ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN LELE DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN LELE DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh : Kusuma Febbry Andari

H 0808119

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IKAN LELE DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh : Kusuma Febbry Andari

H 0808119

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERMINTAAN IKAN LELE DI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh : Kusuma Febbry Andari

H 0808119

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD NIP. 19490320 197611 1 001

Susi Wuri Ani, SP, MP NIP. 19810112 200812 2 004

D. Padmaningrum, SP, M.Si NIP. 19720915 199702 2 001

Surakarta, Juli 2012 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat kasih, penyertaan dan damai sejahtera-Nya

sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukugan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD selaku Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat, bimbingan, arahan serta saran dalam penulisan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Pertanian.

4. Ibu Susi Wuri Ani, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran yang sangat berguna bagi penulis.

5. Ibu D. Padmaningrum, SP, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan memberi arahan dan masukan demi perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan selama masa perkuliahan penulis.

8. Kepala Badan Pusat Statistik, Kepala Kantor Sub Dinas Perikanan, Kepala Kantor Disperindag dan seluruh jajaran pemerintahan Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian serta memberikan informasi untuk penulisan skripsi ini.

kasih atas doa, nasihat, motivasi dan kasih sayang yang tulus. Terima kasih telah menjadi orangtua terbaik bagi penulis, Tuhan beserta kita sekeluarga.

10. Adik penulis, Dorothea Fena Puspita, terima kasih atas doa, semangat, dukungan yang luar biasa. Terima kasih telah menjadi adik yang sangat perhatian dan peduli bagi penulis. Kesayangan penulis, Bentow, terima kasih telah setia menemani, Tuhan memberkati kita semua.

11. Keluarga besar penulis terkasih, terima kasih atas dukungan dan doa restunya.

12. Seluruh teman-teman GPIA Eben Haezer Triyagan, Kaum Muda Remaja, adik-adik Sekolah Minggu, Persekutuan Doa Malam, terima kasih atas perhatian dan dukungan doa yang tak pernah berhenti bagi penulis.

13. 7 People, Nike, Christy, Inar, Maria, Yurike, Tante Riska, terima kasih atas persahabatan dan pengalaman indah selama empat tahun ini. Terima kasih atas dukungan doa, bantuan dan semangat yang teman-teman berikan selama ini. Kebersamaan kita akan selalu kurindukan.

14. Teman-teman PMK dan alumnus, Opung Friska, Yohana, Ebi Febrina, Chatrine, Alviona, Beno, Edo, Mba Desi, Mba Ratih, terima kasih atas persekutuannya selama ini, semangat dan doa yang sangat besar kuasanya itu bagi penulis. Tuhan memberkati persekutuan kita.

15. Seluruh sahabat-sahabatku Agribisnis angkatan 2008, atas pengalaman dan persahabatan yang manis bagi penulis. Ucapan terima kasih terkhusus bagi Bundo Retna, Rosalinda “Ocha”, Tisya, Isni, Ema, Luluk, Elin, Riana Dewi, Nenek Anggun dkk, Ayu Abond, Arum dkk, Eriska teman di detik-detik terakhir, Galuh dkk, Nandika, Agung atas dukungan, semangat, perhatian dan saran bagi penulis. Sukses untuk Agribisnis 2008!

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih dan Tuhan memberkati. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, kiranya skripsi ini berguna bagi pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Tabel 1. Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 ............ 3 Tabel 2. Kandungan Gizi Ikan sebagai Bahan Pangan Dibandingkan

dengan Beberapa Hasil Hewani Hewani Lainnya Berdasarkan Komponennya ...................................................................................... 2

Tabel 3. Konsumsi Ikan per Kapita Secara Nasional dan se- Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2006-2010 .............................................................. 3 Tabel 4. Produksi Komoditas Potensial dari Hasil Budidaya Ikan di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2009-2010............................................. 5 Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Ikan Lele dalam 100 gram ................................ 10 Tabel 6. Interpretasi Elastisitas Silang.............................................................. 19 Tabel 7. Interpretasi Elastisitas Pendapatan ..................................................... 21 Tabel 8. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten atau Kota

di Eks Karisidenan Surakarta Tahun 2010 ........................................ 28 Tabel 9. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sukoharjo .............................. 36 Tabel 10. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................ 37 Tabel 11. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2010 ...................................................................... 39 Tabel 12. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2010 ............................................................................... 40 Tabel 13. PDRB Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan Usaha Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2008 – 2010 (Jutaan Rupiah) ............. 41 Tabel 14. Banyaknya Sarana Perekonomian Menurut Jenis di Kabupaten

Sukoharjo ............................................................................................. 42 Tabel 15. Banyaknya Produksi Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2010 .......................................................................................... 43 Tabel 16. Perkembangan Permintaan Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010 .............................................................................. 46 Tabel 17. Perkembangan Harga Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1995 – 2010 ......................................................................................... 47 Tabel 18. Perkembangan Harga Ikan Nila Merah di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010 .............................................................................. 49 Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

– 2010 ................................................................................................... 52 Tabel 21. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010 .............................................................................. 53 Tabel 22. Hasil Analisis Varians Permintaan Ikan Lele di Kabupaten

Sukoharjo Periode Tahun 1995 – 2010 .............................................. 55 Tabel 23. Hasil Analisis Uji-t Masing-masing Variabel Bebas ........................ 56 Tabel 24. Hasil Analisis Standar Koefisien Regresi .......................................... 57 Tabel 25. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 58 Tabel 26. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo ..... 60

Gambar 1. Kurva Permintaan ............................................................................. 17 Gambar 2. Skema Kerangka Konseptual ........................................................... 23 Gambar 3. Grafik Perkembangan Permintaan Ikan Lele di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995 – 2010 ......................................................... 47

Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010 ........................................................................... 48

Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Ikan Nila Merah di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995 – 2010 ......................................................... 50

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995 – 2010 ......................................................... 51

Gambar 7. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1995 – 2010 ....................................................................................... 53

Gambar 8. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010 ........................................................................... 54

Gambar 9. Diagram Scatterplot .......................................................................... 59 Gambar 10.Kurva Engel Hubungan Jumlah Permintaan Ikan Lele dengan

Pendapatan per Kapita ...................................................................... 68

Lampiran 1. Data Jumlah Permintaan Ikan Lele, Harga Ikan Lele, Harga

Ikan Nila Merah, Harga Daging Ayam Ras, Harga Beras dan Pendapatan per Kapita sebelum di transformasi ke bentuk logaritma natura (Ln) ..................................................................... 75

Lampiran 2. Data Jumlah Permintaan Ikan Lele, Harga Ikan Lele, Harga

Ikan Nila Merah, Harga Daging Ayam Ras, Harga Beras dan Pendapatan per Kapita setelah di transformasi ke bentuk Logaritma natura (Ln) ................................................................... 76

Lampiran 3. Hasil Regresi Analisis Permintaan Ikan Lele di Kabupaten

Sukoharjo ....................................................................................... 77

Lampiran 4. Penghitungan Standar Koefisien Regresi ..................................... 79 Lampiran 5. Peta Kabupaten Sukoharjo ............................................................ 81 Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 82

RINGKASAN

Kusuma Febbry Andari. H 0808119. 2012. “Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo ”. Skripsi dengan pembimbing Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD dan Susi Wuri Ani, SP, MP., Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ikan lele merupakan ikan konsumsi yang populer di kalangan masyarakat karena harga yang murah dan kandungan gizi protein tinggi. Tujuan dari penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitis . Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan adalah time series selama 16 tahun dari tahun 1995-2010. Data dianalisis dengan regresi eksponen.

Hasil analisis data menunjukkan model fungsi permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo adalah Ln Q d = 0,784 – 1,338 Ln HIL + 0,475 Ln HIN + 0,623 Ln HA + 0,745 Ln HB + 0,537 Ln Y . Model ini memiliki nilai 餈 2 sebesar

0,944 yang berarti sebesar 94,4% permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dapat dijelaskan oleh variabel harga ikan lele, harga ikan nila merah, harga daging ayam ras, harga beras dan pendapatan perkapita, sedangkan sisanya 6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan uji t variabel harga beras dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga ikan lele berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele pada tingkat kepercayaan 95% dan harga daging ayam ras berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90%. Sedangkan variabel harga ikan nila merah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Harga ikan lele merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo.

Koefisien elastisitas harga sebesar 1,338 maka bersifat elastis. Harga ikan nila merah, daging ayam ras dan beras memiliki nilai elastisitas silang positif sebesar 0,475; 0,623 dan 0,745; yang berarti ikan nila merah dan daging ayam ras merupakan barang subtitusi ikan lele sedangkan beras bukanlah komplementer ikan lele. Koefisien elastisitas pendapatan mempunyai nilai sebesar 0,537 karena nilai ini bertanda positif maka hal ini menunjukkan bahwa ikan lele merupakan barang normal. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar dinas terkait (Sub Dinas Perikanan) di Kabupaten Sukoharjo semakin menggalakkan gemar makan ikan agar jumlah permintaan ikan lele makin meningkat. Bagi penelitian selanjutnya dapat mengkaji pengaruh selera dan preferensi konsumen dalam mengkonsumsi ikan lele.

SUMMARY

Kusuma Febbry Andari. H0808119. 2012. Analysis of Factors Affecting

the Demand of Catfish in the Sukoharjo Regency. Under the guidance of Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD and Susi Wuri Ani SP, MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

Catfish is a popular consumed fish in the society because of the low price and high protein content. This study aims to determine the factors that affect the demand of catfish in the Sukoharjo and assess the level of sensitivity (elasticity) demand of catfish in the Sukoharjo Regency. The basic method used descriptive analytic. Study sites purposively selected (purposive) that was in the Sukoharjo Regency. The data used secondary data time series for 16 years from 1995-2010. Data were analyzed by exponential regression.

The analysis showed of the demand of catfish in the Sukoharjo Regency is Ln Qd = 0,784 – 1,338 Ln HIL + 0,475 Ln HIN + 0,623 Ln HA + 0,745 Ln HB +

0,537 Ln Y. This model has a coefficient of determination (R 2 ) of 0,944, which

means 94,4 percent of the variation of the variable demand of catfish in the Sukoharjo Regency as the dependent variable explained by independent variables such as the price of catfish, the price red tilapia, rice price, chicken price meat and income percapita in Sukoharjo Regency and 6 percent described by variation of the variable outside the model. Based on the results of the F test, that all the variables studied together significantly affect the demand of catfish in the Sukoharjo Regency. The t test results, price rice and income percapita significantly affect the demand of catfish at the confidence level of 99 percent. Variable of catfish price significantly affect the demand of catfish at the confidence level of 95 percent and chicken price significantly affect at the confidence level of 90 percent. While variable red tilapia price individually is not affect the demand of catfish in the Sukoharjo Regency. Variable catfish price has the most impact on the demand of catfish in the Sukoharjo Regency.

Coefficients of price elasticity is 1,338, it means elastic. The price of red tilapia, chicken and rice have positive cross elasticity are 0,475; 0,623 and 0,745; it means red tilapia and chicken are substitution of catfish then rice is not perfect complement for catfish. The coefficients of income elasticity is 0,537 because this value positive, show that catfish is normal goods. From the research results can be suggested that Fishery Sub Department in Sukoharjo Regency, pay more attention for realization Fond of Eating Fish, in order to increase consumption and demand of catfish. For further research, could examine consumer preference in catfish consumption.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perikanan memiliki andil dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain : (1) sumberdaya perikanan, baik ikan, sumberdaya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, (2) permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat, (3) pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan, dan menjangkau masyarakat, (4) jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 233 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan dan (5) Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sektor lain, hal tersebut dapat dilihat di Tabel 1 (Kusumaatmadja dalam Mudzakir, 2003).

Tabel 1. Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian 2005 – 2009 (persen) Sub Sektor

2008 2009 Tanaman Bahan Makanan

3,84 3,59 Peternakan dan

Sumber : BPS, 2009 Pada kurun waktu 2005 – 2009, pertumbuhan PDB perikanan Sumber : BPS, 2009 Pada kurun waktu 2005 – 2009, pertumbuhan PDB perikanan

Peran sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional adalah menyediakan sumber pangan dan gizi bagi seluruh rakyat Indonesia terutama dalam pemenuhan protein hewani. Selain itu dapat meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perikanan, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, serta menunjang pembangunan daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, 2009).

Ikan merupakan sumber protein hewani utama dalam makanan rakyat Indonesia. Tingkat konsumsi ikan beragam menurut tingkat penghasilan daerah. Pada waktu yang akan datang, sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran akan kecukupan gizi diperkirakan tingkat konsumsi ikan terus meningkat (Rukmana, 2008).

Menurut Suwedo (1993), ikan memang telah banyak dikenal, karena semua orang pernah menggunakannya sebagai bahan pangan sebagai lauk pauk. Ikan memenuhi persyaratan makanan bergizi tinggi. Tabel 2 memperlihatkan kandungan gizi ikan dibandingkan hasil hewani lainnya :

Tabel 2. Kandungan Gizi Ikan sebagai Bahan Pangan Dibandingkan dengan Beberapa Hasil Hewani Lainnya Berdasarkan Komponennya

Daging Ayam

Telur Utuh

Susu Sapi

- - Vitamin A

35 Vitamin D

IU/g

20-200000 -

- - Kolesterol

72,9 65,5 87,6 Asam amino essensial

10 5 10 10 10 10 Asam amino

non essensial

2 - - Sumber : Suwedo, 1993 2 - - Sumber : Suwedo, 1993

D dan asam amino baik essensial maupun non essensial. Protein yang terdapat pada ikan lebih tinggi dibanding daging sapi, udang, telur utuh dan

susu sapi. Ikan memiliki vitamin A dan D lebih banyak dibanding sumber protein hewani lain. Komponen gizi ikan yang relatif lebih lengkap dapat menjadi sebuah pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia.

Konsumsi ikan per kapita secara nasional dan se-Kabupaten Sukoharjo selama tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Ikan per Kapita Secara Nasional, Kabupaten Sukoharjo

dan Total Konsumsi Ikan Tahun 2006 – 2010

Tahun

Konsumsi Ikan per

Kapita Nasional (Kg/kapita/tahun)

Konsumsi Ikan per

Kapita Kabupaten

Sukoharjo (Kg/kapita/tahun)

Total Konsumsi Ikan Kabupaten

Sukoharjo (Kg/kapita/tahun) 2006

9.215.120,64 Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2010) dan Laporan Tahunan

Sub Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tabel 3, konsumsi ikan per kapita secara nasional dari

tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk Indonesia yang memilih ikan sebagai sumber pemenuhan protein hewani. Rata-rata peningkatan konsumsi ikan per kapita secara nasional adalah sebesar 1,5 kg/kapita/tahun. Namun konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti Malaysia (45 kg), Singapura (48,5), Korea Selatan (85 kg) dan Jepang (110 kg). Fakta tersebut menggambarkan masih rendahnya budaya makan ikan di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan peluang usaha bagi pelaku bisnis yang berkaitan dengan bidang perikanan dan industri pengolahan ikan. Pada Tabel 3 diperlihatkan pula konsumsi ikan per kapita Kabupaten Sukoharjo yang mengalami tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk Indonesia yang memilih ikan sebagai sumber pemenuhan protein hewani. Rata-rata peningkatan konsumsi ikan per kapita secara nasional adalah sebesar 1,5 kg/kapita/tahun. Namun konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti Malaysia (45 kg), Singapura (48,5), Korea Selatan (85 kg) dan Jepang (110 kg). Fakta tersebut menggambarkan masih rendahnya budaya makan ikan di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan peluang usaha bagi pelaku bisnis yang berkaitan dengan bidang perikanan dan industri pengolahan ikan. Pada Tabel 3 diperlihatkan pula konsumsi ikan per kapita Kabupaten Sukoharjo yang mengalami

dibandingkan konsumsi ikan per kapita secara nasional, konsumsi ikan per kapita Kabupaten Sukoharjo masih jauh tertinggal.

Salah satu jenis ikan yang menjadi pilihan konsumsi masyarakat Indonesia dan cukup populer memiliki nilai protein yang cukup tinggi serta harga yang terjangkau oleh masyarakat adalah ikan lele. Ikan lele adalah ikan yang mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional maupun pasar swalayan. Cara pengolahan ikan lele yang mudah dan rasa yang enak menjadikan ikan lele menjadi pilihan konsumsi masyarakat.

Lele adalah ikan air tawar yang paling populer sebagai ikan budidaya. Hal tersebut dapat disebabkan karena harga yang terjangkau dan kemudahan dalam budidaya. Banyak pembudidaya pemula yang memilih ikan ini sebagai komoditi andalan. Di beberapa daerah, agribisnis budidaya lele menjadi kegiatan ekonomi yang telah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat.

Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar yang penting dalam rangka pemenuhan peningkatan gizi masyarakat. Komoditas perikanan ini mudah dibudidayakan dan harga ikan lele terjangkau oleh lapisan masyrakarat bawah. Permintaan lele untuk pasar Jawa Tengah dan Yogyakarta mencapai 20 ton per hari dan untuk pasar Jawa Timur mencapai

30 ton per hari. Dengan demikian prospek pasar lele dumbo di masa yang akan datang memang menjanjikan yang ditandai dengan permintaan dan harga lele tiap tahunnya cenderung meningkat (Mahyuddin, 2010).

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mengembangkan budidaya ikan di kolam dan karamba. Sub Dinas Perikanan, sebagai dinas terkait pengembangan dan pembinaan perikanan, memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi ikan. Usaha yang telah dilaksanakan, salah satunya, adalah terbentuknya Desa Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mengembangkan budidaya ikan di kolam dan karamba. Sub Dinas Perikanan, sebagai dinas terkait pengembangan dan pembinaan perikanan, memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi ikan. Usaha yang telah dilaksanakan, salah satunya, adalah terbentuknya Desa

Kabupaten Sukoharjo. Produksi ikan lele dihasilkan oleh kolam-kolam budidaya yang dimiliki warga. Beberapa sentra budidaya ikan lele di Kabupaten Sukoharjo antara lain di Kecamatan Nguter, Weru, Sukoharjo, Kartasura dan Grogol. Produksi komoditas potensial dari hasil budidaya ikan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 – 2010 dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 4. Produksi Komoditas Potensial dari Hasil Budidaya Ikan di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 – 2010

No

Jenis Ikan

2. Nila Merah

11.28 4,33 Sumber : Laporan Tahunan Sub Dinas Perikanan

Berdasarkan Tabel 4, produksi ikan lele di Kabupaten Sukoharjo lebih tinggi dibanding ikan nila merah dan patin. Produksi ikan lele pada tahun 2010 telah mencapai 1.729.865 kg, meningkat 11,14 % dibanding tahun 2009. Meskipun perkembangan ikan lele tidak sebanyak ikan nila merah namun ikan lele telah menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo. Permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo tergolong tinggi ditunjukkan dengan sikap masyarakat yang memilih ikan lele sebagai sumber protein, mengingat harganya yang relatif murah dan bergizi tinggi. Estimasi permintaan ikan di Kabupaten Sukoharjo dihitung dengan mengkalikan konsumsi ikan per kapita dan jumlah penduduk di tahun 2010 adalah 9.215 ton sedangkan total produksi ikan Kabupaten Sukoharjo 3.250 ton (diperoleh dari penjumlahan seluruh produksi ikan di Tabel 15 ditambah produksi ikan patin di Tabel 3). Hasil penghitungan tersebut dapat menggambarkan bahwa Kabupaten Sukoharjo masih memerlukan pasokan ikan dari daerah lain untuk mencukupi kebutuhan ikan se-kabupaten.

B. Perumusan Masalah

Pola konsumsi pangan merupakan indikator yang penting bagi perubahan status sosial ekonomi masyarakat karena pangan merupakan salah

satu kebutuhan fisik minimum. Terpenuhinya kecukupan pangan adalah salah satu ukuran peningkatan taraf hidup menuju kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga menyebabkan perbedaan bahan pangan yang dikonsumsi. Keluarga berpendapatan rendah, pada umumnya, lebih mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan sumber energi yang bersifat mengenyangkan dan harga yang relatif murah. Apabila terjadi peningkatan pendapatan maka komposisi makanan akan berubah, baik secara kualitas maupun kuantitas, mengarah pada pangan sumber protein, vitamin dan mineral.

Kabupaten Sukoharjo, sebagai daerah yang memiliki sebutan “makmur”, tergolong ke dalam perekonomian berkembang sehingga terdapat pilihan konsumsi protein yang beragam. Menurut Tabel 4, produksi ikan lele di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun 2009-2010, namun konsumsi ikan per kapita tergolong rendah jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan secara nasional. Ditinjau dari barang substitusi sumber protein hewani, harga daging ayam ras dan ikan nila merah secara umum mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berdasar kondisi tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dan elastisitas permintaan ikan lele sebagai akibat adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh variabel harga ikan lele, harga ikan nila merah, harga daging ayam ras, harga beras dan pendapatan per kapita terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo?

2. Sejauh mana tingkat elastisitas permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengkaji pengaruh harga ikan lele, harga ikan nila merah, harga daging ayam ras, harga beras dan pendapatan per kapita terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengkaji elastisitas permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam hal menggerakkan gemar makan ikan untuk meningkatkan status gizi masyarakat.

2. Bagi pembaca dan peminat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan.

3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Ayuningtyas (2005), tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan di KotaSurakarta menyebutkan bahwa variabel harga ikan bandeng segar, harga ikan kakap, harga ikan lele dumbo, harga daging ayam ras dan pendapatan per kapita serta jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap. Harga ikan bandeng segar, ikan lele dumbo, dan ikan kakap berpengaruh negatif, sedangkan harga daging ayam ras, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo, dan ikan kakap.

Trisnani (2010), dalam penelitian Analisis Permintaan Ikan Lele pada Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Pati menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Pati yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, harga ikan lele, harga telur ayam ras, dan harga minyak goreng.

Penelitian Wulansari (2010),mengenaiAnalisa Permintaan Ikan Laut di Kabupaten Rembang menyebutkan variabel harga ikan layang, harga ikan kembung, harga ikan selar, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi ikan tangkap secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Permintaan ikan kembung dipengaruhi oleh harga ikan kembung, harga daging ayam dan produksi tangkap ikan kembung sedangkan permintaan ikan selar dipengaruhi oleh harga ikan selar, harga daging ayam ras dan produksi tangkap ikan selar.Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan ikan layang adalah pendapatan per kapita sedangkan permintaan ikan kembung dan ikan selar adalah daging ayam.Elastisitas ikan layang, ikan kembung dan ikan selar bersifat inelastis dan bertanda positif.Elastisitas silang pendapatan pada Penelitian Wulansari (2010),mengenaiAnalisa Permintaan Ikan Laut di Kabupaten Rembang menyebutkan variabel harga ikan layang, harga ikan kembung, harga ikan selar, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi ikan tangkap secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Permintaan ikan kembung dipengaruhi oleh harga ikan kembung, harga daging ayam dan produksi tangkap ikan kembung sedangkan permintaan ikan selar dipengaruhi oleh harga ikan selar, harga daging ayam ras dan produksi tangkap ikan selar.Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan ikan layang adalah pendapatan per kapita sedangkan permintaan ikan kembung dan ikan selar adalah daging ayam.Elastisitas ikan layang, ikan kembung dan ikan selar bersifat inelastis dan bertanda positif.Elastisitas silang pendapatan pada

yang mungkin berpengaruh terhadap permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo.Harga bahan makanan subtitusi ikan lele dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh terhadap permintaan ikan lele. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan variabel harga ikan lele, ikan nila merah, daging ayam ras, beras dan pendapatn per kapita.

B. Tinjauan Pustaka

1. Ikan Lele

Ikan dikatakan mempunyai kesegaran yang maksimal apabila sifatnya masih sama dengan ikan hidup, baik rupa, bau, cita rasa maupun tekstur. Ciri-ciri ikan segar antara lain memiliki pupil hitam menonjol dengan kornea jernih, bola mata cembung dan cemerlang atau warna cerah, memiliki insang berwarna merah cemerlang atau merah tua tanpa adanya lendir, tidak tercium bau yang menyimpang (off odor) dengan tekstur daging yang elastis dan jika ditekan tidak ada bekas jari, serta padat atau kompak (Junianto, 2003).

Ikan tidak hanya digemari oleh semua lapisan masyarakat, tetapi juga sebagai sumber protein hewani alternatif yang relatif murah.Kebutuhan ikan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan pendapatan serta perubahan sosial budaya masyarakat.Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang terkenal dan sangat akrab dengan pola makan masyarakat Jawa khususnya.Ikan yang kaya gizi ini mudah didapat dan murah harganya.Ikan lele mengandung sedikit lemak sehingga baik bagi jantung dan membantu pertumbuhan janin (Harsono, 2002).

Menurut Sutomo (2007) ikan lele tergolong dalam :

Phylum

: Chordata (binatang bertulang belakang)

Kelas : Pisces (bangsa ikan bernafas dengan insang)

Subordo : Silaroidae (bentuk tubuh memanjang dan tidak bersisik) Famili

: Clarias batrachus Komposisi zat gizi yang terkandung dalam 100 gram ikan lele dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Ikan Lele dalam 100 gram

No

Bahan Penyusun

Kandungan Gizi

0,2 miligram Sumber : Sutomo, 2007

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa ikan lele kaya akan kandungan gizi dan sangat baik untuk kesehatan karena tergolong makanan dengan kandungan lemak yang relatif rendah dan mineral yang tinggi. Pada 100 gram ikan lele terdapat 18,2 gram protein dan 2,2 gram lemak. Kondisi ini jauh lebih rendah dibanding sumber protein hewani lainnya seperti daging ayam ras dan sapi.

Berdasarkan kajian ilmiah, ikan lele memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 17%. Kadar akan Leusin dan Lisin sebagai asam amino essensial sangat bermanfaaat untuk pertumbuhan anak-anak dan memperbaiki daya tahan tubuh. Ikan lele, ikan air tawar yang suka memakan kotoran ini ternyata dapat digunakan sebagai obat. Khasiat ikan lele antara lain untuk pengobatan kencing manis, ambien, eksim dan mampu memperkuat otot-otot perut. Lele merupakan makanan yang mudah di dapat dan murah, selain kaya zat gizi juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak.

nama ikan lele di beberapa daerah, antara lain : ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan pintet(Kalimantan Selatan), ikan

keling (Makassar), ikan cepi (SulawesiSelatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).Negara Inggris mengenal lele sebagaicatfish, siluroid, mudfishdan walking catfish.Nama ilmiah lele yaitu, Clarias, berasal dari bahasa Yunanichlaros, yang berarti lincah, kuat, merujuk pada kemampuannya untuktetap hidup dan bergerak di luar air.Lele yang dikenal di masyarakat ada 3 macam yaitu hitam, putih dan belang.Ikan lele hitam biasanya dipelihara di kolam untuk dijadikan ikan konsumsi, sedangkan ikan lele belang dan putih lebih banyak untuk ikan pajangan atau hiasan (Susanto, 2010).

2. Konsep Permintaan

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara istilah permintaan dan jumlah barang yang diminta. Ahli ekonomi mengatakan “permintaan” apabila yang mereka maksudkan adalah keseluruhan dari hubungan antara harga barang dan permintaan akan barang tersebut. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno, 2005).

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu.Permintaan dapat pula diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan.Barang yang ada dipasar mempunyai nilai atau harga.Dengan demikian permintaan suatu barang didukung oleh daya beli peminta barang tersebut atau disebut juga konsumen.Permintaan yang didasarkan oleh daya beli disebut permintaan efektif (effective demand), sedangkan permintaan yang didasarkan pada kebutuhan, tanpa didukung daya beli, disebut permintaan potensial atau permintaan absolut (absolut demand) (Sudarsono, 1995).

Daya beli konsumen tergantung pada besar-kecilnya pendapatan Daya beli konsumen tergantung pada besar-kecilnya pendapatan

bahwa “hal-hal lain” selain harga barang yang diamati bersifat konstan (tidak berubah).Maka yang dimaksud dengan permintaan, menurut Alfred Marshall, adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga yang diamati. Rumus matematisnya adalah sebagai berikut :

Qd = f (Px)

Keterangan :Qd : jumlah barang yang diminta

Px : harga barang yang diminta

Kerangka pemikiran Alfred Marshall ini bersifat parsial karena ia masih menggunakan konsep ceteris paribus. Kemudian muncul pemikiran baru yang lebih umum yang dikemukakan oleh Loen Walras. Konsep pemikirannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Qd =f (Px 1 , Px 2 , Pxn, Y, E )

Keterangan : Qd : jumlah barang yang diminta

Px 1 : harga barang pertama Px 2 :harga barang kedua

Pxn : harga barang ke-n Y : pendapatan konsumen yang siap dibelanjakan

E : selera/faktor Dari dua pendapat diatas, yaitu pendapat Alfred Marshalldan

pendapat Leon Walras, dapat digarisbawahi bahwa teori permintaan adalah suatu teori ekonomi yang bertujuan menelaah variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan (Sudarsono, 1995).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Sukirno (2005), permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatubarang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut :

Hipotesis dasar ekonomi menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta,apabila hal

lain dianggap tetap. Dengan memperlakukan anggapan bahwa faktor lain berlaku tetap, kenaikan harga suatu komoditi menyebabkan komoditi tersebut menjadi semakin mahal untuk memenuhi suatu kebutuhan. Sebagian rumah tangga akan berhenti mengkonsumsi kebutuhan tesebut sama sekali, sebagian lagi akan tetap mengkonsumsi kebutuhan tersebut dengan jumlah yang sama.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut Keterkaitan diantara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti (substitusi), barang pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang subtitusi atau pengganti Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila ia dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Misalnya, daging ayam ras dan telur menjadi subtitusi atau pengganti sumber protein hewani dari ikan.

2) Barang komplementer atau pelengkap Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Misalnya, gula menjadi pelengkap atau komplementer dari teh dan kopi.

3) Barang Netral Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Misalnya, ikan lele dengan wortel tidak memiliki keterkaitan yang erat sehingga bersifat netral.

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam fungsi permintaan.Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan

perubahan dalam permintaan barang. Berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan, yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan :

1) Barang Inferior Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang- orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik, permintaan akan barang inferior tersebut berkurang. Misalnya, permintaan gaplek akan turun seiring dengan peningkatan pendapatan.

2) Barang Esensial Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.Contohnya kebutuhan makanan pokok, beras, gula pasir dan minyak goreng.

3) Barang Normal Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah, dan berbagai jenis makanan.

4) Barang Mewah Barang mewah adalah jenis barang bermutu tinggi yang akan dibeli masyarakat apabila ia sudah berpendapatan sangat tinggi, misalnya perhiasan, perabot rumah yang mahal, mobil mewah, dan lainnya.

4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat Distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang.Ketika pemerintah menaikkan pajak bagi 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat Distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang.Ketika pemerintah menaikkan pajak bagi

5. Cita rasa masyarakat atau selera Pengaruh selera masyarakat terhadap keinginan untuk membeli suatu

barang cukup besar.Penduduk wilayah Indonesia bagian timur cenderung lebih memilih makanan pokok non beras.Hal ini bertolak belakang dengan penduduk di Pulau Jawa yang lebih memilih makanan pokok beras.Dengan demikian selera masyarakat akan menentukan pilihan barang yang akan dibeli.

6. Jumlah penduduk Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang.Akan tetapi pada umumnya pertambahan penduduk diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan kerja sehingga semakin banyak orang yang menerima pendapatan.Hal ini akan menambah daya beli masyarakat. Penambahan daya beli akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang.

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang Ramalan atau proyeksi di masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan.Ekspektasi konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi, pada masa depan, akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini.

Dalam membicarakan teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana.Oleh karena itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.Di dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus .

Menurut Dominick Salvatore (2006), fungsi permintaan diatas dapat dinyatakan dalam rumus matematika sebagai berikut : Qd X = f(P x ,  0 ,,,)

Qd X : jumlah komoditi X yang diminta oleh individu P X : harga komoditi X

P 0 : harga komoditi lain

: pendapatan nominal individu

: jumlah penduduk

: selera

4. Hukum Permintaan, Kurva Permintaan dan Elastisitas Permintaan

Secara sederhana, hukum permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut :bila keadaan lain tetap bersifat konstan, maka kuantitas atau jumlah barang yang akan dibeli per unit waktu (dalam suatu rentang waktu tertentu) akan menjadi semakin besar apabila harga semakin rendah (Bilas, 1995).

Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitanantara permintaan sesuatu barang dengan harganya.Permintaan dan harga mempunyai sifat keterkaitan yang negatif karena :(1) kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti, sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian barang lain dan menambah pembelian barang yang mengalami penurunan harga tersebut, (2) kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot memaksa para pembeli untuk mengurangi pembelian berbagai jenis barang, terutama barang yang mengalami kenaikan harga (Sukirno, 2005).

Kurva permintaan individual suatu barang berbentuk miring dari kiri atas ke kanan bawah.Hal ini berarti jumlah barang yang diminta konsumen berubah secara berlawanan arah dengan perubahan harga.Konsep kuantitas per unit waktu sangat penting karena adanya selang pergantian waktu, selera seorang konsumen mungkin akan berubah.Sumbu horizontal q/t adalah sumbu kuantitas (quantity per unit of time ) dan sumbu vertikal P adalah sumbu harga (price).Kurva

Harga (Rp/unit)

50 75 100 Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan akan bergeser jika salah satu atau lebih dari variabel-variabel yang dianggap konstan berubah. Arah pergeseran (ke kanan atau ke kiri) tergantung kepada hubungan antara kuantitas barang yang diminta dan variabel yang berubah tersebut (Arsyad, 1995).

Elastisitas adalah suatu alat untuk mengukur reaksi pembeli atau penjual terhadap perubahan harga, sampai seberapa jauh si pembeli atau penjual bereaksi terhadap adanya perubahan harga (Haryono, 2000). Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam analisis elastisitas yaitu :

1. Elastisitas Harga

Elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumenkarena perubahan harga barang.Perubahan harga suatu barang bertendensi menimbulkan reaksi para pembeli barang tersebut berupa berubahnya jumlah barang yang diminta.Pada umumnya meningkatnya harga mengakibatkan berkurangnya jumlah barang yang diminta dan sebaliknya menurunnya harga mengakibatkan meningkatnya jumlah barang yang diminta.

Hubungan antara harga dan jumlah adalah terbalik maka koefisien elastisitas harga permintaan bertanda negatif, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : Eh : elastisitas harga permintaan Px : harga barang X ∆Qx : perubahan jumlah barang X yang diminta ∆Px : perubahan harga barang X Jika: Eh > 1 maka permintaan elastis

Eh < 1 maka permintaan inelastis Eh = 1 maka permintaan unitary

Besarnya indeks harga,permintaan dapat diklasifikasikan menjadi :

a) Elastis

Permintaan akan suatu barang adalah elastis bila para pembeli secara relatif responsif terhadap perubahan harga (elastisitas harganya lebih besar dari satu). Dengan kata lain perubahan harga menyebabkan perubahan besar dalam jumlah barang yang diminta.

b) Inelastis

Permintaan akan suatu barang adalah inelastis bila respon jumlah yang diminta mungkin lemah atau kecil terhadap perubahan harga (elastisitas harganya lebih kecil dari satu).

c) Unitary

Permintaan yang unitary adalah yang elastisitas harganya sama dengan satu. Pada keadaan ini proporsi perubahan harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah sama.

2. Elastisitas Silang

Elastisitas silang adalah pengukuran tentang derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat adanya perubahan tingkat harga barang lain. Nilai elastisitas silang berkisar Elastisitas silang adalah pengukuran tentang derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat adanya perubahan tingkat harga barang lain. Nilai elastisitas silang berkisar

Besarnya elastisitas silang (Es) dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :

: elastisitas silang

Py

: harga barang Y Qx : jumlah barang X

∆Qx : perubahan jumlah barang X yang diminta ∆Py : perubahan harga barang Y

Tabel 6. Interpretasi Elastisitas Silang Elastisitas Golongan barang Interpretasi

Barang-barang biasa saling mengganti satu sama lain Barang-barang tersebut tidak berhubungan Barang-barang yang secara bersama-sama dikonsumsi

Sumber : Arsyad (1995)

3. Elastisitas Pendapatan

Secara umum, elastisitas menunjukkan seberapa besar respon suatu variabel akibat dari perubahan variabel atau salah satu variabel

lain yang mempengaruhinya (Wijaya, 1991).

jumlah barang yang diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan.Secara umum, kenaikan pendapatan akan menyebabkan