13 Perusahaan perkeretaapian mengartikan sarana sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan bentuk kendaraan beroda yang berjalan di atas rel, seperti lokomotif, gerbong barang, dan kereta penumpang.
Lokomotif merupakan bagian dari rangkaian kereta api, dimana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api dan lokomotif terletak paling depan
dari rangkaian kereta api. Pada masa kolonial Hindia Belanda, lokomotif- lokomotif yang banyak digunakan di Indonesia adalah lokomotif uap
dengan memanfaatkan tenaga uap yang dihasilkan dari pembakaran air di ketel-ketel sebagai penggeraknya. Gerbong Barang merupakan angkutan
barang kereta api yang memerlukan banyak gerbong kereta, karena barang- barang yang diangkutnya beraneka ragam seperti hasil perkebunan, ternak,
dan pasir. Kereta penumpang adalah kereta atau gerbong yang merupakan bagian dari sebuah rangkaian kereta api dan digunakan untuk mengangkut
penumpang. Kereta penumpang khusus bagi rakyat kecil atau penduduk bumi putera dipasang tiga baris bangku yang membujur sejajar kereta Tim
Telaga Bakti Nusantara, 1997: 107-111.
2. Undang-Undang Agraria
Undang-Undang Agraria tahun 1870 disahkan mulai berlaku dan diadakan peraturan lebih lanjut, yaitu semua tanah milik pribumi dinyatakan
sebagai tanah domein domein van de staat disebut juga tanah bebas yaitu tanah yang dikuasai rakyat pribumi. Pengambilalihan tanah penduduk
pribumi dilarang, dan orang-orang asing diperbolehkan menyewa tanah
14 pertanian dalam jangka waktu lima tahun. Undang-Undang Agraria tersebut
berisi pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda di Indonesia boleh menyewa atau membeli tanah rakyat, rakyat Indonesia boleh
menyewakan atau menjual tanahnya ke pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda, pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda
boleh memproduktifkan tanah-tanah tersebut bersama-sama dengan rakyat atau mantan pemilik tanah. Undang-Undang Agraria membuka Jawa bagi
perusahaan swasta, dan melindungi modal Eropa yang ditanam di berbagai perkebunan yang membuat tenaga kerja murah, hak-hak terjamin dan
setelah tahun 1870 modal asing mengalir ke Jawa secara intensif Sartono Kartodirdjo, 1990: 25-26.
Perlindungan dasar Undang-Undang Agraria dari tahun 1870 menegaskan hak milik dari penduduk pribumi atas tanahnya, dan melarang
perpindahan hak milik kepada orang-orang bukan Indonesia. Dibawah Undang-Undang Agraria tahun 1870, para pengusaha Belanda dan Eropa
lainnya menyewa tanah dari penduduk Jawa untuk mendirikan perkebunan- perkebunan besar mengalami perkembangan pesat dengan tersedianya
modal swasta dalam jumlah besar, maka dapat mengimpor mesin dan perlengkapan lainnya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan-
perkebunan. Tahun 1870 merupakan masa pertama kali usaha dan modal swasta
diberikan peluang sepenuhnya untuk menanamkan modal para pengusaha
15 Belanda dan Eropa di dalam berbagai usaha di Indonesia, khususnya
perkebunan-perkebunan besar di Jawa maupun di daerah-daerah luar Jawa. Selama masa ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa
lainnya telah mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang besar di Deli, Sumatera Timur. Undang-Undang Agraria tahun 1870
mendorong pelaksanaan politik pintu terbuka yaitu membuka Jawa bagi perusahaan swasta untuk memproduksi tanaman yang dapat diekspor ke
Eropa Marwati Djoened, 1975: 89-94.
3. Politik Pintu Terbuka