Aspek reproduksi ikan Totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

ASPEK REPRODUKSI IKAN TOTOT (Johnius belangerii Cuvier, 1830)
DI PERAIRAN DELTA CIMANUK, PABEAN ILIR, PASEKAN,
INDRAMAYU, JAWA BARAT

WAHYU SUSI KANIAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Reproduksi Ikan
Totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir,
Pasekan, Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Oktober 2014

Wahyu Susi Kaniawati
NRP C24100071

ABSTRAK
WAHYU SUSI KANIAWATI. Aspek Reproduksi Ikan Totot (Johnius belengerii
Cuvier, 1830) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa
Barat. Dibimbing oleh YUNIZAR ERNAWATI dan RIDWAN AFFANDI.
Ikan totot (Johnius belangerii) merupakan ikan dari famili Sciaenidae.
Ikan ini banyak tertangkap, mempunyai nilai ekonomi, dan nilai ekologi yang
penting di delta Cimanuk, Pabean Ilir. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus
2013 sampai Desember 2013 untuk menentukan beberapa aspek reproduksi J.
belangerii. Pengambilan contoh dilakukan sebulan sekali menggunakan jaring
insang dengan ukuran mata jaring 1-3 inci. Total J. belangerii yang tertangkap
adalah 258 ekor dengan panjang berkisar antara 83-186 mm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nisbah kelamin J. belangerii (jantan:betina) adalah 1:4,13.
Ikan betina dan ikan jantan pertama kali matang gonad pada panjang 136-156 mm
dan 159-170 mm. Musim pemijahan J. belangerii adalah dari bulan Oktober

sampai Desember. Fekunditas bervariasi dari 11.554-87.855 butir telur dan
fekunditas tersebut memiliki korelasi positif dengan panjang ikan. Tipe
pemijahan J. belangerii dapat dikelompokkan dalam pemijahan serentak dengan
ukuran diameter telur 0,015-0,048 mm.
Kata kunci: Delta Cimanuk, Johnius belangerii, reproduksi

ABSTRACT
WAHYU SUSI KANIAWATI. Reproductive Aspect of Belanger’s Croaker
(Johnius belangerii Cuvier, 1830) in Delta Cimanuk Waters, Pabean Ilir, Pasekan,
West Java. Supervised by YUNIZAR ERNAWATI and RIDWAN AFFANDI.
Belanger’s croaker (Johnius belangerii) is a fish from family Sciaenidae.
This fishes have been many catching, it has economical values, and important
ecological values in delta Cimanuk, Pabean Ilir. Research was conducted from
August 2013 until December 2013 to determine some reproductive aspects of J.
belangerii. Samplings were carried once a month using gillnet with mesh size 1-3
inches. Total of J. belangerii were caught is 258 individuals with ranged from 83186 mm in length. Result showed that sex ratio of J. belangerii (males: females)
was 1:4,13. First maturity in length of female and male were 136-156 mm and
159-170 mm. The reproductive season was from October to December.
Fecundity varied from 11.554 to 87.855 eggs and it has positive correlation with
length of fish. Reproductive type of J. belangerii could be grouped to total

spawner with the size of egg diameters were 0,015-0,048 mm.
Keywords: Delta Cimanuk, Johnius belangerii, reproductive

ASPEK REPRODUKSI IKAN TOTOT (Johnius belangerii Cuvier, 1830)
DI PERAIRAN DELTA CIMANUK, PABEAN ILIR, PASEKAN,
INDRAMAYU, JAWA BARAT

WAHYU SUSI KANIAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang
diberikan kepada Penulis, sehingga skripsi yang berjudul Aspek Reproduksi Ikan
totot (Johnius belengerii) di Perairan Delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan,
Indramayu, Jawa Barat ini dapat disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih Penulis sampaikan kepada:
1. Institut Pertanian Bogor dan Depertemen Manajemen Sumber Daya Perairan
yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis.
2. Pemberi Bantuan Belajar Mahasiswa yang telah memberikan beasiswa.
3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana melalui
Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri dalam penelitian yang
berjudul Beberapa Aspek Biologi reproduksi ikan sebagai Dasar konservasi
Sumber Daya Ikan di Delta Cimanuk, Indramayu, Jawa Barat.
4. Dr Ir Sigit Hariyadi, MSc selaku pembimbing akademik selama
menjalankan studi di MSP.
5. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan

selama penelitian dan penulisan skripsi.
6. Dr Ir Agustinus Samosir, M.Phil sebagai penguji skripsi.
7. Keluarga: bapak, ibu, adik, dan keluarga besar atas segala doa, kasih sayang,
dan dukunganya.
8. Setia Trianto yang selalu mendukung, membantu, mengasihi, dan
mendoakan Penulis.
9. Bapak Ruslan, Bang Aris, Bang Prawira, Anis, Lita, Reza, Asraf, Yulia,
Bapak Swara, dan masyarakat Pabean Ilir yang membantu dalam proses
penelitian.
10. MSP 47, staf Tata Usaha dan keluarga besar MSP atas kerja sama dan
dukunganya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Wahyu Susi Kaniawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


viii
viii
viii
1
1
1
2
2
2
2
3
4
7
7
12
14
14
15
15
17

25

DAFTAR TABEL
1 Penentuan TKG berdasarkan struktur anatomi gonad (modifikasi dari
Cassie 1977 in Effendie 1979)
2 Nisbah kelamin ikan totot jantan dan betina pada TKG IV
3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan perhitungan
Spaerman-Karber

3
8
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5


Peta lokasi penangkapan ikan totot
Ikan totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830)
Gonad ikan totot betina
Gonad ikan totot jantan
Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot betina (a) dan
jantan (b) berdasarkan TKG IV
6 Jumlah ikan berTKG IV, IKG, dan faktor kondisi ikan totot betina (a)
dan jantan (b) berdasarkan waktu pengamatan
7 Hubungan antara panjang dengan fekunditas ikan totot
8 Sebaran diameter telur ikan totot

2
3
8
8
9
10
11
11


DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Gambar perairan delta Cimanuk, Pasekan, Indramayu
Klasifikasi ikan totot menurut Kottelat et al. (1993)
Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama penelitian
Skema penelitian
Nisbah kelamin seluruh TKG ikan totot yang tertangkap

TKG seluruh ikan totot yang tertangkap
Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan
Spearman-Karber
Hubungan rata-rata fekunditas ikan totot berdasarkan selang panjang
Selang kelas diameter telur ikan totot
Sebaran frekuensi panjang ikan totot yang tertangkap
Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot (a) dan Hasil uji-t hubungan
panjang-bobot ikan totot (b)
Hubungan panjang dan tinggi ikan totot
Contoh perhitungan ukuran mata jaring

17
17
17
19
20
20
20
22
22
22
23
24
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Muara Sungai Cimanuk di Pabean Ilir merupakan kawasan perairan estuari
yang membentuk delta. Daerah ini sangat produktif untuk mendukung berbagai
aspek kehidupan ikan (Kimirei et al. 2011), sebagai tempat pemijahan (Chaves &
Bouchereau 2000), pengasuhan (Huijber et al. 2008), dan tempat mencari makan
(Laegdsgaard dan Johnson 2001). Ikan totot (Johnius belangerii) adalah jenis
ikan yang menempati muara-muara sungai untuk hidup, tumbuh, dan berkembang
biak (Kottelat et al. 1993).
Ikan totot merupakan ikan dari ordo Perciformes dan famili Sciaenidae yang
memiliki nilai ekologis dan ekonomis. Nilai ekonomis ikan totot segar berkisar
dari Rp 5.000–10.000/kg, sedangkan hasil olahan berupa ikan asin berkisar dari
Rp 20.000–25.000/kg. Nilai ekonomis ikan totot tidak terlalu tinggi, namun ikan
ini memiliki peranan ekologis yang penting. Ikan totot merupakan ikan karnivora
(Batcha et al. 2008) dan termasuk ikan demersal yang hidup di perairan payau dan
laut hingga kedalaman 40 m (Fishbase 2014).
Ikan totot merupakan salah satu ikan yang banyak tertangkap di delta
Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan Indramayu. Penangkapan ikan yang terus-menerus
tanpa upaya pengelolaan dikhawatirkan dapat menyebabkan populasi ikan
tersebut menurun, bahkan habis di waktu mendatang. Kegiatan antropogenik juga
diperkirakan dapat memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup ikan di
ekosistem tersebut (Shervette et al. 2007). Cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi hal ini adalah dengan mengusahakan ikan tumbuh hingga berhasil
bereproduksi.
Penelitian biologi reproduksi ikan totot di perairan Indonesia pernah
dilakukan di Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak 2007) dan belum
pernah dilakukan di delta Cimanuk, Pabean Ilir. Hal ini memperkuat alasan untuk
melakukan penelitian mengenai aspek reproduksi ikan totot di delta Cimanuk,
Pabean Ilir. Informasi dan pengetahuan mengenai aspek reproduksi perlu
diketahui sebagai dasar pengelolaan sumber daya ikan totot agar tetap lestari.

Perumusan Masalah
Ikan totot adalah salah satu sumber daya ikan yang hidup di delta Cimanuk,
Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu. Daerah ini merupakan perairan estuari yang
banyak ditumbuhi mangrove. Degradasi mangrove dan berbagai kegiatan
antropogenik yang terus terjadi dikhawatirkan dapat berpengaruh buruk terhadap
sumber daya ikan totot seperti terganggunya rekruitmen, ukuran ikan yang
tertangkap semakin kecil, dan terjadi penurunan populasi di perairan. Data nisbah
kelamin, ukuran pertama kali matang gonad, waktu pemijahan, potensi reproduksi
dan tipe pemijahan ikan diperlukan untuk digunakan sebagai dasar pengelolaan
agar proses reproduksi ikan totot dapat berlangsung dengan baik di perairan delta
Cimanuk, sehingga sumber daya ikan totot tetap lestari dan dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai aspek
reproduksi ikan totot, antara lain nisbah kelamin, ukuran pertama kali matang
gonad, waktu pemijahan, potensi reproduksi, dan tipe pemijahan ikan.

Manfaat Penelitian
Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
dasar dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan terkait ukuran ikan totot yang
boleh ditangkap di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu, Jawa
Barat agar ikan totot tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan,
Indramayu Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus
s.d. Desember 2013. Analisis laboratorium terkait aspek reproduksi contoh ikan
dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1, Depertemen Manajemen Sumber
Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi penangkapan ikan totot

3
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lapangan
Pengambilan ikan contoh dilakukan sebulan sekali pada bulan Agustus s.d.
Desember 2013 dengan menggunakan metode acak sederhana. Jumlah ikan yang
diambil selama penelitian berjumlah ±250 ekor. Ikan contoh (Gambar 2) diambil
dari hasil tangkapan sendiri dan nelayan harian yang menangkap ikan di perairan
delta Cimanuk, Pabean Ilir. Penangkapan ikan dilakukan sebanyak dua sampai
tiga kali tebar jaring pada setiap bulan pengambilan contoh. Alat tangkap yang
digunakan untuk menangkap ikan totot adalah jaring insang tiga lapis (trammel
net) dengan ukuran mata jaring 1-3 inci. Gambaran kondisi lokasi pengambilan
ikan contoh disajikan pada Lampiran 1.
Ikan contoh diidentifikasi dengan menggunakan buku Kottelat et al. (1993)
(Lampiran 2). Panjang total ikan diukur menggunakan penggaris, tinggi badan
diukur menggunakan jangka sorong, dan bobot total ikan ditimbang menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Contoh ikan selanjutnya dibedah
untuk mendapatkan gonad ikan. Penentuan kriteria tingkat kematangan gonad
ikan contoh dilakukan dengan melihat struktur morfologi berdasarkan modifikasi
Cassie (1977) in Effendie (1979) (Tabel 1), selanjutnya gonad dimasukkan ke
botol contoh, dan diawetkan dalam formalin 5%.

Gambar 2 Ikan totot (Johnius belangerii Cuvier, 1830)
Tabel 1 Penentuan TKG berdasarkan struktur anatomi gonad (modifikasi dari
Cassie 1977 in Effendie 1979)
TKG
I

II

III

IV

V

Betina
Ovari seperti benang, panjang sampai
kedepan rongga tubuh. Warna jernih.
Permukaan licin.
Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan
lebih gelap kekuning-kuningan. Telur
belum terlihat jelas dengan mata.
Ovari
berwarna
kuning.
Secara
morfologi
telur
mulai
kelihatan
butirannya dengan mata.
Ovari makin besar, telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak
tidak tampak, mengisi 1/2–2/3 rongga
perut, usus terdesak.
Ovari berkerut, dinding tebal, butir sisa
terdapat didekat pelepasan. Banyak telur
seperti pada tingkat II.

Jantan
Testes seperti benang, lebih pendek
(terbatas) dan terlihat ujungnya dirongga
tubuh. Warna jernih.
Ukuran testes lebih besar. Pewarnaan putih
seperti susu. Bentuk lebih jelas dari tingkat
I.
Permukaan testes tampak seperti bergerigi.
Warna semakin putih, testes semakin besar.
Dalam keadaan diawetkan mudah putus.
Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas.
Testes semakin pejal.

Testes pada bagian belakang kempis dan di
bagian dekat pelepasan masih berisi.

4
Pengumpulan data di laboratorium
Penghitungan jumlah telur ikan berTKG IV dilakukan dengan metode
gabungan (gravimetrik dan volumetrik).
Gonad ditimbang menggunakan
timbangan dengan ketelitian 0,0001 gram untuk mendapat bobot total gonad (G),
selanjutnya sebagian gonad yang mewakili anterior, median, posterior diambil dan
ditimbang sebagai bobot gonad contoh (Q). Gonad contoh diencerkan dengan 10
ml akuades (V), gonad contoh yang telah diencerkan selanjutnya diambil 1 ml (X)
untuk menghitung jumlah telur. Penghitungan jumlah telur ikan dilakukan
menggunakan alat bantu hand tally counter. Pengukuran diameter telur ikan
dilakukan menggunakan mikroskop dilengkapi mikrometer okuler yang telah
ditera dengan perbesaran 10×10. Diameter telur ikan yang diamati berjumlah 100
butir pada setiap ikan berTKG IV mewakili gonad bagian anterior, median, dan
posterior. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian disajikan pada
Lampiran 3. Proses pengambilan dan pengumpulan data selama penelitian
disajikan pada Lampiran 4.

Analisis Data
Pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui berdasarkan hasil persamaan
hubungan panjang dan bobot yang didapatkan dari regresi linear sederhana (RLS).
Persamaan hubungan panjang dan bobot didapatkan menurut King (2007) adalah
sebagai berikut.
W = aLb ....................................................................................................... (1)
Keterangan:
W
= bobot tubuh ikan (gram)
a
= intersep
L
= panjang total ikan (mm)
b
= koefisien pertumbuhan dari hasil regresi
Pengujian terhadap nilai b dari hasil persamaan hubungan panjang dan bobot
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho: b=3, hubungan panjang dengan bobot adalah isometrik yang berarti
pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan bobot ikan.
H1: b≠3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik (allometrik
negatif (b3) yang berarti
pertambahan bobot lebih dominan dari pertambahan panjang ikan).
Penarikan keputusan nilai thitung dibandingkan dengan ttabel pada selang
kepercayaan 95 % adalah:
thitung>ttabel: tolak hipotesis nol (H0)
thitung 2 tabel. Nisbah kelamin ikan
totot (jantan:betina) di delta Cimanuk ditemukan seimbang dengan perbandingan
1:1,80.
Tabel 2 Nisbah kelamin ikan totot jantan dan betina pada TKG IV
Jumlah ikan
Nisbah
2
TKG IV
Bulan
n
(Jantan:Betina) hitung
Jantan Betina
Agustus
8
0
8
8,00
September
12
0
12
12,00
Oktober
27
6
21
1:3,50
8,33
November
21
5
16
1:3,20
5,76
Desember
14
5
9
1:1,80
1,14
Total
82
16
66
1:4,13
30,49

2
tabel

3,84

Ukuran pertama kali matang gonad
Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad disajikan berdasarkan ukuran
ikan TKG IV yang tertangkap. Ukuran pertama kali matang gonad ikan totot
betina yang didapatkan selama pengambilan contoh terdapat pada panjang 119130 mm, sedangkan ikan jantan terdapat pada panjang 107-118 mm (Gambar 5).
Data seluruh TKG pada ikan disajikan pada Lampiran 6. Tingkat kematangan
gonad ikan betina didominasi oleh TKG III dan IV sedangkan jantan didominasi

9

Jumlah ikan berTKG IV

oleh TKG II dan III.
Ketidakseragaman perkembangan gonad selama
pengambilan contoh diduga karena terdapat dua kelompok ikan yang mempunyai
perbedaan waktu pemijahan (Brojo dan Sari 2002).
Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad juga dapat diketahui
berdasarkan perhitungan Spaerman-Karber. Ukuran pertama kali matang gonad
ikan betina lebih kecil dibanding dengan ikan jantan (Tabel 3). Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa ikan totot mengalami matang gonad pertama kali antara
ukuran 136-156 mm pada ikan betina dan 159-170 mm pada ikan jantan. Contoh
hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad disajikan pada Lampiran 7.
30

30

25

25

20

20

15

15

10

10

5

5

0

0

(a)

(b)
Selang kelas panjang (mm)

Gambar 5 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot betina (a) dan
jantan (b) berdasarkan TKG IV
Tabel 3 Ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan perhitungan
Spaerman-Karber
Jenis
kelamin
Betina
jantan

Ukuran pertama kali matang gonad
Panjang rata-rata (mm) Selang kepercayaan 95%
146
136-156
165
159-170

Musim pemijahan
Musim pemijahan ditentukan berdasarkan data jumlah ikan betina dan
jantan yang matang gonad (TKG IV), nilai IKG yang tinggi, dan nilai faktor yang
tinggi pada waktu (bulan) pengambilan contoh. Grafik tentang jumlah ikan betina
dan jantan TKG IV, nilai IKG, dan nilai faktor kondisi berdasarkan waktu
pengambilan contoh disajikan pada Gambar 6. Ikan totot betina TKG IV selalu
didapatkan pada setiap waktu pengambilan contoh, sedangkan ikan jantan hanya
didapatkan pada bulan Oktober-Desember. Nilai IKG dan faktor kondisi pada
ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan. Nilai IKG ikan betina berkisar dari 2,784,94 dan ikan jantan berkisar dari 0,29-0,81, sedangkan faktor kondisi ikan betina
berkisar dari 0,98-1,13 dan ikan jantan berkisar dari 0,95-1,28. Nilai IKG dan

10

25
21

20

16

15
10

12
9

8

5
0

25

Jumlah ikan berTKG IV

Jumlah ikan berTKG IV

faktor kondisi berfluktuasi, namun secara umum IKG dan faktor kondisi tinggi
pada bulan Oktober-Desember. Berdasarkan data tersebut, musim pemijahan ikan
totot terjadi pada bulan Oktober-Desember.

20
15
10

6
0

0

2.83

3.59
2.78

IKG (%)

IKG (%)

(b)

4.94
3.30

8
7
6
5
4
3
2
1
0

0.29

1.13

0.98

1.06 1.09

(a)
Bulan penelitian

0.81

0.75 0.54

0.79

(b)

1.13

Faktor konidi

Faktor kondisi

(a)
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0

5

0

(a)
8
7
6
5
4
3
2
1
0

5

5

1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0

1.28
0.95 1.04

1.06

1.09

(b)
Bulan penelitian

Gambar 6 Jumlah ikan berTKG (IV), IKG, dan faktor kondisi ikan totot betina (a)
dan jantan (b) berdasarkan waktu pengamatan

11
Potensi reproduksi
Potensi reproduksi dapat diketahui dengan melihat fekunditas ikan, yaitu
jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan saat ikan memijah. Fekunditas
telur ikan totot TKG IV selama pengamatan berkisar antara 11.554-87.855 butir.
Ikan totot TKG IV berjumlah 66 ekor dari selang kelas panjang 119-130 mm
sampai 167-178 mm (Lampiran 8). Gambar 7 menunjukkan fekunditas ikan totot
yang secara umum meningkat seiring dengan bertambahnya panjang ikan.
Hubungan panjang dan fekunditas tersebut memiliki korelasi yang erat (r=0,98).
F = - 17540 + 398,8x
R² = 96,83%
r = 0,98

Fekunditas (butir)

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
100

110

120

130

140

150

160

170

180

Panjang rata-rata TKG IV (mm)
Gambar 7 Hubungan antara panjang dengan fekunditas ikan totot
Tipe pemijahan
Sebaran frekuensi diameter telur dapat mencirikan tipe pemijahan ikan.
Diameter telur ikan TKG IV yang diamati berjumlah 6600 butir. Ukuran diameter
telur ikan totot selama pengamatan berkisar dari 0,015-0,048 mm. Gambar 8
menunjukkan bahwa sebaran diameter telur ikan totot hanya memiliki satu modus.
Diameter telur ikan totot paling banyak terdapat pada ukuran 0,030-0,035 mm.
Data selang kelas diameter telur TKG IV disajikan pada Lampiran 9. Berdasarkan
data tersebut, ikan totot memiliki tipe pemijahan total spawning, yaitu ikan yang
mengeluarkan telurnya secara serentak pada saat memijah.
600

Frekuensi (butir)

500
Agustus
400

September

300

Oktober

200

November

100

Desember

0

Selang kelas diameter telur (mm)
Gambar 8 Sebaran diameter telur ikan totot

12
Pembahasan
Ikan totot yang tertangkap selama penelitian berjumlah 258 ekor, yaitu 183
ekor betina dan 75 ekor jantan dengan ukuran panjang 83-186 mm. Ikan totot
hasil tangkapan didominasi oleh ikan dengan panjang 131-142 mm pada ikan
betina dan 119-130 pada ikan jantan (Lampiran 10). Grafik hubungan panjang
dengan bobot ikan dan hasil uji-t disajikan pada Lampiran 11. Ikan totot di
Perairan delta Cimanuk mempunyai pola pertumbuhan isometrik (pertumbuhan
panjang sebanding dengan pertumbuhan bobot), berbeda dari ikan totot di perairan
Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak 2007) dan di Ma’an Archipelago
(Kai et al. 2012) yang mempunyai pola pertumbuhan allometrik negatif
(pertumbuhan panjang lebih dominan dari pertumbuhan bobot). Perbedaan lokasi
dan keadaan lingkungan pengambilan contoh diduga menjadi penyebab perbedaan
pola pertumbuhan tersebut.
Menurut Effendie (1997), perbedaan pola
pertumbuhan dapat disebabkan oleh faktor dalam (keturunan, sex, umur, parasit,
dan penyakit) dan faktor luar (makanan dan suhu perairan).
Nisbah kelamin ikan penting diketahui untuk menduga keseimbangan ikan
jantan dan betina, rekruitmen, dan keberhasilan pemijahan (Saputra et al. 2012).
Nisbah kelamin ikan totot (jantan:betina) TKG IV adalah 1:4,13. Hasil uji-t
menunjukkan perbandingan nisbah kelamin tersebut tidak seimbang. Hal serupa
juga terdapat pada ikan totot di Pantai Mayangan (Rahardjo dan Simanjuntak
2007) dan di Ma’an Archipelago (Kai et al. 2012). Nikolsky (1963) menyatakan,
jika ketersediaan makanan berlimpah, maka ikan betina akan lebih dominan dari
ikan jantan. Ketersediaan makanan di perairan delta Cimanuk diduga masih
berlimpah. Nisbah kelamin tidak seimbang juga dapat disebabkan oleh faktor
penangkapan, perbedaan distribusi antara ikan totot betina dan jantan, serta pola
tingkah laku ikan. Pergerakan ikan jantan diduga lebih gesit dari pada ikan betina,
sehingga ikan betina memiliki peluang yang lebih besar untuk tertangkap. Nisbah
kelamin (jantan:betina) ikan totot di delta Cimanuk ditemukan seimbang pada
1:1,8, yaitu satu ekor ikan jantan dapat membuahi dua ekor ikan betina.
Hasil pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad berdasarkan
perhitungan Spaerman-Karber menunjukkan bahwa ukuran pertama kali matang
gonad ikan totot betina lebih kecil dari jantan. Ikan totot betina pertama kali
matang gonad pada panjang antara 136-156 mm dan ikan jantan pada panjang
antara 159-170 mm. Ukuran ini lebih besar dari ukuran pertama kali matang
gonad ikan totot betina (100 mm) dan jantan (110 mm) di Pantai Mayangan
(Rahardjo dan Simanjuntak 2007), juga lebih besar dari ukuran pertama kali
matang gonad ikan totot betina (124,8 mm) dan jantan (136,4 mm) di Ma’an
Archipelago (Kai et al. 2012).
Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan, suhu, dan faktor lingkungan lain disuatu habitat perairan
yang berbeda-beda. Jika kondisi perairan baik (subur), maka ukuran ikan pertama
kali matang gonad pada umumnya akan lebih besar. Ukuran pertama kali matang
gonad yang berbeda pada ikan betina dan ikan jantan, disebabkan oleh adanya
parameter pertumbuhan yang berbeda-beda (Sulistiono et al. 2001), sehingga
dalam satu kelas umur dapat terjadi perbedaan ukuran pertama kali matang gonad.
Menurut Jennings et al. (2001), tingginya intensitas penangkapan mengakibatkan
ikan-ikan dapat mengalami kematangan gonad lebih awal dari seharusnya.

13
Penentuan musim pemijahan ikan dapat diduga dengan melihat nilai IKG
dan faktor kondisi. Nilai IKG ini sangat berkaitan dangan faktor kondisi dan
TKG. Nilai IKG semakin meningkat dan mencapai batas maksimum pada saat
akan terjadi pemijahan (TKG IV), setelah itu menurun secara cepat selama
pemijahan berlangsung sampai pemijahan selesai (Effendie 1997). Nilai IKG ikan
totot betina lebih besar dari ikan jantan karena bobot ovarium betina lebih besar
dibanding testis jantan. Hal ini disebabkan oleh adanya butir-butir telur yang
mangalami perkembangan dalam ovari, sehingga semakin besar diameter maka
IKG semakin meningkat (Yustina dan Arnentis 2002). Bobot gonad ikan betina
lebih besar dari ikan jantan. Bobot gonad ikan betina berkisar antara 10-25% dari
bobot tubuh ikan, sedangkan ikan jantan berkisar antara 5-10% dari bobot tubuh
ikan (Effendie 1979).
Faktor kondisi ikan totot juga menurun seperti nilai IKG pada bulan
September. Ketersediaan makanan yang berkurang pada waktu tersebut diduga
dapat menjadi penyebab faktor kondisi ikan tersebut menurun. Menurut Effendie
(1997), ikan akan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi saat
ketersediaan makanan berkurang.
Penurunan faktor kondisi juga dapat
disebabkan oleh adanya ikan totot yang memijah lebih awal dari puncak musim
pemijahaan ikan tersebut. Nilai faktor kondisi ikan betina secara umum lebih
besar dari ikan jantan karena ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik dalam
bertahan hidup dan bereproduksi dari pada ikan jantan (Effendie 1979).
Ciri-ciri musim pemijahan adalah terdapatnya ikan betina dan ikan jantan
yang sedang matang gonad (TKG IV), nilai IKG yang tinggi, dan nilai faktor
kondisi yang tinggi pada waktu (bulan) tersebut. Ikan totot betina yang berTKG
IV selalu ada di setiap bulan pengambilan contoh, sedangkan ikan jantan hanya
terdapat pada bulan Oktober-Desember. Ikan totot di delta Cimanuk pada
penelitian ini memijah pada bulan Oktober-Desember. Ikan totot di Pantai
Mayangan memijah pada bulan Oktober-April (Rahardjo dan Simanjuntak 2007),
sedangkan ikan totot di Ma’an Archipelago memijah pada bulan Juni-September
(Kai et al. 2012). Perbedaan musim pemijahan ikan dapat disebabkan oleh
adanya fluktuasi musim hujan tahunan, kondisi lingkungan perairan, dan letak
geografis. Saat musim penghujan, aliran sungai yang masuk ke perairan
(mangrove) kaya akan bahan-bahan organik sehingga mendorong berkembangnya
biota air (plankton, bentos, dll.) yang menjadi makanan bagi anak-anak ikan yang
menetas pada saat itu (Rahardjo dan Simanjuntak 2007).
Potensi reproduksi pada ikan dapat diduga dengan melihat fekunditas dari
ikan tersebut. Ikan totot betina TKG IV di delta Cimanuk selama pengambilan
contoh memiliki fekunditas berkisar antara 11.554-87.855 butir dengan rata rata
38.990 butir sekali memijah. Fekunditas ikan totot di Pantai Mayangan berkisar
antara 11.492-270.050 butir (Rahardjo dan Simanjuntak 2007). Variasi fekunditas
dapat disebabkan oleh adanya ikan yang baru pertama memijah dan sudah pernah
memijah, serta adanya variasi ukuran dari ikan contoh. Ikan yang telah beberapa
kali memijah memiliki fekunditas lebih besar dari ikan yang baru pertama kali
memijah. Nikolsky (1963) menyatakan bahwa fekunditas dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dan predator. Ikan yang hidup pada perairan yang kurang
subur memiliki produksi telur yang rendah, sedangkan ikan yang hidup dengan
kondisi predator dalam jumlah banyak memiliki fekunditas yang besar.
Fekunditas lebih sering dihubungkan dengan panjang tubuh dari pada bobot

14
karena kemungkinan penyusutan panjang sangat kecil, tidak seperti bobot ikan
yang dapat berkurang dengan mudah (Effendie 1997). Rata-rata fekunditas ikan
totot meningkat seiring dengan meningkatnya rata-rata panjang ikan.
Frekuensi pemijahan dapat diduga dengan melihat modus penyabaran
ukuran diameter telur yang telah matang gonad (TKG IV). Telur ikan yang
diamati memiliki diameter berkisar dari 0,015-0,048. Hasil menunjukkan bahwa
terdapat satu modus sebaran diameter telur pada ikan totot TKG IV. Puncak
modus diameter telur TKG IV berada pada kisaran selang kelas 0,030-0,035 mm.
Ikan totot di delta Cimanuk memiliki tipe pemijahan total (total spawning). Ikan
dengan tipe pemijahan total (total spawning) memiliki waktu pemijahan yang
singkat (Effendie 1997) karena ikan mengeluarkan seluruh telur yang ada pada
saat memijah. Ikan yang tergolong total spawning pada umumnya memiliki
ukuran diameter telur kecil, fekunditas besar, dan musim pemijahan yang
cenderung tetap (Connell 1987 in Pellokila 2009). Ikan totot termasuk ikan
iteroparous, yaitu ikan yang dapat melakukan pemijahan beberapa kali selama
ikan itu hidup (Rahardjo dan Simanjutak 2007)
Ukuran tinggi ikan saat pertama kali matang gonad penting diketahui untuk
mengatur ukuran mata jaring yang sesuai. Panjang ikan dan tinggi ikan totot
diketahui memiliki hubungan yang erat (r = 0,95), yaitu pertambahan tinggi ikan
meningkat seiring dengan pertambahan panjang ikan (Lampiran 12). Ikan totot
yang tertangkap saat ukuran pertama kali matang gonad selama pengambilan
contoh berjumlah 108 ekor (41,86% dari hasil tangkapan). Keberadaan ikan pada
ukuran pertama kali matang gonad yang tertangkap selama pengambilan contoh
membuktikan bahwa nelayan di delta Cimanuk masih menggunakan alat tangkap
dengan ukuran mata jaring yang kurang sesuai untuk ikan totot. Penangkapan
ikan totot sebaiknya menggunakan alat tangkap dengan ukuran mata jaring >2,05
inci (Lampiran 13). Ukuran mata jaring yang disarankan untuk menangkap ikan
totot di delta Cimanuk, Pabean Ilir adalah ≥2,5 inci agar ikan totot yang sedang
pertama kali matang gonad memiliki peluang lebih besar untuk lolos dari mata
jaring.
Pengetahuan tentang reproduksi dan peraturan larangan penangkapan
memiliki kontribusi besar untuk perlindungan dan kelangsungan hidup spesies
alami (Ergene 2000). Upaya pengelolaan yang dapat dilakukan berdasarkan
informasi reproduksi tersebut adalah dengan menetapkan ukuran ikan yang boleh
ditangkap dan memberi batas aman ikan matang gonad yang tertangkap.
Sebanyak 30% ikan yang matang gonad harus dilindungi dan dibiarkan untuk
dapat berkembang biak agar ikan totot di delta Cimanuk tetap lestari dan dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nisbah kelamin (jantan:betina) ikan totot TKG IV total di delta Cimanuk
yang didapatkan selama penelitian ini adalah tidak seimbang (1:4,13). Nisbah

15
kelamin (jantan:betina) ditemukan seimbang pada perbandingan 1:1,8. Ikan
betina matang gonad pertama kali dengan ukuran yang lebih kecil dari jantan.
Ukuran pertama kali matang gonad ikan betina terdapat pada panjang 136-156
mm (tinggi tubuh 40,4-46,2 mm) dan jantan pada panjang 159-170 mm (tinggi
tubuh 47,1-50,3 mm). Musim pemijahan ikan totot terjadi pada bulan OktoberDesember. Potensi reproduksi ikan totot cukup tinggi berkisar antara 11.55487.855 butir telur dengan tipe pemijahan total (total spawning).

Saran
Ikan totot yang diperbolehkan untuk ditangkap di delta Cimanuk, Pabean
Ilir adalah ikan yang lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad, yaitu
ikan dengan panjang >170 mm dan tinggi tubuh >50,3 mm. Pembatasan
penangkapan perlu dilakukan pada bulan Oktober-Desember yang merupakan
musim pemijahan ikan totot . Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
reproduksi ikan totot di delta Cimanuk agar diperoleh data lengkap selama satu
tahun untuk mengetahui musim pemijahan yang lebih pasti dan saran pengelolaan
berupa penutupan musim penangkapan dalam satu tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Adisti. 2010. Kajian biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella mederensis
Lowe, 1838) di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di PPI Muara Angke,
Jakarta Utara. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Batcha H, Gomathi, Mohanraj G. 2008. Sciaenids. Joseph MM dan Jayaprakash
AA, editor. Readings in status of exploited marine fishery resourses of india.
[Internet].
[diunduh
2014
Februari
20].
Tersedia
pada:
http://eprints.cmfri.org.in/31/1/17.pdf.
Brojo M, Sari RP. 2002. Biologi reproduksi ikan kurisi (Nemipterus tambuloides
Blkr) yang didaratkan di tempat pelelangan ikan Labuan, Pandeglang. JII.
2(1): 9-13.
Chaves P, Bouchereau J. 2000. Use of mangrove habitat for reproductive activity
by the fish assemblage in the Guaratuba Bay, Brazil. Oceanologica Acta.
23(3): 273-280.
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ergene S. 2000. Reproduction characteristics of Thinlip Grey Mullet, Chelon
ramada (Risso, 1826) inhabiting Akgol-Paradeniz Lagoons (Goksu Delta).
Turk J Zool. (24): 159-164.
Huijbers CM, Molle EM, Nagelkerken I. 2008. Post-larva French grunts
(Haemulon flavolineatum) distinguish between seagrass, mangrove and
coral reef water: Implications for recognition of potential nursery habitats.
JEMBE. (357): 134-139.

16
Jennings S. Kaiser MJ. Reynolds JD. 2001. Marine Fisheries Ecology. United
Kingdom (UK): Blackwell Publishing Ltd.
Kai W, Shou-yu Z, Zheng-hua W, Jing Z, Min X. 2012. A premilinary study on
fishery biologi of Johnius belangerii off Ma’an Archipelago. JFC.
Kimirei IA, Nagelkerken I, Griffioen B, Wagner C, Mgaya YD. 2011.
Ontogenetic habitat use by mangrove/seagrass-associated coral reef fishes
shows flexibility in time and space. ECSS. (92):47-58.
King MG. 2007. Fisheries Biologi Assessment and Management. Second edition.
United Kingdom (UK): Blackwell Publishing Ltd.
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirdjoatmodjo S. 1993. Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi (Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat).
Periplus Edition (HK) Ltd. Indonesia (ID).
Laegdsgaard P, Johnson C. 2001. Why do juvenile fish utilise mangrove habitats?.
JEMBE. (257): 229-253.
Nikolsky GV. 1963. The Ecologi of Fishes. New York (NY): Academic Press.
Pellokila NAY. 2009. Biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch,
1792) di rawa banjiran DAS Mahakam, Kalimantan timur. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahardjo MF, Simanjuntak CPH. 2007. Aspek reproduksi ikan tetet, Johnius
belangerii Cuvier (Pisces: Sciaenidae) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa
barat. Jurnal Perikanan. 9(2): 200-207.
Saputra SW, Soedarsono P, Sulistyawati GA. 2009. Beberapa aspek biologi
reproduksi ikan kuningan (Upeneus spp) di perairan Demak. Jurnal Saintek
Perikanan. 5(1): 1-6.
Shervette VR, Aguirre WE, Blacio E, Cevallos R, Gonzalez M, Pozo F, Gelwick
F. 2007. Fish communities of a disturbed mangrove wetland and an adjacent
tidal river in Palmar, Ecuador. ECSS. (72):115-128.
Sulistiono, Jannah MR, Ernawati Y. 2001. Reproduksi ikan belanak (Mugil
dussumeri) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. 1(2): 31-37.
Steel RGD, Torrie JH. 1980. Principles and Procedure of Statistic: a Biological
Approach. New York (NY): Mic Grow Hill Bool Company, Inc.
Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of
fishes. Fishbyte. 4(2): 8-10.
www.fishbase.org. 2014. Johnius belangerii. [Internet]. [2014 Februari 20].
Tersedia pada: http://fishbase.org/summary/Johnius-belangerii.html.
Yustina, Arnentis. 2002. Aspek reproduksi ikan kapiek (Puntius schwanefeldi
Bleeker) di Sungai Rangau, Riau, Sumatera. JMS. 7(1): 5-14.

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar perairan delta Cimanuk, Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu

Lampiran 2 Klasifikasi ikan totot menurut Kottelat et al. (1993).
Kelas
Ordo
Subordo
Famili
Genus
Spesies

: Pisces
: Perciformes
: Percoidea
: Sciaenidae
: Johnius
: Johnius belangerii

Nama umum
Nama lokal

: Belanger’s croaker
: Gulamah, kekemek, totot, tetet, samgeh

Lampiran 3 Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan selama penelitian
 Alat-alat yang digunakan selama penelitian

Jaring insang

Timbangan digital
(ketelitian 0,01)

Timbangan digital
(ketelitian 0,0001)

Mikroskop

18

Alat bedah

Cawan petri

Gelas ukur

Pipet tetes

Kaca preparat

Mikrometer

Penggaris

Jangka sorong

Botol contoh

Hand tally counter

Kamera digital

Laptop

 Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian

Ikan totot (Johnius
belangerii)

Akuades

Formalin

19
Lampiran 4 Skema penelitian
Ikan contoh hasil tangkapan
Hubungan
panjang-bobot

Identifikasi ikan

Pola
pertumbuhan

Pengukuran panjang dan
bobot
Faktor kondisi

Pembedahan ikan
Gonad ikan

Penentuan
jenis
kelamin

Nisbah
kelamin

Pengamatan
organ
reproduksi

Penimbangan
bobot gonad

TKG

IKG

Pendugaan
jumlah
telur

Pengukuran
diameter
telur

Fekunditas

Kaitkan dengan
panjang

Kaitkan dengan ukuran

Kaitkan dengan musim

Ukuran pertama kali
matang gonad

Musim
pemijahan

Modifikasi Adisti (2010)

Tipe
pemijahan

Potensi
reproduksi

20
Lampiran 5 Nisbah kelamin seluruh TKG ikan totot yang tertangkap
Jumlah ikan
Bulan

n

Jantan

X2
hitung

Nisbah
(Jantan:Betina)

Betina

Agustus

13

2

11

1: 5,50

6,23

September

39

7

32

1: 4,57

16,03

Oktober

79

24

55

1: 2,29

12,16

November

67

22

45

1: 2,05

7,90

Desember

60

20

40

1: 2,00

6,67

Total

258

75

183

1: 2,44

45,21

X2
tabel

3,84

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

TKG IV
TKG III
TKG II

83-94
95-106
107-118
119-130
131-142
143-154
155-166
167-178
179-190

TKG I

83-94
95-106
107-118
119-130
131-142
143-154
155-166
167-178
179-190

Frekuensi TKG (%)

Lampiran 6 TKG seluruh ikan totot yang tertangkap

(a)

(b)

Selang kelas panjang Ikan totot betina (a) dan jantan (b)

Lampiran 7 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan totot berdasarkan
Spearman-Karber
 Betina
SK

Nt

Ni

Nb

83-94

5

1

0

95-106

5

2

107-118

22

119-130

71

131-142

91

143-154

xk

pi

qi

x(i+1)-xi

88,5

1,9469

0,0000

1,0000

0,0552

0

100,5

2,0022

0,0000

1,0000

0,0490

0,0000

9

0

112,5

2,0512

0,0000

1,0000

0,0440

0,0000

38

8

124,5

2,0952

0,2105

0,7895

0,0400

0,0045

76

29

136,5

2,1351

0,3816

0,6184

0,0366

0,0031

45

42

20

148,5

2,1717

0,4762

0,5238

0,0337

0,0061

155-166

15

12

7

160,5

2,2055

0,5833

0,4167

0,0313

0,0221

167-178

3

3

2

172,5

2,2368

0,6667

0,3330

0,0292

0,1111

179-190

1

0

0

184,5

2,2660

Jumlah
Rata-rata

Xi

2,3183

(pi*qi)/(Ni-1)

0,1469
0,0399

0,2100

21
m=
m=
m = 2,1643
Panjang pertama kali matang gonad adalah antilog m = 115 mm
Selang panjang pertama kali matang gonad adalah:


antilog m = m


= 2,1643
= 136 mm sampai 156 mm
 Jantan
SK

Nt

Ni

Nb

xk

pi

qi

x(i+1)-xi

(pi*qi)/(Ni-1)

83-94

5

4

0

Xi
88,5

1,9469

0,0000

1,000

0,0552

0,0000

95-106

5

3

0

100,5

2,0022

0,0000

1,0000

0,0490

0,0000

107-118

22

13

3

112,5

2,0512

0,2308

0,7692

0,0440

0,0148

119-130

71

33

8

124,5

2,0952

0,2424

0,7576

0,0400

0,0057

131-142

91

15

4

136,5

2,1351

0,2667

0,7333

0,0366

0,0140

143-154

45

3

0

148,5

2,1717

0,0000

1

0,0337

0,0000

155-166

15

3

0

160,5

2,2055

0,0000

1

0,0313

0,0000

167-178

3

0

0

172,5

2,2368

-

-

0,0292

0,0000

179-190

1

1

1

184,5

2,2660

1,0000

0,0000

-

-

Jumlah

1,7399

Rata-rata

0,0345
0,0399

m=
m=
m = 2,2165
Panjang pertama kali matang gonad adalah antilog m = 165 mm
Selang panjang pertama kali matang gonad adalah:
antilog m = m




= 2,2165
= 159 mm sampai 165 mm

0,0043

22
Lampiran 8 Hubungan rata-rata fekunditas ikan totot berdasarkan selang panjang
Selang kelas

Jumlah

Panjang rata-rata (mm)

Fekunditas rata-rata

119-130

6

125,50

32486

131-142

29

136,10

36602

143-154

20

147,15

42324

155-166

7

158,00

43544

167-178

2

168,00

50364

Lampiran 9 Selang kelas diameter telur ikan totot
SK

BKB

BKA

Frekuensi
Agustus

September

Oktober

November

Desember

0,015-0,017

0,0145

0,0175

0

1

0

1

1

0,018-0,020

0,0175

0,0205

11

25

16

10

8

0,021-0,023

0,0205

0,0235

49

55

22

27

27

0,024-0,026

0,0235

0,0265

95

173

112

64

63

0,027-0,029

0,0265

0,0295

105

277

198

105

119

0,03-0,0320

0,0295

0,0325

260

567

583

228

231

0,033-0,035

0,0325

0,0355

266

446

395

209

204

0,036-0,038

0,0355

0,0385

198

296

155

158

105

0,039-0,041

0,0385

0,0415

144

201

98

73

37

0,042-0,044

0,0415

0,0445

56

50

16

19

4

0,045-0,047

0,0445

0,0475

15

8

3

4

1

0,048-0,050

0,0475

0,0505

1

1

2

2

0

Lampiran 10 Sebaran frekuensi panjang ikan totot yang tertangkap
SK
83-94

BKB

BKA

82,5

94,5

BK

Xi

F betina

F jantan
4

82,5-94,5

88,5

1

95-106

94,5

106,5

94,5-10,6

100,5

2

3

107-118

106,5

118,5

106,5-118,5

112,5

9

13

119-130

118,5

130,5

118,5-130,5

124,5

38

33

131-142

130,5

142,5

130,5-142,5

136,5

76

15

143-154

142,5

154,5

142,5-154,5

148,5

42

3

155-166

154,5

166,5

154,5-166,5

160,5

12

3

167-178

166,5

178,5

166,5-178,5

172,5

3

0

179-190

178,5

190,5

178,5-190,5

184,5

0

1

23
Lampiran 11 Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot (a) dan Hasil uji-t
hubungan panjang-bobot ikan totot (b)
a.) Grafik hubungan panjang-bobot ikan totot

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Jantan

W = 8E-05L2,6019
R² = 81,03%
r = 0,90
n = 183

0

50

100

150

Bobot (gram)

Bobot (gran)

Betina

200

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

W = 8E-06L3,064
R² = 89,31%
r = 0,94
n = 75

0

Panjang (mm)

50

100

Panjang (mm)

b.) Hasil uji-t hubungan panjang-bobot ikan totot (b)
Hipotesis:
H0: b = 3, pertumbuhan isometrik
H1: b ≠ 3, pertumbuhan allometrik
 Ikan betina
Tabel Sidik Ragam (TSR)
Jumlah kuadrat
(JK)

Kuadrat
Tengah (KT)

1

2,2364

2,2364

Sisa

181

0,5235

0,0029

Total

182

2,7599

db
Regresi

Intercept

-4,1243

Slope

2,6019

∑X
∑X2

= ∑ (Log L) = 390,5653
= ∑ (Log L2) = 883,8889

Sb

=√

thitung

=

=

=√

150

= 0,0936

= -4,2547

ttabel = TINV(0,05;181) = 1,9732
thitung < ttabel = terima H0 = pola pertumbuhan isometrik

F hitung
773,2909

200

24
 Ikan jantan
Tabel Sidik Ragam
Jumlah Kuadrat
(JK)

db
Regresi

Kuadrat Tengah
(KT)

1

2,1182

2,1182

Sisa

73

0,2534

0,0035

Total

74

2,3716

Intercept

-51136

Slope

3,0640

∑X
∑X2

= ∑ (Log L) = 157,1623
= ∑ (Log L2) = 329,5587

Sb

=√

thitung

=

=√

=

Fhitung
610,1100

= 0,0154

= 0,5156

ttabel = TINV(0,05;73) = 1,9930
thitung < ttabel = terima H0 = pola pertumbuhan isometrik

Tinggi badan (mm)

Lampiran 12 Hubungan panjang dan tinggi ikan totot
80

y = 0,9685 + 0,2876x
R² = 89,31%
r = 0,95
n = 43

60
40
20
0
0

50

100

150

200

250

300

Panjang total
Lampiran 13 Contoh perhitungan ukuran mata jaring
Diketahui, ikan pertama kali matang gonad pada panjang 136-156 mm dan 159170 mm. Hasil persamaan regresi panjang dan tinggi adalah y = 0,29x+ 0,97.
Maka, ukuran mata jaring yang boleh digunakan harus lebih besar dari:
y = 0,29 (170) + 0,97
= 50,3 mm
= 2,05 inci

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 4 Maret
1993 sebagai putri pertama dari dua bersaudara pasangan
Bokhrun dan Mayem. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh penulis berawal dari SDN 2 Karanganyar (19982004), SMPN 1 Mandiraja (2004-2007), SMAN 1 Bawang
(2007-2010). Penulis lulus dan diterima di Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan pada tahun 2010.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
praktikum Avertebrata Air tahun ajaran (2011/2012), asisten praktikum Iktiologi
(2011/2012), asisten Pendidikan Agama Kristen (2012/2013), asisten praktikum
Iktiologi Fungsional (2012/2013), asisten praktikum Ekotoksikologi Perairan
(2013/2014). Penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen
(PMK) sebagai bendahara komisi Pembinaan Pemuridan (2012/2013), anggota
organisasi kemahasiswaan Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Sumber
Daya Perairan, aktif mengikuti seminar, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM),
serta berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program
studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Penulis m