FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(Skripsi)

Oleh

SITI NURUL NOVIANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

FACTORS THAT AFFECTING DEMAND OF HOUSEHOLD ELECTRICAL ENERGY IN DISTRICT OF NORTH LAMPUNG

By

Siti Nurul Noviana ABSTRACT

Electricity is one of the energy that needed by humans in performing daily activities. Remember that electricity is one of the important needs and concerns with the public importance, so that the management of electricity is becoming the responsibility of government, although the private sector is possible to participate in it. Provision of the electrical energy should be made caused the electricity demand is always increased as a result of the increase in the total and activity of people. This study aims to determine the factors that affect Demand Household Electrical Energy. The data that used are monthly time series data obtained from PT. PLN (Persero) Distribution of Lampung. The analysis that tool used is Multiple Linear Regression Analysis with the dependent variable is Demand of Household Electrical Energy. While the independent variables are Number of Household Electricity Customers, Price of Household Electricity, Number of Electricity Production and Per Capita Income. From hypothesis test have the results that Number of Consumers, Price of Electricity, Number of Electricity Production, and Per Capita Income positive and significant effect on Demand of Household Electrical Energy. Degree of elasticity estimation’s result at all of independent variables obtain elasticity coefficient Ed<1 which means is inelastic where electricity is a normal goods dan become primary needs.

Keywords : electricity demand, number of customers, price of electricity, number of electricity production, and per capita income.


(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

SITI NURUL NOVIANA ABSTRAK

Listrik merupakan salah satu energi yang dibutuhkan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Mengingat bahwa tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang cukup penting dan menyangkut dengan kepentingan umum, maka pengelolaannya menjadi tanggungjawab pemerintah walaupun sektor swasta dimungkinkan untuk ikut berperan di dalamnya. Penyediaan energi listrik harus dilakukan mengingat permintaan yang terus meningkat sebagai akibat dari bertambahnya jumlah dan aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga. Data yang digunakan adalah data time series bulanan yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dependen adalah Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga. Sedangkan variabel independen yaitu, Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga, Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga, Jumlah Produksi Listrik Dan Pendapatan Perkapita. Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa Jumlah Pelanggan, Tarif Dasar Listrik, Jumlah Produksi Listrik dan Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga. Hasil perhitungan tingkat elastisitas pada semua variabel bebas menghasilkan koefisien elastisitas Ed<1 yang artinya bersifat inelastis dimana listrik adalah barang normal dan menjadi kebutuhan primer.

Kata Kunci : permintaan energi listrik, jumlah pelanggan, tarif dasar listrik, jumlah produksi listrik dan pendapatan perkapita.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Nurul Noviana lahir pada tanggal 23 November 1992 di Bandar Lampung. Penulis lahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Bapak Bambang Wijaya dan Ibu Sri Sundari.

Penulis memulai pendidikan di TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Tanjung Karang pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SD N 1 Rawa Laut yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 1 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikannya di SMA N 1 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur PKAB pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2014.

Selama masa kuliah, penulis aktif di organisasi Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FEB Unila dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB Unila. Selain itu, penulis pernah menjadi surveyor Bank Indonesia pada tahun 2012.


(9)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah: 6-8)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”

(Qs: Ar-Ra’d Ayat 11)

“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan

menghasilkan anak yang cerdas” (Dian Sastro)

“Terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi tetaplah menjadi orang yang selalu bersyukur dan ikhlas atas segala nikmat yang Allah berikan. Yakinlah

bahwa Allah memiliki rencana lain yang lebih baik dari itu” (Siti Nurul Noviana)


(10)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku yang sangat ku cintai, Alm.Bapak Bapak Bambang Wijaya dan Ibu Sri Sundari yang tidak henti-hentinya selalu mencurahkan kasih sayangnya, hingga menjadikanku lebih kuat seperti sekarang. Kakak-kakakku tercinta Noffita

Indah Furi, Alm. Hendra Fadillah, Rahmad Agung Ridwan, dan Amelia Indah Syafitri, yang selalu memberikan semangat, dukungan do’a, materil dan juga moril.

Serta semangat dan kerja kerasku dalam meraih gelar SARJANA EKONOMI.

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selalu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M.Husaini, S.E, M.EP. dan Ibunda Asih Murwiati, S.E, M.E. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.

4. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P. selaku deosen penguji. 5. Bapak Rahmat, S.E, selaku Pembimbing Akademik.


(12)

7. Keluargaku Tercinta, bapak (Alm) dan ibu yang tiada hentinya mendukung dan tak pernah lelah mendoakan, kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan doa yang tulus ikhlas serta keponakanku yang lucu-lucu. 8. PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung.

9. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bu Mar, Bu Yati, Bu Hudaiyah, Mba Atun, Pakde Kantin, serta pegawai FEB lainnya. 10. Sahabat B.A tercinta yang sering saya repotkan dan juga merepotkan saya,

Sonia, Echy, Ajeng, Dania, Caca, Dimas, Darus, Dede, Dicki, Cermen, dan Fani pemberi semangat, doa, dan warna dikehidupan saya.

11. Sahabat-sahabatku Ditha, Lica, Bunga, Desy, Wiwik, Ayu, Nana, Dina. 12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010, Shinta, Wuri, Dina, Tetik,

Ardan, Febri, Adi, Devy, Citra, Icha, Army, Monce, Danichan, Beni, Mala, Agus, Hana, Irfan, Andhika, Gege, Dani Ketua dan teman EP lainnya 13. Keluarga KSPM: Ayu, Echa, Dianti, Kartono, Mba Ratih, Mba Putri, Mba

Mitha, Kak Danepo, Mba Dhytha, Mba Karina, Gita, Zahara, Restu, Dias, Ria, Cinta, Danty, Ferly, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 14. Keluarga BEM FEB Unila: Anas, Nurul, Yolanda, Sonia, Jevri, Febi, Jenny,

Sela, Dimas, Faiz, Yoga, Fera, Melisa, Firas, Nay, Liza, Esti, Ido, Beni, Dicki, Fani, dan Rama. Terimakasih untuk kebersamaannya .

15. Kakak tingkat EP angkatan 2008 dan 2009 serta adik-adik EP angkatan 2011 dan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun terima kasih banyak atas dukungannya.


(13)

16. Kanda yunda HMI Komisariat Ekonomi Unila: Bang Mandala, Mang Duki, Bang Bimbim, Bang Wendy, Bang Bram, Kang Yogi, Bang Mirham, Bang Guntur Feb, Bang Nurwan, Bang Fadil, Bang Fajrin, Bang Ferli, Bang Fijar, Bang Guntur Sis, Bang Jalal, Bang Rudi, Bang Inot, Bang Doi, Mba Nia dan kanda-kanda yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

17. Teman-teman angkatan Dol dan 2010 Komek Unila: Anas, Wenni Bulu, Ari, Ali, Satria, Fera, Apri, Yuda, Teja, Zul, Dede, Chairman, Wahyu, Faiz, Darus, Sofyan, Azis, Roy, Beni, dan yang teman-teman 2010 yang lainnya. 18. Adik-adik Komek Unila: Gita, Yusmitha, Aulia, Pandu, Vety, David, Dani,

Findo, Lano, Nay, Apri, Arul, Sigit, Yuni, Acil, Edo, Argi, Iduy, Ginan, Fadli, Sulton, Odi, Robi dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 19. Pengurus HMI Cabang Bandar Lampung: Bang Macro, Bang Hadi, Jevri,

Yuda, Alfin, Oddy, Alan, Yefri, Resti, Tri, Mba Asri, Desna, Bang Resi. 20. Teman-teman KKN Kecamatan Banjit, Way Kanan: Keluarga bapak PPN,

Jefri, Hanif, Aini, Yunike, Ulin, Juni, Yunita, Deka, dan Juni yang memberikan pengalaman dan kebersamaan selama KKN.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 11 Desember 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 9

C. Tujuan ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 11

F. Hipotesis ... 13

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Permintaan ... 15

B. Hukum Permintaan ... 17

C. Fungsi Permintaan ... 18

D. Elastisitas Permintaan ... 20

1. Koefisien Elastisitas Permintaan Harga ... 22

2. Elastisitas Permintaan Silang ... 23

3. Elastisitas Permintaan Pendapatan ... 24

E. Pengertian Peramalan (Forecasting) ... 25

1. Metode Time Series ... 27

2. Metode Kausal ... 30

F. Kelebihanan Permintaan (Excess Demand) ... 31

G. Teori Barang Publik... 32

H. Pengertian Listrik ... 33

1. Asas Pembangunan Ketenagalistrikan... 34

2. Kebijakan Pengembangan Ketenagalistrikan ... 35

I. Penelitian Terdahulu ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data ... 42

B. Definisi Operasioanal ... 43

C. Model dan Alat Analisis ... 45

1. Pengukuran Tingkat Elastisitas ... 46


(15)

ii

1.2Tingkat Elastisitas Permintaan Pendapatan ... 47

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

2.1Uji Normalitas ... 48

2.2Uji Heteroskedastisitas ... 48

2.3Uji Autokorelasi ... 49

2.4Uji Multikolinieritas ... 51

3. Pengujian Hipotesis ... 52

3.1Uji t ... 52

3.2Uji F. ... 53

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Hasil Estimasi Regresi ... 54

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

2.1Uji Normalitas ... 56

2.2Uji Heteroskedastisitas ... 56

2.3Uji Autokorelasi ... 58

2.4Uji Multikolinieritas ... 59

3. Pengujian Hipotesis ... 60

3.1Uji t ... 60

3.2Uji F ... 63

4. Tingkat Elastisitas... 64

5. Peramalan (Forecasting) ... 67

B. Pembahasan ... 68

1. Pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL) terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT) ... 68

2. Pengaruh Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga (TDL) terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT) ... 69

3. Pengaruh Jumlah Produksi Listrik (JPL) terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT) ... 70

4. Pengaruh Pendapatan Perkapita (PP) terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT) ... 72

5. Permintaan Energi Listrik di Kabupaten Lampung Utara ... 73

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Produksi Listrik, dan Listrik yang Terjual oleh PLN di Provinsi Lampung Tahun

2008-2011 ... 3

2. Jumlah Listrik yang Didistribusikan ke Provinsi Lampung (dalam KWh) menurut Kelompok Pelanggan ... 4

3. Pendapatan Perkapita Kabupaten Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2002-2011 ... 6

4. Jumlah Pelanggan dan Jumlah Pemakaian KWh Golongan Rumah Tangga Kabupaten Lampung Utara Tahun 2004 ... 7

5. Tarif Dasar Listrik untuk Rumah Tangga Masa Berlaku 1 Januari 2004-31 Desember 2004 ... 8

6. Nama Variabel, Simbol, Satuan, dan Sumber Data ... 43

7. Hasil Uji Normalitas ... 56

8. Hasil Uji Heteroskedastisitas No Cross Term ... 57

9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Cross Term... 57

10.Hasil Uji Autokorelasi dengan df=2 ... 58

11.Hasil Uji Autokorelasi Setelah Disembuhkan dengan df=2 ... 59

12.Hasil Uji Multikolinieritas ... 60

13.Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Disembuhkan ... 60

14.Hasil Uji t dengan Tingkat Kepercayaan 95% ... 61

15.Hasil Uji F dengan Tingkat Kepercayaan 95% ... 63

16.Hasil Peramalan (Forecasting) Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT), Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL), Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga (TDL), Jumlah Produksi Listrik (JPL), dan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014-2017 ... 67


(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga, Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga, Jumlah Produksi Listrik, dan Pendapatan Perkapita terhadap

Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga ... 11 2. Jenis-jenis Elastisitas Permintaan ... 20 3. Kelebihan Permintaan (Excess Demand) ... 31


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data yang digunakan dalam penelitian ... L-1 2. Hasil Estimasi Regresi ... L-2 3. Uji Normalitas ... L-3 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... L-4 5. Hasil Uji Autokorelasi ... L-5 6. Hasil Uji Multikolinieritas ... L-6 7. Data yang Digunakan dalam Peramalan (Forecasting) ... L-7 8. Hasil Peramalan (Forecasting) ... L-8


(19)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi sosial mendapatkan tempat yang strategis bagi proses pembangunan, tetapi malah justru sering terabaikan. Dampak dari aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial juga perlu dipertimbangkan. Proses pembangunan dilakukan sebagai upaya untuk mengubah struktur perekonomian yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan suatu proses berkelanjutan yang mencangkup berbagai bidang dan diajukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pertisipasi aktif serta kerjasama antar masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah (Arsyad, 1992 dalam Adriyansyah, 2011:1).

Pembangunan ekonomi yang mengelola kekayaan bumi Indonesia, seperti

pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan energi, harus selalu senantiasa memperhatikan pengelolaan sumber daya alam dan energi. Di samping untuk memberikan manfaat pada masa kini, pengelolaan sumber daya alam dan energi juga harus menjamin kehidupan pada masa yang akan datang. Pembangunan


(20)

sektor ini juga harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan wilayah, pembangunan daerah, dan taraf hidup rakyat.

Energi merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam kehidupan dan bagi pembangunan, terutama untuk mendukung proses industrialisasi. Pembangunan energi diarahkan sebagai upaya mendorong kegiatan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteran rakyat serta memenuhi kebutuhan energi masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Pembangunan energi harus

memperhatikan kelestarian energi untuk waktu jangka panjang, kebutuhan energi dalam negeri, peluang ekspor, maupun keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk menjaga kelestarian tersebut, perlu adanya upaya pemanfaatan secara optimal dan efisien dalam penggunaan peralatan dan teknologi hemat energi dalam rangka kebijakan energi nasional yang menyeluruh dan terpadu (Adriyansyah, 2011:1).

Pembangunan mencangkup beberapa aspek, salah satunya adalah pembangunan energi listrik yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat dengan selalu memperhatikan ketersediaan energi listrik secara terus-menerus. Sumber-sumber energi baru dan energi yang terbarukan serta energi lestari diupayakan dan peningkatan pemanfaatannya pun terus didorong dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan budaya serta tidak merusak

lingkungan (Adriyansyah, 2011:2).

Listrik merupakan salah satu energi yang dibutuhkan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Mengingat bahwa tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang cukup penting dan menyangkut dengan kepentingan umum, maka


(21)

3

pengelolaannya menjadi tanggungjawab pemerintah walaupun sektor swasta dimungkinkan untuk ikut berperan di dalamnya. Pengelolaannya dipergunakan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat Indonesia seluruhnya. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 2 dan ayat 3, dimana bunyi dari ayat 2 “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara ”dan ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Dari tahun ke tahun, kebutuhan akan energi listrik di Indonesia terus meningkat, maka dari itu perlu diimbangi dengan penyediaan energi listrik dengan

menggunakan potensi-potensi lain, seperti batu bara, air terjun, angin, dan

potensi-potensi lain yang ada di daerah. Penyediaan energi listrik harus dilakukan mengingat permintaan yang terus meningkat sebagai akibat dari bertambahnya jumlah dan aktivitas manusia.

Tabel 1. Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Produksi Listrik, dan Listrik yang Terjual oleh PLN di Provinsi Lampung Tahun 2008-2011 Tahun Jumlah

Pelanggan Daya Tersambung (kVA) Produksi Listrik (MWh) Listrik Terjual (MWh) 2008 2009 2010 2011 904.878 925.175 1.037.981 1.227.606 1.033.759 1.062.897 1.226.601 1.447.727 2.163.460 2.318.417 2.606.813 1.375.134 1.902.306 2.024.027 2.259.450 2.425.940 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, 2008-2011)

Dapat dilihat dari Tabel 1 pada tahun 2008 sampai 2011, jumlah pelanggan, daya tersambung, dan listrik terjual mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 2008 jumlah pelanggan sebanyak 904.878 pelanggan dengan daya


(22)

tersambung sebesar 1.033.759 kVA dan jumlah produksi listrik sebesar 2.163.460 MWh. Di tahun 2012, jumlah pelanggan mencapai 1.359.089 pelanggan, daya tersambung sebesar 1.663.450 kVA, dan Listrik yang terjual sebesar 2.793.359 MWh. Pada produksi listrik dari tahun 2008 hingga 2010 mengalami

peningkatan, yaitu sebesar 2.163.460 MWh tahun 2008, 2.318.417 MWh tahun 2009, dan 2.606.812 MWh tahun 2010. Tetapi tahun 2011, produksi listrik menurun menjadi sebesar 1.375.134 MWh.

Pengembangan dan pembangunan sumber daya listrik mempengaruhi permintaan konsumsi listrik itu sendiri. Sektor-sektor yang berperan dalam konsumsi listrik terbagi kedalam enam sektor yang terdiri dari, sektor industri, sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor publik, kantor pelayanan, dan pelayanan umum. Konsumen listrik dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama merupakan kelompok konsumtif, termasuk di sini adalah rumah tangga yang menggunakan listrik untuk penerangan dengan pola permintaan cenderung pada malam hari. Kelompok yang kedua adalah kelompok produktif, termasuk di sini adalah industri yang komersial yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga proses produksi dengan pola permintaan cenderung siang hari.

Tabel 2. Jumlah Listrik yang Didistribusikan ke Provinsi Lampung (dalam KWh) Menurut Kelompok Pelanggan

Kelompok Pelanggan 2007 2008 2009

Badan Sosial 790.781 838.129 861.067

Rumah Tangga 34.684.540 36.025.071 36.025.071 Bisnis 1.610.574 1.716.046 1.879.429

Industri 46.818 47.536 47.900

Publik 201.016 217.304 229.459

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Lampung dalam Angka, 2007-2009


(23)

5

Berdasarkan Tabel 2, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir diketahui bahwa kelompok rumah tangga menduduki peringkat pertama dalam penggunaan energi listrik di Provinsi Lampung dimana jumlah pelanggannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2007 jumlah pelanggan listrik untuk kelompok rumah tangga sebanyak 34.684.540 KWh dan tahun 2008 dan 2009 meningkat menjadi sebanyak 36.025.071 KWh dan 36.025.071 KWh.

Perkembangan perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari pengguanaan energi sebagai penunjang perekonomian daerah tersebut salah satunya adalah Kabupaten Lampung Utara. Meningkatnya aktivitas perekonomian suatu daerah yang salah satunya dicerminkan oleh pendapatan perkapita, maka semakin besar pula kebutuhan akan penggunaan energi dalam menopang aktivitas tersebut dimana aktivitas tersebut memiliki fungsi positif terhadap penggunaan energi khususya energi listrik.

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di sutau negara. Pendapatan perkapita didapat dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB perkapita. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara maka makin besar permintaan energi listrik, begitu pula sebaliknya semakin rendah pendapatan perkapita suatu negara maka makin kecil pula permintaan akan energi listrik.


(24)

Tabel 3. Pendapatan Perkapita Kabupaten Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2002-2011 (dalam rupiah)

Tahun Pendapatan Perkapita

Perkembangan (%)

2002 3.969.510 -

2003 4.134.070 4,14%

2004 4.326.490 4,65%

2005 4.578.990 5,83%

2006 4.804.780 4,93%

2007 4.999.280 4,04%

2008 5.242.200 4,85%

2009 5.530.350 5,49%

2010 5.764.750 4,23%

2011 6.058.020 5,08%

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2002-2011 (data diolah)

Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten yang menduduki urutan ketiga yang memiliki pendapatan perkapita terbesar di Provinsi Lampung setelah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita Kabupaten Lampung Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan pendapatan perkapita tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 5,83 %.

Pertumbuhan penduduk suatu daerah akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan berbagai macam barang yang juga diiringi dengan perkembangan teknologi. Salah satunya adalah listrik yang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Banyaknya jumlah pemakaian listrik dan jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara ditunjukkan pada tabel berikut ini.


(25)

7

Tabel 4. Jumlah Pelanggan dan Jumlah Pemakaian KWh Golongan Rumah Tangga Kabupaten Lampung Utara Tahun 2004

Bulan Jumlah

Pelanggan Jumlah Pemakaian (KWh) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 107.672 108.341 109.697 110.674 111.971 113.391 115.472 116.177 116.490 116.879 117.901 120.313 8.175.770 8.466.278 8.371.242 8.817.495 8.959.920 9.171.019 9.086.684 9.554.412 9.255.680 9.027.964 8.934.786 10.849.168 Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, 2004

Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2004 setiap bulannya jumlah pemakaian listrik golongan rumah tangga terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga. Pada bulan januari jumlah pelanggan sebanyak 107.672 pelanggan dengan jumlah pemakaian sebesar 8.175.770 KWh dan di bulan desember jumlah pelanggan mencapai 120.313 pelanggan dengan pemakaian sebesar 10.849.168 KWh.

Permintaan energi listrik khususnya konsumen rumah tangga, tidak terlepas dari Tarif Dasar Listrik (TDL) yang diusulkan oleh PLN ke pemerintah melalui Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi (LPE), kemudian disetujui oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selanjutnya melalui persetujuan DPR dan disahkan melalui penetapan Presiden.

Tarif dasar listrik dibedakan dalam berbagai macam klasifikasi atau kelas sesuai penggunaan listrik. Hal ini dilakukan PLN agar dapat membedakan besarnya tarif


(26)

listrik yang dikenankan anatara rumah tangga, industri, sosial, pubilk, dan usaha. Untuk golangan rumah tangga, terdapat tiga jenis tarif yang digunakan, yaitu tarif R-1, R-2, dan R-3. Untuk tarif R-1 adalah golongan tarif yang diperuntukkan bagi rumah tangga kecil (sederhana), golongan tarif R-2 adalah golongan tarif yang diperuntukkan bagi keperluan rumah tangga menengah dan tidak dipergunakan suatu bisnis, sedangkan golongan tarif R-3 adalah golongan tarif yang

diperuntukkan bagi keperluan rumah tangga mewah.

Tabel 5. Tarif Dasar Listrik untuk Rumah Tangga Masa Berlaku 1 Januari 2004-31 Desember 2004

No Golongan Tarif

Batas Daya Biaya Beban (Rp/kVA/bulan)

Biaya Pemakaian (Rp/kWh) 1. R-1 / TR s.d 450 VA 11.000 Blok I: 0 s.d.30 kWh: 169

Blok II: di atas 30 kWh s.d.60 kWh: 360

Blok III: di atas 60 kWh: 495 2. R-1 / TR 900 VA 20.000 Blok I : 0 s.d.20 kWh : 275

Blok II: di atas 20 kWh s.d.60 kWh: 445

Blok III: di atas 60 kWh: 495 3. R-1 / TR 1.300 VA 30.100 Blok I: 0 s.d.20 kWh: 385

Blok II: di atas 20 kWh s.d.60 kWh: 445

Blok III: di atas 60 kWh: 495 4. R-1 / TR 2.200 VA 30.200 Blok I: 0 s.d.20 kWh: 390

Blok II: di atas 20 kWh s.d.60 kWh: 445

Blok III: di atas 60 kWh: 495 5. R-2 / TR Di atas

2.200 VA s.d 6.600

VA

30.400 560

6. R-3 / TR Di atas 6.600 VA

34.260 621


(27)

9

Tabel 5 merupakan besaran tarif dasar listrik yang berupa beban biaya dan beban pemakaian dalam berbagai daya yang masuk dalam golongan rumah tangga. Dapat dilihat bahwa tarif dasar listrik yang dikenakan tiap rumah tangga berbeda-beda tergantung pada besaran daya yang digunakan dan pemakaiannya. Semakin besar listrik (KWh) yang digunakan maka semakin besar presentase dari tarif listrik tersebut.

Ketetapan harga jual listrik tahun 2004 yang disediakan oleh perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara ditetapkan oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 104 Tahun.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil studi kasus dari permintaan listrik rumah tangga yang datanya didapat dari PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga di Kabupaten Lampung Utara”.

B.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara?

2. Bagaimana pengaruh tarif dasar listrik golongan rumah tangga terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara?


(28)

3. Bagaimana pengaruh jumlah produksi listrik terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara?

4. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara?

5. Apakah listrik di Kabupaten Lampung Utara sudah menjadi kebutuhan primer?

6. Apakah permintaan listrik di Kabupaten Lampung Utara akan meningkat di tahun yang akan datang?

C.Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh tarif dasar listrik golongan rumah tangga terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi listrik terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara.

4. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara.

5. Untuk mengetahui apakah listrik di Kabupaten Lampung Utara sudah menjadi kebutuhan primer.


(29)

11

6. Untuk mengetahui apakah permintaan listrik di Kabupaten Lampung Utara akan meningkat di tahun yang akan datang.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangsih pemikiran dan informasi kepada para pembuat kebijakan serta dapat menjadi referensi dalam membuat dan mengambil kebijakan, terutama pada pelaksanaannya.

2. Dapat menjadi referensi dan sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

3. Bagi penulis, agar dapat mendalami serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam rangka memperkaya khasanah penelitian yang ada.

E.Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga, Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga, Jumlah Produksi Listrik, dan Pendapatan Perkapita terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga

Jumlah Pelanggan Listrik Golongan

Rumah Tangga Tarif Dasar Listrik Golongan

Rumah Tangga Jumlah Produksi

Listrik

Pendapatan Perkapita Permintaan Energi

Listrik Rumah Tangga


(30)

Bertambahnya jumlah bangunan rumah tinggal dan pendapatan perkapita masyarakat, tentunya perlu adanya dukungan sumber daya alam baik sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan baku yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Seiring dengan laju konsumsi energi listrik di Indonesia, permintaan energi listrik di Kabupaten Lampung Utara juga mengalami peningkatan. Permintaan energi listrik paling banyak diserap oleh golongan rumah tangga dan golongan industri dimana energi listrik dibutuhkan untuk aktivitas manusia dalam kesehariannya maupun sebagian input produksi.

Dalam penelitian terdahulu oleh Oktiana (2011), permintaan energi listrik rumah tangga adalah jumlah listrik yang terjual (KWh) pada rumah tangga batas daya 900 VA. Permintaan energi listrik khususnya rumah tangga juga tidak terlepas dari harga atau tarif dasar listrik (TDL) yang ditetapkan oleh pemerintah.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan energi listrik adalah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapat dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara maka makin besar pula daya beli masyarakat akan listrik yang menyebabkan permintaan energi listrik juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.


(31)

13

F. Hipotesis

Hipotesis merupakaan dugaan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya melalui data-data yang diperoleh, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga jumlah pelanggan listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara. 2. Diduga tarif dasar listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara. 3. Diduga jumlah produksi listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara. 4. Diduga pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara. 5. Diguga listrik di Kabupaten Lampung Utara merupakan kebutuhan primer. 6. Diduga permintaan listrik di Kabupaten Lampung Utara akan meningkat di

tahun yang akan datang.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Studi kasus dalam penelitian ini adalah permintaan energi listrik rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara yang datanya diperoleh dari PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung dengan menggunakan beberapa variabel dengan periode penelitian 2004:01−2011:12. Dalam permintaan energi listrik rumah tangga terdapat beberapa golongan tarif dan batas daya dan saya menggabungkan semua golongan tarif rumah tangga dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang


(32)

(PLRT), Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL), Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga (TDL), Jumlah Produksi Listrik (JPL), dan Pendapatan Perkapita (PP).

H.Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis,

ruang lingkup penelitian dan sistematik penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Bab III : Model penelitian yang meliputi jenis dan sumber data, definisi

operasional, model dan alat analisis. Bab IV : Hasil dan pembahasan.

Bab V : Simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Permintaan

Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini didasarkan atas pemikiran manusia mempunyai kebutuhan. Atas kebutuhan inilah individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, semakin banyak penduduk suatu negara maka makin besar permintaan masyarakat akan jenis barang (Sudarsono, 1992 dalam Pramana, 2010:27).

Permintaan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai jumlah barang yang dibeli oleh sejumlah konsumen dengan harga tertentu pada waktu dan tempat tertentu (Samuelson, 1992 dalam Pramana, 2010:27). Sesuai hukum permintaan, apabila harga suatu barang semakin meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan semakin menurun. Begitu pula sebaliknya, apabila harga suatu barang semakin menurun, maka jumlah barang yang diminta akan semakin meningkat. Jika jumlah barang yang dibeli tergantung pada berbagai kemungkinan tingkat harga, maka

disebut “permintaan harga”, jika jumlah barang yang dibeli tergantung pada

berbagai kemungkinan tingkat pendapatan, maka disebut “permintaan pendapatan”, dan jika jumlah barang yang dibeli tergantung pada berbagai


(34)

kemungkinan tingkat harga barang lain, maka disebut “permintaan silang” (Oktiana, 2011:12).

Analisa tersebut didasari asumsi Ceteris Paribus, yaitu keadaan lain dianggap tetap sehingga tidak mempengaruhi besar kecilnya permintaan akan barang, seperti barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan, pendapatan rumah tangga, pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan keadaan di masa yang akan datang (Oktiana, 2011:12).

Kurva permintaan mencerminkan hubungan antara harga suatu barang dan kuantitas yang diminta, Ceteris Paribus. Suatu perubahan harga akan

menghasilkan suatu pergerakan sepanjang kurva permintaan pasar yang tetap, tidak ada perubahan hal lain yang akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva permintaan (Mudakir, 2007, dalam Oktiana, 2011:12). Kurva pemintaan

diperoleh dengan menambahkan seluruh kuantitas yang diminta seluruh oleh seluruh individu pada tiap tingkat harga. Maka dari itu banyak faktor yang

menentukan permintaan salah satu yang terpenting adalah harga barang itu sendiri (Pramana, 2010:30).

Permintaan seseorang atas suatu barang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, citarasa masyarakat, jumlah penduduk serta ramalan mengenai keadaan di massa yang akan datang (Sadono, 1994 dalam Oktiana, 2011: 13).


(35)

17

Selain faktor tersebut, ada satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan, yaitu penduduk. Jumlah penduduk sebagai determinan permintaan dikemukakan oleh Miller dan Meiners, 2000 dalam Wahyu dan Johanna, 2013:2, menyatakan bahwa jumlah penduduk merupakan salah satu detereminan dari permintaan atas suatu barang. Suatu komoditas dihasilkan oleh produsen karena dibutuhkan oleh konsumen dan karena konsumen bersedia membelinya, konsumen mau membeli komoditas-komoditas yang mereka perlukan itu apabila harganya sesuai dengan ekspetasi atau keinginan mereka dan bila komoditas tersebut berguna baginya.

B. Hukum Permintaan

Perilaku konsumen yang sederhana dapat dijelaskan dalam hukum permintaa yang menyatakan bahwa jika harga suatu barang naik Ceteris Paribus, maka jumlah barang yang diminta konsumen tersebut akan turun dan sebaliknya jika harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diminta konsumen tersebut akan naik. Kenaikan harga dan permintaan seperti di atas disebabkan oleh:

a. Kenaikan harga yang menyebabkan pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas barang yang mengetahui kenaikan harga, demikian sebaliknya.

b. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil pada pembeli berkurang. Setiap penurunan harga suatu barang tanpa ada perubahan atas harga barang lain atau pendapatan yang diterimanya selalu berarti kenaikan pendapatan riil, yaitu jumlah barang yang dibeli. Gejala ini dinamakan efek penurunan harga (Arsyad, 1996 dalam Pramana, 2010: 29).


(36)

Kemudian apabila kuantitas barang yang diminta cenderung turun apabila harga naik, terdapat dua alasan:

a. Efek substitusi

Apabila harga sebuah barang naik, maka konsumen akan menggantikannya dengan barang-barang yang serupa lainnya. b. Efek pendapatan

Apabila harga naik maka konsumen menganggap bahwa dirinya sekarang lebih miskin daripada sebelumnya dan sebaliknya apabila harga turun maka konsumen akan menganggap dirinya lebih berkecukupan

dibandingkan sebelumnya (Samuelson, 1992 dalam Pramana, 2010: 29).

C. Fungsi Pemintaan

Menurut Soediyono, 1989 dalam Oktiana, 2011:13, fungsi permintaan

didefinisikan sebagai fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah-jumlah dari suatu barang yang akan terbeli persatuan waktu dari berbagai nilai dari dua atau lebih variabel yang turut menentukan jumlah pembelian. Secara umum fungsi permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Qx= f (Px, Py, M, E, N) Dimana:

Qx = Kuantitas barang tersebut Px = Harga barang x

Py = Harga barang y

M = Pendapatan konsumsi yang disediakan untuk dibelanjakan E = Selera dan faktor-faktor lain


(37)

19

Apabila pendapatan berubah maka jenis barang dapat dibedakan sebagai berikut: a. Barang Inferior

Barang inferior yaitu barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan barang-barang inferior akan digantikan oleh barang-barang yang lebih baik mutunya.

b. Barang Esensial

Barang esensial yaitu barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang biasanya terdiri dari kebutuhan pokok

masyarakat seperti makanan dan pakian. c. Barang Normal

Barang normal yaitu barang dimana permintaan atas barang akibat kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli lebih banyak barang.

2. Pertambahan pendapatan memungkinkan seseorang menukar konsumsi mereka dari barang yang kurang baik mutunya ke barang yang lebih baik mutunya.

d. Barang Mewah

Barang mewah yaitu barang yang akan dikonsumsi oleh masyarakat apabila pendapatan masyarakat sudah menjadi relatif lebih tinggi. Barang mewah ini akan dibeli oleh masyarakat apabila kebutuhan mereka akan bahan pokok sudah terpenuhi (Suparmoko, 1990 dalam Pramana, 2010:32).


(38)

D. Elastisitas Permintaan

Elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan. Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang menggantinya. Besaran koefisien elastisitas ditunjukkan oleh perbandingan antara persentase perubahan dalam variabel tidak bebas itu dan persentase perubahan variabel bebas yang mempengaruhinya (Suparmoko, 1997 dalam Pramana, 2010: 33).

P D P

D

Q

Q 0

0

a. Tidak Elastis Sempurna (ED = 0) b. Elastis Sempurna (ED = ∞)

P

D

P

D

Q

Q 0

0


(39)

21

Gambar 2. Jenis-jenis Elastisitas Permintaan

Gambar 2 diatas merupakan jenis-jenis elastisitas permintaan. Nilai koefisien elastisitas berkisar di antara nol dan tak terhingga (0 ≤ E ≤ ∞). Menurut besaranya angka koefisien, elastisitas permintaan ada beberapa jenis, yaitu:

a. Elastisitas adalah nol (ED = 0), apabila perubahan harga tidak akan merubah jumlah yang diminta, jumlah yang diminta tetap walaupun harga mengalami kenaikan atau penurunan. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya bernilai nol bentuknya sejajar dengan sumbu tegak kurva permintaan ini dinamakan tidak elastis sempurna.

b. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tak terhingga (ED = ∞), apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Berapapun banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada harga tersebut, semuanya akan terjual. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya adalah tidak terhingga disebut elastisitas sempurna.

c. Koefisien elastisitas permintaan sebesar 1 (ED = 1), disebut elastisitas uniter dimana perubahan jumlah barang yang diminta sama dengan perubahan harga.

P

D

Q 0


(40)

d. Permintaan tidak elastis atau inelastis dengan koefisien elastisitas

permintaan adalah 0 dan 1 (ED ≤ 1), dimana persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. e. Kurva permintaan bersifat elastis adalah apabila harga berubah maka

permintaan akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. Nilai koefisien permintaan yang bersifat elastis adalah lebih besar dari 1 (ED > 1) (Sukirno, 2003 dalam Oktiana, 2011: 15)

Tujuan pengukuran elastisitas permintaan adalah untuk menentukan suatu tingkat dimana jumlah permintaan peka terhadap perubahan salah satu peubah atau lebih yang mempengaruhinya. Peubah yang mempengaruhi elastisitas permintaan adalah elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang (Sukir, 2003 dalam Oktiana, 2011: 17.

1. Koefisien Elastisitas Permintaan Harga

Adalah suatu angka penunjuk yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah barang yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Ed =

Persentase perubahan harga

Ada beberapa faktor yang menimbulkan perbedaan dalam elastisitas permintaan barang, yaitu:


(41)

23

Sekiranya sesuatu barang yang mempunyai banyak barang pengganti, permintaannya cenderung untuk bersifat elastis. Pada waktu harga naik para pembeli akan merasa enggan membeli barang tersebut, mereka lebih suka menggunakan barang-barang lain sebagai penggantinya, yang harganya tidak mengalami perubahan dan sebaliknya.

b. Persentase pendapatan yang dibelanjakan

Semakin besar pendapatan yang diperlukan untuk membeli sesuatu barang, semakin elastis permintaan barang tersebut.

c. Jangka waktu analisis

Semakin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis, semakin elastis permintaan suatu barang. Dalam jangka waktu yang singkat permintaan bersifat lebih tidak elastis karena perubahan-perubahan yang harus terjadi dalam pasar belum diketahui oleh para pembeli. Dalam jangka waktu yang lebih panjang para pembeli dapat mencari barang pengganti yang mengalami kenaikan harga dan ini akan banyak mengurangi permintaan terhadap suatu barang.

2. Elastisitas Permintaan Silang

Adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan

permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain.

Besarnya elastisitas silang dapat dihitung berdasarkan rumus:

Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Ed =


(42)

Nilai elastisitas silang berkisar di antara tak terhingga yang negatif kepada tak terhingga yang positif. Barang-barang penggenap elastisitas silangnya bernilai negatif, jumlah barang X yang diminta berubah ke arah yang bertentangan dengan perubahan harga barang Y. Nilai elastisitas silang untuk barang-barang pengganti adalah positif, yaitu pemintaaan terhadap suatu barang berubah ke arah yang bersamaan dengan harga barang penggantinya.

3. Elastisitas Permintaan Pendapatan

Adalah keofisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan

permintaan terhadap suatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli.

Besarnya elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Ed =

Persentase perubahan pendapatan

Elastisitas pendapatan dikatakan tidak elastis apabila koefisien elastisitasnya adalah kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan menimbulkan perubahan kecil saja terhadap jumlah yang diminta. Elastisitas pendapatan dikatakan elastis apabila perubahan pendapatan menimbulkan pertambahan

permintaan yang lebih besar daripada perubahan pendapatan (Sadono, 2003 dalam Oktiana, 2011: 20).


(43)

25

E.Pengertian Peramalan (Forecasting)

Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial, dan sebagainya, diperlukan suatu perkiraan apa yang akan terjadi atau gambaran tentang masa yang akan dating. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating, dikenal dengan peramalan (forecasting) (Assauri, 1984:1).

Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan

kesenjangan waktu (timelag) antara kesadaran akan dibutuhkannya suatu

kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang maka peran peramalan begitu penting dan sangat

dibutuhkan, terutama dalam penentuan kapan terjadinya suatu sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang perlu dilakukan.

Kegunaan dari peramalan terjadi pada waktu pengambilan keputusan. Setiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang matang dan perkiraan tentang kejadian yang mungkin akan terjadi. Apabila ramalan yang dihasilkan kurang tepat, maka keputusan yang diambil tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Dengan meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang, tindakan-tindakan yang akan datang dapat direncanakan dengan matang sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dengan demikian peramalan memiliki peran penting baik dalam sebuah penelitian, perencanaan, pengambilan keputusan, maupun dalam menentukan suatu kebijakan. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa peramalan bertujuan untuk


(44)

memperkecil kemungkinan kesalahan. Baik atau tidakynya suatu ramalan sangat bergantung pada faktor data dan metode serta kebenaran asumsi yang digunakan.

Menurut Assauri, 1984:3, dilihat dari sifat penyusunannya, peramalan dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramala yang didasarkan atas perasaan atau instuisi dari orang yang menyususnnya.

2. Peramalan yang objektif, adalah peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisisan data tersebut.

Menurut Assauri, 1984:4, dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, peramalan dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan jangka panjang, yaitu peralaman yang dilakukan untuk

penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester.

2. Peramalan jangka pendek, yaitu peralaman yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya yang kurang dari satu setengah tahun, atau tiga semester.

Menurut Assauri, 1984:4, berdasarkan ramalan yang telah disusun, peramalan dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasrkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang membuatnya, karena ditentukan berdasarkan pemikiran yang


(45)

27

bersifat intuisi judgment atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya.

2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data

kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut.

Menurut Taylor III, 2005:5, terdapat dua macam metode dalam melakukan peramalan, yaitu dengan metode Time Series dan Metode Kausal.

1. Metode Time Series

Metode ini membuat peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk menentukan pola dalam deret data historis dan menterjemahkan pola tersebut ke masa depan.

Menganalisis time series berarti membongkar data masa lalu menjadi komponen-komponen dan kemudian memproyeksikan ke masa atau periode yang akan datang. Model ini sendiri memiliki tiga metode peramalan kuantitatif, yaitu:

a. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Avarage)

Metode ini digunakan dan bermanfaat apabila kita menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar lebih stabil sepanjang waktu. Metode ini dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-ratanya. Apabila semua masa lalu dapat mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan datang, maka dapat dipilih sejumlah n data pada periode tertentu saja.


(46)

Rumus:

(Permintaan n periode terdahulu) Rata-rata bergerak n periode =

n

dimana n adalah banyaknya periode dalam rata-rata bergerak.

b. Metode Eksponential Smooting

Metode ini adalah metode peramalan yang mudah dan efisiensi

penggunaannya bila dilakukan dengan computer. Meskipun merupakan teknik moving average, metode ini mencangkup pemeliharaan data masa lalu yang sedikit.

Rumus:

Ft = Ft-1 + (At-1 − Ft-1) α Dimana:

Ft = Ramalan baru

Ft-1 = Ramalan sebelumnya

At-1 = Permintaan aktual periode sebelumnya α = Konstanta penghalus

c. Metode Trend Projection

Metode ini digunakan dengan cara mencocokkan garis trend ke rangkaian titik-titik data historis dan kemudian memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka panjang menengah hingga jangka panjang. Beberapa persamaan trend matematis bisa dikembangkan, tetapi saat ini kita kan membahas trend linear.


(47)

29

Jika memutuskan untuk mengembangkan garis trend linear dengan

metode statistik yang tepat, maka kita dapat menggunakan metode kuadrat kecil (Least Square Methode). Metode ini digambarkan dalam bentuk perpotongan Y-nya (puncak dimana garis itu memotong sumbu Y dan slope-nya (kelandaian).

Persamaan yang digunakan adalah:

Dimana:

Ŷ = Nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi (disebut variabel tak bebas)

= Perpotongan sumbu Y

= Kelandaian garis regresi (tingkat perubahan dalam bentuk Y perubahan tertentu dalam x)

= Variabel waktu

Ahli statistik mengembangkan persamaan yang bisa digunakan untuk memperoleh nilai a dan b untuk regresi.

Kelandaian b diperoleh dengan:

̄ ̄

dan perpotongan y dapat dihitung dengan:


(48)

Dimana:

= Kelandaian garis regresi = Nilai variabel bebas y = Nilai variabel terikat

= Rata-rat nilai x

ӯ = Rata-rata nilai y

2. Metode Kausal

Regresi linear, model kausal, bergabung menjadi model variabel atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramal. Model ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan mewujudkan hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih independent variabel. Tujuan dari model ini adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent variabel. Pendekatan ini lebih kuat dibandingkan metode seri waktu

yang hanya menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan.

Model matematika yang kita gunakan pada metode kuadrat terkecil dari proyeksi trend bisa digunakan untuk melakukan analisis regresi linear.

Variabel-variabel tak bebas yang akan diramal tetap Ŷ, namun sekarang variabel bebas x bukan lagi waktu.

Dimana:

Ŷ = Nilai variabel tak bebas = Perpotongan sumbu Y = Kelandaian garis


(49)

31

F. Kelebihan Permintaan (Excess Demand)

Kelebihan permintaan adalah kondisi dimana dengan penetapan harga seharga P1 mengakibatkan kuantitas permintaan (Q2) lebih besar daripada kuantitas

penawaran (Q1) sehingga terjadi pengalokasian sumber ekonomi yang tidak optimum karena kuantitas yang sebenarnya diminta pasar lebih besar dari yang ditawarkan (Oktiana, 2011: 20)

.

Gambar 3. Kelebihan Permintaan (Excess Demand)

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa keseimbangan permintaan di titik E (P0, Q0), kelebihan permintaan terjadi di sepanjang titik A sampai B, dimana penetapan harga di (P1) mengakibatkan kuantitas permintaan (Q2) lebih besar dari penawaran (Q1) sehingga terjadi pengalokasian sumber ekonomi yang tidak optimum karena kuantitas yang sebenarnya diminta pasar lebih besar dari yang ditawarkan

(Oktiana, 2011: 21). P

P0

P1

Q1 Q0 Q2 Q

A B

E

D

Excess Supply

Excess Demand S


(50)

Kelebihan permintaan (Excess Demand) pada energi listrik adalah dimana PLN melayani permohonan penyambungan baru dan tambah daya tanpa menambah kapasitas pembangkitan yang mengakibatkan terjadinya penurunan beban, mengganggu peralatan elektronik konsumen karena tegangan tidak stabil dan frekuensi pemadaman meningkat. Pemadaman terjadi karena pemadaman yang terencana oleh PT. PLN maupun gangguan sistem penyaluran.

G.Teori Barang Publik

Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, akan tetapi tidak seorang pun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dalam jumlah yang terbatas, misalnya pertahanan, peradilan, dan sebagainya. Jenis barang tersebut dinamakan barang publik murni yang mempunyai dua karkteristik utama, yaitu penggunaannya tidak bersaing

(Nonrivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian (Non Excludability). Oleh karena pihak swasta tidak mau menghasilkan barang publik murni, maka pemerintahlah yang harus menghasilkannya agar kesejahteraan seluruh

masyarakat dapat ditingkatkan (Guritno, 1999: 42).

Menurun Bowen barang publik adalah barang dimana tidak terdapat pengecualian. Ketika suatu barang telah tesedia maka tidak ada satu orang pun yang dapat

dikecualikan untuk mengkonsumsinya. Jadi, Bowen berpendapat bahwa barang publik yang dikonsumsi oleh individu X sama dengan jumlah yang dikonsumsi individu Y (Guritno, 1999 dalam Wahyu dan Johanna, 2013: 4).


(51)

33

Erick Lindahl mengemukakan analisis yang mirip dengan teori yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut akan tetapi berupa persentase dari total biaya penyediaan barang publik, dimana dianggap bahwa dalam perekonomian hanya ada dua orang konsumen, yaitu individu C dan D. Analisis Lindahl didasarkan pada analisis kurva indeferens dengan anggaran tetap yang terbatas (Fixed Budget Constrains) (Guritno, 1999: 70).

Samuelson menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah dengan sekaligus menyertakan barang sektor swasta. Samuelson menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua karakteristik (Non-Exclusionary dan Non-Rivalry) tidaklah berarti bahwa perekonomian tidak dapat mencapai kondisi pareto optimal atau tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal, dimana pareto optimal adalah suatu kondisi perekonomian dimana perubahan yang terjadi menyebabkan paling tidak salah satu orang akan menderita kerugian (Guritno, 1999: 74).

H.Pengertian Listrik

Aliran listrik menurut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia Nomor 02/P/451/M/PE/1991 adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk semua jenis keperluan dan bukan yang digunakan untuk mengkomunikasi atau isyarat. Jaringan tenaga listrik merupakan sistem penyaluran yang dioperasikan dengan tegangan rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi, atau tegangan ekstra tinggi. Aliran listrik dan penggunaannya adalah untuk kepentingan umum yang didirikan oleh pengusaha atau pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Pemegang izin usaha


(52)

ketenagalistrikan menjual kelebihan tenaga listriknya di atas kepentingan pribadi. Peminta tenaga listrik adalah setiap orang atau badan usaha atau badan/lembaga lainnya yang meminta sambungan energi listrik dari instalasi pengusaha (Oktiana, 2011: 23).

Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya energi listrik dalam jumlah dan mutu

pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain. Tersedianya tenaga listrik yang merata dan diperguanakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat (Adriyansya, 2011:14).

1. Asas Pembangunan Ketenagalistrikan

Menurut Arismunandar, 1993 dalam Oktiana, 2011: 24, ada empat asas pembangunan ketenagalistrikan, yaitu:

a. Asas manfaat, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan ketenagalistrikan harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat.

b. Asas adil dan merata, yaitu bahwa hasil-hasil pembangunan

ketenagalistrikan yang dicapai dalam pembangunan harus dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.


(53)

35

c. Asas kepercayaan rakyat pada diri sendiri, yaitu bahwa segala usaha dan kegiatan dalam pembangunan ketenagalistrikan harus mampu

membangkitkan kepercayaan dan kemampuan serta kekuatan diri sendiri. d. Asas keseimbangan, yaitu pelaksanaan pembangunan kelistrikan harus

dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan sumber daya dan kelestarian lingkungan hidup.

2. Kebijakan Pengembangan Ketenagalistrikan

Untuk melaksanakan strategi pembangunan energi, maka ditetapkan lima kebijakan utama yaitu:

a. Melakukan penganekaragaman jenis energi yang digunakan oleh setiap sektor pemakai.

b. Menciptakan iklim yang mendorong upaya penemuan cadangan tambahan dan baru.

c. Melakukan upaya konservasi di sisi hulu dan sisi hilir untuk kepentingan generasi mendatang.

d. Menerapkan ekonomi pasar dalam pemanfaatan energi.

e. Memasukkan pertimbangan mengenai dampak terhadap lingkungan hidup pada setiap aspek pemanfaatan energi (Oktiana, 2011: 24).

Selain kebijakan utama, terdapat juga kebijakan pendukung, yaitu: a. Kebijakan investasi;

b. Kebijakan insentif dan didinsentif; c. Kebijakan standarisasi dan sertifikasi; d. Kebijakan pengembangan infrastruktur;


(54)

e. Kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia; f. Kebijakan sistem informasi;

g. Kebijakan penelitian dan pengembangan; h. Kebijakan kelembagaan;

i. Kebijakan pengaturan (Oktiana, 2011: 25).

Seluruh strategi pengembangan ketenagalistrikan ditujukan kepada pencapaian tujuan pengembangan ketenagalistrikan dengan sasaran akhir pengembangan ketenagalistrikan nasional dengan pelaksanaan kebijakan pengembangan

ketenagalistrikan secara efektif dan efisien (Atmoko, 1994 dalam Oktiana, 2011: 26).

I. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Oktiana (2011) mengenai “Analisis

Permintaan Energi Listrik Pada Rumah Tangga di Kota Bandar Lampung”.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2000-2009. Alat analisis yang digunakan melalui pendekatan deskriptif kuantitatif, uji

hipotesis, dan uji asumsi klasik. Dari hasil linier berganda dan uji asumsi klasik, disimpulkan bahwa jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga tarif R1/Batas Daya 900 VA, tarif dasar listrik golongan rumah tangga tarif R1/Batas Daya 900 VA, dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan energi listrik di Kota Bandar Lampung.

Permintaan energi listrik di Kota Bandar Lampung lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya, hal ini dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya yang lebih besar dari daerah lainnya yang ada di provinsi Lampung.


(55)

37

2. Penelitian dilakukan oleh Bagio Mudakir (2007) dengan judul “Permintaan Energi Listrik di Jawa Tengah”. Studi kasus dalam penelitian ini

menjelaskan faktor-faktor yang permintaan energi listrik di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder time series dari tahun 1994-2003 dan data cross section dari 10 Area Pelayan Jaringan (APJ) PT. PLN

(Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB, nilai tambah sektor industri,

penduduk dan data energi listrik yang terjual dalam Mwh.

Penelitian ini membandingkan dua model untuk menganalisis data panel yaitu common model dan fixed effect model (FEM). Hasil dari pengujian tersebut

dapat menyimpulkan bahwa permintaan energi listrik dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu PDRB Perkapita, PDRB sektor industri, krisis ekonomi, dan jumlah penduduk. Pesatnya permintaan energi listrik cenderung

dipengaruhi lebih besar oleh permintaan untuk tujuan akhir komsumtif dibanding dengan permintaan untuk tujuan menghasilkan nilai tambah atau aktivitas ekonomi.

3. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wahyu Hiskia Surbakti dan Johanna Maria Kodoatien (2013) dengan judul “Analisisi Permintaan Riil Energi

Listrik di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarata”.

Penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana peta konsumsi listrik per sektor rumah tangga, bisnis, industri, sosial, dan pemerintah dan menganalisis bagaimana pengaruh jumlah konsumen dan harga listrik (Rp/kWh) dalam konsumsi listrik di Jawa Tengan dan DI. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan total permintaan konsumsi energi listrik akhir (kWh) dalam


(56)

bentuk bulanan, mulai dari bulan januari-desember pada tahun 2007-2011 sebagai variabel dependen, sedangkan harga listrik (Rp/kWh) provinsi Jawa Tengan dan DI. Yogyakarta dan jumlah konsumen yang terdaftar di PT. PLN sebagai variabel independen. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN Cabang Jatingaleh.

Variabel dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan trend analysis, regresi berganda dan analisis deskriptif. Dari hasil penelitian dengan

menggunakan model regresi deskriptif dapat disimpulkan bahwa dari total jumlah listrik yang terjual di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, sektor

terbesar yang mengkonsumsi listrik adalah sektor rumah tangga. Selanjutnya adalah sektor industri, sektor bisnis, sektor pemerintahan, dan yang terakhir sektor sosial. Variabel jumlah konsumen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah listrik terjual di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. Upaya untuk mengatasi masalah kelistrikan di regional Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta adalah perencanaan dan estimasi permintaan listrik di masa yang akan datang untuk dapat mengurangi adanya pemadaman bergilir dan juga listrik yang merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan perekonomian diharapkan mampu mendongkrak perekonomian di regional Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta melalui perbaikan dibidang energi listrik.

4. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Irawan Pramana (2010) mengenai

“Analisis Permintaan Listrik Rimah Tangga 900 VA di Kabupaten

Karanganyar”.

Studi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek permintaan energi listrik rumah tangga 900 VA di


(57)

39

Kabupaten Karanganyar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series periode 2001-2008 dan bulanan dengan model the Partial Adjustment Method. Hasil dari regresi menggunakan the Partial Adjustment

Method menunjukkan bahwa dalam jangka pendek PDRB berpengaruh positif

dan tidak signifikan pada permintaan listrik rumah tangga 900VA. PDRB tidak mempengaruhi secara langsung akan permintaan listrik rumah tangga 900VA, akan tetapi pertumbuhan PDRB akan berdampak pada pertumbuhan daya beli masyarakat. Dalam jangka pendek UMK dan rasio elektrifikasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan listrik rumah tangga 900VA. Perkembangan jumlah rumah yang sudah dilistriki

seharusnya membawa dampak pada konsumsi kegiatan listrik rumah tangga khususnya pada rumah tangga dengan daya 900VA. Sedangkan dalam jangka pendek, tarif listrik berpengaruh positif dan signifikan pada permintaan listrik rumah tangga 900VA.

5. Penelitian dilakukan oleh Nella Katili (2008) dengan judul “Analisis

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor

Industri di Jawa Timur”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor pendukung yang mempengaruhi permintaan sambungan listrik sektor industri. Data yang digunakan adalah data sekunder selama 15 tahun dari tahun 1993-2007. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui secara simultan dan parsial dari variabel bebas Jumlah Pelanggan, Tarif Penjualan, PDRB, dan Jumlah Produksi Listrik terhadap variabel terikat Konsumsi Tenaga Listrik.


(58)

Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa secara simultan faktor atau variabel Jumlah Pelanggan (X1), Tarif Penjualan (X2), Produk Domestik Regional Bruto (X3) dan Jumlah Produksi Listrik berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Konsumsi Tenaga Listrik (Y). Tetapi setelah dilakukan uji parsial, ternyata variabel Jumlah Pelanggan dan Jumlah Produksi Listrik saja yang berpengaruh signifikan terhadap Konsumsi Tenaga Listrik. Sedangkan variabel Tarif Penjualan dan Produk Domestik Regional Bruto tidak

signifikan terhadap Konsumsi Tenaga Listrik.

6. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Dedi Adriyansyah (2011) dengan judul “ Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik Bagi Rumah Tangga Masyarakat Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang”.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Rata-rata Total Keluarga, Jumlah tanggungan Keluarga dan Luas bangunan rumah di

Kelurahan Tembung dengan menggunkan responden sebanyak 100 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan metode regresi Log linear.

Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa pendapatan rata-rata total keluarga dan luas bangunan memiliki pengaruh positif terhadap konsumsi listrik bagi rumah tangga di Kelurahan Tembung. Sedangkan jumlah

tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap konsumsi listrik bagi rumah tangga di Kelurahan Tembung.


(59)

41

7. Penelitian dilakukan oleh Madris (2013) dengan judul “Struktur Permintaan Energi Listrik PT. PLN di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat”. Studi kasus dalam penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan energi listrik sektor sosial, rumah tangga, bisnis, industry, dan pemerintahan terutama dalam kaitannya dengan tarif, jumlah pelanggan, dan perkembangan PDRB. Data yang digunakan adalah data sekunder time series dari tahun 1995-2009. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis regresi dengan menggunakan model Cobb-Douglas.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor tarif berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan KWh listrik PLN baik secara totalitas maupun secara parsial, kecuali pada sektor rumah tangga dan industri. Jumlah

pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan energi listrik pada sektor rumah tangga dan pemerintah, tetapi pada sektor sosial, bisnis, dan industri tidak signifikan. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan energi listrik.


(60)

III. METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01−2011:12 yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, dan informasi lainnya yang bersumber dari studi kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan buku-buku teks yang dapat menunjang penelitian ini.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT), Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL), Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga (TDL), Jumlah Produksi Listrik (JPL), dan Pendapatan Perkapita (PP). Penjelasan dari masing-masing variabel dideskripsikan pada Tabel 5. Nama Variabel, Simbol, Satuan, dan Sumber Data.


(61)

43

Tabel 6. Nama Variabel, Simbol, Satuan, dan Sumber Data

Nama Variabel Simbol Satuan

Pengukur

Sumber Data Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga

Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga

Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga

Jumlah Produksi Listrik Pendapatan Perkapita PLRT PGL TDL JPL PP KWh Unit Bangunan Rupiah/KWh KWh Rupiah PLN PLN PLN PLN BPS

B.Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut:

1. Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (PLRT)

Permintaan energi listrik setiap orang atau badan usaha atau badan atau lembaga lainnya yang meminta sambungan listrik dari instalasi pengusaha. Permintaan energi listrik golongan rumah tangga adalah jumlah pemakaian listrik golongan rumah tangga. Data jumlah pemakaian listrik untuk golongan rumah tangga di Kabupaten Lampung Utara yang diambil dari PT PLN (Persero) Distribusi Lampung dalam Kwh periode 2004:01−2011:12.


(62)

2. Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga (PGL)

Jumlah pelanggan listrik merupakan pelanggan yang mengkonsumsi energi listrik dari golongan tarif R-1, tarif R-2, dan tarif R-3 di Kabupaten Lampung Utara dalam unit bangunan periode 2004:01−2011:12.

3. Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga (TDL)

Tarif dasar listrik adalah tarif yang dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tarif dasar listrik dibedakan atas pemakaian golongan badan sosial, rumah tangga, bisnis, industri, dan publik. Data tarif dasar listrik yang digunakan adalah tarif golongan rumah tangga

berdasarkan harga konstan dari periode 2004:01−2011:12.

4. Jumlah Produksi Listrik (JPL)

Jumlah produksi listrik adalah besaran energi yang dihasilkan oleh PLN untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam satuan Kwh. Data yang diperoleh berupa data bulanan periode 2004:01−2011:12.

5. Pendapatan Perkapita (PP)

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu negara yang didapat dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Data pendapatan perkapita Kabupaten Lampung Utara yang digunakan adalah pendapatan perkapita atas harga konstan yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung tahun 2004-2011.


(63)

45

C.Model dan Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah melalui pendekatan deskriptif kuantitatif dan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek secara tepat.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan software eviews 6.

Fungsi matematikanya adalah sebagai berikut:

PLRT = f (PGL, TDL, JPL, PP)

Kemudian fungsi di atas ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linier berganda (Multiple Regression) dengan spesifikasi model sebagai berikut:

PLRT = α + β1PGL + β2TDL+ β3JPL + β4PP + εt

Dimana:

PLRT = Permintaan energi listrik rumah tangga (dalam Kwh)

PGL = Jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga (dalam unit bangunan)

TDL = Tarif dasar listrik golongan rumah tangga berdasarkan harga konstan (dalam rupiah/KWh)


(64)

JPL = Jumlah Produksi Listrik (dalam KWh) PP = Pendapatan perkapita (dalam rupiah) β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

α = Konstanta

εt = Error Term

Untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada persamaan di atas perlu adanya pengujian statistik dan pengujian parameter. Adapun tahapan dalam melakukan analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran Tingkat Elastisitas

Tujuan dari pengukuran tingkat elastisitas adalah untuk menentukan suat tingkat dimana jumlah permintaan peka terhadap perubahan salah satu peubah atau lebih yang mempengaruhinya.

1.1 Tingkat Elastisitas Permintaan Harga

Elastisitas permintaan harga adalah angka penunjuk yang menggambarkan sampai berapakah besarnya perubahan jumlah barang yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga.

Kaidah keputusan:

1) Etdl < 1, inelastis : kebutuhan pokok.

2) Etdl = 1, unitary : berbagai macam barang tertentu secara kebetulan. 3) Etdl > 1, elastis : kebutuhan sekunder dan tersier dan memiliki barang


(65)

47

1.2 Tingkat Elastisitas Permintaan Pendapatan

Elastisitas permintaan pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang sebagai akibat perubahan harga.

Kaidah keputusan:

1) Epp < 0 : barang inferior

2) 0 ≤ Epp ≤ 1 : kebutuhan pokok barang primer 3) Epp > 1 : kebutuhan pokok barang mewah

2. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam melakukan analisis data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi

penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik. Sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus terbebas dari multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta terdistribusi normal.

Gujarati, 2003 dalam Pratomo dan Hidayat, 2007 mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

a. Model regresi adalah linier, yaitu linier di dalam parameter.

b. Residual variabel pengganggu (µi) mempunyai nilai rata-rata nol (Zero Mean Value of Disturbance µi).


(66)

d. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (µi). e. Kovarian antara µi dan variabel independen (Xi) adalah nol.

f. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang yang diestimasikan.

g. Tidak ada multikolinieritas.

h. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik.

2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara normal atau tidak, pengujian normalitas dilakukan menggunakan metode Jarque-Bera. Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque Bera > Chi Square, dan atau probabilita (p-value) > α = 5%.

Ho : Jarque Bera stat > Chi Square, p-value > 5%, residual berditribusi dengan normal

Ha : Jarque Bera stat < Chi Square, p-value < 5%, residual tidak berditribusi dengan normal.

2.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varians (homoskedastisitas) yang tidak konstan, yaitu varians error bernilai sama setiap kombinasi tetap dari XI,X2…,XP. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka dugaan OLS tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), karena akan menghasilkan dugaan dengan galat baku yang tidak


(67)

49

Adanya heteroskedastisitas ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

E (ei ) = ð2 I –1,2,…n.

Dimana untuk uji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode White. White mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas pada variabel gangguan.

Untuk uji White menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut: Ho : tidak terdapat heteroskedastisitas

Ha : terdapat heteroskedastisitas.

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Ho ditolak dan Ha diterima , jika nilai (n x R2) > nilai Chi square 2) Ho diterima dan Ha ditolak , jika nilai (n x R2) < nilai Chi square

Jika Ho ditolak, berarti tidak terdapat heteroskedastisitas. Jika Ho diterima berarti terdapat heteroskedastisitas.

2.3 Uji Autokorelasi

Tidak adanya korelasi antara antar variabel gangguan satu observasi dengan observasi lain dikenal dengan istilah autokorelasi yang tidak sesuai dengan uji asumsi klasik. Konsekuensi dari masalah ini adalah dimana estimator dari metode OLS masih linier, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum. Langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Metode Breusch – Godfrey.


(68)

Breusch dan Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji Language Multiplier (LM).

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan dapatkan residualnya.

2) Melakukan regresi residual et dengan variable bebas Xt (jika ada lebih dari satu variable bebas maka harus memasukkan semua variable bebas) dan lag dari residual et-1, et-2,…. et-p. Kemudian R2

dari regresi persamaan tersebut.

3) Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti distribusi chi square dengan df sebanyak p. Nilai hitung statistik chi square dapat dihitung dengan :

( n – p ) R2 ≈ χ2p Dimana:

n = Jumlah Observasi p = Obs*R2

R2 = Koefisien determinasi χ2

= Chi Square

Jika ( n – p ) R2 yang merupakan chi square (χ2) hitung lebih besar dari nilai kritis chi square (χ2) pada derajat tertentu (α), maka ditolak hipotesis (H0). Ini


(1)

lainnya. Semakin besar nilai VIF menunjukkan bahwa masalah kolinearitas semakin besar pula.

c. Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi korelasi antara variabel bebas. Pada umumnya multikolinieritas dikatakan berat apabila angka VIF dari suatu variabel melebihi 10 (Gujarati, 2003 dalam Oktiana, 2011: 37).

Untuk uji multikolinieritas menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut: Ho: Corr = 0 : tidak terdapat multikoliniearitas

Ho: Corr ≠ 0 : terdapat multikoliniearitas

Kriteria pengujiannya adalah:

a. Ho ditolak jika nilai VIF < 10 b. Ho diterima jika nilai VIF > 10

3. Pengujian Hipotesis

Setelah uji asumsi klasik dan didapatkan model yang telah BLUE, langkah selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut.

3.1 Uji t

Pengujian hipotesis koefisien regresi dilakukan dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df= (n-k-l). Hipotesis yang dirumuskan:

Ho : bi = 0, variabel bebas tidak berpengaruh terhadap varaibel terikat. Ha : bi ≠ 0, variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.


(2)

53

Kriteria pengujiannya adalah:

1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel. 2) Ho diterima dan Ha ditolak jika t-hitung < t-tabel.

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

3.2 Uji F

Pengujian hipotesis secara keseluruhan dengan menggunakan uji statistik F-hitung dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df 1= (k-1) dan df2= (n-k). Hipotesis yang dirumuskan:

Ho : bi = 0, variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Ha : bi ≠ 0 , ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika F hitung > F-tabel. 2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika F hitung < F-tabel.

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah Pelanggan Listrik Golongan Rumah Tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga di Kabupaten Lampung Utara dengan nilai koefisien sebesar 83,41615.

2. Tarif Dasar Listrik Golongan Rumah Tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga di Kabupaten Lampung Utara dengan nilai koefisien sebesar 4554,216.

3. Jumlah Produksi Listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga di Kabupaten Lampung Utara dengan nilai koefisien sebesar 0,037940.

4. Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga di Kabupaten Lampung Utara dengan nilai koefisien sebesar 32,99477.

5. Perhitungan tingkat elastisitas pada variabel jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga, tarif dasar listrik golongan rumah tangga, jumlah produksi listrik, dan pendapatan perkapita menghasilkan koefisien elastisitas Ed<1 yang artinya bersifat inelastis. Hal ini menunjukkan bahwa listrik merupakan barang


(4)

75

normal dan sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat di Kabupaten Lampung Utara.

6. Permintaan energi listrik golongan rumah tangga di kabupaten Lampung Utara sampai tahun 2017 akan terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pelanggan listrik golongan rumah tangga, tarif dasar listrik golongan rumah tangga, jumlah produksi listrik, dan pendapatan perkapita yang akan terus meningkat hingga tahun 2017.

B. Saran

1. Estimasi permintaan listrik dimasa mendatang mampu mengurangi masalah kelistrikan seperti gangguan sistem penyaluran yang diluar perkiraan akan menyebabkan harus adanya pemadaman secara bergilir.

2. Pemerintah daerah hendaknya tetap berusaha menumbuhkan dan

mengoptimalkan sektor-sektor guna memberikan kontribusi pendapatan daerah yang dimana nantinya berdampak pada daya beli masyarakat.

3. PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung untuk dapat meningkatkan jumlah pasokan listrik agar kebutuhan listrik di Kabupaten Lampung Utara dapat terpenuhi dimana permintaan energi listrik golongan rumah tangga diproyeksikan akan mengalami peningkatan hingga tahun 2017.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adriyansyah, Dedi. 2011. Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Konsumsi

Listrik Bagi Rumah Tangga Masyarakat Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Assauri, Sofjan. 1984. Teknik & Metode Peramalan: Penerapannya dalam

Ekonomi & Dunia Usaha. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia.

Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition. Mc.Graw-Hill. Katili, Nella. 2008. Analisa Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Sambungan Listrik Sektor Industri di Jawa Timur. Jawa Timur: Universitas pembangunan Nasional “Veteran”

Madris. 2013. Struktur Permintaan Energi Listrik PT. PLN di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Makasar: Unhas

Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE

Mudakir, Bagio. 2010. Permintaan Energi Listrik di Jawa Tengah. Semarang: Jurnal Undip

Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Andi.

Oktiana. 2011. Analisis Permintaan Energi Listrik Pada Rumah Tangga Di Kota


(6)

Pramana, Irawan. 2010. Analisis Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga 900 VA di Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews dalam Ekonometrika. Medan: USU Press PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung

Reksohadiprojo, Sukanto. 1998. Ekonomi Energi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pusat Antar

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi Kedua Belas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Surbakti, Wahyu Hiskia dan Johanna Maria Kodoatie. 2013. Analisis Permintaan Riil Energi Listrik di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. Jurnal: Undip Taylor III, Bernard W. 2008. Introduction to management science: Sains

Manajemen Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Winarno, Wahyu Wing. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

_________, Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung: Berbagai Edisi _________, Lampung Utara Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung: Berbagai

Edisi

_________, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 tentang Perekonomian Nasional