PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012

Oleh

ELYCHIA ROLY PUTRI

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh karakteristik pemerintah daerah yang diwakili oleh ukuran (size) pemerintah daerah, umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah (dengan proksi rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan rasio efektivitas) pada pemerintah provinsi di Indonesia tahun 2008 – 2012.

Peneliti menggunakan metode purposive sampling dan memperoleh 11 pemerintah provinsi yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Total pengamatan sejumlah 55 data. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah; variabel umur administratif pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah; variabel intergovernmental revenue berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Kata kunci: Ukuran (size) pemerintah daerah, umur administratif pemerintah daerah, intergovernmental revenue, kinerja keuangan pemerintah daerah


(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CHARACTERISTICS OF LOCAL GOVERNMENT TO FINANCIAL PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENT Study on the Provincial Government of Indonesia in 2008 – 2012 Period

By

ELYCHIA ROLY PUTRI

The purpose of this research was to examine the influence of characteristics of local government which is represented by size of local government, local government administrative life, and intergovernmental revenue to financial performance of local government (proxy by independence ratio, fiscal decentralization, and ratio of effectiveness) on the provincial government of Indonesia in 2008-2012 period.

Researcher used purposive sampling method to take 11 provincial governments that suitable with criteria in this research. Total of observations are 55 data. This research is examined by multiple regression analysis.

The results showed that size of local government positively affect the financial performance of local government; local government administrative life does not affect the financial performance of local government; intergovernmental revenue negatively affect the financial performance of local government.

Keywords: Size of local government, local government administrative life, intergovernmental revenue, financial performance of local government


(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012

Oleh

ELYCHIA ROLY PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 11 Juni 1992. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Elias Enanie dengan Suresmiyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut pada tahun 2004, SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Economics English Club (EEC) periode 2011-2012 sebagai anggota biro Secretarial dan Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) periode 2011-2012 sebagai anggota aktif, diteruskan pada periode kepengurusan KSPM 2012-2013 sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat. Pada akhir masa kuliah, penulis diterima sebagai Koordinator Chapter Lampung pada Komunitas Jago Akuntansi Indonesia (KJAI).


(8)

Alhamdulillah..

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT yang membimbingku selama ini.

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku


(9)

MOTO

“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?”

(QS ar-Rahman)

Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people.

(Eleanor Roosevelt)

“Sebuah hasil yang kita dapatkan adalah cerminan proses yang kita

jalankan. Namun, terkadang kita harus menunggu sesuatu datang di waktu yang tepat. Karena Tuhan selalu tahu waktu yang tepat.”


(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012)”.

Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Lego Waspodo, S.E., M.Si., Akt., selaku pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, dan semangat selama proses penyelesaian skripsi ini;


(11)

5. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. selaku dosen pembahas. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan;

6. Ibu Reni Oktavia, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah membantu dan menyemangatiku selama ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu selama menyelesaikan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

8. Orang tuaku tercinta, mama (Suresmiyati) dan papa (Elias Enanie). Terima kasih atas curahan kasih sayang kepadaku selama ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang tiada henti dalam setiap perjalanan hidupku. Meski raga mama dan papa semakin menua, tetaplah sehat dan selalu bersamaku hingga anakmu sukses dan menjadi kebanggaanmu. Kalian adalah motivasi dalam setiap usahaku menaiki tangga kehidupan; 9. Adikku, Bimando Rolyza Putra yang selalu memberikan keceriaan dan

kegilaan tersendiri yang membuatku bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

10.Kakek dan nenekku, Mad Apan Aly dan Rogayah. Terima kasih untuk doanya sehingga proses penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan lancar;

11.Kak Anda. Terima kasih atas semangat dan doanya. Terima kasih untuk setiap kata-kata motivasi yang menyadarkanku agar jangan mudah berputus asa. Kau adalah mentorku sejak di bangku sekolah dasar. Tetap semangat untuk perkuliahanmu. Aku yakin kita berdua kelak dapat sukses meraih cita dan cinta;


(12)

12.Egha. Terima kasih telah bersedia menjadi teman terbaik yang pernah ada. Mungkin aku sering membuat kesal, namun itu karena kau telah kuanggap sebagai keluargaku. Kaulah yang tahu bagaimana diriku sebenarnya. Kaulah yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesahku, meladeni kekanakkanku. Sekali lagi, terima kasih untuk segala hal yang telah kau berikan;

13.Ela, Inul, Mae, Mia, Noy, Rendva, Retta, dan Tia. Terima kasih kepada kalian yang telah menghias masa putih abu-abu menjadi berwarna.

Tetaplah menjadi teman yang saling mengingatkan di kala suka dan duka, sekalipun jarak dan jalan kita berbeda. Satu yang pasti, kelak kita akan bertemu kembali di pintu kesuksesan;

14.Alen, Babang, Devri, Dianti, Eka, Meky, Rere, Santo, dan Surya. Terima kasih karena selalu ada dan membuat masa perkuliahan menjadi

menggembirakan. Semoga pertemanan kita tetap bertahan meski masa kuliah telah usai;

15.Teman-teman Akuntansi 2010. Ayu, Devy, Dila, Farah, Iing, Ipeh, Nurul, Sishi, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menjadi teman yang menyenangkan, yang telah membagi ilmu, cerita, dan kesan yang begitu banyak. Kita adalah satu angkatan Akuntansi 2010 yang saling mendukung untuk terus berprestasi;

16.Presidium Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) periode 2012/2013. Anas, Nova, Sela, Dany, Dias, Cinta, Ginan, Ono, Zahara, Ata, Gita, Enyeng, dan Bowo. Serta seluruh keluarga besar KSPM FEB Unila.


(13)

Terima kasih atas pembelajaran yang tak akan pernah terlupa, kekeluargaan yang sungguh luar biasa, dan kegembiraan yang selalu membuat hati bahagia;

17.Kak Chika, Kak Nana, Kak Danepo, Kak Ben, Kak Rama, Kak Ratih, dan kakak-kakak lainnya yang telah membagikan pengalaman dan

pengetahuannya sehingga aku terbantu dalam proses pengerjaan skripsi ini. Adik-adik mahasiswa FEB Unila yang memburu dengan pertanyaan kapan aku lulus. Terima kasih atas pertanyaan kalian yang membuatku makin bersemangat untuk mendapatkan gelar sarjana. Kini giliran kalian berjuang untuk bisa segera lulus;

18.Arna, Sinta, Ica, Kak Ajeng, dan Bele. Terima kasih atas kepedulian dan dukungan semangatnya selama ini;

19.Pak Sob, Mbak Sri, Mas Yana, dan seluruh staf lainnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi pembaca dan yang lainnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandarlampung, 11 Agustus 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

1.2.1 Rumusan Masalah ... 4

1.2.2 Batasan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Teori Entitas ... 6

2.1.2 Otonomi Daerah ... 7

2.1.3 Karakteristik Pemerintah Daerah ... 8

2.1.4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 10

2.1.5 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 12


(15)

ii

2.3 Model Penelitian ... 16

2.4 Hipotesis ... 17

2.4.1 Pengaruh Ukuran (Size) Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 17

2.4.2 Pengaruh Umur Administratif Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 18

2.4.3 Pengaruh Intergovernmental Revenue terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 20

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 21

3.2.1 Variabel Penelitian ... 21

3.2.1.1 Variabel Dependen ... 21

3.2.1.2 Variabel Independen ... 24

3.2.2 Metode Analisis Data ... 26

3.2.2.1 Analisis Faktor... 26

3.2.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 26

3.2.3 Pengujian Hipotesis ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data ... 32

4.2 Analisis Faktor ... 33

4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 34

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 36

4.4.1 Uji Normalitas ... 36


(16)

4.4.3 Uji Autokorelasi ... 38

4.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ... 41

4.6 Pembahasan ... 43

4.6.1 Pengaruh Ukuran (Size) Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 43

4.6.2 Pengaruh Umur Administratif Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 45

4.6.3 Pengaruh Intergovernmental Revenue terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 46

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 48

5.3 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(17)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Pola Hubungan Tingkat Kemandirian Daerah ... 22

3.2 Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal ... 23

3.3 Kriteria Rasio Efektivitas ... 23

4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 32

4.2 Uji Bartlett’s Test of Sphericity... 33

4.3 Statistik Deskriptif ... 34

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38

4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 39

4.6 Hasil Uji F-Test ... 41

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 42


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian

Lampiran 2 Analisis Faktor

Lampiran 3 Analisis Statistik Deskriptif

Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik


(19)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Model Penelitian ... 17 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 37 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 40


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jatuhnya masa orde baru pada tahun 1998, menjadi gerbang pembuka bagi pemerintah dalam mewujudkan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat. UU No. 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintahan Daerah (telah diperbarui oleh UU No. 32 Tahun 2004) menjadi sebuah pedoman bagi Indonesia untuk memulai melaksanakan otonomi daerah. Pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola kekayaan dan potensi daerahnya masing-masing demi tercapai kesejahteraan masyarakat. Hingga pada 1 Januari 2001, dimulailah sebuah era otonomi daerah yang memberikan wewenang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaksanaan otonomi daerah pada awalnya mengalami pro dan kontra. Pendapat pro muncul dari beberapa daerah yang kaya akan sumber daya yang justru tidak sabar agar otonomi daerah segera dilakukan. Sedangkan bagi daerah-daerah yang merasa kekurangan sumber daya, hal ini justru menjadikan mereka tidak percaya diri dalam menyongsong otonomi daerah. Hingga kini telah lebih dari satu dekade pelaksanaan otonomi daerah, kebijakan otonomi daerah yang diterapkan


(21)

2

pemerintah pusat nyatanya belum dapat berjalan dengan baik, karena masih banyak terjadi kesenjangan antar daerah di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah daerah harus pandai dalam menyelenggarakan pemerintahannya sehingga tercipta tata kelola pemerintahan yang baik serta diperlukan adanya evaluasi yang berkala atas capaian pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu (Sumarjo, 2010). Salah satu cara untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik tersebut adalah dengan melakukan suatu pengukuran kinerja (Halacmi, 2005). Analisis kinerja keuangan pemerintah daerah hakikatnya tidak hanya sebagai bentuk pengendalian, namun juga membantu semua pengguna laporan keuangan pemerintah daerah termasuk masyarakat untuk dapat

mengevaluasi kinerja pemerintah daerah. Pengukuran kinerja keuangan menurut Halim (2002) dapat dilakukan melalui analisis rasio keuangan daerah, seperti rasio kemandirian, ketergantungan, desentralisasi fiskal, efektivitas, dan efisiensi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut di antaranya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan belanja pembangunan (Fitriyanti dan Pratolo, 2009). Faktor lainnya yang perlu diperhatikan dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah adalah karakteristik pemerintah daerah (Sumarjo, 2010). Seperti halnya yang diungkapkan oleh Halim (2002) yang menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa-Bali memiliki kemampuan keuangan yang berbeda dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di luar Jawa-Bali. Patrick (2007) juga telah melakukan penelitian dengan karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel independen. Penelitian tersebut diterapkan pada daerah


(22)

3

Pennsylvania, Amerika Serikat. Karakteristik dalam penelitian tersebut terdiri dari budaya organisasi, struktur organisasi, dan lingkungan eksternal.

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarjo (2010)

dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, dan intergovernmental revenue

berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Namun, kemakmuran (wealth) dan ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian, peneliti ingin meneliti pengaruh dari karakteristik pemerintah provinsi dalam beberapa tahun. Peneliti akan melakukan penggantian salah satu variabel independen, yaitu ukuran legislatif yang akan digantikan dengan umur administratif pemerintah daerah, karena organisasi yang sudah lama berdiri dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

mengungkapkan informasi laporan keuangan, dan penghapusan variabel leverage karena dinilai kurang tepat digunakan dalam konteks pemerintahan, serta

penghapusan variabel kemakmuran (wealth). Kemudian untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah akan diproksikan oleh rasio kemandirian,

desentralisasi fiskal, dan efektivitas yang dinyatakan dalam faktor.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Pemerintah Provinsi di Indonesia Tahun 2008 - 2012)”.


(23)

4

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menguji pengaruh faktor-faktor karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?

2. Apakah umur administratif pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?

3. Apakah intergovernmental revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?

1.2.2 Batasan Masalah

Penelitian ini akan memiliki batasan masalah agar masalah yang diteliti dapat fokus dan tidak meluas. Maka, batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah provinsi di Indonesia.

2. Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi yang telah diaudit yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca untuk tahun anggaran 2008 - 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:


(24)

5

1. Pengaruh ukuran (size) pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

2. Pengaruh umur administratif pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

3. Pengaruh intergovernmental revenue terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan masih terbatasnya penelitian di bidang sektor publik di Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

pertimbangan kepada pemerintah daerah dalam hal mengenai karakteristik pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kinerja keuangan daerahnya. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para masyarakat

maupun para stakeholder untuk mengetahui tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah serta dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah daerah.


(25)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas

Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi

dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam organisasi dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi (Suwardjono, 2005). Berdasarkan pandangan tersebut, akuntansi merupakan bentuk pelaporan keuangan dari suatu kesatuan usaha, bukan pemilik. Dengan kata lain, kesatuan usaha menjadi kesatuan pelapor (reporting entity) yang bertanggung jawab kepada pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban dan laporan keuangan merupakan medium pertanggungjawabannya (Santoso dan Pambelum, 2008).

Dalam mekanisme keuangan negara di Indonesia, teori ataupun konsep entitas tersebut telah diaplikasikan. Istilah entitas pelaporan ini terdapat dalam UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Berdasarkan ketentuan hukum tersebut, maka entitas pelaporan dan entitas akuntansi dinyatakan dalam


(26)

7

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Berdasarkan PSAP, berikut adalah pengertian dari entitas pelaporan dan entitas akuntansi:

1. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran /

pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas

pelaporan.

Pemerintah Provinsi sebagai entitas pelaporan wajib menyampaikan laporan keuangannya. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi keuangan kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui entitas secara lebih dalam, di mana adanya perbedaan karakteristik antar entitas yang akan memberikan perbedaan nilai dalam laporan keuangan masing-masing entitas. Laporan keuangan kemudian digunakan untuk memonitor dan membandingkan kinerja keuangan antar entitas yang sejenis (Mardiasmo, 2002).

2.1.2 Otonomi Daerah

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk


(27)

8

rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Wikipedia, 2013).

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing. Hal ini merupakan sebuah kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan pemerintah daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, Indonesia mulai menjalankan prinsip-prinsip desentralisasi. Hal ini kemudian diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dengan adanya desentralisasi ini, diharapkan kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan akan meningkat.

2.1.3 Karakteristik Pemerintah Daerah

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus; mempunyai sifat khas (kekhususan) sesuai dengan perwatakan tertentu yang membedakan sesuatu (orang) dengan sesuatu yang lain (Poerwadarminta, 2006). Pada sektor swasta, karakteristik perusahaan


(28)

9

didefinisikan sebagai ciri-ciri khusus yang melekat pada perusahaan, menandai perusahaan, dan membedakannya dengan perusahaan yang lain.

Karakteristik pemerintah daerah berarti sifat khas dari otoritas administratif Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lesmana, 2010). Pada penelitian-penelitian, karakteristik pemerintahan diproksikan dalam item-item yang ada pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Patrick (2007) telah melakukan penelitian dengan karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel independen. Penelitian tersebut diterapkan pada daerah Pennsylvania, Amerika Serikat. Karakteristik dalam penelitian tersebut terdiri dari budaya organisasi, struktur organisasi, dan lingkungan eksternal.

Suhardjanto et al. (2010) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh

karakteristik pemerintah daerah terhadap pengungkapan wajib yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dengan karakteristik daerah

menggunakan model yang sama dengan Patrick (2007). Penelitian yang dilakukan Suhardjanto et al. (2010) menggunakan struktur organisasi dan lingkungan

eksternal dalam menjelaskan karakteristik pemerintah daerah di mana struktur organisasi diproksikan dengan size daerah, wealth, functional differentiation, age, dan latar belakang pendidikan kepala daerah. Sedangkan lingkungan eksternal diproksikan dengan municipality debt financing dan intergovernmental revenue.

Hasibuan (2009) dalam Sumarjo (2010) menemukan bahwa terdapat pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kinerja suatu perusahaan. Hal tersebut dapat diterapkan pada sektor pemerintahan, di mana karakteristik daerah dapat menjadi prediktor yang baik dalam mengukur kinerja pemerintah daerah (Sumarjo, 2010).


(29)

10

Karakteristik pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekat pada daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannya dengan daerah lain (Poerwadarminta, 2006). Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa perbedaan karakteristik antar daerah satu dengan daerah lainnya dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.

2.1.4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut (Wikipedia, 2013). Laporan keuangan sebagai salah satu informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana

pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik serta jendela informasi yang memungkinkan bagi pihak-pihak di luar manajemen mengetahui kondisi entitas tersebut (Syafitri, 2012).

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 1, laporan keuangan adalah laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Berdasarkan data dari laporan keuangan, dapat dilihat capaian kinerja dan pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban dalam suatu entitas (Choiriyah, 2010). Oleh karena itu, pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.

Berdasarkan PP RI No. 71 Tahun 2010, laporan keuangan meliputi:


(30)

11

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan unsur-unsur seperti pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran dalam satu periode pelaporan. b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos seperti Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

Anggaran tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun sebelumnya, dan Saldo Anggaran Lebih akhir.

c. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

d. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

e. Laporan Operasional

Laporan Operasional menyajikan pos-pos seperti pendapatan-LO dari kegiatan operasi, beban dari kegiatan operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasi, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO.

f. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos seperti ekuitas awal,

surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan, koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.


(31)

12

g. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan ini juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.1.5 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja merupakan suatu pencapaian atas apa yang telah direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi. Kinerja diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan (Azhar, 2008). Pengukuran kinerja adalah suatu proses sistematis untuk menilai apakah program kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan (Nordiawan dan Hertianti, 2011).

Pengukuran kinerja dinilai sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah


(32)

13

dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif (Mardiasmo, 2002). Selain itu, tuntutan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan karena adanya fakta bahwa masih buruknya kinerja pemerintah daerah di Indonesia yang dapat terlihat dengan adanya pernyataan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) tahun 2004 - 2009, Anwar Nasution. Beliau menyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah yang masih buruk berdampak pada buruknya penilaian kinerja pemerintah daerah (Sumarjo, 2010). Dengan demikian, pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah adalah sesuatu yang memang penting untuk dilakukan. Pengukuran kinerja juga

merupakan salah satu kunci sukses dari pembaruan dalam sektor publik (Greiling, 2005).

Berbagai penelitian mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah telah

dilakukan oleh beberapa peneliti, baik di dalam maupun luar negeri. Bruijn (2002) dan Greiling (2005) melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan pada

pemerintah daerah di Jerman. Di Indonesia, penelitian mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah telah dilakukan oleh Hamzah (2008) dalam Sumarjo (2010) yang meneliti mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap pengangguran dan kemiskinan.

Kinerja atau kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim, 2002). Pengukuran kinerja keuangan ini dilakukan melalui analisis rasio keuangan daerah, yaitu rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan


(33)

14

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Desentralisasi fiskal menunjukkan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Semakin tinggi PAD, maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi. Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah dibandingkan dengan target yang ditetapkan (Halim, 2002).

2.2 Penelitian Terdahulu

Patrick (2007) melakukan penelitian mengenai karakteristik Pemerintah Daerah Pennsylvania terhadap penerapan sebuah inovasi administrasi, yaitu

Governmental Accounting Standard Boards (GASB) 34. Dalam penelitian ini, diambil sampel sebanyak 506 pemerintah daerah di negara bagian Pennsylvania. Penelitian ini menggunakan model Rogers dalam mengemukakan karakteristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran (size) organisasi, kecenderungan pemerintah daerah untuk berinovasi, dan tanggapan terhadap konstituen memiliki pengaruh positif yang sangat kuat sebagai determinan dalam mengadopsi suatu inovasi. Karakteristik lainnya, seperti spesialisasi pekerjaan, intensitas

administrasi, diferensiasi fungsional, ketersediaan slack resources, dan leverage mempunyai hubungan yang positif namun lemah. Sedangkan untuk

intergovernmental revenue mempunyai hubungan negatif yang lemah sebagai determinan untuk mengadopsi GASB 34.


(34)

15

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) yaitu mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat akuntabilitas pengungkapan pada pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh profit margin, struktur permodalan yang diproksikan oleh debt equity ratio dan long liabilities to assets, dan tingkat efisiensi yang diproksikan oleh operating revenues to operating expenses memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat akuntabilitas pengungkapan pada pemerintah daerah di Indonesia. Ukuran (size) pemerintah daerah juga memiliki pengaruh yang signifikan.

Penelitian Sumarjo (2010) yaitu mengenai pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Pengujian data karakteristik pemerintahan daerah terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, kemakmuran (wealth), ukuran legislatif, leverage, dan intergovernmental revenue. Variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah daerah diproksikan oleh rasio efisiensi. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda yang menunjukkan hasil bahwa ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, dan intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Sedangkan kemakmuran (wealth) dan ukuran legislatif tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Kusumawardani (2012) meneliti pengaruh size, kemakmuran, ukuran legislatif, leverage terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size, kemakmuran, ukuran legislatif, leverage secara simultan mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah sebesar 31,5% dan secara parsial menunjukkan bahwa variabel size dan ukuran legislatif berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia


(35)

16

sedangkan kemakmuran dan leverage tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Syafitri (2012) meneliti pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 620 LKPD

Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2008 – 2009 dengan rata-rata tingkat pengungkapan LKPD sebesar 52,09%. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa umur administratif pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, dan ukuran legislatif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD, sedangkan intergovernmental revenue memiliki pengaruh negatif.

2.3 Model Penelitian

Pada awal mula diberlakukannya otonomi daerah, terdapat pro dan kontra antar pemerintah daerah yang memiliki kekayaan sumber daya dengan pemerintah daerah yang memiliki kekurangan sumber daya. Dan hingga kini, masih terlihat perbedaan kesenjangan antar pemerintah daerah di Indonesia (Adi, 2005 dalam Sumarjo, 2010). Untuk itu, karakteristik pemerintah daerah juga ikut menentukan kinerja keuangan pemerintah daerah.

Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan yaitu karakteristik pemerintah daerah yang terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue. Sedangkan variabel dependen yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan pemerintah daerah. Secara ringkas, kerangka pemikiran di atas akan digambarkan melalui model penelitian sebagai berikut.


(36)

17

Gambar 1.1 Model Penelitian

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Ukuran (Size) Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar akan memiliki tekanan yang lebih besar pula dari publik untuk melaporkan pengungkapan wajibnya (Cooke, 1992 dalam Sumarjo, 2010). Tuntutan publik mengenai pengungkapan wajib akan memberikan dampak pada tuntutan kinerja yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Sumarjo, 2010). Sehingga, perusahaan ataupun organisasi sektor publik yang memiliki ukuran besar cenderung akan mengungkapkan lebih banyak yang kemudian dituntut untuk memiliki kinerja keuangan yang lebih baik.

Dalam sektor swasta, penelitian serupa telah diteliti oleh Ramasamy, Ong, dan Yeung (2005). Ramasamy et al. (2005) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara ukuran (size) dengan pengukuran kinerja. Dalam sektor publik, pemerintah daerah yang memiliki ukuran (size) yang besar akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan pemerintah daerah yang memiliki ukuran

Karakteristik Pemerintah Daerah

 Ukuran (size)  Umur Administratif

Intergovernmental Revenue

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah


(37)

18

(size) yang kecil. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

H1 : Ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah

2.4.2 Pengaruh Umur Administratif Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Umur administratif pemerintah daerah yaitu tahun dibentuknya suatu pemerintah daerah berdasarkan undang-undang pembentukan pemerintah daerah tersebut (Syafitri, 2012). Organisasi yang sudah lama berdiri dianggap memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk mengungkapkan informasi laporan keuangan dibandingkan dengan organisasi yang baru berdiri (Hammami, 2009 dalam

Syafitri, 2012). Pemerintah daerah yang memiliki umur lebih lama akan lebih baik dalam mengelola sumber daya yang berdampak pada peningkatan kinerja

keuangannya.

Kinerja keuangan yang baik akan timbul dengan adanya pengungkapan informasi laporan keuangan yang baik (Sari, 2010). Pemerintah daerah yang sudah lama berdiri akan mengungkapkan informasi laporan keuangan yang baik dan

menimbulkan kinerja keuangan yang lebih baik pula. Semakin lama pemerintah daerah berdiri, maka akan semakin berpengalaman untuk mengelola keuangannya. Sehingga, semakin lama umur administratif pemerintah daerah maka akan

semakin baik kinerja keuangannya. Maka, hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini adalah:


(38)

19

H2 : Umur administratif pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah

2.4.3 Pengaruh Intergovernmental Revenue terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Intergovernmental revenue adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Siregar, 2001). Di Indonesia, transfer ini disebut sebagai dana perimbangan. Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara intergovernmental revenue dengan kesesuaian pengungkapan wajib pemerintah daerah. Semakin besar intergovernmental revenue suatu daerah berarti semakin besar pula kesesuaian pengungkapan wajibnya. Semakin baik pengungkapannya, maka semakin baik pula kinerja keuangannya.

Patrick (2007) juga telah melakukan penelitian mengenai dana transfer ini, dan mendefinisikan bahwa intergovernmental revenue adalah suatu pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pemerintah pusat dengan tujuan untuk membiayai operasi pemerintah daerah. Intergovernmental revenue diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menjalankan aktivitas daerah sehingga kinerja pemerintah daerah akan semakin baik. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar intergovernmental revenue yang diterima oleh pemerintah daerah, akan semakin baik pula kinerja keuangannya. Dengan demikian, hipotesis yang ada di dalam penelitian ini adalah:

H3 : Intergovernmental Revenue berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.


(39)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan terdapat

perbedaan karakteristik dari masing-masing pemerintah provinsi.

Sampeladalah sekelompok atau beberapa bagian dari populasi (Indriantoro dan Supomo, 2003). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibuat peneliti. Kriteria-kriteria atas sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Menyajikan data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca tahun 2008 – 2012 yang telah diaudit.

2. Menyajikan data waktu pembentukan pemerintah provinsi berdasarkan undang-undang pembentukannya.

3. Mendapatkan opini WTP atau WDP selama lima tahun berturut-turut yang menandakan laporan keuangan tersebut telah wajar dan sesuai dengan SAP.


(40)

21

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi di Indonesia tahun anggaran 2008 – 2012 yang telah diaudit dan data non-keuangan yaitu umur administratif pemerintah daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi di Indonesia yang digunakan yaitu Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan - Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan data umur administratif pemerintah daerah diperoleh dari situs resmi masing-masing pemerintah daerah.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

3.2.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel yang diduga sebagai akibat dari variabel

independen (Indriantoro dan Supomo, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan ini akan diukur melalui tiga rasio keuangan, yaitu rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas (Halim, 2002). Agar tidak terjadi bias, maka ketiga rasio tersebut akan lebih dahulu difaktorkan menjadi satu. Satu faktor yang terbentuk dari tiga rasio tersebut kemudian akan menjadi proksi dari kinerja keuangan yang merupakan variabel dependen dalam penelitian ini.

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan


(41)

22

Desentralisasi Fiskal =

kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun pinjaman. Semakin tinggi rasio kemandirian, maka semakin rendah tingkat ketergantungan daerah (Halim, 2002).

Rasio Kemandirian =

Pola hubungan tingkat kemandirian daerah disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Pola Hubungan Tingkat Kemandirian Daerah

Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian (%)

Rendah Sekali 0 - 25

Rendah >25 - 50

Sedang >50 - 75

Tinggi >75 - 100

Sumber: Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (Halim, 2002)

Desentralisasi Fiskal adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Rasio desentralisasi fiskal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio, maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi.


(42)

23

Efektivitas =

Tabel 3.2

Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi Fiskal (%) Kemampuan Keuangan Daerah

0 – 10 Sangat Kurang

>10 – 20 Kurang

>20 – 30 Cukup

>30 – 40 Sedang

>40 – 50 Baik

>50 Sangat Baik

Sumber: Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah (Munir, 2004)

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah dengan target yang ditetapkan. Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik (Halim, 2002).

Kriteria rasio efektivitas disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.3

Kriteria Rasio Efektivitas

Rasio Efektivitas (%) Kriteria

>100 Sangat Efektif

100 Efektif

90 - 99 Cukup Efektif

75 - 89 Kurang Efektif

<75 Tidak Efektif


(43)

24

3.2.1.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan tipe variabel yang menjelaskan atau

memengaruhi variabel lain atau variabel yang diduga sebagai sebab dari variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu: ukuran (size) pemerintah daerah, umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue.

 Ukuran (Size) Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintah daerah yaitu seberapa besar suatu pemerintah daerah. Setiap pemerintah daerah tentunya memiliki ukuran yang berbeda-beda, yang menjadi karakteristik pemerintah daerah tersebut. Untuk dapat mengukur size dari suatu organisasi dapat diukur dengan beberapa cara, seperti jumlah karyawan, total aset, total pendapatan, dan tingkat produktivitas (Patrick, 2007). Sedangkan Fitriani (2001) mengatakan ada tiga alternatif untuk mengukur size, yaitu total aset, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar. Penggunaan penjualan bersih dan kapitalisasi pasar tidaklah sesuai untuk organisasi pemerintahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patrick (2007), peneliti menggunakan total pendapatan sebagai proksi dari size. Pertimbangan pengukuran ini karena nilai pendapatan dinilai lebih mewakili ukuran suatu pemerintah daerah.


(44)

25

 Umur Administratif Pemerintah Daerah

Umur suatu organisasi dapat diartikan seberapa lama organisasi tersebut berdiri berdasarkan undang-undang pembentukan organisasi tersebut. Lesmana (2010) mengukur umur pemerintah daerah berdasarkan sejak ditetapkannya peraturan perundang-undangan pembentukan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan satuan tahun. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lesmana (2010) dan Syafitri (2012), maka umur administratif pemerintah daerah pada penelitian ini dilakukan berdasarkan umur

pemerintah daerah sejak terbitnya undang-undang pembentukan daerah tersebut yang kemudian dinyatakan dalam satuan tahun.

Intergovernmental Revenue

Intergovernmental revenue mencerminkan pendapatan yang diterima

pemerintah daerah yang berasal dari sumber eksternal dan tidak memerlukan adanya pembayaran kembali (Patrick, 2007). Intergovernmental revenue di Indonesia biasa dikenal dengan dana perimbangan. Patrick (2007)

menghitung nilai intergovernmental revenue dengan membandingkan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Patrick (2007), Sumarjo (2010), dan Syafitri (2012) intergovernmental revenue pada penelitian ini juga diukur dengan membandingkan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan.

Intergovernmental Revenue =


(45)

26

3.2.2 Metode Analisis Data

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum dari masing-masing data sampel (Ghozali, 2011). Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.

3.2.2.1Analisis Faktor

Tujuan utama analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data dan menganalisis struktur saling berhubungan antara sejumlah besar variabel dengan mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan faktor (Ghozali, 2011). Analisis faktor menghendaki adanya korelasi yang cukup dalam matriks data agar dapat dilakukan faktor analisis. Cara yang dapat

dilakukan agar dapat diketahui bisa tidaknya dilakukan faktor analisis adalah dengan melihat matriks korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett’s Test of Sphericity. Jika

nilai uji tersebut ≤ 0,05 berarti analisis faktor dapat diteruskan (Ghozali, 2011).

Setelah itu, akan didapatkan hasil factor score.

3.2.2.2Uji Asumsi Klasik

Pengujian statistik yang menggunakan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi klasik tersebut terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.


(46)

27

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan analisis grafik dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi dikatakan normal, jika garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011).

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat tolerence dan Variance Infaltion Factors (VIF) dengan alat bantu program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerence < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Bila nilai tolerance ≥ 0.10 atau sama dengan VIF ≤ 10, berarti tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi (Ghozali, 2011).


(47)

28

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011). Untuk melakukan pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan melakukan uji Durbin – Watson dengan syarat du < DW < 4 – du (Ghozali, 2011).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Sebuah model regresi yang baik adalah model regresi yang mempunyai data yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentize (Ghozali, 2011).


(48)

29

3.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan alat statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Dalam menguji hipotesis dikembangkan suatu persamaan untuk menyatakan hubungan antar variabel dependen, yaitu Y (kinerja keuangan pemerintah daerah) dengan variabel independen, yaitu X (ukuran pemerintah daerah, umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda yang diformulasikan sebagai berikut:

Y = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ ε

Keterangan:

Y = Kinerja keuangan pemerintah daerah X1 = Ukuran (size) pemerintah daerah X2 = Umur administratif pemerintah daerah X3 = Intergovernmental Revenue

β1 = Koefisien regresi ukuran (size) pemerintah daerah

β2 = Koefisien regresi umur administratif pemerintah daerah

β3 = Koefisien regresi intergovernmental Revenue α = Konstanta

ε = Error of estimation


(49)

30

1. Ha ditolak yaitu apabila ρ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.

2. Ha diterima yaitu apabila ρ value ≤ 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai alpha 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.

Kemudian dilakukan pengujian ketepatan perkiraan (R2). Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 (Ghozali, 2011).

Untuk selanjutnya, dilakukan pengujian signifikansi parameter individual. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual

mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Kriteria pengujian hipotesis adalah seperti berikut ini.

1. Ha ditolak, yaitu apabila ρ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak


(50)

31

2. Ha diterima, yaitu apabila ρ value ≤ 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.


(51)

47

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara karakteristik pemerintah daerah yang diproksikan oleh ukuran (size), umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue dengan kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda sebagai alat analisis hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Variabel ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh positif dengan variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.041 dan nilai koefisien regresi positif. Semakin besar ukuran (size) pemerintah daerah maka kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut akan semakin baik. Total pendapatan yang tinggi akan meningkatkan rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas pemerintah daerah. 2. Variabel umur administratif pemerintah daerah tidak berpengaruh dengan

variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.890 dan nilai koefisien regresi negatif. Umur administratif pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan


(52)

48

menjamin bahwa pemerintah daerah bisa lebih baik dalam meningkatkan rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas.

3. Variabel intergovernmental revenue berpengaruh negatif dengan variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003 dan nilai koefisien regresi negatif. Semakin besar nilai

Intergovernmental revenue maka akan semakin mengurangi kinerja keuangan pemerintah daerah. Dana perimbangan yang diberikan nyatanya justru

menjadikan pemerintah daerah tidak mandiri dan tidak dapat menjalankan desentralisasi fiskalnya dengan baik dan efektif.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga karakteristik pemerintah daerah, yaitu ukuran (size), umur administratif pemerintah daerah, dan

intergovernmental revenue. Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian karakteristik pemerintah daerah pada penelitian terdahulu untuk diuji pada penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga rasio keuangan daerah, yaitu rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas. Pemakaian ketiga rasio tersebut dikarenakan ketiganya memiliki ciri yang sama untuk dipakai dalam analisis faktor.


(53)

49

5.3 Saran

Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain sebagai karakteristik pemerintah daerah yang diduga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, seperti total belanja pemerintah daerah.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan rasio keuangan daerah yang lain yang dapat menjadi prediktor dalam kinerja keuangan daerah, seperti rasio ketergantungan dan efisiensi.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 2004. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Pendekatan Principal-Agent Theory. Makalah. Seminar

Antarbangsa Universitas Bengkulu. Bengkulu, 4-5 Oktober 2004.

Azhar, MHD Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Bruijn, Hans De. 2002. Performance Measurement in The Public Sector:

Strategies to Cope With The Risk of Performance Measurement. Emerald Insight.

Choiriyah, Umi. 2010. Information GAP Pengungkapan Lingkungan Hidup di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Fitriani. 2001. Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan

Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.

Fitriyanti, Ismi Rizky dan Pratolo, Suryo. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian Keuangan Akuntansi Sektor Publik II Badan Litbang Departemen Dalam Negeri. Bidakara, 2-3 Juni 2009.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Greiling, Dorothea. 2005. Performance Measurement in The Public Sector: The German Experience. Emerald Research, Vol. 54: 551-567.

Hadi, Abdul, Hendri, Sapto, dan Inapty, Biana Adha. 2009. Analisa Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Penelitian Keuangan Akuntansi Sektor Publik II Badan Litbang Departemen Dalam Negeri. Bidakara, 2-3 Juni 2009.


(55)

Halachmi, Arie. 2005. Performance Measurement is Only One Way of Managing Performance. International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54: 502-516.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kusumawardani, Media. 2012. Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif,

Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Lesmana, Sigit I. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap

Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. UII Press. Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.

Yogyakarta.

Munir, Dasril. 2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. YPAI. Yogyakarta.

Nordiawan, Deddi dan Hertianti, Ayuningtyas. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.

Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Dissertation. The Pennsylvania State University. Pennsylvania.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. DPR RI. Jakarta.

___________. 2004. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. DPR RI. Jakarta.

___________. 2004. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. DPR RI. Jakarta.

___________. 2010. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. DPR RI. Jakarta.

Perwitasari, Citra. 2010. The Influence of Financial Performance to the Level of

Accountability Disclosure of Indonesia’s Local Government. Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(56)

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Ramasamy, Bala, Ong, Darryl, and Yeung, Matthew C H. 2005. Firm Size, Ownership and Performance in The Malaysian Palm Oil Industry. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 1: 81-104.

Santoso, Urip dan Pambelum, Johanes Joni. 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam Mencegah Fraud. Jurnal Administrasi Bisnis. No.1 Vol 04, hal: 14-33. Sari, Citra Perwita. 2010. The Influence of Financial Performance to The Level of

Accountability Disclosure of Indonesia’s Local Government. Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Siregar, Baldric. 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta.

Suhardjanto, D, Rusmin, Mandasari, Putriesti and Brown, Alistair. 2010.

Mandatory Disclosure Compliance and Local Government Charactheristics: Evidence From Indonesian Municipalities. Journal Public Policy January 2010.

Sumarjo, Hendra. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.

Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Weill, Laurent. 2003. Leverage and Corporate Performance: A Frontier Efficiency Analysis on European Countries. Working Paper. Working Paper Series. SSRN May.


(1)

47

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara karakteristik pemerintah daerah yang diproksikan oleh ukuran (size), umur administratif pemerintah daerah, dan intergovernmental revenue dengan kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda sebagai alat analisis hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Variabel ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh positif dengan variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.041 dan nilai koefisien regresi positif. Semakin besar ukuran (size) pemerintah daerah maka kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut akan semakin baik. Total pendapatan yang tinggi akan meningkatkan rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas pemerintah daerah. 2. Variabel umur administratif pemerintah daerah tidak berpengaruh dengan

variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.890 dan nilai koefisien regresi negatif. Umur administratif pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan


(2)

48

menjamin bahwa pemerintah daerah bisa lebih baik dalam meningkatkan rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas.

3. Variabel intergovernmental revenue berpengaruh negatif dengan variabel kinerja keuangan pemerintah daerah, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003 dan nilai koefisien regresi negatif. Semakin besar nilai

Intergovernmental revenue maka akan semakin mengurangi kinerja keuangan pemerintah daerah. Dana perimbangan yang diberikan nyatanya justru

menjadikan pemerintah daerah tidak mandiri dan tidak dapat menjalankan desentralisasi fiskalnya dengan baik dan efektif.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga karakteristik pemerintah daerah, yaitu ukuran (size), umur administratif pemerintah daerah, dan

intergovernmental revenue. Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian karakteristik pemerintah daerah pada penelitian terdahulu untuk diuji pada penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga rasio keuangan daerah, yaitu rasio kemandirian, desentralisasi fiskal, dan efektivitas. Pemakaian ketiga rasio tersebut dikarenakan ketiganya memiliki ciri yang sama untuk dipakai dalam analisis faktor.


(3)

49

5.3 Saran

Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain sebagai karakteristik pemerintah daerah yang diduga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, seperti total belanja pemerintah daerah.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan rasio keuangan daerah yang lain yang dapat menjadi prediktor dalam kinerja keuangan daerah, seperti rasio ketergantungan dan efisiensi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 2004. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Pendekatan Principal-Agent Theory. Makalah. Seminar

Antarbangsa Universitas Bengkulu. Bengkulu, 4-5 Oktober 2004.

Azhar, MHD Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Bruijn, Hans De. 2002. Performance Measurement in The Public Sector:

Strategies to Cope With The Risk of Performance Measurement. Emerald Insight.

Choiriyah, Umi. 2010. Information GAP Pengungkapan Lingkungan Hidup di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Fitriani. 2001. Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan

Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung.

Fitriyanti, Ismi Rizky dan Pratolo, Suryo. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian Keuangan Akuntansi Sektor Publik II Badan Litbang Departemen Dalam Negeri. Bidakara, 2-3 Juni 2009.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Greiling, Dorothea. 2005. Performance Measurement in The Public Sector: The German Experience. Emerald Research, Vol. 54: 551-567.

Hadi, Abdul, Hendri, Sapto, dan Inapty, Biana Adha. 2009. Analisa Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Penelitian Keuangan Akuntansi Sektor Publik II Badan Litbang Departemen Dalam Negeri. Bidakara, 2-3 Juni 2009.


(5)

Halachmi, Arie. 2005. Performance Measurement is Only One Way of Managing Performance. International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54: 502-516.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kusumawardani, Media. 2012. Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif,

Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Lesmana, Sigit I. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap

Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. UII Press. Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.

Yogyakarta.

Munir, Dasril. 2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. YPAI. Yogyakarta.

Nordiawan, Deddi dan Hertianti, Ayuningtyas. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.

Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Dissertation. The Pennsylvania State University. Pennsylvania.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. DPR RI. Jakarta.

___________. 2004. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. DPR RI. Jakarta.

___________. 2004. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. DPR RI. Jakarta.

___________. 2010. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. DPR RI. Jakarta.

Perwitasari, Citra. 2010. The Influence of Financial Performance to the Level of

Accountability Disclosure of Indonesia’s Local Government. Tesis.


(6)

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Ramasamy, Bala, Ong, Darryl, and Yeung, Matthew C H. 2005. Firm Size, Ownership and Performance in The Malaysian Palm Oil Industry. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 1: 81-104.

Santoso, Urip dan Pambelum, Johanes Joni. 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam Mencegah Fraud. Jurnal Administrasi Bisnis. No.1 Vol 04, hal: 14-33. Sari, Citra Perwita. 2010. The Influence of Financial Performance to The Level of

Accountability Disclosure of Indonesia’s Local Government. Tesis.

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Siregar, Baldric. 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta.

Suhardjanto, D, Rusmin, Mandasari, Putriesti and Brown, Alistair. 2010.

Mandatory Disclosure Compliance and Local Government Charactheristics: Evidence From Indonesian Municipalities. Journal Public Policy January 2010.

Sumarjo, Hendra. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.

Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Weill, Laurent. 2003. Leverage and Corporate Performance: A Frontier Efficiency Analysis on European Countries. Working Paper. Working Paper Series. SSRN May.


Dokumen yang terkait

Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2012

1 40 140

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Provinsi Papua Barat)

0 8 15

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH study pada pemerintah provinsi indonesia tahun 2008-2012

3 29 55

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

0 5 56

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kota di Indonesia)

0 2 76

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah).

0 4 16

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Di Indonesia (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Indonesia).

0 10 20

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja pemerintah daerah.

0 19 17

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja pemerintah daerah.

0 6 16

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN DAERAH DAN TEMUAN AUDIT TERHADAP KINERJA PEMERINTAH PADA PEMERINTAH DAERAH SE-INDONESIA.

0 0 14