ECONOMIC GROWTH AND EMPLOYMENT RATE IN LAMPUNG PROVINCE PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA \DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

1 Alumni Master Economics Faculty of Economics and Business, University of Lampung 2 Lecturer Masters in Economics, Faculty of Economics and Business, University of Lampung

ABSTRACT

ECONOMIC GROWTH AND EMPLOYMENT RATE IN LAMPUNG PROVINCE

BY

Nindya Eka Sobita1, Toto Gunarto2, I Wayan Suparta2

This study aims to analyze the influence of the independent variables in real GDP, real wages, capital in agriculture, and Implicit Price Index on the dependent variable employment in Lampung Province.

This study uses secondary data is data in real GDP , real wages , capital in agriculture , and Implicit Price Index of 10 districts / municipalities in the Lampung province period 2008-2012 . Data analysis methods used is quantitative analysis ( statistical ) analysis using panel data .

To achieve the purpose of research, analysis models are used : ( 1 ) Pooled Least Square ( PLS ) , ( 2 ) Fixed Effect Model ( FEM ) and ( 3 ) Random Effects Model ( REM ) . Furthermore , the estimation of the three models, some statistical tests will be done to look more valid model among the three. These tests include: ( i ) the Chow test ( F test ) , and ( ii ) the Hausman test . From the results of the Chow test and the Hausman test indicates that the Fixed Effect Model ( FEM ) is more " appropriate " than Pooled Least Square ( PLS ) , and (Random Effects Model ( REM ) .

These results indicate that the independent variable real GDP and the price of capital in agriculture significantly positive effect on the absorption of Labor. The increase in real GDP and capital in agriculture will increase the absorption of Labor, ceteris paribus. While the real wage variable is significantly negative effect on the absorption of Labor. The increase in real wages will decrease the absorption of Labor, ceteris paribus.


(2)

1Alumni Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung 2 Dosen Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

ABSTRAK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA \DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Nindya Eka Sobita1, Toto Gunarto2, I Wayan Suparta2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen PDRB riil, Upah riil, harga Modal di bidang pertanian, dan Indeks Harga Implisit terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data PDRB riil, Upah riil, harga Modal di bidang pertanian, dan Indeks Harga Implisit dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung periode 2008-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif (statistik) dengan menggunakan analisis data panel.

Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan model analisis yaitu: (1) Pooled Least Square (PLS), (2) Fixed Effect Model (FEM) dan (3) Random Effect Model (REM). Selanjutnya, akan dilakukan beberapa uji statistik untuk melihat model yang lebih valid diantara ketiganya. Uji-uji tersebut antara lain: (i) Uji Chow (uji F), dan (ii) Uji Hausman. Dari hasil Uji Chow dan Uji Hausman menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) lebih “appropriate” daripada Pooled Least Square (PLS), dan Random Effect Model (REM).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel independen PDRB riil dan harga Modal di bidang pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB riil dan Modal di bidang pertanian akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Sementara itu Variabel Upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan Upah riil akan menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja, ceteris paribus.


(3)

ANALISIS IMPLEMENTASI

PROGRA1\4 CSR PTPN 7 UNTT

USAI{A

BERT NG

[N

TER.ETADAP KESER"TAHTERAAN

MASYARAKAT

(}leh

M

TQBAI,

HARORI

1 221021005

Te sis

Setragai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MACISTER S^AINS

Pada

Magfster

llmu

Ekonomi Prograrn Pascasarjana

Fakultas Ekonomi clan'Bisnis Univcrsitas Lampung

FROGITAM PASCASARJANA MAGISTER.

ILMU

FAKULTAS EKONOMI

DAN

BISNTS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

NINDYA EKA SOBITA 1221021006

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDRA LAMPUNG


(5)

Judul Tesis

NarnaMahasiswa NoffitrPd(rkldahasisqra

Konsentrasi

Program Studi

: PERT{II4S{IflAN EI{ONOI{I DAAI PEI\[Yf,,RAPAlt

TENAGA KERIA DI PROVINSI LAMPUNG

: Nindya EkaSobita

:

1221021,0M

: Eksnsrai Pemba*gunau

: Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

.

.df,ENlETtsJT]I

Xomisi Pembimbing

--Pembimbirgll

@

Pembimbingt

Dr. Toto Gunrrtoo

S.t., M.Si..-*

NrP. 19560325 198303 1 CI02

Er. I lYayan Suparta, S.8., llll.Sf,

_

-FW*19611209 198803 1 003

--/

Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarj ana Fakultas Ekonomi

Uaiversitas Larnpung Ketua Program Strdi

Dr. I \ffay*n Supartan S.8., M,Si.


(6)

MTNGtrSAIIKAN

l.

Komisi Penguji

1.1. Ketua Komisi Penguji :

Ih. Tots

Gunartoo S,Ee M.Si. (Psnbimbing 1)

1,3, Pembimbing

II

1.2, Anggota Komisi Ferrydi : Dr. Syahfirin Ahdullah, $.E., S{.Si,

(Penguji Utama)

I Dr, I Wayan Suparta, S.8., M.SL

Lampung

703 tr CIrtr

Program Pascasarjana

djarwo, M.S.

8 198103

tg92


(7)

LEMBAR PER]iTYATAAFI

Dengan ini mya menyatakan dengan sebenarnya bahwa

1.

Tesis dengan judul

*

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

di P'rovinsi

tr"ampur'g

t

adalah karya Saya sendiri dan Saya tidak

melakukan peqiiplakan atau pengutipan atas karya Penulis lain dengan cara

"

yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akadernik atatr yang disebut Plagiatisme.

2.

Hak

intelektual atas karya ilmiah

ini

diserahkan

kepada

Universitas Lampung.

Atas Penyataarn fui, apebila di kemudian

troi

tenryata diternukarnr adanya ketidak

benaran. Saya bersedia m€nanggung akibat dan sanlxsi yang diberikan. Saya

bersodiadifiptut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar

Lnmplng

12 Mei 2014

Pembuat


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Ponirin dan Ibu Ir. Hasnidarwati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Kartika Jaya II-5 pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2006. Pada tahun 2006 Penulis diterima di Program Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

Penulis menjalani Praktik Umum di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. pada 2009. Selama masa perkuliahan, Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus di antaranya: HIMASEPERTA sebagai Sekertaris Bidang Kewirausahaan periode kepengurusan tahun 2008/2009, SEC (Sosek English Club) sebagai Bendahara periode kepengurusan 2007/2008, PSM (Paduan Suara Mahasiswa) periode 2007/2008.

Penulis menyelesaikan pendidikan D1 Bahasa Inggris pada bulan Juli 2011 di Lembaga Bahasa Inggris Bandar Lampung (LBI Bandar Lampung).


(9)

Penulis menyelesaikan Pendidikan Starata Satu (S1) Di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 dan langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister yaitu di Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung di tahun yang sama.


(10)

Puji syukur kepada Allah SWT atas terselesainya studi-saya dan kupersembahkan karyaku ini untuk

Romo dan Mande tercinta sebagai wujud rasa baktiku, sayangku dan cintaku Atas segala pengorbanan, doa, kesabaran dan kasih sayang yang tak ternilai

harganya, yang telah diberikan selama ini

Orang-orang tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua yang telah kucapai selama ini


(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Rob sekalian alam yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Pertama dan sebagai Dosen Pembimbing Akademik, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2. Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua dan sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung , atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

3. Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si., sebagai Dosen Pembahas Pertama atas semua saran, kritik, bantuan dan bimbingan yang sangat besar.


(12)

5. Bapak Warsono, Ph.d sebagai Dosen Matakuliah Ekonometrika Program Studi Magister Ilmu Ekonomi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehatnya.

6. Prof. Dr. Satria Bangsawan S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Bapak Sahidin, S.E dan Karyawan-karyawan di Program Studi Magister Ilmu Ekonomi,

8. Kedua orang tuaku Tercinta, Romo Ir. Ponirin dan Mande Ir. Hasnidarwati, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a, pengorbanan serta kesabaran selama Ananda mu ini menyelesaikan pendidikan. Adik-adikku Rendy Satya A.P, Ruci Dandy A.B yang telah memberikan kasih sayang dan do’a tak henti-hentinya.

9. Keluarga Besar Bapak Drs. Syukuruddin dan Ibu Emthony. M atas segala dukungan perhatian, do’a selama ini.

10.M. Iqbal Harori S.AB, atas segala kebersamaan, semangat, bantuan, motivasi, ilmu dan kasih sayang dalam membantu saya menyelesaikan tesis dengan penuh semangat. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk semua hal yang telah terencana dengan sangat indah di masa depan.

11.Saudaraku Magister Ilmu Ekonomi angkatan kedua Bapak Imam Santoso, S.E., Uni Hidayati, S.Akt., Bang Ery Muniadi, S.Fil., Mbak Rini Anita Sari, S.E., Mbak Ferry Susanawati, S. Akt., Mas Dwi Marwanto, S. PdH., Bang Hendra Prasetya, S.E., Ayuna Tantina, S.E., Bang Hendra, S.E., Mas Sulistyo, S.E., Mbak Dini Maisyuri Sibron, S.E., Mbak Maya Narang Ali, S.S.T., Rizqo Fitriani, S.S.T., Bapak Sigit, S.A.B., Indah Ayu Novarizki, S.E., atas kebersamaan yang singkat namun bermakna selama menyelesaikan studi di


(13)

Program Magister Ilmu ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita, semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 11

C. Pertanyaan Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Kontribusi Penelitian ... 12

F. Kerangka Pikir ... 13

G. Hipotesis Penelitian ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 19

A.Peranan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 19

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 21

C. Pertumbuhan Berpihak Kepada Penduduk Miskin ... 24

D. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Okun’s Law) ... 26

E. Ketenagakerjaan ... 28

F. Permintaan Tenaga Kerja ... 29

G. Faktor – Faktor Penyerapan Tenaga Kerja ... 37


(15)

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Ruang Lingkup ... 57

B. Daerah Penelitian ... 57

C. Definisi Operasional ... 60

D. Jenis dan Sumber Data ... 61

E. Metode Analisis ... 63

1. Metoda Analisis Ekonometrika ... 63

a. Penyusunan Model ... 63

b. Pemilihan Model ... 64

c. Uji Kesesuaian Model ... 69

d. Model Penyerapan Tenaga Kerja ... 71

e. Uji Hipotesis ... 73

1. Uji Statistik untuk Masing - Masing Variabel (Uji-t) . 73 2. Koefisien Determinasi (R2) ... 75

3. Uji Statistik Model Penduga ( Uji-F) ... 76

d. Uji Pelanggaran Asumsi ... 77

1. Multikolinieritas ... 77

2. Autokorelasi ... 78

3. Heteroskedastisitas ... 79

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Analisis Ekonometrika ... 81

1. Pemilihan Model Pengujian Data Panel ... 81

a. Uji Chow ... 82

b.Uji Hausman ... 83

2. Hasil Estimasi dan Uji Hipotesis ... 84

a. Hasil Estimasi ... 84

1. Pengaruh PDRB riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja . 86 2. Pengaruh Upah riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja... 88

3. Pengaruh Modal di Bidang Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 89

b. Uji Hipotesis ... 90

1. Uji Statistik untuk Masing - Masing Variabel (Uji-t) . 90 2. Koefisien Determinasi (R2) ... 90

3. Uji Statistik Model Penduga ( Uji-F) ... 91

3. Uji Pelanggaran Asumsi ... 91

a. Uji Multikolinieritas... 92

b. Uji Autokorelasi... 92


(16)

iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. KESIMPULAN ... 94

B. SARAN ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung ... 6

2. Penyerapan Tenaga Kerja Pulau Sumatra Tahun 2012 ... 7

3. Variabel yang digunakan dalam analisis ... 63

4. Selang nilai Statistik Durbin Watson serta Keputusannya... 79

5. Hasil Uji Chow ... 82

6. Hasil Uji Hausman ... 83

7. Hasil analisis regresi penduga model Penyerapan tenaga Kerja ... 84

8. Korelasi Antar Variabel Bebas ... 85

9. Hasil analisis regresi penduga model Penyerapan tenaga Kerja Setelah Koreksi ... 86

10. Hasil Uji multicolliniearity ... 92

11. Hasil Uji Durbin-Watson ... 92


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pertumbuhan PDB Indonesia Selama 26 Tahun Terakhir ... 4

2. Pertumbuhan PDB Provinsi Lampung 14 tTahu Terakhir ... 5

3. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung 2007-2012 ... 8

4. Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung ... 18

5. Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan manusia danTenaga Kerja .... 20

6. Hukum Okun ... 27

7. Pemilihan output untuk perusahaan kompetitif ... 33

8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 36

9. Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja... 42


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Dan Lebih) Yang Bekerja

Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

(per satuan orang) ... 102 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Berlaku Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per jutaan rupiah) ... 103 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

KonstanDi Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per jutaan rupiah) ... 104 4. Rata-Rata Upah Bersih Pekerja/Karyawan Selama Sebulan

(Upah Nominal) Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 (Per satuan rupiah) ... 105 5. Rata-Rata Upah Bersih Pekerja/Karyawan Selama Sebulan

(Upah riil) Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per satuan rupiah) ... 106 6. Rata Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Di Kota Bandar

lampung Lampung Tahun 2008-2012 (Per satuan indeks) ... 107 7. Rata Indeks Harga Implisit Di Kabupaten/Kota Di Provinsi

Lampung Tahun 2008-2012 (Per satuan indeks) ... 108 8. Rata-rata Modal di Bidang Pertanian Di Kabupaten/Kota Di

Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Per jutaan rupiah)... 109 9. Data Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 110 10.Hasil Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 111 11.Hasil Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan penduduk berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh rumah tangga. Dalam welfare economics, pendapatan rumah tangga tidak terlepas dari masalah ketenagakerjaan dalam arti pendapatan ataupun penghasilan yang diperoleh rumah tangga berkaitan dengan usaha atau pekerjaan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga. Dengan pendapatan yang diperoleh maka rumah tangga akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyekolahkan anggotanya. Melalui salah satu jalur pendidikan inilah maka sumber daya manusia dapat ditingkatkan sehingga mempunyai kesempatan lebih besar untuk memperoleh pekerjaan.

Pertumbuhan ekonomi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada negara atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Tetapi sejauh mana kebutuhan ini dipenuhi tergantung pada kemampuan negara atau pemerintah dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di antara masyarakat dan distribusi pendapatan serta kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan sarana utama untuk mensejahterakan masyarakat melalui pembangunan manusia yang secara empirik terbukti merupakan syarat perlu pembangunan manusia. Dalam hal ini


(21)

2

ketenagakerjaan merupakan jembatan utama yang menghubungkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kapabilitas manusia (UNDP, 1996. Dengan perkataan lain, yang diperlukan bukan semata-mata pertumbuhan tetapi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam arti berpihak kepada tenaga kerja.

Heinzt (2003) dalam Sianipar (2010) menyampaikan tiga komponen utama yang saling terkait, yaitu komponen pertumbuhan yakni upaya menciptakan pertumbuhan yang tinggi dan teguh, komponen kesempatan kerja yang memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut menciptakan lapangan kerja baru dan memperbaharui kualitas pekerjaan yang telah ada, kemudian yang terakhir adalah fokus pada kemiskinan dimana adanya hubungan antara kelompok masyarakat dan rumah tangga miskin dengan kesempatan kerja baru dan peningkatan kualitas kesempatan kerja.

Selama bertahun-tahun pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan utama bagi para pemimpin politik dan pengambil keputusan berdasarkan suatu pandangan bahwa semakin banyak distribusi barang-barang dan jasa akan meningkatkan derajat hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi sering kali dipandang sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan lain seperti meningkatnya jumlah pencari kerja maupun untuk mengurangi defisit anggaran. masalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan kesempatan kerja dan pengangguran tingkat kemiskinan telah diangkat menjadi isu sentral akhir-akhir ini. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008 bahkan telah mengangkat isu tersebut dengan mengusung tema RKP


(22)

3

Kemiskinan dan Pengangguran” yang diimplementasikan dengan kebijakan

-kebijakan pemerintah untuk menunjang tercapainya sasaran pokok tersebut.

Perkembangan selanjutnya ditandai munculnya suatu keraguan terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi bukan merupakan jawaban untuk menyelesaikan semua masalah. Hal ini bukan tanpa alasan tetapi didasari fakta bahwa sebagian masyarakat tetap miskin meskipun hidup ditengah-tengah lingkungan kemewahan. Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi pada negara-negara yang sudah maju. Berdasarkan bukti empirik menunjukkan bahwa suatu wilayah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun mempunyai tingkat pengangguran yang juga tinggi. Dalam kasus ini, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu wilayah kurang menciptakan lapangan kerja. Hal inilah kemudian menimbulkan perdebatan antara kelompok yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang disebut pro-growth dan kelompok yang menentang atau yang anti-growth. Pertumbuhan ekonomi selayaknya dipandang tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi yang lebih penting adalah kualitas dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia mengalami pasang surut dan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun ekternal. Kondisi politik dan keamanan dalam negeri sangat berpengaruh terhadap pembangunan dibidang ekonomi. Demikian pula faktor eksternal, bila terjadi goncangan ekonomi utamanya di negara maju maka dampaknya akan terasa terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Setelah mengalami pertumbuhan yang luar biasa selama


(23)

4

1970-1996, ekonomi Indonesia mengalami krisis mulai pertengahan tahun 1997. Kondisi ini membuat tekanan terhadap sektor ekonomi semakin berat. Pada tahun 1998, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Growth Domestic Product (GDP) turun menjadi 13 persen (minus) setelah mengalami pertumbuhan 4,7 persen pada tahun 1997. Pada waktu yang bersamaan inflasi turun dari 6,6 persen menjadi 77,7 persen. Mulai 1999, kondisi ekonomi mulai menunjukkan pemulihan secara perlahan. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,5 persen pada tahun 2001 naik menjadi 4,1 persen pada tahun 2003 dan pada tahun 2009 diperkirakan PDB tumbuh sekitar 4,5 persen.

Sumber: Badan Pusat statistic (BPS)


(24)

5

Kemudian bagaimana dengan keadaan di Provinsi Lampung? Tentunya pertumbuhan ekonomi Nasional akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Di Provinsi Lampung sendiri terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,95 persen (minus) dimana pada saat itu Provinsi Lampung juga terkena dampak dari goncangan perekonomian yang terjadi di Indonesia. Kemudian mulai membaik pada tahun 1999 yaitu tumbuh menjadi 3,35 persen dan terus meningkat secara perlahan naik menjadi 4,98 persen pada tahun 2006 dan naik menjadi 5,85 pada akhir tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar 2: Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung 14 tahun terakhir, 1998-2012.

-6,95

3,54 3,4 3,7

5,62 5,76 5,07

3,76 4,98

5,94

5,35 5,265,85 6,396,56 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012

GDP growth rate

%

GDP growth rate %

Tahun

Pe

rs

e


(25)

6

Tabel 1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung, 1998-2012.

Provinsi Lampung

Tahun PDRB Laju Pertumbuhan PDRB

1998 18,481,527.00 -6.95

1999 21,624,169.00 3.54

2000 23,210,411.00 3.4

2001 24,126,379.00 3.7

2002 25,005,636.00 5.62

2003 26,388,410.00 5.76

2004 27,711,820.00 5.07

2005 28,808,121.00 3.76

2006 30,861,360.00 4.98

2007 32,694,890.00 5.94

2008 34,414,653.00 5.35

2009 36,256,295.00 5.26

2010 38,378,425.00 5.85

2011 40,829,411.00 6.39

2012 43,505,816.00 6.56

Sumber: BPS Lampung

Dalam Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan PDRB yang merupakan pencerminan dari pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung cenderung meningkat. Dimulai dari angka minus 6,95 persen pada tahun 1998 dimana Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi. Kemudian merangkak naik mulai tahun 1999 sampai tahun 2005 kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 3,76 persen, dari angka sebelumnya 5,07 persen pada tahun 2004. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama hingga pada saat ini Laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Lampung menembus angka 6,56 persen. Pertumbuhan Ekonomi yang terus naik diharapkan mampu mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung.


(26)

7

Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Pulau Sumatera Tahun 2012.

Provinsi

Bekerja Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja

Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) (Orang) (Orang) (%)

Nanggroe Aceh

Darussalam 1798547 179944 1978491 90.9

Sumatera Utara 5751682 379982 6131664 93.8 Sumatera Barat 2037642 142184 2179826 93.48

Riau 2399002 107774 2506776 95.7

Jambi 1423624 47296 1470920 96.78

Sumatera Selatan 3532932 213441 3746373 94.3

Bengkulu 830266 31128 861394 96.39

Lampung 3449307 188590 3637897 94.82

Kepulauan Bangka

Belitung 583102 21061 604163 96.51

Kepulauan Riau 824567 46798 871365 94.63

Indonesia 110808154 7244956 118053110 93.86

Sumber: Pusdatinaker Data Agustus 2012

Jika dilihat dari Tabel 2 maka dari seluruh provinsi yang terdapat di Pulau Sumatera angka penyerapan tenaga kerja yang terendah pada tahun 2012 adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu sebesar 90,90 persen kemudian diikuti dengan provinsi Sumatera Barat dengan angka penyerapan tenaga kerja sebesar 93,80 sedangkan Provinsi Lampung yaitu sebesar 94,82 persen. Angka tersebut masih berada di bawah Provinsi Jambi dengan angka penyerapan tenaga kerja sebesar 96,78 persen.


(27)

8

Gambar 3. Laju pertumbuhan Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung 2007-2012.

Pertumbuhan ekonomi yang lambat pulih tersebut diiringi dengan tingkat penduduk yang bekerja yang cenderung menurun merupakan permasalahan utama di sektor ketenagakerjaan. Walaupun laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sekitar 6,39 persen, namun hal tersebut belum secara nyata dapat meningkatkan daya serap tenaga kerja. Teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukkan semakin banyaknya output nasional mengindikasikan semakin banyaknya orang yang bekerja, sehingga seharusnya mengurangi pengangguran. Dalam penelitian Nur, 2011 mengelompokan Provinsi Lampung sebagai daerah yang mengalami hubungan yang tidak seimbang antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi disisi lain tingkat penyerapan tenaga kerja relatif rendah.

2,29 0,98 2,22 4,22 -1,36 -0,94 5,94

5,26 5,35 5,85

6,39 6,56 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Employment growth rate, % GDP growth rate, %

Tahun

Pe

rs

e


(28)

9

Periode setelah krisis terdapat karakteristik seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi dan masih tingginya tingkat pengangguran sebagai dampak dari rendahnya dan turunnya investasi. Tantangan pemerintah saat ini adalah bagaimana meningkatkan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tetapi berpihak kepada tenaga kerja sehingga secara terus-menerus akan dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan apakah ada yang salah dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu wilayah dalam hal ini Provinsi Lampung? Apakah pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dicapai menjadi jaminan bahwa akan menciptakan penyerapan tenaga yang tinggi pula? Sebenarnya masalah pertumbuhan ekonomi yang hanya mengejar dari aspek kuantitas mendapat kritikan dari United Nations Development Programme

(UNDP) sekitar 15 tahun yang lalu. UNDP mengkritik para pembuat kebijakan yang terlalu terpikat oleh aspek kuantitas pertumbuhan ekonomi dan mengadvokasi mereka agar memberi perhatian yang memadai terhadap aspek struktur dan kualitasnya. UNDP mengingatkan konsekuensi yang akan dihadapi jika aspek kualitatif ini diabaikan sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut ini (UNDP, 1996:2):

Unless governments take timely corrective action, economic growth can become lopsided and flawed. Determined efforts are needed to avoid growth that is jobless, ruthless, voiceless and futureless”


(29)

10

Kecuali jika pemerintah mengambil suatu tindakan koreksi yang tepat, pertumbuhan ekonomi dapat menjadi pincang dan cacat. Menentukan berbagai upaya dibutuhkan untuk menghindari pertumbuhan yang tidak menyerap tenaga kerja, kesenjangan, tanpa partisipasi masyarakat/demokrasi, dan tanpa-masa-depan.

Istilah pertumbuhan berkualitas memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam bahasa lugas supaya mudah dipahami. Sederhananya, tidak terlalu keliru jika kita memandangnya dari sisi negatif atau komplemennya yaitu pertumbuhan tak berkualitas. Menurut UNDP pertumbuhan ekonomi timpang atau cacat jika ekonomi secara keseluruhan tumbuh tetapi tidak memperluas kesempatan kerja. Ini bukan istilah yang bersifat teoritis-hipotesis semata melainkan merujuk pada situasi konkrit di lapangan berdasarkan bukti yang sangat menyakinkan. Adapun ciri-ciri pertumbuhan tak berkualitas menurut UNDP:

 Sebagian besar manfaat pertumbuhan ekonomi menguntungkan kelompok kaya, mengabaikan jutaan penduduk berjuang dalam kemiskinan yang semakin mendalam (ruthless growth)

 Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan perluasan demokrasi dan pemberdayaan (voiceless growth)

 Pertumbuhan ekonomi menyebabkan budaya melemah (rootless growth)

 Generasi sekarang menghamburkan sumber daya yang dibutuhkan oleh generasi mendaang (futureless growth)


(30)

11

B. Masalah Penelitian

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu isu dalam makroekonomi, dimana setiap periode masyarakat suatu Negara akan berusaha menambah kemampuannya untuk memproduksi produk, baik itu berupa barang maupun jasa. Dengan bertambahnya kapasitas produksi, permintaan akan faktor-faktor produksi akan meningkat pula termasuk faktor produksi tenaga kerja. Dengan demikian, keadaan tersebut akan menciptakan kesempatan kerja. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan demikian. Penelitian empiris di banyak Negara berkembang menemukan bahwa pertumbuhan yang tercipta ternyata tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, beberapa permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1) Bagaimanakah pengaruh dari PDRB riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

2) Bagaimanakah pengaruh dari tingkat Upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

3) Bagaimanakah pengaruh dari harga modal bidang pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

4) Bagaimanakah pengaruh dari Indeks Harga Implisit terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?


(31)

12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menganalisis pengaruh PDRB riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

2) Menganalisis pengaruh tingkat Upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

3) Menganalisis pengaruh harga modal bidang pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

4) Menganalisis pengaruh Indeks Harga Implisit terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

E. Kontribusi Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya bidang ekonomi dan sosial yang terkait dengan isu ketenagakerjaan dan sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan kebijakan di bidang ketenagakerjaan khususnya dalam upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Lampung. 2. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan acuan bagi Provinsi

Lampung untuk mengelolanya secara efektif dan efisien serta dapat dijadikan sebagai faktor pendorong (push factor) untuk membuat kebijakan


(32)

13

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pembanding untuk penelitan-penelitian selanjutnya

F. Kerangka Pikir

Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan. Dalam hal ini ketenagakerjaan yang merupakan jembatan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia menjadi pilar penting dalam pembangunan. Untuk mewujudkannya maka pemerintah perlu membuka peluang akses sebesar-besarnya kepada masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi berdasarkan potensi wilayah yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selanjutnya disusun strategi pembangunan dan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah yang saling bersinergi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi ramah terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan kata lain, secara teoritis, pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja

Isu ketenagakerjaan merupakan salah satu isu yang sangat penting dalam perkembangan sosial ekonomi di Indonesia disamping isu kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Salah satu isu penting dalam ketenagakerjan disamping keadaan angkatan kerja (economically active) dan struktur ketenagakerjaan adalah isu tentang pengangguran sebagai residu dari tingkat penduduk yang bekerja (employment rate). Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring


(33)

14

dengan bertambahnya jumlah penduduk. Masih rendahnya tingkat penduduk yang bekerja tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam berbagai aspek untuk menuju kehidupan yang lebih baik diwaktu sekarang maupun diwaktu mendatang. Pembangunan perlu dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial, ekonomi, politik, serta kebudayaan. Tujuannya adalah meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran berkaitan dengan aspek ekonomi, dapat diukur dengan tingkat produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Sedangkan kesejahteraan ditentukan oleh aspek non-ekonomi, misalnya kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Sebagai sebuah proses, pembangunan menunjukkan adanya hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara berbagai faktor yang dihasilkannya. Dalam kaitan ini data statistik diperlukan untuk dapat melihat proses itu secara obyektif (berdasarkan fakta yang sebenarnya), memonitor dan mengevaluasi perkembangannya, serta merancang proses selanjutnya berdasarkan pemahaman obyektif atau berbasis empiris.


(34)

15

Sudah lebih dari 30 tahun para pakar pembangunan diilhami ide paradigma modernisasi. Paradigma tersebut mengandalkan tetesan strategi pertumbuhan (growth) ekonomi untuk mengatasi masalah sebagai akibat pembangunan seperti kemiskinan. Salah satu asumsi paradigma pertumbuhan adalah perlunya investasi kapital besar-besaran pada perusahaan industri modern dan aplikasi teknologi modern pada produksi. Terciptanya sektor industri yang dinamis melalui investasi tidak hanya membawa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja besar-besaran serta menyerap surplus tenaga kerja pedesaan yang subsisten ke sektor modern. Secara tidak langsung, akan terjadi peningkatan penghasilan dari banyak orang. Dengan peningkatan penghasilan, banyak keluarga akan mendapat sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka.

Asumsi paradigma pertumbuhan tidak sepenuhnya mengandung kebenaran, karena meskipun banyak negara berkembang telah berhasil mengalami peningkatan dalam angka pertumbuhannya, tetapi peningkatan tersebut tidak diikuti dengan perbaikan nasib kaum miskin. Dalam arti keberhasilan pembangunan tidak diiringi keberhasilan dari sisi sektor ketenagakerjaan. Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif cukup tinggi, namun tidak banyak menyerap tenaga kerja. Investasi lebih banyak disektor yang padat modal tetapi bukan disektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Akhirnya, muncul pengakuan bahwa paradigma growth tadi yang memakai PDRB sebagai tolok ukurnya dianggap kurang sensitif terhadap upaya perbaikan kualitas hidup manusia.


(35)

16

Siregar (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Pengertian pengurangan kemiskinan dalam hal ini bisa diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penciptaan lapangan kerja baru atau dengan kata lain meningkatkan jumlah penduduk yang bekerja. Adapun syarat kecukupannya (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin (growth with equity). Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di sektor-sektor di mana orang miskin bekerja (pertanian atau sektor yang padat karya). Adapun secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan pemerintah yang cukup efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh jadi didapatkan dari sektor modern seperti jasa dan manufaktur yang padat modal.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasari dengan teori ekonomi neoklasik, dimana ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar atau dapat dikatakan perusahaan hanya sebagai price taker. Dalam hal memaksimalkan laba pengusaha hanya mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan.

Permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tentunya berbeda dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang akan konsumsi. Disaat masyarakat membeli barang karena memberikan nilai kegunaan kepada konsumen, lain halnya dengan pengusaha yang memperkerjakan seseorang yang bertujuan untuk


(36)

17

Dalam rangka memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan biaya input sehingga perusahaan mendapatkan input yang akan menghasilkan output. Perusahaan harus memutuskan yang mana rencana kemungkinan produksi yang akan digunakan. Dalam penelitian ini perusahaan diasumsikan memaksimalkan keuntungan. Menurut Jehle (2007) fungsi keuntungan perusahaan hanya bergantung pada harga input , harga input lain dan harga output atau yang juga dikenal sebagai Input demand.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa penyerapan tenaga kerja di pengaruhi oleh harga input, harga input lain dan harga output. Akan teteapi data-data tersebut sulit didapatkan sehingga peneliti mengambil data untuk mewakili atau proksi (proxies) dari variabel tersebut. Variabel harga input dapat diwakili dengan Upah riil dimana tuntutan kenaikan upah tiap tahun akan memberatkan pihak yang memerlukan tenaga kerja sehingga perusahaan akan bertahan untuk merekrut tenaga baru atau tetap akan melakukan rekutmen dengan sistem off-sourcing.

Variabel selanjutnya yaitu harga input lain yang dapat diwakili oleh harga modal dengan menggunakan harga modal pertanian, dimana sektor pertanian merupakan sektor dengan andil yang cukup besar terhadap nilai PDRB di Provinsi Lampung. Kemudian harga output diwakili dengan menggunakan Indeks Harga Implisit yang merupakan pencerminan perubahan harga barang dan jasa secara umum di tingkat produsen.

Dari uraian diatas bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah yang tercermin dalam PDRB dan ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat. Dari hubungan ini selanjutnya dibangun suatu model ekonometrika yang mampu menggambarkan


(37)

18

terjadinya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu model ini juga mampu untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja dan respon penyerapan tenaga terhadap perubahan faktor-faktor tersebut serta elastisitas penyerapan tenaga kerja.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka berfikir penelitian di atas maka hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah:

1) PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

2) Upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

3) Harga Modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

4) Indeks Harga Implisit berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di

PDRB RIIL

HARGA MODAL UPAH RIIL

PENYERAPAN TENAGA KERJA

INDEKS HARGA IMPLISIT


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pembangunan berbasis ketenagakerjaan tidak dapat disederhanakan menjadi sekedar pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat saja dilakukan dengan, misalnya memfokuskan pada sektor-sektor padat modal, tanpa harus diikuti penciptaan tenaga kerja yang memadai. Pengalaman pembangunan selama Orde Baru memberikan ilustrasi sepintas bagaimana mudahnya memicu pertumbuhan melalui pendekatan itu.

Pernyataan di atas sama sekali tidak mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting. Bahkan dalam perpektif pembangunan manusia (human development) pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama (principal means)

bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada negara pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang cukup bagi pembangunan manusia. Antara keduanya tidak ada hubungan otomatis tetapi berlangsung melalui berbagai jalur antara lain yang penting ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan dapat ditransformasikan menjadi


(39)

20

peningkatan kapabilitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha.

Gambar 5. Pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia dan ketenagakerjan Sumber: UNDP, 1996.


(40)

21

Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang memungkinkannya ―membiayai peningkatan kualitas manusia anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dapat (tetapi tidak bersifat otomatis) mempengaruhi ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja). Dengan kata lain, secara teoritis, pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik.


(41)

22

Terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menggerakan sektor-sektor lainnya sehingga dari sisi produksi akan memerlukan tenaga kerja produksi. Suatu pandangan umum menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi (growth) berkorelasi positif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja (employment rate). Tetapi ada juga dugaan bahwa dengan produktivitas yang tinggi bisa berarti akan lebih sedikit tenaga kerja yang dapat diserap. Berpijak dari teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Solow tentang fungsi produksi agregat (Dornbusch, Fischer, dan Startz, 2004) menyatakan bahwa ouput nasional (sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan Y) merupakan fungsi dari modal (kapital=K) fisik, tenaga kerja (L) dan kemajuan teknologi yang dicapai (A). Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi), dalam arti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diduga akan membawa dampak positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja seperti ditunjukkan oleh model berikut:

Y = A.F(K,L)

di mana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Y akan meningkat ketika input (K atau L, atau keduanya) meningkat. Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu, pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi—yang disebut juga sebagai


(42)

23

Model Solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam sebagai salah satu inputnya. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya dipengaruhi oleh K dan L saja tetapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model Solow lainnya adalah dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (human capital). Dalam literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai teori pertumbuhan endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik, menentukan pertumbuhan ekonomi; sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.

Secara sederhana, dengan demikian, fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Y = A.F(K, H, L)

Pada persamaan di atas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw, Romer, dan Weil (1992) kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari pada yang tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi


(43)

24

yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif merata, maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat.

C. Pertumbuhan Berpihak kepada Penduduk Miskin (Pro-Poor Growth)

Masalah kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan suatu negara tetapi sudah menjadi masalah global serta merupakan salah satu target dari Millenium Development Goals (MDGs). Pemerintah Indonesia sudah meluncurkan berbagai program pengentasan kemiskinan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin antara lain: Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan untuk Rakyat Miskin (Jamkeskin), Program Perlindungan Sosial (PPLS), dan lain-lain. Kebijakan ini merupakan strategi pemerintah agar pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebagian bisa dinikmati oleh penduduk miskin (Pro-Poor Growth). Pengertian Pro-Poor Growth masih dalam konsensus dan salah satu penjelasan tentang hal ini dikemukakan oleh Kakwani and Pernia (2000) sebagai berikut:

“...ADB‟s Fighting Poverty in Asia and The Pacific: The Poverty Reduction Strategy indicates that growth is pro-poor when it is labour absorbing and accompanied by policies and programs that mitigate inequalities and facilitate income and employment generation for the poor, particularly women and other traditionally excluded groups”.

(―...ADB (Asian development Bank/Bank Pembangunan Asia) sedang bertarung

melawan kemiskinan di Asia-Pasifik: Strategi pengentasan kemiskinan mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih berpihak kepada penduduk


(44)

25

mengurangi ketidakmerataan serta memfasilitasi pendapatan dan generasi pekerja berikutnya diperuntukan bagi penduduk miskin, khususnya wanita dan kelompok tradisional lainnya.) (terjemahan bebas peneliti).

Menurut pandangan growth pro-poor, penduduk miskin seharusnya memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan ikut berperan serta dalam proses kegiatan ekonomi. Kraay (2006) menemukan tingginya laju pertumbuhan rata-rata pendapatan dan pola pertumbuhan dari pengentasan kemiskinan melalui pendapatan sangat relevan khususnya pada penjelasan tentang perubahan kemiskinan berdasarkan analisis berbagai negara. Dia juga menyarankan agar pertumbuhan rata-rata pendapatan merupakan titik awal (starting point) dalam mengembangkan pro-poor growth.

“…there are three potential sources of pro-poor growth: (a) a high growth rate of average incomes; (b) a high sensitivity of poverty to

growth in average income; and (c) a poverty-reducing pattern of growth in relative income. [..] The differences in growth in average incomes are the dominant factor explaining changes in poverty [..] the search for pro-poor growth should begin by focusing on determinant of growth in average incomes”.

(―…ada tiga sumber potensi dari pro-poor growth: (a) tingginya laju

pertumbuhan rata-rata pendapatan; (b) tinginya tingkat sensitivitas kemiskinan dari rata-rata pendapatan; dan (c) pola pertumbuhan pengentasan kemiskinan dalam pendapatn relatif. [..] Perbedaan pertumbuhan dalam rata-rata pendapatan merupakan faktor dominan dalam menjelaskan perubahan dalam kemiskinan [..] pencarian pro-poor growth seharusnya dimulai dengan memfokuskan pada determinan pertumbuhan dari rata-rata pendapatan.


(45)

26

Sejalan dengan pemikiran Kraay, (Ravallion and Chen, 2003) menyatakan bahwa rata-rata laju pertumbuhan kemiskinan merupakan alat ukur yang lebih baik untuk

pro-poor growth dengan menggunakan quintil dari distribusi pendapatan. Dengan mennggunkan kurva pertumbuhan, distribusi pertumbuhan dapat ditelusuri berdasarkan kurun waktu yang sesuai. Mereka menggunakan Negara China sebagai sampel dan menemukan bahwa laju pro poor growth sekitar 4 persen sehingga China merupakan negara yang paling berhasil dalam menngurangi penduduk miskin.

D. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Okun’s Law)

Arthur Okun (1929 – 1979) adalah salah seorang pembuat kebijakan paling kreatif pada era sehabis perang. Dia memperhatikan faktor-faktor pembangunan yang membantu Amerika Serikat menelusuri dan mengatur usahanya. Ia membuat konsep output potensial dan menunjukkan hubungan antara output dan penganggur. Penganggur biasanya bergerak bersamaan dengan output pada siklus bisnis. Pergerakan bersama dari output dan pengangguran yang luar biasa ini berbarengan dengan hubungan numerikal yang sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun.

“ Hukum Okun menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2 persen GDP yang

berhubungan dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat sekitar 1

persen”. Hukum Okun menyediakan hubungan yang sangat penting antara pasar

output dan pasar tenaga kerja, yang menggambarkan asosiasi antara pergerakan


(46)

27

Pada teori hukum okun yang menyatakan bahwa terjadi hubungan negatif antara pertumbuhan produk dengan pengangguran. Di dalam hukum okun menyebutkan bahwa tingkat perubahan di angka pengangguran dengan tingkat pertumbuhan GDP yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sumber : Mankiw (2003)

Gambar 6. Hukum Okun.

Menurut N. Gregory Mankiw (2003) hukum okun adalah relasi negatif antara pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun

(Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara pengangguran dan GDP, yang

mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar satu persen dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam GDP yang mendekati dua persen.


(47)

28

E. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Dalam kegiatan proses produksi, tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting, karena manusia yang menggerakan semua sarana produksi seperti bahan mentah, tanah , air dan sebagainya.

Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan tapi juga perlunya perluasan kesempatan kerja. Penduduk sebagai sumber dari persediaan tenaga kerja akan menimbulkan suatu dilema bila jumlahnya tidak seimbang dengan kemampuan sektor ekonomi. Dilema yang terjadi adalah banyaknya pengangguran maupun setengah pengangguran dan paling tidak akan banyak terjadi ketidaksesuaian antara pendidikan dengan pekerjaan yang ditangani.

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.

Payaman Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga, dengan batasan


(48)

29

Sitanggang dan Nachrowi (2004) yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa bila terdapat permintaan terhadap barang dan jasa.

F. Permintaan Tenaga Kerja

Fokus pengkajian diasumsikan ketika perusahaan berada pada pasar persaingan sempurna, baik itu dalam pasar input (tenaga kerja) maupun dalam pasar output (barang). Perusahaan berada pada pasar persaingan sempurna dalam pasar input apabila perusahaan tersebut berkeyakinan bahwa jumlah produksi dan penjualannya tidak akan berpengaruh terhadap harga pasar yang berlaku. Perusahaan yang bersaing akan memperhatikan harga pasar untuk produknya dan akan membuat perencanaan yang sesuai. Dengan asumsi bahwa harga pasar akan tetap sama, terlepas dari banyak atau sedikitnya jumlah penjualan.

Salah satu jalan untuk menginterpretasikan fakta bahwa perusahaan sebagai penerima harga adalah untuk menduga bahwa perusahaan memiliki pilihan mengenai harga, dimana perusahaan menjual output dan harga dimana perusahaan menggunakan input. Jika perusahaan mencoba untuk menjual output pada harga yang lebih tinggi daripada harga yang berlaku, maka tidak akan ada output yang terjual. Karena dalam pasar persaingan output, konsumen telah mengetahui dengan jelas informasi mengenai harga terendah dari produk sejenis. Sementara itu, perusahaan dapat menjual semua produknya sesuai dengan harga yang berlaku, jadi produk tidak memiliki dorongan untuk mengisi


(49)

30

kekurangan. Oleh sebab itu, hal ini selalu merupakan yang terbaik bagi perusahaan, untuk memilih harga outputnya sama dengan harga yang berlaku. Dengan demikian, perusahaan seolah-olah sebagai penerima harga. Sama halnya dengan perusahaan yang tidak dapat mengurangi pembayaran upah kepada tenaga kerja (input) dibawah tingkat upah yang berlaku, karena di dalam pasar persaingan input, pemilik input (tenaga kerja) yang akan menawarkan (menjual) jasa (input) mereka ke perusahaan lain, dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Dan karena sekali lagi perusahaan tidak memiliki dorongan untuk membayar input melebihi tingkat upah yang berlaku, maka perusahaan secara optimal akan membayar tenaga kerja (input) sesuai dengan tingkat upah yang berlaku.

Keuntungan adalah perbedaan antara pendapatan dari penjualan output dan biaya untuk memperoleh faktor produksinya. Perusahaan kompetitif dapat menjual setiap unit output pada harga pasar, p. Keuntungan perusahaan adalah fungsi dari output, R(y)=py. Jika perusahaan mempertimbangkan tingkat output y0. Jika x0

adalah vektor dari kelayakan input untuk memproduksi y0. Dan jika w adalah vektor untuk harga faktor produksi, biaya penggunaan x0 untuk memproduksi y adalah w.x0. Hal ini akan menghasilkan keuntungan sebesar py0 – w.x0. Ada dua hal yang perlu diperhatikan disini. Pertama, output y0 mungkin bukanlah tingkat output terbaik bagi perusahaan untuk diproduksi. Kedua, meskipun y0 merupakan tingkat output terbaik, namun pada tingkat input x0 mungkin bukanlah cara terbaik untuk memproduksi output. Oleh karena perusahaan harus memutuskan baik tingkat output untuk memproduksi maupun seberapa banyak faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output.


(50)

31

Diasumsikan tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimisasi keuntungan. Oleh karena itu Perusahaan akan memilih tingkat output dan kombinasi faktor produksi untuk memproduksi, dapat tulis sebagai berikut:

Dimana f(x) adalah fungsi produksi. Rumus diatas menjelaskan seberapa banyak output perusahaan yang akan terjual dan seberapa banyak input yang akan digunakan perusahaan.

Kemudian f(x) ≥ y akan diganti dalam kendala kesetaraan, karena fungsi produksi cenderung meningkat. Karena y = f (x), maka didapatkan rumus maksimisasi keuntungan dengan input choice, sebagai berikut:

Diasumsikan masalah maksimisasi keuntungan ini memiliki pemecahan, pada vektor input x*>> 0. (maksimisasi keuntungan adalah jumlah dari produksi output y*=f(x*)). Lalu first order condition (FOC) mengharuskan persamaan maksimisasi sama dengan nol karena tidak terdapat kendala.

Istilah disebelah kiri adalah produk harga output dengan marginal product dari input i, yang sering disebut dengan marginal revenue product dari input i. MRP menunjukan peningkatan pendapatan setiap penambahan per unit input i. Pada saat optimum, MRP harus sama dengan biaya per unit i, yaitu wi. (P. MPi =MRP)

max py –w . x s.t. f(x) ≥ y,

(x,y) ≥ 0

max p f(x) –w . x ∈ ℝ+

� ( ∗)


(51)

32

Diasumsikan bahwa semua wi adalah positif , akan digunakan FOC yang

sebelumnya untuk menghasilkan persamaan antara rasio:

MRTS antara kedua input sama dengan rasio dari kedua input tersebut. MRTS serupa dengan pemilihan minimisasi biaya input. Oleh karena itu MRTS menekankan bahwa maksimisasi keuntungan memerlukan minimisasi biaya dalam proses produksi.

Dimungkinkan untuk menyusun kembali masalah maksimisasi keuntungan perusahaan dengan menekankan pentingnya minimisasi biaya. Setelah memaksimalkan keuntungan dalam satu langkah, kemudian lakukan prosedur dua langkah berikut ini . Pertama, hitung setiap kemungkinan tingkat output kemudian pilihlah output yang memaksimalkan perbedaan antara pendapatan dan biaya. Langkah kedua adalah biaya terkecil produk y unit output (output choice) berasal dari fungsi biaya, c ( w, y). sebagai berikut:

Profit keuntungan pada y*, dimana harga sama dengan biaya marginal dan biaya marginal tidak menurun.

Jika y*>0 maka output optimal dan memenuhi FOC � ( ∗)/�

� ( ∗)/� = , for all i ,j

max py = c ( w . x ). y ≥ 0

− ( , ∗)


(52)

33

Atau output choice sehingga harga sama dengan biaya marginal (P≡εR=εC).

SOC membutuhkan biaya marginal yang tidak menurun pada saat optimum, atau

d2c(y*)/dy2≥ 0.

Gambar 7. Pemilihan output (output choice) untuk perusahaan kompetitif.

Pemilihan output optimal, y*≡ y (p, w) , disebut fungsi output supply perusahaan dan pemilihan input optimal, x*≡ x (p, w) , disebut fungsi input demand

perusahaan. Fungsi input demand adalah fungsi permintaan penuh (baku) karena tidak seperti conditional input demand, input demand mencapai tujuan utama perusahaan , yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan. Fungsi keuntungan merupakan alat yang berguna untuk mempelajari fungsi supply dan fungsi

demand.

Price, cost

Output = ( , )

(′)

< 0

( ∗)

> 0

y’ y* p


(53)

34

Fungsi keuntungan perusahaan dipengaruhi oleh harga input dan harga output yang disebut fungsi nilai maksimum (maximum-value).

Kegunaan dari fungsi keuntungan bergantung pada kondisi tertentu. Dibawah ini akan menunjukan increasing return dan dimisalkan x dan y’ = f(x’)

memaksimalkan keuntungan pada p dan w dengan increasing returns. � > ( ) for all t > 1

Dikalikan dengan p > 0 , dan dikurangi dengan w. tx’ pada kedua sisi dan menggunakan t > 1 serta keuntungan yang tidak negatif (non negativity)

dihasilkan

. > . for all t > 1

Rumus diatas menyatakan bahwa keuntungan yang tinggi selalu bisa di dapatkan dengan meningkatkan input dalam proporsi t > 1 ,bertentangan dengan asumsi x’ dan f(x’) yang memaksimalkan keuntungan. Memperhatikan bahwa dalam kasus

constant return, tidak ada masalah yang timbul jika tingkat keuntungan maksimal sama dengan nol. Sehingga, skala operasi perusahaan adalah tak tentu (indeterminate) karena (y’, x’) dan (ty’, tx’) menyatakan tingkat yang sama dalam keuntungan nol (zero profit) untuk semua t > 0.

π(p, w) ≡ max py –w . x s.t. f(x) ≥ y, (x,y) ≥ 0


(54)

35

Keuntungan yang diperoleh perusahaan akan maksimal pada saat marginal cost

(MC) sama dengan marginal revenue (MR), karena pada pasar persaingan sempurna maka marginal revenue sama dengan harga. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

MC = MR = P

Apabila tenaga kerja yang digunakan lebih banyak, maka akan menaikkan harga per unitnya, disebut juga upah nominal (W). Output yang meningkat karena MPPL mengakibatkan biaya per unit dari output turut meningkat, atau biaya marginal (MC) = W/MPPL. Dengan demikian kondisi profit maximization, dapat ditulis:

=

Variabel sebelah kiri pada persamaan (2) adalah perbandingan tingkat upah dengan tingkat harga barang yang disebut dengan upah riil. Artinya, komoditas per orang per periode waktu, yang menunjukkan bahwa W memiliki ukuran per orang per periode waktu dan P memiliki ukuran mata uang per komoditas. Jadi:

=

� � �

�� = �� � � �

Upah riil adalah pengembalian waktu kerja terhadap komoditas. Dengan kata lain adalah kemampuan daya beli terhadap komoditas dari tingkat upah. Misalkan upah riil adalah (W/P), hal ini adalah ukuran sejak keduanya yaitu tingkat upah nominal dan tingkat harga barang adalah dikendalikan secara bersama-sama oleh upah riil (diasumsikan bahwa perusahaan adalah penerima harga di dalam pasar


(55)

36

tenaga kerja dan pasar barang). Pada gambar 8 apabila tingkat upah riil turun ke (W/P)2 maka tenaga kerja L2 yang digunakan, begitu seterusnya. Kombinasi

(W/P)1 dan L1 dan (W/P)2 dan L2 adalah indikasi harga dan jumlah tenaga kerja

yang diminta. Kemudian disimpulkan bahwa kurva permintaan tenaga kerja adalah identik dengan kurva MPPL.

Gambar 8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja.

Apabila perusahaan memiliki persediaan modal yang besar, kurva permintaan tenaga kerja akan meningkat karena pada tingkat tenaga kerja yang digunakan,

marginal physical labour adalah lebih tinggi ketika persediaan modal lebih besar. Ini memiliki hubungan dengan kenyataan,pada tingkat tenaga kerja berapapun, setiap tenaga kerja memiliki bagian yang besar dari tingkat modal untuk bekerja dengan ketika ukuran jumlah modal meningkat.

Kemudian dapat ditulis apa yang telah ditetapkan dalam bentuk persamaaan sebagai berikut:

= , , 1 < 0, 2 > 0

Ld = Ld (W/P,K)

0 L1 L2

MPPL W,P

MPPL1

(W,P)1

MPPL2


(56)

37

Permintaan tenaga kerja adalah fungsi dari upah riil dan tingkat modal. Karena tingkat modal diasumsikan konstan, maka perubahan permintaan tenaga kerja tidak pernah dihasilkan dari perubahan tingkat modal. Variasi dalam permintaan tenaga kerja akan dihasilkan dari perubahan tingkat upah riil. Tanda Ld

menunjukkan ”penurunan fungsi permintaan tenaga kerja menanggapi perubahan upah riil adalah negatif”.

G. Faktor - Faktor Penyerapan Tenaga Kerja

1. PDRB riil (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Bruto (PDB ) atau dalam bahasa Inggris disebut Gross Domestic Product, merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi dan kinerja pembangunan, di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Sedangkan untuk mengukur kondisi ekonomi suatu daerah Provinsi, Kabupaten atau Kota, digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto/Gross Domestic Regional Product)

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, sebagai contoh


(57)

38

perhitungan PDB dan PBRB di Indonesia menggunakan tahun dasarnya yaitu tahun 2000. Penentuan PDRB atas harga konstan, biasanya diperlukan untuk mengeluarkan pengaruh inflasi.

PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Adapun kegunaan PDRB adalah :

a. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh maupun sektoral, dengan melihat prosentase pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

b. Tingkat Kemakmuran

Mengetahui tingkat kemakmuran daerah, baik tingkat pertumbuhan maupun tingkat kemakmuran dibanding dengan daerah lain, tingkat kemakmuran suatu wilayah biasanya diukur dengan besarnya pendapatan perkapita penduduknya. Tingkat kemakmuran ini tidak mengalami perubahan apabila laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonominya.

c. Tingkat Inflasi atau Deflasi

Mengetahui tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi dalam waktu tertentu, dengan membandingkan antara PDRB atas dasar berlaku dan PDRB atas dasar konstan, dapat diperoleh suatu indeks implisit yang bisa menggambarkan kenaikan suatu penurunan harga barang dan jasa.


(58)

39

d. Struktur Perekonomian

Mengetahui gambaran struktur perekonomian daerah, PDRB dapat digunakan sebagai indikator tentang komposisi struktur perekonomian suatu wilayah, yaitu dengan menyusun peranan masingmasing sektor/lapangan usaha

e. Potensi Suatu Wilayah

Mengetahui potensi suatu daerah terhadap regional secara keseluruhan maupun sektoral. Dengan melihat peranan sektoral dalam suatu wilayah kabupaten atau peranan keseluruhan suatu wilayah propinsi. Dengan demikian maka pendapatan regional sangat bermanfaat bagi perencana maupun pengambil keputusan, baik yang berhubungan dengan rencana pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang.

Perhitungan PDB maupun PDRB secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

a. Pendekatan Produksi:

Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi merupakan adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9 sektor ekonomi sesuai dengan

InternationalStandard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC)

1) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, 2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, 3) Sektor Industri Pengolahan, 4) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5) Sektor Konstruksi, 6) Sektor Perdagangan, Hotel dan


(59)

40

Restoran, 7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. 8) Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, 9) Jasa-Jasa

b. Pendekatan Pengeluaran:

Perhitungan PDRB bersasarkan pendekatan pengeluaran/penggunaan dikelompokkan dalam 6 komponen yaitu: 1). Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, 2). Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,3). Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4). Perubahan Inventori. ,5). Ekspor Barang dan Jasa. , 6). Impor Barang dan Jasa.

c. Pendekatan Pendapatan:

Perhitungan PDRB dengan pendekatan pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi)

Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto luar negeri adalah pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.


(60)

41

Pendapatan Nasional adalah PNB dikurangi dengan pajak tidak langsung (neto) dan penyusutan. Pajak tidak langsung neto adalah pajak tidak langsung dikurangi dengan subsidi pemerintah. Indeks implisit PDB merupakan rasio antara PDB harga Berlaku dengan PDB harga konstan. Deflator PDB adalah laju pertumbuhan indeks implisit PDB. Ekspor barang dan impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain.

2. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)

Indikasi adanya kekakuan upah (wage rigidity) adalah kegagalan upah dalam melakukan penyesuaian penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Kekakuan upah merupakan salah satu penyebab terjadinya pengangguran (Mankiw 2003). Secara teoretis, untuk mempertahankan tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) sama dengan tingkat aktualnya (actual rate of unemployment), maka harus dijaga agar tingkat upah riil sama dengan

Marginal Productivity to Labor (MPL). Upah riil menyesuaikan MPL sehingga ketika MPL turun maka upah riil seharusnya juga turun. Tetapi jika tidak terjadi penurunan, maka upah riil tersebut kaku. Semakin lambat mekanisme penyesuaian maka akan semakin lama dan semakin besar efek guncangan negatif terhadap pengangguran, atau pada saat pertumbuhan upah riil lebih tinggi dari pertumbuhan produktivitas perusahaan maka akan menyebabkan pertambahan pengangguran. Di sisi lain, kekakuan upah nominal merupakan kemampuan upah nominal dalam melakukan penyesuaian terhadap harga.


(61)

42

Semakin lambat mekanisme penyesuaian maka akan semakin besar penurunan upah riil sebagai respon dari inflasi yang tidak diantisipasi. Dalam model keseimbangan pasar tenaga kerja, upah riil berubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Tetapi upah tidak selalu fleksibel, sehingga upah riil tertahan di atas tingkat ekuilibrium sehingga terjadi pengangguran.

Sumber: Mankiw (2003)

Gambar 9. Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja.

Untuk memahami kekakuan upah dan pengangguran struktural, maka penting untuk memahami mengapa pasar tenaga kerja tidak berada pada tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Gambar 9, saat upah riil melebihi tingkat ekuilibrium dan penawaran pekerja melebihi permintaannya, maka perusahaan-perusahaan diharapkan akan menurunkan upah yang akan dibayar kepada para pekerja. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi. Pengangguran struktural kemudian muncul sebagai implikasi karena perusahaan gagal menurunkan upah akibat kelebihan


(62)

43

Kekakuan upah ini terjadi sebagai akibat dari Undang-Undang No, 13 Tahun 2003 tentang UMR atau kekuatan monopoli serikat pekerja. Berbagai faktor tersebut berpotensi menjadikan upah tertahan di atas tingkat upah keseimbangan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan pengangguran. Undang-undang ini menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan kepada para karyawannya. Kebijakan upah minimum ditengarai akan lebih banyak berdampak pada penganggur dengan usia muda (Mankiw 2003). Alasannya yaitu pekerja dengan usia lebih muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman, maka mereka cenderung memilki produktivitas marginal yang rendah.

Kekakuan upah nominal juga disebabkan oleh adanya indeksasi upah terhadap inflasi. Pada intinya indeksasi adalah upah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan hidup, dengan kata lain, upah ini telah disesuaikan dengan inflasi.

Ketika terjadi inflasi, pekerja akan menuntut kenaikan upah yang ―memaksa‖

perusahaan untuk meningkatkan upah, karena adanya biaya yang harus ditanggung (perceived cost) dari tindakan pekerja jika tuntutan kenaikan upah tidak dikabulkan perusahaan (misalnya; mogok kerja, demonstrasi).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Roni. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Agrawal, N. 1996. The Benefits of Growth for Indonesian Workers . Policy Research Working Paper, Vol. 6. World Bank. Washington DC. Ananta, Aris. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Demografi FEUI.

Jakarta.

Baltagi, B.H. 2008. Econometric analysis of panel data. John Wiley & Sons, LTD. West Sussex.

Bappenas. 2007. Buku Saku Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2008. Bappenas. Jakarta.

Boediono. 1998. Teori Pembangunan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.

Boltho, Andrea, and Andrew Glyn, 1995. Can Macroeconomic Policies Raise Employment? International Labour Review, Vol 134.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2001. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2002. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2003. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.


(2)

99

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2004. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2005. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2006. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2007. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2008. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2009.Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2010. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2011. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung . 2012. Lampung Dalam Angka. BPS, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik, 2010. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2002-2009. Jakarta

Choi, Chang kon. 2007. The Employment Effect of Economic Growth: Identifying Determinants of Employment Elasticity. Chonbuk International University. South Korea.


(3)

100

Das, Maitreyi B. 2004. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Pasar Tenaga Kerja: Kasus Timor Leste Dalam Perspektif Komparatif. Bank Dunia. Timor Leste.

Dornbusch, R., Fischer, S., Startz, R., 2001. Makroekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta

Greene, William H. 2003. Econometric Analysis, Fifth edition. Prentice Hall. New Jersey.

Gujarati, Damonar. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGrow-Hill Companies. New York.

Gujarati, D.N., dan Porter, D.C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Kelima, Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hanke, Wichern, and Reitch. 2001. Business Forecasting, Seventh Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Islam, I. & Nazara, S., 2000. Estimating Employment Elasticity for the Indonesian Economy, Technical Note on the Indoensian Labour Market. International Labour Office. Jakarta.

Islam, Rizwanul, 2004. The Nexus of Economic Growth, Employement and Poverty Reduction: An Emperical Analysis. ILO, Geneva.

Jehle, G. A. and P.J. Reny. 2001. Advanced Microeconomic Theory. Addison-Wesley, Boston.

Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Edisi Kedua. IPB Press. Bogor.


(4)

101

Kakwani, N. & Pernia, E. M., 2000. What is Pro-poor Growth? Asian Development Review, Vol, 18, No.1. Asian Development Bank. Philipina.

Kraay, A., 2006. When is growth pro-poor? Cross Country Evidence. IMF Working Paper, Vol. 146, No. 47. IMF. Unite state of America.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.

Mankiw, N. G., Romer, D., Weil, D.N. 1992. A Contribution to The Empires of Economic Growth. The Quarterly journal of Economic, Vol. 107, Issue 2. The MIT Press. United State of America.

Nur, Syafi’i. 2011. Adakah Anomali Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi

dan Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja?. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pudji, Astutu. Utami. 2002. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan ekonomi. Institut Pertanian bogor. Bogor.

Pyndrick, R.S and Rubinfield, D.L. 1991.Economic Model And EconomiC Forecast. Mc Graw. Hill. United State of America

Ravallion, M. & Chen, S., 2003. Measuring pro-poor growth. Economics Letters, Vol 78. World Bank. Washington DC.

Samuelson, P.A, dan Nordhaus W.D. 2004. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas, PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

Seyfried, William. 2005. Examining The Relationship between Employment and Economic Growth in The Ten Largest States. Southwestern Economic Review. Winthrop University. United State of america.


(5)

102

Sianipar, Herlina H. 2010. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Universitas Medan. Medan.

Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

Sinaga, B M., dan Sitepu, R. K. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinaga, Azvir. 2005. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Siregar, H. Dan Sukwika, T. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pasar tenaga Kerja dan Implikasi Kebijakannya terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Bogor. Jurnal PWD. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar, H. (dkk). 2006. Paradoks Pertumbuhan dan Pengangguran. InterCAFE-IPB dan PPSK-Bank Indonesia. Jakarta

Sitanggang, I.R. Dan Nachrowi N.D. 2004, Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol 5 N0 1.FEUI, Jakarta.

Situmorang, Boyke T.H. 2005. Elastisitas Kesempata Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Suku Bunga di Indonesia Tahun 1990-2003. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

SMERU. 2001. Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di daerah Perkotaan Indonesia. SMERU: 4. Www.smeru.or.id.


(6)

103

Sumarto, S. dan Asep.S. 2004. The Role of Agricultural Growth in Poverty Reduction in Indonesia. SMERU Workong Paper. The SMERU Research Institute. Jakarta.

Suryadarma D, Suryahadi A, Sumarto S. 2007. Reducing Unemployment in Indonesia: Results from a Growth-Employment Elasticity Model. SMERU Working Paper. SMERU Research Institute.

United Nations Development Programme ,1996. Human Development Report. New York. Oxford University Press . New York.

Walterskirchen, E., 1999. The Relationship Between Growth, Employment and Unemployment in the UE. European Economist for an Alternative Economic Policy Workshop. Barcelona.

www.bps.go.id