Makanan Ikan Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) Di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat

iii

MAKANAN IKAN TOTOTJohnius belangerii (Cuvier 1830)
DI DELTA CIMANUK PABEAN ILIR PASEKAN,
INDRAMAYU, JAWA BARAT

NIANITARI SARAGIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Makanan Ikan
Totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan,
Indramayu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2014

Nianitari Saragih
NIM C24099001

iii

ABSTRAK
NIANITARI SARAGIH. Makanan ikan totot Johnius belangerii (Cuvier 1830) di
Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh
Yunizar Ernawati dan Ridwan Affandi.
Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
makanan ikan totot di perairan delta Cimanuk penelitian dilakukan dari bulan
Maret 2014 hingga Mei 2014 di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu,

Jawa Barat. Jumlah sampel yang dianalisis 214 individu. Analisis isi lambung
menggunakan metode indeks bagian terbesar (IP). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ikan totot (J. belangerii) adalah ikan karnivora dengan makanan utama
Crustacea (Acetes sp.). Ikan kecil bersifat spesialis, sedangkan ikan besar bersifat
generalis. Makanan ikan betina lebih beragam dari pada ikan jantan. Peluang
terjadinya kompetisi pada ikan totot betina dalam memanfaatkan sumber daya
makanan terjadi pada ukuran antara 92-115 mm dan 116-139 mm dan pada ikan
totot jantan antara ukuran 68-91 mm dan antara ukuran 92-115 mm dan ukuran
antara 92-115 mm dan 164-187 mm. Ikan totot aktif mencari makan pada siang
hari di sekitar dasar perairan.

Kata kunci : Ikan totot (J.belangerii), Delta Cimanuk, makanan

ABSTRACT
NIANITARI SARAGIH. Belanger’s croaker food (Cuvier 1830) in Delta
Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, West Java. Supervised by Yunizar
Ernawati and Ridwan Affandi.
Food could determines the survival, growth, and reproduction of fish. The
purpose this study was to know the food type of belanger’s croaker in Delta
Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, West Java. This study were conducted

on Maret-Mei 2014. Total samples analysed were 214 individuals. The stomach
content was analyzed using index of preponderance (IP). The result of study
showed that belanger’s croaker was carnivora with main food crustacean Acetes
sp. as where small fish was more specialist the big fish. The opportunity a
intraspesifik competition of croaeker belanger’s in food utilization occured
between 92-115 mm and 116-139 mm for female fish, and between 68-91 mm and
92-115 mm and between 92-115 mm and 164-187 mm for male fish. The female
fish was more diverse than the male fish in food utilization. Belanger’s croaker
actively foraging during the day and actively foraging in water bodies near bottom
waters.
Keywords :Belanger’s croaker, Delta Cimanuk, Food.

iii

MAKANAN IKAN TOTOTJohnius belangerii (Cuvier 1830)
DI DELTA CIMANUK PABEAN ILIR PASEKAN,
INDRAMAYU, JAWA BARAT

NIANITARI SARAGIH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas segala rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Makanan Ikan Totot Johnius
belangerii (Cuvier 1830) di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa
Barat” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada
Penulis.
2. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi selama perkuliahan.
3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran
untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
4. Dr Ir Agustinus M Samosir M Phil selaku penguji tamu dan Dr Majarina
Krisanti SPi MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan atas saran dan masukannya.
5. Keluarga penulis, Ibu (Merda Purba), Bapak (Drs Karman Saragih alm),
Trianita Mutiara Saragih dan Bensabarman Saragih S.E beserta keluarga
besar Penulis yang telah memberikan banyak motivasi, doa dan dukungan
kepada Penulis baik moril maupun materil.
6. Teman seperjuangan penelitian Indramayu 2 Noor, Ade Wahyudi, bang
Eza kerjasama selama penelitian di lapangan
7. Bapak Ruslan, Bang Aries yang selama ini sudah membantu Penulis

selama pengamatan di Laboratorium Makro 1
8. Sahabat Penulis Ka sri, Fani, Akrom, Aji, Nina, Ita, Lulu, Serli, Dwi, Tiwi,
Anis atas semangat, dukungan dan doa kepada Penulis.
9. Sahabat penulis dari MSP 47 yang tidak mungkin disebut satu persatu atas
semangat, dukungan dan doa kepada Penulis.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Nianitari Saragih

iii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kerangka pemikiran

Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu penelitian
Prosedur kerja
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
xi
xi
xii

1
1
1
2
2
2
2
3
5
8
8
21
23
23
24
24
27
37

DAFTAR TABEL

1 Parameter lingkungan perairan yang diamati, metode, serta alat
pengukurnya
2 Distribusi frekuensi panjang ikan totot selama pengamatan
3 Jumlah, kisaran panjang total dan bobot ikan totot selama pengamatan
4 Kelompok makanan ikan totot (J. belangerii) selama penelitian
5 Nilai kisaran TK/TB, nilai kisaran LBM/TK, nilai kisaran PU/PT
6 Luas relung makanan ikan totot (J. belangerii)
7 Tumpang tindih relung makanan ikan totot betina berdasarkan ukuran
panjang
8 Tumpang tindih relung makanan ikan totot jantan berdasarkan ukuran
panjang

4
9
9
12
18
19
20
20


DAFTAR GAMBAR
1 Diagram kerangka pemikiran
2 Lokasi penelitian

2
3

3 Ikan totot Johnius belangerii
4 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan
ukuran panjang tubuh
5 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan
ukuran panjang tubuh
6 Aktivitas makan ikan totot jantan (J. belangerii) berdasarkan
waktu pengamatan
7 Nilai faktor kondisi ikan totot jantan dan betina berdasarkan
kelompok ukuran panjang
8 Nilai faktor kondisi ikan totot berdasarkan waktu pengamatan
9 Makanan ikan totot betina (J. belangerii)
10 Makanan ikan totot jantan (J. belangerii)

11 Makanan ikan totot betina (J. belangerii) berdasarkan ukuran
12 Makanan ikan totot jantan (J. belangerii) berdasarkan ukuran
13 Makanan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan waktu
pengamatan
14 Makanan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan waktu
pengamatan
15 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii)
16 Hubungan panjang usus dan panjang total ikan totot (J.
belangerii)
17 Hubungan lebar bukaan mulut ikan totot betina dan ukuran
panjang
18 Hubungan lebar bukaan mulut ikan jantan dan ukuran panjang

3
9
9
10
11
11
13
13
14
14
15
15
16
17
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi penelitian
2 Panjang total, bobot total, panjang usus, diameter mata, luas
bukaan mulut, tinggi badan, tinggi kepala, jenis kelamin
3 Indeks kepenuhan lambung ikan betina berdasarkan kelompok
ukuran panjang tubuh
4 Indeks kepenuhan lambung ikan jantan berdasarkan kelompok
ukuran panjang tubuh
5 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii)
6 Makanan ikan totot secara umum
7 Komposisi makanan ikan totot betina berdasarkan selang ukuran
8 Komposisi makanan ikan jantan berdasarkan selang ukuran
9 Komposisi makanan ikan totot betina
10 Komposisi makanan ikan totot jantan
11 Komposisi makanan ikan totot betina dan jantan
berdasarkan waktu penangkapan
12 Contoh perhitungan tumpang tindih relung makanan ikan totot
13 kualitas air

27
27
34
34
34
34
34
35
35
36
36
36
36

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Ikan totot (Johnius belangerii) merupakan salah satu jenis ikan yang
terdapat di perairan Delta Cimanuk Pabean Ilir, Pasekan, Indramayu. Ikan totot
(J. belangerii) merupakan salah satu sumber daya perikanan yang keberadaannya
melimpah di Delta Cimanuk, Indramayu. Produksi hasil tangkapan ikan totot (J.
belangerii) di daerah Jawa Barat sebesar 357,50 kg/tahun (3,19 %) (Rachmawati
2008). Aktivitas penangkapan ikan totot secara terus menerus oleh nelayan akan
menyebabkan penurunan populasi ikan totot. Upaya pengelolaan lingkungan
terhadap sumber daya perikanan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian
ekosistem perairan termasuk sumber daya ikan totot di Delta Cimanuk Indramayu.
Dasar dalam upaya pengelolaan ikan totot adalah mengetahui aspek biologi ikan
totot, yaitu analisis makanannya.
Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan,
antara lain ditentukan oleh ketersediaan makanan. Salah satu informasi mengenai
aspek makanan ikan tersebut adalah jenis makanan utama. Hal yang mencakup
dalam aspek makanan ikan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan
ikan. Makanan dan kebiasaan makan itu secara alami bergantung kepada
lingkungan tempat ikan hidup. Dengan mengetahui aspek makanan, dapat dilihat
hubungan ekologis diantara individu di perairan tersebut misalnya pemangsaan,
persaingan, dan rantai makanan (Effendi 2002).
Studi mengenai ikan totot masih terbatas. Oleh karena itu penelitian
mengenai makanan ikan totot (J. belangerii) diperlukan untuk mendapatkan
informasi penting mengenai makanan utama, tingkat pemanfaatan sumber daya
makanan, dan kemungkinan adanya persaingan dalam memperebutkan makanan
ikan totot. Informasi tentang makanan tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengelolaan sumber daya di Delta Cimanuk Pabean Ilir,
Pasekan, Indramayu.

Kerangka pemikiran
Makanan merupakan faktor yang menentukan kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan reproduksi ikan. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan,
antara lain ditentukan oleh makanan. Ikan totot (J. belangerii) merupakan salah
satu sumber daya perikanan yang keberadaannya melimpah di Delta Cimanuk,
Indramayu. Tingginya aktivitas penangkapan ikan totot oleh nelayan akan
menyebabkan penurunan populasi ikan totot. Upaya pengelolaan dan pelestarian
sumber daya ikan salah satunya adalah mengetahui informasi mengenai ekologi
makanannya. Oleh sebab itu, studi makanan ikan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam pengelolaan ikan totot (J. belangerii) di perairan Delta
Cimanuk Indramayu.

2
Sumber daya ikan totot

Aktivitas penangkapan

Kebiasaan makan

Aspek makanan

Makanan utama

Pertumbuhan
Reproduksi
Kelangsungan hidup

Terkait ukuran ikan

Jenis kelamin

Dasar pengelolaan sumber daya perikanan

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran

Tujuan penelitian
1. mendeskripsikan makanan ikan totot terkait makanan utama.
2. Mendiskripsikan makanan ikan totot terkait ukuran panjang tubuh dan
jenis kelamin.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan dalam
pengelolaan sumber daya perikanan khususnya di Delta Cimanuk ke arah yang
lebih baik sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimum dan
berkelanjutan.

METODE
Lokasi dan Waktu penelitian
Pengambilan contoh ikan totot dilakukan di Delta Cimanuk Pabean Ilir
Pasekan, Indramayu, Jawa Barat (Gambar 3 dan Lampiran 1). Penelitian terdiri
atas dua tahap, yaitu pengambilan data primer dan analisis data menggunakan
excel 2007. Pengambilan data primer dilakukan sebanyak tiga kali, dimulai pada
bulan Maret 2014 hingga Mei 2014 selang waktu satu bulan. Sampling dilakukan
pada siang hari dan malam hari untuk melihat apakah ikan totot termasuk ikan
diurnal atau nokturnal. Analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1,
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3

Gambar 2 Lokasi penelitian pengambilan contoh ikan totot (J. belangerii)
di Delta Cimanuk Pabean Ilir Pasekan, Indramayu, Jawa Barat.

Prosedur kerja
Pengumpulan data
1.

Pengambilan ikan contoh

Ikan contoh ditangkap dengan menggunakan jaring insang dengan ukuran
panjang 21 meter dan lebarnya 1,6 meter dengan ukuran mata jaring 1 inchi
hingga 4 inchi di Delta Cimanuk, Indramayu. Ikan yang tertangkap dimasukkan
dalam ember plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 10%. Identifikasi,
pembedahan, dan pengukuran aspek biologi ikan dilakukan di laboratorium
Biologi Makro 1. Berikut disajikan pada Gambar 3 ikan totot (J. belangerii).

Gambar 3 Ikan totot Johnius belangerii (Cuvier, 1830)

4

2.

Pengamatan dan pengukuran parameter fisika kimia air

Pengamatan terhadap parameter karakteristik lingkungan perairan diamati
atau diukur pada setiap pengambilan sampel ikan disajikan pada Tabel l.
Tabel 1 Parameter lingkungan perairan yang diamati, metode, serta alat
pengukurnya
Parameter
Satuan
Metode
Alat
Suhu
ºC
in situ
Termometer
Kedalaman
cm
in situ
papan skala
Kecerahan
%
in situ
Secchi disk
pH
in situ
pH Stick
Oksigen terlarut
mg/L
metode Winkler
Alat titrasi
(DO)

Pengamatan dan pengukuran fisika kimia air dilakukan satu kali pada setiap
pengambilan ikan contoh. Pengamatan pengukuran suhu, kecerahan, pH,
salinitas, dan kedalaman dilakukan langsung di lapangan (in situ).
3.

Pengumpulan data di laboratorium

Analisis makanan dilakukan di laboratorium.
Pengumpulan data di
laboratorium dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu identifikasi ikan, pengukuran
panjang, dan berat, pembedahan ikan dan pengamatan, serta pengukuran organ
ikan.
Identifikasi ikan dilakukan dengan mengamati ciri-ciri morfologi yang
diamati, memakai buku identifikasi Kottelat et al 1993.
Pengukuran panjang ikan, diukur mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor
menggunakan penggaris dengan kemampuan pengukuran 0.1 cm. Berat ikan
ditimbang dengan timbangan digital dengan kemampuan pengukuran 0.0001
gram. Pengukuran panjang dan berat ikan digunakan untuk sebaran frekuensi
panjang dan faktor kondisi. Perhitungan nilai faktor kondisi ikan totot adalah
isometrik.
Ikan kemudian dibedah dengan menggunakan alat bedah. Tubuh ikan dibedah
dengan gunting mulai dari bagian anus hingga belakang operculum. Alat
pencernaan (lambung dan usus) ikan diambil untuk diamati isi lambung dan
pengukuran panjang usus.
Usus diukur menggunakan penggaris dengan kemampuan pengukuran 1 mm.
Isi lambung ditimbang menggunakan timbangan digital dengan kemampuan
pengukuran 0.0001 gram. Pengukuran isi lambung dilakukan untuk mengetahui
nilai ISC (Index of Stomach Content).
Identifikasi isi lambung meliputi pengambilan isi lambung dan pengenceran
pada tiap tetes sampel diamati di 5 kali lapang pandang. Masing-masing sampel
diamati di 3 cover glass objek di bawah mikroskop sebanyak 3 tetes dan dianalisis
menggunakan mikroskop okuler pembesaran 4x10. Jenis makanan diidentifikasi
dan ditentukan skor sesuai dengan besar kecilnya jenis makanan tersebut. Buku

5

yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis organisme makanan adalah Allen
(1991), Gosner (1971).

Analisis Data
Sebaran frekuensi panjang
Kelompok ukuran ikan totot dipisahkan menggunakan metode Battacharya.
Sebaran frekuensi panjang total ditentukan dengan menggunakan rumus Sturges
(Walpole 1992) .
Faktor kondisi
Faktor kondisi merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui
kemontokkan ikan dari kebiasaan aktivitas makan. Perhitungan faktor kondisi
ikan bergantung pada nilai b. Nilai b pada ikan totot adalah b = 3 yang artinya
pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan
beratnya (isometrik). Perhitungan nilai faktor kondisi ikan mengikuti persamaan
sebagai berikut.
CF =

L

Keterangan :
CF = Faktor kondisi
W
= Berat tubuh (gram)
L
= Panjang total (mm)
a,b = Konstanta regresi
Aspek terkait makanan
1.

Lebar bukaan mulut relatif
Lebar bukaan mulut relatif menggambarkan ukuran terbesar dari makanan
yang mampu dimakan oleh ikan (Ward-Campbell and Beamish 2005). Untuk
menentukan lebar bukaan mulut ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.
LBM =

LM
K

x 100

Keterangan:
LBM = Lebar bukaan mulut relatif
LM
= Lebar bukaan mulut
TK
= Tinggi kepala
2.

Panjang usus relatif
Panjang usus seringkali berkaitan dengan makanannya (Rahardjo et al.2011).
Ikan-ikan herbivora umumnya mempunyai panjang usus lebih besar dari pada
panjang tubuhnya, sedangkan ikan karnivora umumnya mempunyai panjang usus

6

yang lebih pendek dari pada panjang tubuhnya. Dalam penelitian ini analisis
panjang usus relatif dilakukan berdasarkan selang ukuran. Menurut Rahardjo et al
(2011) perhitungan panjang usus dapat digunakan rumus sebagai berikut.
Panjang usus relatif =
Aspek makanan
Indeks isi lambung / Indeks of stomach contens (ISC)
Perhitungan Indeks isi lambung (ISC) dilakukan untuk mengetahui aktivitas
makan ikan, yaitu dengan menghitung perbandingan antara berat isi lambung
dengan berat total ikan setiap waktu pengamatan. Indeks isi lambung dihitung
dengan menggunakan rumus berikut (Spatura and Gophen 1982).

1.

ISC =

B

Keterangan:
ISC
= Indeks isi lambung (%)
SCW = Berat isi lambung (gram)
BW
= Berat individu ikan (gram)
Indeks bagian terbesar /Index of Preponderance (IP)
Indeks bagian terbesar makanan dihitung untuk mengetahui persentase suatu
jenis makanan tertentu terhadap semua organisme makanan yang dimanfaatkan
oleh ikan totot. Analisis indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan
rumus perhitungan berikut (Natarajan and Jhingran 1961).

2.

IP (%) =

i
∑ni

i
i

i

Keterangan:
IP
= Indeks bagian terbesar
Vi
= Presentase volume makanan ke-i (%)
Oi
= Frekuensi kejadian makanan ke-i
3.

Luas relung dan tumpang tindih relung makanan
Luas relung makanan menggambarkan proporsi jumlah jenis sumber daya
makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan (Tjahjo2000). Luas relung
makanan dianalisis dengan menggunakan indeks Levin. Analisis relung makanan
dihitung dengan rumus berikut (Krebs 1989).
Bi =

∑ni ∑m
j

ij

7

Keterangan :
Bi
= Luas relung ikan ke-i
Pij
= Proporsi organisme makanan ke-j yang dimanfaatkan oleh kelompok
ikan ke-i (%)
n
= Jumlah kelompok ikan
m
= Jumlah organisme makanan yang dimanfaatkan
Perhitungan luas relung berkisar antara 0-1. Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut (Krebs 1989).
Ba=

Bin-

Keterangan:
Ba
= Standarisasi ruang relung
Bi
= Luas relung
N
= Jumlah seluruh organisme makanan yang dimanfaatkan
Menurut Collwel and Futuyama (1971) perhitungan tumpang tindih relung
makanan dapat digunakan rumus berikut.
CH =













Keterangan :
CH
= Tingkat kesamaan jenis makanan
Pij
= Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
Pik
= Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k
n
= Jumlah jenis organisme makanan
m
= Jumlah kelompok ukuran ikan
Menentukan Pij dapat menggunakan rumus berikut.


Pij =



Keterangan :
Pij
= Proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
Nilai tumpang tindih berkisar antara 0-1. Apabila diperoleh nilai Pij =1
maka kedua kelompok yang dibandingkan memiliki jenis makanan yang sama.
Sebaliknya, jika nilai Pij =0, berarti tidak didapatkan makanan yang sama antar
kedua kelompok ikan (Collwel and Futuyama 1971).

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Komposisi hasil tangkapan dan sebaran ukuran panjang ikan totot (J.
belangerii)
Sebaran frekuensi panjang total digunakan untuk mengelompokkan ukuran
ikan yang tertangkap dalam selang interval tertentu (Walpole 1992). Hasil
tangkapan kisaran frekuensi panjang dan bobot ikan totot (J. belangerii) yang
tertangkap di perairan Delta Cimanuk Indramayu disajikan pada Tabel 2 dan
Lampiran 2.
Tabel 2 Kisaran frekuensi panjang ikan totot selama pengamatan
Fi
Betina
68-91
91
68
67,5
91,5
79,5
1
92-115
15
92
91,5
115,5
103,5
23
116-139
39
16
115,5
139,5
127,5
79
140-163
63
40
139,5
163,5
151,5
48
164-187
87
64
163,5
187,5
175,5
19
188-211
11
88
187,5
211,5
199,5
2
212-235
35
12
211,5
235,5
223,5
1
236-259
59
36
235,5
259,5
247,5
0
260-283
83
60
259,5
283,5
271,5
2
Total
175
a
sk = selang kelas; ska = selang kelas atas; skb = selang kelas bawah; bkb = batas
bka = batas kelas atas; xi = rata-rata ; fi = frekuensi
a

skb

sk

ska

bkb

bka

xi

Jantan
2
17
9
10
1
0
0
0
0
39
kelas bawah;

Ikan totot (J. belangerii) yang diperoleh di Delta Cimanuk Indramayu, Jawa
Barat berjumlah 214 individu yang terdiri atas 175 individu ikan betina dan 39
individu ikan jantan. Kisaran panjang ikan betina yang paling dominan
tertangkap adalah ukuran 116-139 mm dan kisaran panjang ikan jantan yang
paling dominan tertangkap adalah ukuran 92-115 mm.
Hasil pengukuran panjang dan bobot ikan totot (J. belangerii)
dikelompokan dalam kisaran panjang dan bobot ikan selama penelitian di Delta
Cimanuk Indramayu (Tabel 3). Nilai panjang dan bobot tertinggi selama
penelitian terdapat pada bulan Maret.
Tabel 3 Jumlah, kisaran panjang total dan bobot ikan totot selama pengamatan
Bulan

Jumlah
ikan

Panjang
(mm)

L
rata-rata

Stdev

Bobot

W
rata-rata

Stdev

Maret
April
Mei

45
111
58

114-260
90-165
68-180

153,9556
133,6847
29,5

27,7963
22,9719
20,2112

15,04-147,94
7,7716-208,2503
7,5196-65,6012

44,8273
29,8112
26,5107

25,7157
20,2458
12,6650

9

Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) berdasarkan ukuran

ISC

Aktivitas makan ikan merupakan indikator yang menggambarkan intensitas
ikan dalam mengambil makanannya. Aktivitas makan ikan dapat diketahui dari
informasi indeks isi lambung. Aktivitas makan ikan totot berdasarkan jenis
kelamin dan ukuran panjang tubuh ikan disajikan pada Gambar 4 dan 5 serta
Lampiran 3 dan 4.

9.00
7.00
5.00
3.00
1.00
-1.00

y = -0.5749x + 3.0592
R² = 0.2738
4.39

0.60

0.37

0.23

1.09
68-91

92-115

N= 1

N= 9

116-139

140-163

164-187

N= 6
N= 10
selang ukuran (mm)

N= 1

Gambar 4 Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan ukuran
panjang tubuh ikan

ISC

Hasil penelitian pada ikan jantan didapatkan 27 individu kondisi
lambungnya terisi dan 12 individu kondisi lambung ikan kosong. Hasil
perhitungan indeks isi lambung pada kelompok ukuran 92-115 mm lebih aktif
mencari makan, sehingga lambung lebih penuh daripada ukuran ikan lainnya.
Pada ukuran tersebut ikan totot diduga masih dalam pertumbuhan. Pada masa
pertumbuhan, ikan umumnya lebih banyak makan karena tubuh ikan masih
memerlukan makanan untuk tumbuh. Hasil perhitungan indeks isi lambung
terendah berdasarkan kelompok ukuran panjang ikan jantan adalah ukuran 164187 mm. Ukuran tersebut merupakan kelompok ikan dewasa Ikan dewasa kurang
aktif mencari makan dibanding dengan ikan masih muda.

Gambar 5

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
-1.00
-2.00

y = -0.2283x + 2.0094
R² = 0.4114
2.967
1.004
1.105

1.060
0.700

0.189

0.348

0.482

68-91

92-115 116-139 140-163 164-187 188-211 212-235 260-283

N= 1

N= 23

N= 56

N= 34

N= 17

N= 4

N= 1

N= 2

Aktivitas makan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan ukuran
panjang tubuh ikan

10

Hasil penelitian pada ikan betina didapatkan 136 individu kondisi lambung
ikan terisi dan 39 kondisi ikan kosong. Hasil perhitungan indeks isi lambung pada
kelompok ukuran 92-115 mm lebih aktif mencari makan, sehingga lambung lebih
penuh daripada ukuran ikan lainnya. Pada ukuran tersebut ikan totot diduga
masih dalam pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan, ikan umumnya lebih banyak
makan karena tubuh ikan masih memerlukan makanan untuk tumbuh. Hasil
perhitungan indeks isi lambung terendah berdasarkan kelompok ukuran panjang
ikan betina adalah ukuran 188-211 mm. Ukuran tersebut merupakan kelompok
ikan dewasa Ikan dewasa kurang aktif mencari makan dibanding dengan ikan
masih muda.

Aktivitas makan ikan totot berdasarkan waktu pengamatan

5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
-1.0
-2.0

a
1.02

Maret

1.80
0.71

April

ISC

ISC

Aktivitas makan ikan merupakan indikator yang menggambarkan intensitas
ikan dalam mengambil makanannya. Aktivitas makan ikan dapat diketahui dari
informasi indeks isi lambung. Hasil perhitungan indeks isi lambung selama waktu
pengamatan mengalami fluktuasi. Hasil perhitungan indeks isi lambung selama
pengamatan disajikan pada Gambar 6.

Mei

N= 39
N= 56
N= 41
waktu pengamatan

7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
-1.0
-2.0

b
2.418
0.629

0.444
Maret
N= 6

April

Mei

N= 18
N= 3
waktu pengamatan

Gambar 6 Aktivitas makan ikan totot J. belangerii betina (a) dan jantan (b)
berdasarkan waktu pengamatan
Nilai indeks isi lambung terbesar terdapat pada bulan April. Hal ini diduga
ikan tersebut sedang aktif mencari makan sehingga lambung lebih banyak berisi.
Indeks isi lambung dari ketiga bulan berbeda diduga disebabkan oleh beberapa
faktor adalah faktor lingkungan, waktu penangkapan ikan yang tidak bertepatan
dengan aktivitas ikan mencari makan, kebutuhan ikan, selera makan, ketersediaan
makanan yang ada disekitar habitat.
Faktor kondisi ikan totot (J. belangerii)
Nilai faktor kondisi ikan merupakan indikator yang menggambarkan
kemontokkan ikan dari aktivitas makan ikan. Faktor kondisi ikan totot (J.
belangerii) berdasarkan jenis kelamin dan kelompok ukuran panjang disajikan
pada Gambar 7.

1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6

a
1,30

1.13

1.15

1.12

1.12

CF

CF

11

1.20
0.98

1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
0.8

b
1.27
1.07

1.14
1.10

1.14

selang ukuran

selang ukuran

Gambar 7 Nilai faktor kondisi ikan totot betina (a) dan jantan (b) berdasarkan
kelompok ukuran panjang tubuh
Nilai kisaran faktor kondisi ikan totot betina adalah 0,98-1,30 dan ikan totot
jantan adalah 1,07-1,27. Nilai kisaran faktor kondisi ikan totot betina lebih besar
daripada ikan jantan. Merta (1993) bahwa perbedaan dalam faktor kondisi
tersebut sebagai indikasi dari berbagai sifat-sifat biologi dari ikan seperti
kegemukan, kesesuaian dari lingkungan atau perkembangan gonadnya.
Nilai faktor kondisi ikan totot (J. belangerii) berdasarkan waktu pengamatan

faktor kondisi

Faktor kondisi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui pola aktivitas makan ikan selama waktu pengamatan. Hasil
perhitungan faktor kondisi ikan totot pada setiap jenis kelamin selama waktu
pengamatan disajikan pada Gambar 8.

1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00

1.14
1.10

1.22

1.26

1.15
1.21

betina
jantan

Mar-14

Apr-14

May-14

waktu pengamatan

Gambar 8 Nilai faktor kondisi ikan totot pada setiap jenis kelamin selama waktu
pengamatan

12

Nilai faktor kondisi tertinggi pada setiap jenis kelamin terdapat pada bulan
Mei. Hal ini disebabkan aktivitas makan ikan tinggi di bulan April sehingga
mengalami pertumbuhan ikan di bulan Mei atau terjadi proses pertumbuhan ikan
di bulan berikutnya. Faktor kondisi dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan
kemampuan ikan dalam kelangsungan hidupnya.
Makanan ikan totot secara umum
Komposisi makanan yang terdapat pada isi lambung ikan totot (J.
belangerii) disajikan pada Tabel 4 dan Lampiran 6. Jenis makanan ikan totot
yang ditemukan selama penelitian terdiri dari empat kelompok, yaitu Crustacea,
Polychaeta, Bivalvia, dan Pisces (Tabel 4 dan Lampiran 6). Jenis makanan yang
paling banyak ditemukan berasal dari kelompok Crustacea.
Tabel 4 Kelompok makanan ikan totot (J. belangerii) selama penelitian
No Class
Famili
Genus
1
Crustace
Sargestidae
Acetes sp.
Palaemonidae
Tidak teridentifikasi
Ocypodidae
Uca sp.
Ampipoda
Tidak teridentifikasi
Macrosetellidae
Macrosetella sp.
Diaptomidae
Tidak teridentifikasi
Lysiosquillidae
Acanthosquilla sp.
2
Polychaeta Tidak
tidak teridentifikasi
teridentifikasi
3
Pisces
Engraulidae
Steloporus sp.
Chandidae
Ambasis sp.
Tidak
Potongan ikan
teridentifikasi
4
Bivalvia
Tidak
Potongan kerangteridentifikasi
kerangan
Makanan ikan totot berdasarkan jenis kelamin
Hasil perhitungan dari nilai indeks bagian terbesar pada ikan totot yang
tertangkap dengan proporsi jumlah ikan dengan lambung berisi makanan sejumlah
136 individu dan lambung kosong 39 individu. Berikut ini disajikan makanan
ikan totot berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 9 dan 10.
Makanan ikan totot berdasarkan pengamatan, ikan totot memanfaatkan
beragam jenis makanan sehingga ikan totot termasuk ikan eurifagus. Hasil
pengamatan analisis makanan ikan totot dengan jenis kelamin menunjukkan
beberapa jenis makanan yang tidak dikonsumsi oleh ikan jantan dikonsumsi oleh
ikan betina, namun jenis makanan relatif sama. Perbedaan jenis makanan pada
ikan betina dengan ikan jantan diduga berkaitan dengan ketersediaan makanan
yang ada pada habitatnya, ukuran mangsa, kesukaan ikan terhadap mangsa yang
diinginkan dan migrasi ikan dalam mencari makanannya.

13

kepiting macrosetela
1.56%
0,02%
Steloporus sp
0,07%
Ambasis sp
1,54%

bivalvia
14.40%

ampipoda
14.89%

palaemonidae
22.41%

cocepoda
0.01%

pecahan
makanan
Acanthosquila
0.10%
sp
9,62%
ikan tidak
teridentifikasi
2.24%

Acetes sp
33,14%

Gambar 9 Komposisi makanan ikan totot (J. belangerii) betina
polycaeta
0.62%

palaemonidae
28.49%

Ambasis sp.
ampipoda
5,00%
Steloporus sp. 5.49%
0,92%
pecahan
makanan
Uca sp 0.37%
4,61%
ikan tidak
teridentifikasi
2.37%
Acetes sp.
52,13%

Gambar 10 Komposisi makanan ikan totot (J. belangerii) jantan
Makanan ikan totot berdasarkan ukuran
Makanan ikan totot berdasarkan ukuran jika dilihat secara keseluruhan
komposisi makanan seiring dengan pertambahan umur menjadi bertambah jenis
makanan yang dimakan. Pertambahan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan
totot berhubungan dengan lebar bukaan mulut ikan, kemampuan ikan dalam
mencari makan, dan kebutuhan nutrisi yang diperlukan dalam tubuh ikan tersebut.
Berikut disajikan komposisi makanan yang dikonsumsi berhubungan
dengan ukuran panjang tubuhnya berdasarkan selang kelas disajikan pada Gambar
11 dan 12 serta Lampiran 7 dan 8.

IP betina

14

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
68-91 116-139 164-187 212-235
N=1 N= N= N= N= N= 2N= 1 N=2
23 79 48 19
selang ukuran

Macrosetela
Acanthosquila sp.
pecahan makanan
Cocepoda
Ampipoda
Uca sp.
Bivalvia
Steloporus sp.
Ambasis sp.
Palaemonidae
Acetes sp.
ikan tidak teridentifikasi

Gambar 11 Makanan ikan totot (J. belangerii) betina berdasarkan ukuran
Perubahan ukuran suatu ikan merupakan pertambahan panjang selama selang
waktu tertentu. Perubahan ukuran ini disebabkan oleh makanan. Makanan
merupakan sumber energi yang berguna bagi pertumbuhannya. Ukuran ikan juga
akan menentukan jenis makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Semakin besar
ukuran suatu ikan, makanan yang dimanfaatkan akan semakin besar ukurannya
dibandingkan dengan ukuran ikan yang kecil. Hal ini disesuaikan dengan adanya
perubahan pada organ yang berperan dalam sistem pencernaan tersebut. Hasil
analisis makanan ikan betina berukuran 69-91 mm sampai dengan 116-139 mm,
jenis organisme yang mendominasi adalah Acetes sp. Ikan totot berukuran 140163 mm sampai dengan 164-187 mm jenis organisme makan berubah menjadi
Bivalvia. Ikan totot berkuran 188-211 mm jenis organisme makan berubah
menjadi Palaemonidae. Ikan totot berukuran 211-235 mm jenis organisme yang
mendominasi adalah Ampipoda. Ikan totot berukuran 260-283 mm jenis
organisme yang mendominasi adalah Acanthosquilla sp.
Uca

IP jantan

100%
80%

pecahan makanan

60%

Ampipoda

40%

Polycaeta

20%

Steloporus sp.

164-187

140-163

116-139

92-115

68-91

0%

N = 2 N = 17 N= 9 N= 10 N= 1
selang ukuran

.

Ambasis sp.
Palaemonidae
Acetes sp.
ikan tidak
teridentifikasi

Gambar 12 Makanan ikan totot (J. belangerii) jantan berdasarkan ukura

15

Hasil analisis makanan ikan totot jantan didominasi oleh Acetes sp, dengan
ukuran ikan 68-91 mm sampai dengan 92-115 mm. Ikan berukuran 116-139 mm
sampai dengan 140-163 mm jenis organisme yang mendominasi adalah Uca sp.
Ikan totot berukuran 164-187 jenis organisme yang mendominasi adalah
Palemonidae.
Makanan ikan totot berdasarkan waktu pengamatan

IP betina

Dilihat dari waktu pengamatan, terjadi perubahan jenis makanan ikan totot
(J. belangerii). Berikut ini merupakan komposisi makanan ikan totot selama
waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14 serta Lampiran 11 dan
12.
Palaemonidae

100%
80%
60%
40%
20%
0%

pecahan makanan
Ampipoda
Acanthsquila

sp.

Cocepoda

Maret

April

Mei

N = 41

N= 43

N= 47

Uca

sp.

ikan tidak
sp.
teridentifikasi
Steloporus

sp.

Ambasissp.

waktu pengamatan

Gambar 13 Makanan ikan totot betina berdasarkan waktu pengamatan

IP jantan

Hasil analisis makanan pada ikan totot betina menunjukkan bahwa jenis
Crustacea mendominasi makan selama waktu pengamatan. Jumlah Acetes sp.
tertinggi di bulan Mei sebesar 75,513%. Selain Acetes sp. kemudian diikuti
dengan jenis Bivalvia. Ikan Ambasis sp. dan Macrosetela sp. merupakan
organisme yang keberadaannya tergantung dengan musim karena pada bulan lain
tidak ditemukan. Jenis makanan tambahan ikan totot adalah Steloporus sp.,
Cocepoda, ikan tidak teridentifikasi, Ampipoda, dan Acanthosquila sp.
disebabkan proporsinya paling kecil.
100%
80%
60%
40%
20%
0%

ampipoda
kepiting
polycaeta
steloporus sp.
Palaemonidae

maret

April

Mei

N= 5

N= 12

N= 4

waktu pengamatan

ikan tidak
teridentifikasi
Acetes sp.

Gambar 14 Makanan ikan totot jantan berdasarkan waktu pengamatan

16

Hasil analisis makanan pada ikan jantan menunjukkan bahwa jenis
Crustacea mendominasi jumlah makanan selama waktu pengamatan. Hasil
pengamatan pada bulan Maret makanan yang paling banyak adalah Palaemonidae
sebesar 42,86%. Bulan April dan Mei jenis Acetes sp. sebesar 84,01% dan
69,77%.
Kategori ikan berdasarkan makanannya
Untuk mengetahui suatu jenis ikan apakah bersifat karnivora, herbivora atau
omnivora, dapat dilihat dari makanan utamanya, struktur anatomis saluran
pencernaan dan insang ikan, dan panjang usus relatif. Berikut ini adalah data hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
1. Makanan utama ikan totot (J.belangerii)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan totot, makanan ikan
totot terdiri atas 4 kelompok organisme, yaitu organisme jenis Crustacea,
Polycaeta, Pisces dan Bivalvia. Jenis makanan yang paling banyak ditemukan
adalah jenis Crustacea (Acetes sp.)
2. Struktur anatomis saluran pencernaan dan insang ikan totot (J. belangerii)
Selain informasi makanan utama, kategori makanan dapat dilihat dari
morfologi saluran pencernaan ikan totot sebagaimana disajikan pada Gambar 15
dan Lampiran 5. Saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii) terdiri atas
esofagus, lambung, usus, dan anus disajikan pada Gambar 15.

a = lambung; b=usus; c = rektum; d= anus
Gambar 15 Struktur anatomis saluran pencernaan ikan totot (J. belangerii)
Sumber : (Dokumentasi Pribadi)
Ikan totot (J. belangerii) memiliki usus yang lebih pendek dari panjang
tubuhnya dan memiliki lambung berupa kantung berbentuk lonjong. Nikolsky
(1963) menyebutkan bahwa usus yang pendek merupakan ciri ikan karnivora.
Struktur insang (Lampiran 5) ikan totot (J. belangerii) terdiri atas tapis insang,
tulang lekung insang, dan filamen insang. Ikan totot memiliki tapis insang
pendek,dan ramping.

17

3. Hubungan panjang usus dan panjang total ikan totot (J. belangerii)

8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

y = 0,005x + 5,422
R² = 0,869
r= 0,88

68
100
107
111
114
116
120
124
126
130
132
135
136
137
139
140
142
145
148
155
159
164
170
180

PU/PT

Dalam rangka memperoleh gambaran secara umum, apakah ikan totot
termasuk kategori ikan herbivora, omnivora, atau karnivora telah dilakukan
perbandingan rata-rata panjang total dengan panjang usus. Hasil pengukuran
panjang total dan panjang usus diperoleh data yang disajikan pada Gambar 16 dan
Lampiran 2.

ukuran panjang tubuh

Gambar 16 Hubungan antara panjang usus relatif dan ukuran panjang total ikan
totot
Hubungan antara panjang usus relatif dan ukuran panjang ikan totot,
mempunyai korelasi positif (Gambar 16). Peningkatan ukuran panjang tubuh ikan
totot mempengaruhi panjang usus ikan. Nilai r panjang usus relatif dengan
ukuran panjang tubuh ikan, yaitu 0,88. Untuk karnivora umumnya bernilai