STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA

ABSTRAK
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH
PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA
Oleh
Annisa Alifa Ramadhani

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan
daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
dan matriks EFE (External Factor Evaluation), matriks Strenght- WeaknessOpportunity- Threats (SWOT), dan QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix). Hasil dari penelitian ini diperoleh lima prioritas strategi tertinggi atau
strategi utama pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir Kecamatan
Punduh Pidada yakni : 1) mengembangkan forum komunikasi dan koordinasi
antar instansi terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir; 2) mengembangkan
program penyuluhan dan pelatihan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam wilayah pesisir; 3) meningkatkan peran pemangku kepentingan
dalam pembangunan sarana dan prasarana dasar wilayah pesisir; 4) meningkatkan
akses masyarakat terhadap informasi, modal, pemasaran dan teknologi; 5)
mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Kata Kunci : daerah tertinggal, strategi, wilayah pesisir


ABSTRACT
THE STRATEGY OF OUTLYING DISTRICT DEVELOPMENT IN
COASTAL AREA PUNDUH PIDADA SUBDISTRICT
By
Annisa Alifa Ramadhani

This study aims to to determine the strategy of outlying district development in
coastal area punduh pidada subdistrict. The analytical tool used in this study is
IFE (Internal Factor Evaluation) Matrix and EFE (External Factor Evaluation)
Matrix, Strenght- Weakness- Opportunity- Threats (SWOT) Matrix, and QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix). The result of this research was gained
five priorities the highest strategy: 1) to develop communication and coordination
between the agencies involved in the coastal area; 2) to develop a public
information and technical skill in the management of resources in the coastal area;
3) enhancing the role of stakeholders in the development of facilities and basic
infrastructures in the coastal areas; 4) to improve public access to information
capital marketing and technology; 5) develop public participation in the
management of coastal areas.

Keyword: Outlying District, Strategy, Coastal Area.


STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI WILAYAH
PESISIR KECAMATAN PUNDUH PIDADA

Oleh
ANNISA ALIFA RAMADHANI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP


Penulis yang bernama Annisa Alifa Ramadhani dilahirkan di Pringsewu pada
tanggal 26 Februari 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Edi Sutrisno dan Ibu Siti Aspiah.

Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1999 di TK Islam KH.Gholib
Pringsewu, kemudian pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di SD
Muhammadiyah Pringsewu, pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya
di SMPN 1 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2009, pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Gadingrejo di kelas Akselerasi
yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima melalui
jalur SNMPTN tertulis pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) di
Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank
Indonesia. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari
2014 selama 40 hari di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur.


Penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan di lingkungan Universitas Lampung
yaitu Radio Kampus Universitas Lampung, Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan (HIMEPA), EEC (Economics’ English Club). Selain itu penulis
juga pernah menjadi surveyor konsumen di Bank Indonesia pada tahun 2015.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Untuk Kedua orangtuaku, Ibu Siti Aspiah dan Bapak Edi Sutrisno, terima kasih
atas doa, kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang selama ini tak henti
diberikan.
Kedua adik perempuanku, Sabila Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra, terima
kasih atas doa, motivasi dan keceriaannya.
Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran,
motivasi, juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terima Kasih


MOTO

“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau
jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit”
(Imam Ali Bin Abi Thalib AS)
“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar
kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa
yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah.
barangsiapa yang bertaqwa pada Allah akan dihapuskan dosa-dosa nya dan
mendapatkan pahala yang agung”
(QS. Ath-Thalaq: 2, 3, 4)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Di Wilayah Pesisir
Kecamatan Punduh Pidada”. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

Ekonomi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Asih Murwiati,
S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang membantu mengarahkan dan
memberikan saran;

3.

Bapak Dr. H. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Pembimbing yang atas

kesediaannya untuk membantu meluangkan waktu memberikan bimbingan,
saran dalam proses penyelesaian skripsi;

4.

Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi.

5.

Ibu Dr. Marselina Muchtar, S.E., M.P.M., selaku Pembimbing Akademik;

6.

Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., selaku dosen yang meluangkan waktunya
memberikan kritik dan saran, serta bapak dan ibu dosen yang telah
memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.

7.


Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

8.

Pimpinan dan seluruh jajaran Kecamatan Punduh Pidada, BPS Kabupaten
Pesawaran, Bappeda Kabupaten Pesawaran,Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pesawaran yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

9.

Ayahanda Edi Sutrisno dan Ibunda Siti Aspiah yang dengan sabarnya telah
mendidik penulis, yang dengan keikhlasannya selalu mendoakan, yang
dengan segala kemampuannya selalu mengupayakan membantu penulis
hingga menjadi seperti sekarang;

10. Adikku Sabilla Lelly Hidayah dan Tiara Aprilia Zahra dan Keluarga Besar
yang selalu memotivasi penulis sampai sekarang;

11. Satria Dharma Setiawan, S.Ked yang telah meluangkan waktu, memberi
semangat dan do’a.
12. Jose Adelina Putri dan Siti Aisyah, sahabat yang selalu mendukung dan
selalu siap mendengarkan keluh kesah penulis;

13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Nurul, Gita, Dewi, Tari, Ari,
Ika, Ria, Gondol, Aming, Windy, Yessi, Gino, Devi, Desi, Zahara, Ochi,
Caca, Suci, Mul, Defti, Ayuni, Putri, Wiwid, Nina, Sunarmo, Genio dan
seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;
14. Keluarga besar UKM Rakanila (Radio Kampus Unila) atas doa dan
semangat kepada penulis;
15. Keluarga KKN Margasari, Bapak Suyani beserta jajarannya, dan semua
teman-teman kelompok KKN Margasari;
16. Kakak tingkat EP 2009 dan 2010 serta adik tingkat EP 2012, 2013, dan
2014.
17. Tim Surveyor Konsumen Bank Indonesia.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah membantu tetapi namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, kiranya Allah SWT memberi balasan yang tak terhingga. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian semoga
hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 6 April 2015

Penulis,
Annisa Alifa Ramadhani

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

iv


DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

v

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
E. Kerangka Pemikiran .........................................................................
F. Sistematika Penulisan ......................................................................

1
8
9
9
9
14

II. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pembangunan Ekonomi ...........................................................
Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan .....................................
Pembangunan Wilayah Pesisir ..........................................................
Konsep dan Definisi Strategi ............................................................
1. Perencanaan strategis .................................................................
2. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ...................................
E. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................

A.
B.
C.
D.

15
17
19
23
23
25
27

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
Jenis dan Sumber Data ......................................................................
Teknik Pengambilan Sampel Responden ..........................................
Metode Analisis Data ........................................................................
1. Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
(IFE- EFE) ....................................................................................
2. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) ...
3. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ........................

35
35
36
37
38
43
45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah ...............................................................
1. Kondisi Geografis dan Administrasi ..........................................
2. Kondisi Demografis ...................................................................
3. Pendidikan .................................................................................
4. Kesehatan ...................................................................................
5. Perumahan .................................................................................
6. Transportasi ...............................................................................
7. Sarana Koperasi dan Perdagangan .............................................
8. Industri Pengolahan ...................................................................
9. Potensi Wilayah .........................................................................
B. Perumusan Strategi ...........................................................................
1. Perumusan Faktor Internal dan faktor Eksternal ......................
2. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ......................................
2.1 Evaluasi Faktor Internal ......................................................
2.2 Evaluasi Faktor Eksternal ...................................................
3. Perumusan Strategi ....................................................................
4. Penentuan Prioritas Strategi .......................................................

48
48
50
51
52
53
54
55
55
56
61
61
65
65
67
69
74

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

81
83

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan
di Kabupaten Pesawaran ....................................................................
5
2. Penilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah ..............................
39
3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ......................................................
40
4. Penilai Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah .................................
41
5. Matriks Evaluasi Faktor Internal .........................................................
43
6. Matriks SWOT ....................................................................................
44
7. Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif – QSPM ...........................
47
8. Statistik geografi kecamatan punduh pidada tahun 2011-2013 ...........
49
9. Jumlah Kepala Keluarga dan Jiwa Kecamatan Punduh Pidada
menurut Desa dan Jenis Kelamin Per Desember 2014 .......................
50
10. Indikator Pendidikan Punduh Pidada Tahun 2011-2013 .....................
52
11. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Punduh Pidada Tahun 2011-2013
53
12. Banyaknya Bangunan Rumah Menurut Kualitasnya Tahun 2011-2013 54
13. Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Tambak di Kecamatan Punduh
Pidada, 2013 ........................................................................................
57
14. Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut (KJA) Kerapu di
Kecamatan Punduh Pidada, 2013 ........................................................
58
15. Potensi Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Kolam di Kecamatan
Punduh Pidada, 2013 ...........................................................................
58
16. Produksi Perikanan Tangkap di Kecamatan Punduh Pidada
2012-2013 (Dalam Ton) ......................................................................
59
17. Perumusan Identifikasi Faktor Internal ...............................................
62
18. Perumusan Identifikasi Faktor Eksternal .............................................
63
19. Perumusan Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Sesudah
Konfirmasi Responden ........................................................................
64
20. Evaluasi Faktor Internal (IFE) Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ........................................
66
21. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembangunan Daerah Tertinggal
di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...................................
68
22. Matriks SWOT Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Pesisir
Kecamatan Punduh Pidada ..................................................................
70
23. Hasil Analisis QSPM dalam Perumusan Strategi Pembangunan
Daerah Tertinggal di Kecamatan Punduh Pidada ...............................
75

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Halaman

Nilai Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ................................
Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...............................
Matriks IFE dan EFE Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ...................................................................
Matriks SWOT Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ....................................................................
Matriks QSP Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ....................................................................
Peta Administrasi Provinsi Lampung ................................................................

L-1
L-4
L-6
L-8
L-10
L-13

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Grafik Persebaran Penduduk di Kabupaten Pesawaran ......................
7
2. Kerangka Pemikiran ............................................................................
13
3. Kerangka Formulasi Strategi ...............................................................
37
4. Jumlah Sekolah, Guru, Murid Di Punduh Pidada Tahun 2012/2013 ...
51
5. Permukaan Jalan di Punduh Pidada Tahun 2013 ................................
54
6. Sarana Perdagangan di Punduh Pidada Tahun 2011-2013 ..................
55

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi
pendapatan yang lebih merata (Masli, 2008). Pelaksanaan pembangunan di daerah
selama ini belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
yang berdiam di daerah pedesaan. Terjadinya kesenjangan antara daerah pedesaan
dan perkotaan disebabkan karena bias dan distorsi pembangunan yang lebih
banyak berpihak kepada ekonomi perkotaan. Akibatnya timbul daerah-daerah
tertinggal yang miskin dan terkebelakang, terutama di wilayah pesisir (Syahza,
2012).

Kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia
di bumi. Sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pesisir. Diberlakukannya
secara efektif Konvensi Hukum Laut Internasional (The Law of the Sea
Convention) pada tahun 1994 menetapkan Indonesia sebagai suatu negara
kepulauan yang terbesar di dunia, secara hukum internasional. Indonesia memiliki
17.506 pulau besar dan kecil. Dengan total garis pantai yang diperkirakan
sepanjang 81.000 km, Indonesia juga ditetapkan sebagai suatu negara yang

2

memiliki panjang garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, di bawah Kanada
(Dirhamsyah, 2006). Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah
sebuah visi yang didengungkan oleh pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin
Presiden Jokowi. Namun demikian, pembangunan bidang kelautan dan perikanan
hingga saat ini masih jauh dari harapan. Padahal wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil dan lautan kepulauan Indonesia disimpan potensi sumber daya alam dan jasa
lingkungan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal (Lasabuda,
2013).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Wunani (2014) mengemukakan bahwa wilayah pesisir mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1.

Memiliki habitat dan ekosistem (seperti estuari, terumbu karang, padang
lamun) yang dapat menyediakan suatu (seperti ikan, minyak bumi, mineral)
dan jasa (seperti bentuk perlindungan alam dan badai, arus pasang surut,
rekreasi) untuk masyarakat pesisir.

2.

Dicirikan dengan persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya dan ruang oleh
berbagai stakeholders, sehingga sering terjadi konflik yang berdampak pada
menurunnya fungsi sumberdaya.

3.

Menyediakan sumberdaya ekonomi nasional dari wilayah pesisir dimana
dapat menghasilkan GNP (gross national product) dari kegiatan seperti
pengembangan perkapalan, perminyakan dan gas, pariwisata dan lain-lain.

3

Salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki daerah pesisir yang cukup luas
adalah Provinsi Lampung. Daerah Lampung memiliki luas daratan 35.376 km2,
panjang garis pantai Lampung 1.105 km2 (termasuk beberapa pulau), memiliki
sekitar 69 buah pulau. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu
Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat
Sunda (160 km), dan Pantai Timur (270 km) (Atlas Sumberdaya Wilayah
Pesisir Lampung, 1999). Potensi wilayah pesisir sampai saat ini belum dikelola
secara optimal, karena pemanfaatan yang dilakukan cenderung eksploitatif dan
bersifat sektoral.

Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki wilayah pesisir yang
cukup luas dan potensial adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran
juga ditetapkan sebagai kawasan minapolitan melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan dengan Keputusan Nomor KEP 32/MeN/2010, memiliki
luas perairan laut 689 km2 atau 68900 Ha dengan panjang garis pantai 96 km
dengan kedalaman rata-rata 50 meter (Dinas Kelautan dan Perikanan Pesawaran,
2010).

Pesawaran sebagai kabupaten pemekaran seharusnya sudah melakukan upaya
pemerdayaan potensi wilayah pesisir yang disesuaikan dengan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (UU PWP-3-K) sebagai bagian dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Kabupaten (RZWP-3-K). Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil tersebut sebagaimana disebutkan pada Pasal 5 UU PWP-3-K
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian

4

terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulaupulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun sampai saat ini belum dilakukannya upaya
pemerdayaan potensi wilayah pesisir sesuai amanat Undang-Undang tersebut, dan
berdasarkan penetapan dalam RPJMN Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi RI 2010-2014 Kabupaten Pesawaran ditetepkan
sebagai kabupaten tertinggal.

Kabupaten Pesawaran memiliki kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Punduh
Pidada dan Kecamatan Padang Cermin. Berdasarkan data dari Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten Pesawaran (Tabel 1), tingkat kemiskinan dan
ketertinggalan kawasan pesisir menunjukkan indikasi lebih tinggi dibandingkan
wilayah lainnya, kemungkinan ini disebabkan belum optimalnya pengelolaan
sumberdaya alam wilayah pesisir secara berdayaguna dan berhasilguna menjadi
salah satu alasan penyebab tingginya tingkat kemiskinan dan dikategorikan
sebagai daerah tertinggal atau sebagai kawasan lahan tidur.

5

Tabel 1. Desa Tertinggal dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Per
Kecamatan di Kabupaten Pesawaran

NO KECAMATAN

Desa Tertinggal
(Bappeda, BPS
&PMD)

1

Padang
Cermin

1. Bunut Seberang
2. Gebang
3. Hanau Berak
4. Paya
5. Sidodadi
6. Sumber Jaya
7. Suka
Jaya
Lempasing
8. Banjaran

2

Punduh Pidada

3

Kedondong

1. Sukajaya Pundu
2. Maja
3. Penyandingan
4. Tajur
5. Umbul Limus
6. Pekon Ampal
7. Kunyayang
8. Kekatang
9. Pulau Pahawang
10. Sukarame
11. Kota Jawa
12. Rusaba
13. Sukajaya Pidada
14. Banding Agung
15. Batu Raja
16. Pulau Legundi
17. Pagar Jaya
18. Bawang
1. Penengahan
2. Sukajaya
3. Padang Cermin
4. Kota Jawa
5. Kubu Batu
6. Way Kepayang
7. Sukamaju
8. Kartasana
9. Gunung Sugih
10. Bayas Jaya

Desa Tertinggal
JUMLAH JUMLAH
Menurut
RTM
RTM
Kementerian
2010
2011
DPDTT
1. Banjaran
2. Bunut Seberang
3. Sumber Jaya
4. Gunung Rejo
5. Pesawaran Indah
6. Tambangan
11.746
11.039
7. Sidodadi
8. Hurun
9. Tanjung Agung
10. Suka
Jaya
Lempasing
11. Harapan Jaya
1. Sukamaju
2. Pagar Jaya
3. Pulau Legundi
4. Sukarame
5. Kota Jawa
6. Rusaba
7. Sukajaya Pidada
8. Baturaja
9. Banding Agung
4.340
4.147
10.Kampung Baru
11.Kekatang
12.Pekon Ampal
13.Kunyayang
14.Umbul Limus
15.Tajur
16.Penyandingan
17.Sukajaya Pundu
18.Pulau Pahawang
1. Bayas Jaya
2. Suka Jaya
3. Penengahan
4. Tanjung Kerta
5. Kota Jawa
6. Mada Jaya
7. Kubu Batu
8. Suka Maju
8.755
8.572
9. Sinar Harapan
10. Kertasana
11. Gunung Sugih
12. Babakan Loa
13. Pesawaran
14. Teba Jaya

6

NO KECAMATAN
4

Way Lima

5

Gedong Tataan

6

7

Negeri Katon

Tegineneng

JUMLAH

Desa Tertinggal
(Bappeda, BPS
&PMD)
1. Padang Manis
2. Sidodadi
3. Pekondoh
Gedung
4. Pekondoh
5. Gedung Dalam
6. Sindang Garut
7. Baturaja
8. Way Harong
9. Gunung Rejo
10. Margodadi
1. Padang Ratu
2. Cipadang
3. Bogorejo

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.

58

Halangan Ratu
Negara Saka
Sinar Bandung
Tanjung Rejo
Lumbirejo

Gunung Sugih
Sinar Jati
Margorejo
Pancabakti

Desa Tertinggal
JUMLAH JUMLAH
Menurut
RTM
RTM
Kementerian
2010
2011
DPDTT
1. Way Lima
2. Cimanuk
3. Sukamandi
4. Margodadi
5. Tanjung Agung
6. Sindang Garut
5.195
5.213
7. Pekon
Doh
Gedung
8. Banjar Negeri
9. Padang Manis
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cipadang
Kutaarjo
Karang Anyar
Taman Sari
Bernung
Sungai Langka

1. Pujo Rahayu
2. Tanjung Rejo
3. Negeri Katon
4. Negara Saka
5. Halangan Ratu
6. Lumbirejo
7. Sidomulyo
8. Poncokresno
9. Tri Rahayu
10. Sinar Bandung
11. Bangun Sari
12. Karang Rejo
1. Gedung Gumanti
2. Bumi Agung
3. Batang
Hari
Ogan
4. Rejo Agung
5. Kota Agung
6. Negara
Ratu
Wates
7. Gunung
Sugih
Baru
8. Margomulyo
9. Sinar Jati
10. Mergorejo
11. Germing
81

Sumber : Bappeda Kabupaten Pesawaran, 2012

8.644

8.271

8.037

7.176

6.099

5.971

50.389

47.389

7

Gambar 1 menjelaskan grafik persebaran penduduk di Kabupaten Pesawaran.
Kecamatan Punduh Pidada memiliki jumlah penduduk paling sedikit diantara
kecamatan lain, yaitu hanya 6% dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Pesawaran atau 26.225 jiwa, dengan Jumlah Rumah Tangga yaitu 6.676 Kepala
Keluarga (BPS,2012). Menurut Syahza (2012), masyarakat di daerah tertinggal
terutama di wilayah pesisir relatif terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif
jarang, sehingga potensinya untuk berkembang menjadi terhambat.

Tegineng
13%

Padang Cermin
22%

Negeri Katon
15%

Gedong Tatan
21%

Punduh
Pidada
6%

Way Lima
8%

Kedondong
15%

Gambar 1. Grafik Persebaran Penduduk di Kabupaten Pesawaran
Sumber : BPS , Pesawaran Dalam Angka, Tahun 2012
Kecamatan punduh pidada merupakan daerah pesisir dengan luas 110,46 km2
(Statistik Kecamatan Punduh Pidada, 2013). Kecamatan ini ditetapkan sebagai
kawasan minapolitan yang memiliki banyak potensi sumberdaya yang besar.
Kecamatan ini memiliki potensi tangkapan dan budidaya hasil laut yang cukup
besar. Wilayah Kecamatan Punduh Pidada memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai sentra tambak udang. Tambak udang dapat dikelola menjadi keunggulan

8

tersendiri, karena udang yang dihasilkan adalah untuk orientasi ekspor. Selain itu,
menyasar pasar ekspor, ikan kerapu adalah jenis komoditi primadona di
kecamatan ini. Ikan kerapu adalah jenis komoditi yang amat tinggi nilai
ekonomisnya, tentu saja tinggi kandungan gizinya. Begitu juga potensi budidaya
perikanan perairan darat atau ikan air tawar.

Untuk potensi pariwisata, kegiatan pariwisata di Kabupaten Pesawaran lebih
banyak berkembang di Kecamatan Padang Cermin. Sedangkan Pariwisata di
Kecamatan Punduh Pidada belum banyak dikembangkan (Prastiwi, 2013). Potensi
pariwisata di Kecamatan Punduh Pidada tidak kalah menarik, bila dapat terkelola
dengan baik. Beberapa desa di Kecamatan Punduh Pidada memiliki pantai putih
bersih nan eksotis, tetapi karena sulitnya akses jalan untuk mencapainya, potensi
tersebut belum tersentuh secara profesional, dan masih banyak lagi potensi
sumber daya alam lainnya yang belum termanfaatkan dan dikelola secara optimal.

Pembangunan di Kecamatan Punduh Pidada memerlukan penanganan yang
optimal guna mendukung perkembangan wilayah berbasis sumberdaya lokal agar
sejajar dengan daerah lain yang telah berkembang. Oleh karena itu diperlukan
suatu kajian mengenai strategi pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir
Kecamatan Punduh Pidada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apa strategi yang tepat dalam pembangunan daerah tertinggal di wilayah pesisir
Kecamatan Punduh Pidada?

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk
menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan daerah tertinggal di wilayah
pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

D. Manfaat Penelitian

1.

Bahan pertimbangan dalam rangka perencanaan dan penentuan strategi
kebijakan pembangunan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

2.

Bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak-pihak yang berminat dalam
pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

3.

Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang akan datang.

E. Kerangka Pemikiran

Pembangunan wilayah pesisir dalam kaitannya dengan menumbuhkan ekonomi
Kecamatan Punduh Pidada, dan kerangka pemikiran parsialnya ialah
pembangunan wilayah dan pembangunan ekonomi. Perbedaan mendasar ilmu
ekonomi dan ilmu wilayah ialah pada masalah ruang (Budiharsono, 2001). Ruang
merupakan hal yang penting dalam pembangunan wilayah. Konsep ruang sangat
berkaitan dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala kekayaannya
membutuhkan organisasi/pengaturan unit tata ruang yang disebut wilayah
(Ekaputra, 2009).

Dalam konsep wilayah, pesisir merupakan wilayah yang memproduksi ikan,
namun bisa juga dikatakan sebagai wilayah dengan tingkat pendapatan penduduk

10

yang tergabung di bawah garis kemiskina. Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir
seringkali sebagai wilayah belakang dengan wilayah perkotaan sebagai intinya.
Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai halaman belakang (back yard)
yang merupakan tempat pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan
fungsinya sebagai wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia
input (pasar input) bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (output).

Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi
yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa
kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah
perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,
sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya
keseimbangan bofisik-ekologis dalam wilayah ini akan berdampak negatif yang
tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tetapi juga daerah sekitarnya yang
merupakan kesatuan wilayah sistem (kawasan). Oleh Karen itu dalam
pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif
(Budiharsono, 2001).

Menurut Kusumastanto (2003), masyarakat pesisir memiliki karakteristik sosial
ekonomi yang berbeda dengan beberapa kelompok masyarakat industri atau
kelompok masyarakat lainnya. Perbedaan ini dimungkinkan oleh eratnya
keterkaitan terhadap karakterisrik ekonomi, ketersedian saran dan prasarana
ekonomi, maupun latar belakang adat dan budaya. Hal ini perlu mendapat

11

perhatian yang serius dari pemerintah, dengan melibatkan masyarakat di dalam
proses pembangunan.

Untuk itu diperlukan suatu kajian yang menyeluruh dan mendalam tentang
prospek pengembangan di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada, sesuai
dengan potensi sumberdaya yang dimiliki, kemauan masyarakat dan kepentingan
semua stakeholders, supaya berkelanjutan. Pendekatan kerangka pikir penelitian
yang akan dilakukan diarahkan pada strategi pembangunan daerah tertinggal di
wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada.

Dalam penelitian ini disusun perumusan strategi dengan melalui tiga tahap yakni
tahap masukan, tahap pemaduan, dan tahap keputusan. Kajian ini diawali dengan
menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal. Hasil analisis internal
menghasilkan Strenght dan Weakness,dan analisis eksternal menghasilkan
Opportunity dan Threats dalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
dan matriks EFE (External Factor Evaluation).

Setelah melalui tahapan kerja matriks IFE (Internal Factor Evaluation) maka
akan diperoleh nilai rata-rata skor total bagi wilayah yang dinilai. Jika nilainya
dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, wilayah adalah lemah, sedangkan
yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Nilai rata-rata
adalah 2,5 (Umar,2001).

Untuk tahapan akhir dalam matriks EFE (External Factor Evaluation) jika nilai
rata-rata skor total bagi wilayah yang dinilai adalah 4,0 mengindikasikan bahwa
wilayah merespons dengan yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada

12

dan menghindari ancaman-ancaman. Sementara itu, skor total sebesar 1,0
menunjukan bahwa wilayah tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau
tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal (Umar,2001).
Hasil dari identifikasi matriks ini digunakan untuk menyusun suatu matriks
Strenght- Weakness- Opportunity- Threats (SWOT) yang akan menghasilkan
berbagai alternatif strategi. Yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan
matriks Quantative Strategies Planning (QSP). Pada tahap akhir dari matriks
Quantative Strategies Planning (QSP) adalah mendapatkan Total Attractiveness
Scores (TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai yang menunjukan
kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih (Attractive Score).
Dari nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah
yang menunjukan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi piihan utama. Nilai
TAS terkecil menunjukan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Sehingga akan didapatkan strategi terbaik dari pembangunan wilayah di masa
yang akan datang.
Maka diharapkan kajian mengenai Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Pesisir Kecamatan Punduh Pidada ini dapat dijadikan landasan bagi
pemerintah dalam rangka mengejar ketertinggalannya dari daerah lain. Kerangka
Pemikiran kajian ini tersaji dalam Gambar 2.

13

Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah
Pesisir Kecamatan Punduh Pidada

Identifikasi Lingkungan
Internal & Eksternal

Analisa Faktor Internal

Analisa Faktor Eksternal

Tahap Masukan
(Matriks IFE dan EFE)

Tahap Pemaduan
(Matriks SWOT)

Tahap Pemilihan
Strategi
(Matriks QSP)

Strategi Pembangunan Daerah
Tertinggal di Wilayah Pesisir
Kecamatan Punduh Pidada
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Sumber : Umar, 2001

14

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulisan akan dibagi menjadi lima bab, yaitu :
BAB I

Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan
sistematika penulisan.

BAB II

Tinjauan pustaka yang berisikan berbagai teori yang berkaitan
dengan penelitian ini.

BAB III

Metode penelitian yang berisikan tentang bahan dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

BAB V

Simpulan dan Saran

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi
perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada
pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,
pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic
needapproach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang
berkelanjutan (suistainable development). Perubahan evolutif dari pengertian di
atas didasarkan atas banyak kekecewaan dan hasil umpan balik dari pelaksanaan
pembangunan yang tidak mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan serta
kekurangan informasi dalam memahami persoalan-persoalan yang timbul yang
sebelumnya tidak dapat diramalkan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Ekaputra, 2009).

Pembangunan secara garis besar adalah suatu proses multidimensi yang
melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan yang
kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Todaro,
2000).

16

Menurut Todaro (2000), Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara
ditunjukan oleh tiga nilai pokok yaitu :
1) Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (sustenance)
2) Meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan
ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui
runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan
ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke
tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 2010).

Dalam proses pembangunan ekonomi, masalah percepatan pertumbuhan ekonomi
antardaerah adalah berbeda, sehingga mengakibatkan ketimpangan regional tidak
dapat dihindari mengingat adanya perbedaan dalam kekayaan sumber daya yang
dimiliki antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Dasar pelaksanaan
pembangunan itu sendiri serta konsentrasi kegiatan ekonomi juga berbeda.

Menurut Anwar (1996), teori-teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan suatu
daerah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1.

Inward –loking Theories. Teori ini mengangap bahwa pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada suatu daerah diakibatkan oleh faktor-faktor ekonomi yang
ada di daerah itu sendiri.

17

2.

Output Oriented Theories. Teori ini mengangap bahwa adanya mekanisme
yang mendasari fenomena pertumbuhan daerah dari satu daerah ke daerah
lainnya.

Teori mengenai pembangunan regional dapat dikelompokan ke dalam tiga
kategori yaitu :
1.

Proses pembangunan wilayah dan ketimpangan antardaerah;

2.

Penyebab terjadinya ketimpangan;

3.

Alokasi intervensi antardaerah.

Kategori-kategori tersebut bukan suatu pengelompokan yang mutlak tetapi antara
yang satu dengan yang lainya dapat saling melengkapi. Ketimpangan
pembangunan antara daerah dengan pusat atau daerah dengan daerah adalah
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan adanya faktor endowment dan awal
dari pelaksanaan pembangunan serta investasi. Bagi daerah yang sudah terlebih
dahulu membangun tentunya dapat lebih banyak menyediakan sarana dan
prasarana, sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi. Proses tersebut
menunjukkan ketimpangan pembangunan antardaerah sebenarnya merupakan
akibat dari adanya proses pembangunan itu sendiri.

B. Konsep Perwilayahan dalam Pembangunan

Pengertian wilayah yang digunakan dalam perencanaan atau pembangunan dapat
berarti suatu wilayah yang sangat sempit atau sangat luas, sepanjang di dalamnya
terdapat unsur ruang atau space. Untuk kepentingan perencanaan maka wilayah
harus dapat dibagi (partitioning) atau dikelompokkan (grouping) ke dalam satu

18

kesatuan agar bisa dibedakan dengan kesatuan lain (Tarigan, 2004).

Sjafrizal (2012), menjelaskan bahwa secara umum terdapat empat bentuk wilayah
yang banyak digunakan dalam analisis wilayah, yaitu:
1. Homogeneous Region yaitu kesatuan wilayah dibentuk dengan memperhatikan
kesamaan karakteristik sosial ekonomi dalam wilayah yang bersangkutan.
Termasuk dalam wilayah seperti ini antara lain adalah provinsi, kota, kabupaten,
dan desa. Sedang pada tingkat internasional termasuk dalam wilayah ini adalah
kesatuan beberapa negara seperti ASEAN ( Association Of Southeast Asian
Nations), European Union dan lain lain.
2. Nodal Region yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan keterkaitan
sosial – ekonomi yang erat atar daerah. Keterkaitan ini menjadi penting karena
dapat mendorong terbentuknya kesatuan yang erat antara beberapa daerah atau
negara terkait. Termasuk ke dalam wilayah seperti ini antara lain adalah :
JABODETABEK ( Kesatuan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan
Bekasi ) SJORI ( Singapur-Johor- Riau) dan segitiga pertumbuhan ( Growth
Triagle ) baik IMS- GT (Indonesia – Malaysia – Singapur – Growth Triagle) dan
IMT-GT ( Indonesia – Malaysia – Thailan – Growt Triangle).
3. Planing Region yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk untuk tujuan penyusunan
perencanaan pembangunan wilayah. Termasuk kedalam wilayah ini antara lain
adalah wilayah pembangunan baik pada tingkat nasional maupun provinsi atau
kabupaten dan kota sebagaimana umumnya terlihat pada Rencana Pembangunan
Lima Tahun ( REPELITA) atau Program Pembangunan Nasional ( PROPENAS)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

19

4. Administrative Region yaitu kesatuan wilayah yang dibentuk berdasarkan
pertimbangan kemampuan dan kebutuhan administrasi pemerintah. Termasuk ke
dalam wilayah ini adalah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa. Tidak
dapat disankal bahwa adakalanya pengelompokan wilayah administrasi ini sama
dengan wilayah homogeneus khususnya dalam penentuan wilayah provinsi atau
kota.

C. Pembangunan Wilayah Pesisir

Salah satu ruang lingkup kajian pembangunan wilayah adalah wilayah pesisir dan
laut. Wilayah pesisir dalam pengertian ekosistem didefinisikan sebagai suatu zona
yang kearah darat dibatasi sampai dimana pengaruh laut masih ada dan kearah
laut sampai dimana pengaruh darat masih ada. Secara ekstrim wilayah pesisir
dapat dibatasi sampai garis pantai dan unsur-unsur geomorfolgis yang
berdekatan/berbatasan dengannya, yang ditentukkan oleh aksi laut terhadap batas
darat (Rais, 2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, bahwa Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian dari sumberdaya alam yang dianugerahkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara,
yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan
datang.
Secara geografis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai suatu wilayah peralihan
antara daratan dan lautan, dimana proses-proses biologi dan fisika yang kompleks
memainkan peranan penting (Dahuri et al,.1996).

20

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil mendefinisikan wilayah pesisir adalah
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut.

Menurut Budiharsono (2001), wilayah pesisir ditinjau dari konsep wilayah
termasuk dalam wilayah homogen, wilayah nodal, wilayah administratif dan
wilayah perencanaan. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan
wilayah sentra produksi ikan, namun biasanya juga dikatakan sebagai wilayah
dengan tingkat pendapatan penduduk tergolong di bawah garis kemiskinan.

Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir seringkali sebagai wilayah belakang
dengan wilayah perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir
dianggap sebagai halaman belakang (back yard) yang merupakan tempat
pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan fungsinya sebagai
wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia input (pasar input)
bagi inti dan pasar bagi barang-barang jadi (output).

Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi
yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun dapat pula berupa
kabupaten/kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah
perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis,
sehingga melewati batas-batas wilayah administratif. Terganggunya
keseimbangan biofisik-ekologis dalam wilayah ini akan berdampak negatif yang
tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tetapi juga daerah sekitarnya yang
merupakan kesatuan wilayah sistem (kawasan). Oleh Karen itu dalam

21

pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang tidak menutup kemungkinan adanya lintas batas administratif
(Budiharsono, 2001).

Menurut Kusumastanto (2003), bahwa perspektif ekonomi regional, wilayah
pesisir dan laut memiliki pilar-pilar penting untuk menjadi kekuatan dalam
pembangunan wilayah yang berbasiskan kekuatan ekonomi lokal.
Kekuatan-kekuatan tersebut adalah : 1) natural resources advantages dan
inperfect factor mobility. Artinya di wilayah pesisir terdapat konsentrasi
keunggulan wilayah yang tidak dimiliki oleh wilayah lain, seperti sumberdaya
alam, kultur dan adanya keterkaitan masyarakat dengan sumberdaya; 2) economic
of concentration atau imperfect diversibility. Artinya secara spasial kegiatan usaha
berdasarkan skala ekonomi, umumnya terjadi pengelompokan industri sejenis
(cluster of industry), jika tidak masuk skala ekonomi, kegiatan ini akan keluar
cluster yang ada; dan 3) mobilitas adalah pengorbanan. Artinya setiap pergerakan
barang dan jasa memerlukan biaya transpotasi dan komunikasi. Sehingga
kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan laut diarahkan pada upaya untuk
meminimalkan jarak dan memaksimumkan akses.

Arsyad (1999) menjelaskan bahwa jika kita membahas perencanaan pembangunan
ekonomi daerah maka pengertian wilayah yang paling banyak digunakan adalah
sebagai wilayah administratif, karena dalam melaksanakan kebijakan dan rencana
pembangunana daerah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai lembaga
pemerintah. Oleh karena itu, akan lebih praktis jika suatu Negara dipecah menjadi
beberapa daerah ekonomi berdasarkan satuan adminitratif yang ada.

22

Daerah yang batasannya ditentukan secara administratif lebih mudah dianalisis,
Karena biasanya pengumpulan data diberbagai daerah dalam suatu negara,
pembagiannya didasarkan pada satuan administratif.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, asas pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil adalah berasaskan keberlanjutan, konsistensi,
keterpaduan, kepastian hokum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat,
keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan berasaskan keadilan. Adapun tujuan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: a) melindungi,
mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil serta system ekologisnya secara berkelanjutan; b)
menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; c) memperkuat
peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan d) meningkatkan nilai
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan dengan cara mengintegrasikan
kegiatan:
a.

Antara pemerintah dan pemerintah daerah;

b.

Antar pemerintah daerah;

c.

Antar sektor;

d.

Antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat;

23

e.

Antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan

f.

Antara ilmu pengetahuan.

D. Konsep dan Definisi Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli.
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Umar, 2001).
Strategi berasal dari kata Latin strategia yang artinya kantor dari jenderal, selain
itu strategi bisa juga diartikan sebagai seni memperalat atau memperkerjakan
tindakan-tindakan yang berasal dari kata Perancis strategos, arti lain dari kata
strategi adalah strategems atau menuju ke arah sebuah tujuan (Soesilo, 2002).
Strategi adalah sekumpulan cara-cara untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah
suatu pendekatan logis yang akan menentukan arah sebuah aksi (Sitinjak, 2000).
1.

Perencanaan strategis
Perencanaan strategis pada dasarnya tidak menganut satu proses yang standar
dan banyak sekali variasi proses yang ditawarkan oleh pustaka-pustaka
tentang perencanaan strategis (serta tergantung juga dengan dengan bidang
tempat perencanaan strategis tersebut diaplikasikan). Menurut sejarahnya,
perencanaan strategis pertama kali diaplikasikan dibidang militer, kemudian
diaplikasikan ke dunia usaha atau perusahaan. Pada masa berikutnya, tipe
perencanaan ini juga aplikasikan ke organisasi nirlaba (non-profit)
(Djunaedi, 2002).

24

Pemerintah kecamatan termasuk organisasi nirlaba. Seperti halnya dunia
usaha, pemerintah Kecamatan pun perlu tanggap terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Orientasi dunia
usaha lebih menuju ke pencarian keuntungan atau laba, sedangkan
pemerintah kecamatan menekankan pada penyediaan layana dengan sejumlah
sumber daya yang dimiliki dan dengan motivasi bukan untuk mencari laba.
Dunia usaha membuka atau menutup bidang layanannya tergantung pada
pasar dan margin keuntungan, sedangkan pemerintah kecamatan tidak boleh
menutup suatu bidang layanan yang ditugaskan kepadanya oleh masyarakat
(Djunaedi, 2002).

Pemerintah daerah harus mampu mengatisipasi berbagai perubahan baik
regional, nasional maupun internasional. Sebagai sebuah organisasi
pemerintah daerah di tuntut untuk dapat bergerak cepat mengikuti perubahan
yang terjadi. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan strategis untuk
mengikuti perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi untuk mengikuti
perubahan tersebut. Proses perencanaan strategi dimulai dari visi dan misi
organisasi yang menghasilkan isu-isu strategis, kemudian mengidentikfikasi
dan mengevaluasi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti
sumber daya strategi, kemudian mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor
internal maupun ekternal. Faktor internal seperti sumber daya, strategi yang
telah ada termasuk di dalamnya adalah kinerja organisasi selama ini.
Kemudian faktor eksternal adalah faktor-faktor perubahan diluar organisasi.
Dari evaluasi ini diharapkan dapat dirumuskan berbagai alternatif strategi

25

dalam rangka melakukan tindakan tindakan guna mencapai tujuan organisasi
(Rahmat, 2009).

2.

Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Stiglitz (1998) menyatakan bahwa strategi pembangunan lebih ambisius dari
pada dokumen perencanaan, karena strategi pembangunan menyiapkan
strategi bu