e. Untuk Merealisasikan pelaksanaan CSR oleh BUMD, maka pelaksana kegiatan (masyarakat atau lembaga non pemerintah) mengajukan usulan kegiatan dan pembiayaan kepada Tim Fasilitasi Tingkat Provinsi atau Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten/Kota (sesuai dengan lokasi kegiatan dan porsi pemilikan saham oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota). Selanjutnya Tim Fsilitasi Tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan rekomendasi atas usulan tersebut kepada BUMD. Atas rekomendasi tersebut, maka BUMD dapat mendukung pimbiayaan program CSR yang diusulkan tersebut.


(30)

a. Menyusun, menata, merancang dan melaksanakan kegiatan CSR/PKBL sesuai dengan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dunia usaha dengan memperhatikan kebijakan pemerintah daerah dan peraturan perundangan yang berlaku;

b. Menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan sistem jejaring kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan CSR/PKBL dengan memperhatikan kepentingan perusahaan, pemerintah daerah, masyarakat dan kelestarian lingkungan; dan

c. Menetapkan bahwa CSR/PKBL adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kebijakan manajemen maupun program pengembangan perusahaan.

Mekanisme Pengelolaan CSR adalah : 1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pembinaan dan Pendampingan 4. Pelaporan dan Evaluasi

Prinsip-prinsip Dasar yang Harus Diperhatikan Baik Oleh Pemerintah, Dunia Usaha, Maupun Masyarakat Guna Terwujudnya Sinergritas Dalam Pelaksanaan Program CSR :

a. Prinsip Otonomi; b. Prinsip Kejujuran; c. Prinsip Keadilan;

d. Prinsip Saling Menguntungkan ; e. Prinsip Integritas Moral.


(31)

Asas-asas Pelaksanaan Program CSR : a. Ketertiban dan Kepastian Hukum; b. Keadilan;

c. Manfaat;

d. Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan; e. Kepedulian;

f. Keterpaduan; g. Kemandirian; h. Kemitraan; i. Profesianal; j. Transparan; dan k. Akuntabilitas.

2.3. Pengertian Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Program berasal dari suku kata prog-ram yang bermakna rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.2

2.4. Pengertian Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan / CSR

Pengertian program tanggung jawab sosial perusahaan / Corporate Social

Responsibility yang selanjutnya disingkat CSR secara umum dapat didefiisikan

sebagai “ komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang

2


(32)

terhadap satu isu tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.” Secara khusus dapat didefenisikan sebagai “ Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan profesional.”

Konsep tentang CSR dijelaskan menurut pendapat beberapa ahli. Salah satu konsep menyatakan tentang CSR adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.

Konsep tentang CSR dari segi ekonomi The Word Business Council for Sustainable

Development (WBCSD) menyatakan bahwa CSR adalah “Komitmen bisnis untuk

berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.”(Emi R.Ernawan)3

Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat (1) UU PT menyebutkan bahwa “Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”4

3

Emi R Ernawan, The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD.

4


(33)

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada Pasal 74 ayat (1) UU PT merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 74 ayat (1) UU PT dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroaan Terbatas.5

Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”6

Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN menyebutkan bahwa “salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat.”7 Selanjutnya didalam Undang-Undang Nomor. 19 Pasal 88 ayat (1) UU BUMN tersebut disebutkan bahwa

“BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.”8

Sebagai tindak lanjut dari UU BUMN tersebut, khususnya menyangkut Pasal 2 ayat (1) huruf e dan Pasal 88 ayat (1), diterbitkan Keputusan Menteri Negara BUMN

5

Peraturan Pemerintah Nomor. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

6

Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal (15) huruf b. 4

Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 2 ayat (1) huruf e. 8


(34)

(Kepmen.BUMN) Nomor. Kep-236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan9, yang selanjutnya dilakukan penyempurnaan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN (Permen.BUMN) Nomor. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.10

Berdasarkan keputusan menteri tersebut, bentuk kepedulian BUMN dijabarkan kedalam 2 (dua) program, yakni : Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Yang dimaksud dengan Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, sedangkan yang dimaksud dengan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan PKBL mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR, yakni 2% laba perusahaan harus disisihkan untuk PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).11 UU BUMN dimana disebutkan dalam Pasal 88 menginginkan bahwa

“Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dijalankan oleh BUMN berupa Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).”

Peraturan Gubernur Lampung No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL Di Provinsi Lampung ayat (1) menyebutkan bahwa “ Corporate Social

9

Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor. Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

10

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

11


(35)

Responsibility (CSR)/Program Kemtraan Bina Lingkungan (PKBL) adalah komitmen Perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”12 Selajutnya Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor. 16 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pasal 1 ayat (9) menyatakan bahwa “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau dengan sebutan lain yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan yang selanjutnya disingkat TSP adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.”13

2.4.1. Teori-Teori Tentang CSR

Untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan CSR dapat menggunakan pendekatan berlandaskan beberapa Teori, yaitu :

1. Teori Stakeholder ( Stakeholder Theory)

Stakeholder adalah semua pihak, internal maupun eksternal, dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : Pemerintah,

perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan. Hal pertama mengenai teori

stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah sistem secara eksplisit berbasis pada

12

Peraturan Gubernur Lampung No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL Di Provinsi Lampung.

13


(36)

pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungannya, mengakui sifat saling mempengaruhi antara keduanya kompleks dan dinamis. Hal ini berlaku untuk kedua jenis teori stakeholder. Jenis pertama berhubungan langsung dengan model akuntabilitas. Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu, organisasi memiliki akuntabilitas terhadap stakeholdernya. Sifat dari akuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara stakeholder dan organisasi. Jenis kedua teori stakeholder berhubungan dengan pandangan mengenai empirical

accountability. Teori stakeholder mungkin digunakan dengan ketat dalam suatu

organisasi arah terpusat (centered-way organization). Diungkapkan bahwa lingkungan sosial perusahaan merupakan sarana sukses bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan stakeholdernya. Berdasarkan asumsi Stakeholder Theory, maka perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern.

2. Teori Legimitasi (Legitimacy Theory)

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat semakin maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan berorientasi pada keberpihakan terhadap


(37)

masyarakat (society), Pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat. Suatu organisasi mungkin menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman legitimasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan seperti kecelakaan serius atau skandal keuangan organisasi mungkin: Mencoba untuk mendidik stakeholder tentang tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja.

a) Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian (tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi).

b) Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah menjadi perhatian (mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif tidak berhubungan dengan kegagalan).

c) Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentang kinerja.

d) Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan penting terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan.

Kebanyakan inisiatif utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri pada satu atau lebih strategi legitimasi. Sebagai misal, kecenderungan umum bagi

pengungkapan sosial perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi dibandingkan dengan elemen negatif.

3. Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)

Teori ini muncul karena adanya interelasi dalam kehidupan sosial masyarakat, agar terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, termasuk dalam lingkungan. Perusahaan merupakan kelompok orang memiliki kesamaan tujuan dan berusaha mencapai tujuan secara bersama adalah bagian dari masyarakat dalam lingkungan lebih besar. Keberadaannya sangat ditentukan oleh masyarakat, di mana antara kedua


(38)

saling pengaruh-mempengaruhi. Untuk itu, agar terjadi keseimbangan (equality), maka perlu kontrak sosial baik secara tersusun baik secara tersurat maupun tersirat, sehingga terjadi kesepakatan saling melindungi kepentingan masing-masing. Kontrak Sosial dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat. Di sini, perusahaan atau organisasi memiliki kewajiban pada masyarakat untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-norma berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat dipandang legitimate. Dalam perspektif manajemen kontemporer, teori kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok, termasuk masyarakat dibentuk berdasarkan kesepakatan saling menguntungkan anggota. Hal ini sejalan dengan konsep Legitimacy Theory bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak menganggu atau sesuai (congruence) dengan eksitensi sistem nilai dalam masyarakat dan lingkungan. Konsep kontrak sosial bahwa untuk menjamin kelangsungan hidup dan kebutuhan masyarakat, kontrak sosial didasarkan pada :

a) Hasil akhir (output) secara sosial dapat diberikan kepada msayarakat luas. b) Distribusi manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada kelompok sesuai

dengan kekuatan dimiliki.

Mengingat output perusahaan bermuara pada masyarakat, serta tidak adanya power institusi bersifat permanen, maka perusahaan membutuhkan legitimasi. Di situ, perusahaan harus melebarkan tanggungjawab tidak hanya sekedar economic responsibility lebih diarahkan kepada shareholder (pemilik perusahaan), namun perusahaan harus memastikan bahwa kegiatannya tidak melanggar dan bertanggungjawab kepada Pemerintah dicerminkan dalam peraturan dan perundang-


(39)

undangan berlaku (legal responsibility). Di samping itu, perusahaan juga tidak dapat mengesampingkan tanggungjawab kepada masyarakat, dicerminkan lewat tanggung jawab dan keberpihakan pada berbagai persoalan sosial dan lingkungan timbul (societal respobsibility).14

2.4.2. Kriteria Perusahaan yang Harus Melaksanakan CSR

Peraturan Daerah Pronvinsi Lampung Nomor. 16 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) Pasal 10 ayat 1, 2, 3 menjelaskan tentang kriteria perusahaan yang harus melaksanakan CSR :

1. Pelaksana TSP/CSR adalah perusahaan yang berstatus badan hukum.

2. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berstatus pusat, cabang, unit pelaksana yang berkedudukan dalam wilayah Lampung.

3. Perusahaan pelasana TSP/CSR tidak dibedakan antara perusahaan milik swasta maupun milik negara dan/atau milik pemerintah daerah, baik yang menghasilkan barang maupun jasa.

Selanjutnya Pasal 12 ayat (1) menyebutkan bahwa “Bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan TSP/CSR dengan biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan ukuran usaha, cakupan pemangku kepentingan dan kinerja keuangannya.”

Penjelasan Pasal 12 ayat (1) yang dimaksud dengan “perusahaan yang secara langsung mengelola sumber daya alam” adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, sedangkan yang dimaksud

14


(40)

“perusahaan yang berkaitan/tidak langsung dengan sumber daya alam” adalah perusahaan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.15

2.4.3. Barometer / Tolak Ukur yang Mempengaruhi Manajemen Lebih Memperhitungkan Pelaksanaan CSR/PKBL

a. Kepedulian dan harapan baru dari masyarakat, konsumen, pemerintah dan penanam modal dalam konteks globalisai serta perubahan prilaku unsur-unsur lingkungan perusahaan;

b. Kriteria sosial semakin meningkat sehingga mempengeruhi keputusan investasi perorangan dan kelembagaan baik sebagai konsumen maupun sebagai penanam modal

c. Menunjukkan kesadaran terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomo;dan

d. Transparansi aktivitas bisnis yang dibawa oleh media dan informasi modern serta teknologi komunikasi.16

2.4.4. Alasan Pentingnya Perusahaan Perlu Merespon CSR/PKBL

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga perusahaan juga hendaknya memperhatikan kepentingan masyarakat. Kegiatan sosial difungsikan sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan.

15

Pasal !0 ayat 1,2,3 dan Pasal 12 ayat 1 Peraturan Gubernur Lampung No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL Di Provinsi Lampung.

16


(41)

Kedua, perusahaan dan masyarakat sebaliknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.17

2.5. Pengertian Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)

Pengertian Umum Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), secara umum dibagi menjadi Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dari bagian laba BUMN dan Program Bina Lingkungan adalah Program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN diwilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.18

Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan salah satu bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan /Corporate Sosial Responsibility (CSR) atau PKBL merupakan bentuk implementasi dari CSR, tidak hanya berhenti sampai dengan PKBL malaikan masih ada berbagai macam lagi bentuk implementasi kinerja CSR. Salah satu karakteristik utama CSR adalah mempunyai kepatuhan terhadap hukum.

17

Peraturan Gubernur Lampung No. 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL Di Provinsi Lampung.

18


(42)

Sasaran Program Kemitraan Bina Lingkungan :

a) Tercapainya pengelolaan dana PKBL secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat sasaran.

b) Tercapainya penyaluran dana PKBL kepada usaha kecil secara tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat pembinaan.

c) Tercapainya penggunaan dana PKBL kepada usaha kecil secara tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat pembinaan.

d) Berkembangnya usaha Mitra Binaan.

2.5.1. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL

Dasar-dasar hukum diperlukan sebagai landasan dalam melakukan suatu kegiatan. Pelaksanaan PKBL membutuhkan dasar-dasar hukum yang jelas. Pelaksanaan adalah sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya. Di negara kita dasar hukum penerapan/pelaksanaan dari CSR diatur di dalam :

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN;

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

d. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas;

e. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;

f. Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan PKBL;


(43)

g. Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Mikro, kecil dan Menengah serta program Bina Lingkungan;

h. Keputusan Gubernur No : G/480/II.02/HK/2011 pada tanggal 11 Maret 2011 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi Perusahaan CSR di Provinsi Lampung;

i. Peraturan Gubernur Lampung No. 30 Tahun 2011 Tentang Penerbitan Pedoman Pengelolaan PKBL/CSR di Provinsi Lampung;

j. Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 16 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

2.5.2. Pengertian Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-117/M-Mbu/2002 tentang penerapan praktek dari prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses,

output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.


(44)

Rogers W’ O Okot Uma dari common wealt secertariat london (ndraha 2003:629) mendefinisikan Good Governance sebagai, “compressing the prossesing and structure guides political and sosial economic relationship, with patricular reference

to commitment to democratic values, norms and honest business” atau mempersingkat

proses struktur yang mengatur hubungan ekonomi, sosial dan politis dengan acuan tertentu untuk memenuhi nilai-nilai demokratis, norma-norma dan bisnis yang sehat.

Tim GCG BPKP mendefinisikan Good Corporate Governance :

Sebagai suatu komitmen, aturan main serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika dalam arti sempit. Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka penjang dengan memperhatikan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan,perundangan dan etika.

Dari pengertian diatas terdapat berapa hal penting yang terkandung dalam Good

Corporate Governance (GCG), antara lain adalah :

1. Efektivitas yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien, pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

2. Seperangkat prinsip, kebijakan manajemen perusahaan yang diterapkan bagi terwujudnya operasional perusahaan yang efisien, efektif dan profitable dalam menjalakan organisasi dan bisnis perusahaan untuk mencapai sasaran strategis yang memenuhi prinsip-prinsip praktek bisnis yang baik dan penerapannya sesuai


(45)

dengan peraturanyang berlaku, peduli terhadap lingkungan dan dilandasi oleh nila-nilai sosial budaya yang tinggi.

3. Seperangkat peraturan dan sistem yang mengarah kepada pengendalian perusahaan bagi penciptaan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan (pemerintah, pemegang saham, pimpinan perusahaan dan karyawan) dan bagi perusahaan itu sendiri.

Menurut Kartiwa terdapat dua prespektif tentang Good Corporate Governance yaitu : 1. Prespektif yang memandang Corporate Governance sebagai suatu proses dan

struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan.

2. Prespektif yang lain Good Corporate Governance menekankan pentingnya pemenuhan tanggung jawab badan usaha sebagai entinitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholders.

Program PKBL yang dilakukan oleh suatu perusahaan BUMN merupakan bentuk implementasi dari kinerja progam CSR yang dilakukan oleh perusahaan BUMN tersebut, yang merupakan penerapan/praktek dari prinsip Good Corporate

Governance (GCG) yang dilakukan oleh PTPN VII (Persero) guna meningkatkan

nilai perusahaan.

2.6. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, definisi BUMN adalah :


(46)

1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui pernyataan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya di sebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,

adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteia tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perudang-undangan di bidang pasar modal.19

19


(47)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Pendekatan normatif adalah pendekatan dengan melihat dan membaca peraturan perundang-undangan yang erat hubungannya dengan masalah yang di bahas seperti peraturan perundang-undangan, literatur buku, dokumen atau kamus, internet dan lain sebagainya. Pendekatan empiris dilakukan dengan melihat langsung objek yang diteliti pada pelaksaan instrumen hukum administrasi terhadap program kemitraan bina lingkungan.

3.2. Data dan Sumber Data

Berdasarkan pokok bahasan pendekatan masalah yang digunakan, maka data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui wawancara kepada Kepala Bagian PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) BUMN PTPN VII Bandar Lampung, Staf Bidang Pengawasan Pelaksanaan PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) BUMN PTPN VII Bandar Lampung serta Masyarakat sekitar. Sedangkan data sekunder adalah data yang besumber dari bahan-bahan pustaka berupa


(48)

peraturan perundang-undangan, literatur, dokumen, internet, dan bahan pustaka lainnya. Data sekunder ini terdiri atas :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat berupa peraturan perundangan, meliputi :

a. Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang BUMN;

b. Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; c. Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

d. Peraturan Pemerintah Nomor. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas;

e. Keputusan Menteri BUMN Nomor. Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;

f. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor. 4 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan PKBL;

g. Peraturan Menteri BUMN Nomor. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Mikro, kecil dan Menengah serta program Bina Lingkungan;

h. Keputusan Gubernur Nomor : G/480/II.02/HK/2011 pada tanggal 11 Maret 2011 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Program Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan bagi Perusahaan CSR di Provinsi Lampung;

i. Peraturan Gubernur Lampung Nomor. 30 Tahun 2011 Tentang Penerbitan Pedoman Pengelolaan PKBL/CSR di Provinsi Lampung;

j. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.


(49)

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa buku-buku ilmu hukum serta literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buku Metode Penelitian Hukum, dan Internet.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pada sumber data yang dibutuhkan, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Studi Pustaka, yaitu dengan mempelajari, membaca, mengutip buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Wawancara, dilakukan secara langsung kepada pihak-pihak terkait berdasarkan pada pokok bahasan yang akan dikaji. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pedoman wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dan akan dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.


(50)

3.4. Pengolahan Data

Pengolahan data ini dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, sedah selesai (relevan) dengan pokok bahasan.

2. Penandaan data (coding), yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (peraturan perundang-undangan, literatur, dokumen, dan bahan pustaka lainnya).

3. Rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, dan logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan untuk menjawab pokok bahasan yang diteliti.

4. Sistematisasi data (systematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan subjek pokok bahasan berdasarkan masalah dalam penelitian.

3.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif, kompeherensif, dan lengkap. Analisis kualitatif artinya analisis yang dilakukan dengan cara mengkonstruksi data dalam bentuk uraian kalimat yang tersusun secara teratur, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pembahasan dan pemahaman serta interprestasi data. Kompeherensif artinya pembahasan data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam pembahasan. Hasil analisis data disajikan secara ringkas dalam kesimpulan sebagai jawaban singkat dari pokok bahasan dan masalah yang diteliti.


(51)

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan yang selanjutnya disingkat PKBL oleh BUMN PTPN VII (Persero) dilaksanakan melalui 3(tiga) Program yaitu Program Kemitraan, Program Pembinaan, dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan yaitu program berupa penyaluran pinjaman kepada mitra binaan, pada umumnya mitra binaan yang mendapat pinjaman dari program kemitraan harus merupakan usaha kecil yang masih memerlukan pembinaan dalam bentuk modal usaha maupun bimbingan manejarial, Program Pembinaan yaitu program pembinaan mitra usaha binaan dari Program Kemitraan, dan Program Bina Lingkungan yang dibagi menjadi 2(dua) yaitu Program BUMN Peduli Lingkungan dan Program BUMN Pembina Lingkungan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII (Persero) di Bandar Lampung, meliputi kendala internal dan kendala eksternal. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain :


(52)

Kendala Internal (kendala yang datangnya dari dalam perusahaan) :

1. Pelaksanaan programnnya belum dapat dilakukan secara berkesinambungan.

2. Perusahaan belum memiliki bagian khusus PKBL di Distrik/Unit Usaha, sehingga tugas bagian PKBL dikerjakan oleh bagian SDM dan Umum di Distrik/Unit Usaha menyebabkan pelaksanaan program PKBL tidak efektif dan belum fokus karena masih merangkap bidang-bidang tugas lainnya.. 3. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi belum maksimal

dilaksanakan secara maksimal oleh perusahaan.

Kendala Eksternal (kendala yang datangnya dari masyarakat) :

1. Masyarakat bersikap kurang peduli terhadap pemeliharaan bantuan yang diberikan.

2. Mitra Binaan tidak mempunyai etikad baik dalam mengangsur pinjaman walaupun usahanya berjalan tetapi tidak memenuhi kewajibannya, bahkan terkadang tidak jarang juga ada mitra binaan yang kabur dan menghilang. 3. Penyalurannya masih dirasa kurang transparan oleh masyarakat.


(53)

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dan data yang diperoleh di lapangan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Perusahaan seharusnya membuat dokumen tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang menjadi dasr bertindak perusahaan untuk mengawasi bantuan yang diberikan.

2. Perusahaan seharusnya lebih giat untuk mensosialisasikan programnya kepada masyarakat, melakukan monitoring terhadap bantuan yang diberikan dan memberikan sanksi untuk memutuskan pemberian bantuan, apabila bantuan yang diberikan disalah gunakan dan tidak dipelihara dengan baik oleh masyarakat dengan tujuan untuk membentuk mental masyarakat agar memiliki rasa tanggung jawab.

3. Perusahaan harus melakukan pembinaan secara berkelanjutan dengan melibatkan Distrik/Unit Usaha sehingga diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan, yang pada akhirnya Mitra Binaan mampu melaksanakan kewajiban/mengembalikan pinjaman.

4. Perusahaan seharusnya membentuk bagian PKBL khusus di Distrik/Unit Usaha, sehingga pelaksanaan PKBL menjadi lebih efektif.

5. Seharusnya tidak ada hubungan timbal balik/feedback antara BUMN dengan Mitra Binaan dalam Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil/UMKM, sebab konsep CSR sama dengan konsep zakat (modal diberikan secara cuma- cuma dan bukan berupa pemberian kredit yang nantinya menguntungkan bagi BUMN di satu sisi menjadi beban/memberatkan bagi Mitra Binaan).


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Literatur :

Ambadar. Jacki. CSR Dalam Praktik di Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.

Beth. M. Lewis. Social Worker’s Role in Promoting Occupational Of Health and

Safety dalam Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di dunia Industri; Memperkuat

Tanggung Jawab Sosial perusahaan, Refika Aditama, Bandung, 2007.

Budi. Untung. Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Buku Panduan Penyusunan Karya Ilmiah Universitas Lampung.

Dirjosisworo. Soejono. Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal

di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1999.

Hasubuan, Melayu. SP. Managemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003 Edisi Revisi.

Kartini. Dwi. Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability

Management dan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009.

Elkington. John. Cannibals with Forks,The Triple Bottom Line of Twentieth Century

Business, dikutip dari Teguh Pembudi. Sri. CSR Sebuah Keharusan dalam

Investasi Sosial, Pusat Penyuluhan Sosial (PUSENSOS) Departemen Sosial

RI, Jakarta, La Tofi Enterprise, 2005.

Muhammad. Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Muhammad. Abdulkadir. Hukum Dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Persada. Widjaya, Gunawan. dan Yeremia. Adi. Resiko Hukum & Bisnis Perusahaan

Tanpa CRS, Forum Sahabat, Jakarta, 2008

Wibisono. Yusuf. Membedah Konsep & Aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik, 2007.

______________ . Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004


(55)

Peraturan Per UU :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

Undang-Undang Nomor. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang BUMN;

Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup;

Peraturan Pemerintah Nomor. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas;

Keputusan Menteri BUMN Nomor. Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya dilakukan penyempurnaan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN;

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor. 4 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan PKBL;

Peraturan Menteri BUMN Nomor. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Mikro, kecil dan Menengah serta program Bina Lingkungan dengan masyarakat sekitarnya di Wilayah Provinsi Bengkulu, Lampung dan Sumatera selatan;

Keputusan Gubernur Nomor : G/480/II.02/HK/2011 pada tanggal 11 Maret 2011 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Program Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan bagi Perusahaan (Corporate Social Responsibility /CSR) di Provinsi Lampung.


(56)

Peraturan Gubernur Lampung Nomor. 30 Tahun 2011 Tentang Penerbitan Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi Lampung;

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Sumber Internet (Website):

http;//ekhardi.blogspot.com/2010/12/pelaksanaan.html/m=1, diakses tanggal 17 September 2013.

http://www.seorangfilsufmuda.blogspot.com/2013/06/arti-pentingnya-csr, diakses tanggal 21 September 2013.

http://www.bappeda.lampungprov.go.id, diakses tanggal 23 September 2013.

http:fh.unpad.ac.id/repo/?p=3158, diakses tanggal 03 November 2013.

http://ditjen.kemenhumham.go.id/hukum-pedata/847-persoalan-hukum-seputar-

tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-undangan-ekonomi-indonesia.html, diakses tanggal 06 November 2013.

http://www.rahmatullah.net/2011/05/csr-dan-kepentingan-pemerintah-daerah.html?m=1, diakses tanggal 06 November 2013.

http://elisatris.wordpress.com/csr/ , diakses 06 november 2013.

http://putrianggi77.blogspot.com/2013_10_01_archive.html?m=1, diakses 06

November 2013.

http://m.harjasaputra.com/opin/polhukam/carut-marut-penyaluran-pkbl-bumn.html, diakses 11 Desember 2013.

http://www.rakyatlampung.co.id/new/pusat-kota/637-ptpn7-gelar-pelatihan-pkbl.html, diakses 11 Desember 2013.

Sumber Lain :

LAPORAN TAHUNAN (Audited) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII (PERSERO) TAHUN 2013.


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)