PENDAHULUAN T1 232010197 Full text

9 beberapa UMKM masih kurang kesadaran serta kurangnya pendidikan hijau. Moorthy dan Yacob, 2013 : 2 Pada abad ke-21, dengan adanya kesadaran konsumen akan menciptakan lingkungan yang hijau, pelaku bisnis lebih diharapkan untuk menyelaraskan bisnis strategi-strategi dengan adanya inisiatif lingkungan. Pelaku bisnis harus sadar akan lingkungan telah menemukan bahwa mereka dapat menghasilkan strategi bisnis untuk membantu mereka mengurangi jejak karbon mereka, meminimalisasikan dampak kepada lingkungan, membuat penggunaan terbaik dari sumber daya alam , menjadi lebih hemat energi, mengurangi biaya, dan menunjukkan tanggung jawab sosial. Moorthy dan Yacob, 2013 : 2 Berfokus pada permasalahan lingkungan yang semakin kompleks, maka diperlukannya peranan dari UMKM yang ada di Indonesia untuk dapat ikut andil dalam mewujudkan konsep green accounting. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti salah satu daerah di Indonesia terutama UMKM laundry yang ada di sekitar daerah Kota Salatiga - Jawa Tengah untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah, diperoleh data jumlah UMKM di Jawa Tengah tahun 2013 secara keseluruhan adalah 88.505 unit. Dengan rincian pada tabel 1.1 dibawah ini. 10 Tabel 1.1 Data Series UMKM Provinsi Jawa Tengah Deskripsi Data Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah UMKM Unit 52.892 64.294 65.878 67.616 70.222 80.583 88.505 ProduksiNon Pertanian Unit 16.343 20.343 20.682 21.205 23.374 26.171 29.486 Pertanian Unit 6.909 8.305 9.385 9.775 10.097 13.242 15.209 Perdagangan Unit 23.401 28.007 28.172 28.247 28.362 32.055 33.571 Jasa Unit 6.239 7.639 7.639 8.389 8.389 9.115 10.239 Sumber Data: http:dinkop-umkm.jatengprov.go.id Sumber Data : http:dinkop-umkm.jatengprov.go.id Gambar 1.1 Jumlah UMKM Jawa Tengah Bidang Jasa Laundry merupakan bagian dari UMKM yang bergerak pada bidang jasa, sehingga di dalam gambar1.1 dapat dilihat bahwa hampir setiap tahunnya UMKM jasa mengalami pertumbuhan yang besar. Pertumbuhan ini juga dapat dilihat pada laundry yang ada di Kota Salatiga. Secara kasat mata, banyaknya usaha laundry yang terus bertambah setiap tahunnya salah satunya dikarenakan karena terus bertambahnya jumlah mahasiswa di Kota Salatiga. Kemudian juga karena kurangnya adanya fasilitas untuk mencuci pakaian dari setiap kost yang ada di 11 Kota Salatiga. Sehingga usaha laundry di Kota Salatiga ini menjadi salah satu bentuk usaha yang memiliki potensial yang cukup tinggi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penelitian ini mengambil masalah penelitian mengenai kepedulian dan pengetahuan pelaku bisnis laundry di Salatiga mengenai konsep green accounting. Permasalahan tersebut diuraikan dalam dua persoalan yaitu: a. Bagaimana pengetahuan biaya lingkungan dan green accounting pada UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga – Jawa Tengah? b. Bagaimana UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga menyikapi biaya lingkungan dan green accounting tersebut? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan biaya lingkungan dan green accounting pada UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga – Jawa Tengah dan juga untuk mengetahui UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga – Jawa Tengah dalam menyikapi adanya biaya lingkungan dan green accounting. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan pemahaman tentang pengetahuan dan kepedulian biaya lingkungan dan green accounting yang ada di UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah dan bagi UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan biaya lingkungan dan green accounting termasuk dalam kepeduliannya. 12

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green accounting

Dalam dunia bisnis saat ini bukan hanya berbicara tentang cara menjual produk atau pelayanan ke pelanggan. Dalam evolusi cepat sebuah usaha harus memiliki seperangkat aturan umum untuk dapat memfasilitasi perdagangan. Pada saat yang sama, aturan ini harus cukup fleksibel untuk dapat diterapkan pada perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Sebuah perusahaan harus mampu menunjukkan manajemen bisnis yang sehat yang meliputi kepedulian terhadap lingkungan Guertler, 2001. Namun kebanyakan perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut. Menurut Assyura, 2010, “green accounting adalah jenis akuntansi lingkungan yang menggambarkan upaya untuk menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi atau suatu hasil keuangan usaha.” Green accounting menggambarkan upaya untuk menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Ikhsan dalam Rustika 2011, tujuan dari green accounting adalah mengidentifikasi, mengumpulkan, menghitung dan menganalisis materi dan energi yang terkait biaya; pelaporan internal dan menggunakan informasi 13 tentang biaya lingkungan; menyediakan biaya-biaya lain yang terkait, informasi dalam proses pengambilan keputusan, dengan tujuan untuk mengadopsi keputusan yang efisien dan berkontribusi perlindungan lingkungan. Keberhasilan green accounting tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua biaya-biaya yang dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data green accounting dalam menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan. The International Federation of Accountants membahas green accounting sebagai pengelolaan kinerja lingkungan dan ekonomi melalui pengembangan dan implementasi lingkungan terkait sistem menghitung dan praktek yang tepat, sementara ini mungkin termasuk pelaporan dan audit di beberapa perusahaan, green accounting biasanya dapat melibatkan untuk siklus biaya, akuntansi biaya penuh, penilaian manfaat dan perencanaan strategis pengelolaan lingkungan . Selain itu, Divisi PBB untuk Sustainable Development menekankan bahwa sistem green accounting digunakan untuk pengambilan keputusan internal, dan informasi tersebut dapat berupa fisik atau moneter. Sekalipun, Amerika Serikat Environment Protection Agency menganggap bahwa “pentingnya fungsi green accounting adalah untuk membawa biaya lingkungan menjadi perhatian para pemangku kepentingan perusahaan yang mungkin dapat menjadi motivator untuk mengidentifikasi cara-cara untuk mengurangi atau menghindari biaya tersebut sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas lingkungan. Bahkan, sistem green accounting memiliki fungsi ganda yaitu mengelola dan 14 meningkatkan kinerja lingkungan keuangan suatu entitas. Moorthy dan Yacob, 2013 : 2

2.2 Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Arfan, 2008 : 13. Menurut Hansen dan Mowen 2007 biaya lingkungan diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Enviromental Prevention Cost Biaya Pencegahan Biaya untuk mencegah aktivitas produksi dan limbah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh : evaluasi dan seleksi supplier. 2. Enviromental Detection Cost Biaya Deteksi Biaya untuk menentukan apakah produk, proses dan kegiatan lainnya dalam badan usaha telah sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku. Contoh : memeriksa produk dan proses. 3. Enviromental Internal Failure Cost Biaya kegagalan internal Biaya yang terjadi dari aktivitas kontaminasi limbah yang di produksi, tetapi belum memberi dampak pada lingkungan masih dalam badan usaha. Contoh : biaya mendaur ulang hasil limbah. 4. Enviromental External Failure Cost Biaya kegagalan eksternal Biaya yang digunakan setelah adanya pemakaian limbah yang mengganggu lingkungan sekitar. Terjadi dari aktivitas kontaminasi dan limbah yang di produksi telah mencapai lingkungan keluar dari badan usaha.