Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Kepulauan Anambas

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KECAMATAN
SIANTAN TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

RIFKI ALDI RAMADHANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Keberlanjutan
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah
Kabupaten Kepulauan Anambas” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Rifki Aldi Ramadhani
NRP C252120171

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

RINGKASAN
RIFKI ALDI RAMADHANI. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Kepulauan Anambas.
Dibimbing oleh ARIO DAMAR dan HAWIS MADDUPPA.
Aktivitas masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah pada umumnya
melakukan penangkapan ikan dan kegiatan budidaya laut. Namun masih
ditemukan aktivitas yang menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu
karang di Kecamatan Siantan Tengah. Tujuan penelitian ini untuk (1)
menganalisis kondisi ekosistem terumbu karang dan kualitas lingkungan perairan;
(2) menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di

Kecamatan Siantan Tengah dan (3) menyusun strategi pengelolaan ekosistem
terumbu karang secara berkelanjutan. Analisis pengelolaan ekosistem terumbu
karang secara berkelanjutan menggunakan pendekatan Multi Dimensional Scaling
(MDS) dengan Rap-Insus COREMAG (Rapid Appraisal-Index Sustainability of
Coral Reef Management).
Hasil pengukuran kualitas perairan di Kecamatan Siantan Tengah
menunjukkan sebagian besar masih cukup mendukung keberlangsungan hidup
terumbu karang sesuai dengan baku mutu yang mengacu Kepmen LH No. 51
tahun 2004 untuk biota laut. Persentase tutupan terumbu karang di Kecamatan
Siantan Tengah berkisar antara 2,5%-62% yang tergolong buruk hingga baik.
Kondisi keanekaragaman ikan karang pada lokasi penelitian termasuk kedalam
kategori sedang. Famili-famili ikan karang yang ditemukan di perairan Kecamatan
Siantan Tengah diantaranya adalah Pomacentridae, Caesionidae, Carangidae,
Chaetodontidae, Labridae, Lutjanidae, Ephippidae, Scaridae, Nemipteridae,
Siganidae, Apogonidae dan Synodonthidae.
Berdasarkan hasil analisis Rap-Insus COREMAG status keberlanjutan
multidimensi pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan
Tengah termasuk cukup berkelanjutan (51.538), dimensi ekologi termasuk cukup
berkelanjutan (66.646); dimensi ekonomi termasuk sangat berkelanjutan (75.729);
dimensi sosial termasuk kurang berkelanjutan (42.324); dimensi teknologi

termasuk cukup berkelanjutan (67.535); dan dimensi kelembagaan termasuk
kurang berkelanjutan (49.850). Strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang
secara berkelanjutan di Kecamatan Siantan Tengah sebagai berikut: pada dimensi
ekologi dilakukan rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Pada dimensi sosial
yaitu peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat dan pengembangan alternatif
mata pencaharian. Sedangkan pada dimensi kelembagaan, dilakukan dengan
peningkatan koordinasi antar stakeholders serta peningkatan pemantauan,
pengawasan dan penegakan hukum. Pada dimensi teknologi yaitu meningkatkan
sarana dan prasarana pengawasan dan peningkatan infrastruktur terkait kegiatan
ekowisata bahari. Selanjutnya pada dimensi ekonomi yaitu dengan mengadakan
program pelatihan masyarakat menjadi pemandu wisata dan menyediakan
dukungan modal bagi masyarakat untuk membangun homestay.
Kata kunci: analisis keberlanjutan, Kecamatan Siantan Tengah, pengelolaan
ekosistem terumbu karang

SUMMARY
RIFKI ALDI RAMADHANI. Sustainability Analysis of Coral Reef Ecosystem
Management in Siantan Tengah District Anambas Islands. Supervised by ARIO
DAMAR and HAWIS MADDUPPA.
Community activities in Siantan Tengah District generally fishing and

mariculture activities. But still found the activity that cause the damage of coral
reef ecosystem in Siantan Tengah District. Therefore, this study was conducted
(1) to analyze the condition of coral reef ecosystems and the quality of the aquatic
environment; (2) to analyze the sustainability status of coral reef management in
Siantan Tengah District and (3) to formulate the strategy of coral reef ecosystem
management in a sustainable manner. The Multi Dimensional Scaling (MDS) with
Rap-Insus COREMAG (Rapid Appraisal-Index Sustainability of Coral Reef
Management) approach was used to analyze the sustainability status of coral reef
management.
Results of water quality measurements in Siantan Tengah District still
enough to support the survival of coral reef in accordance with the quality
standards that referred to Kepmen LH No. 51 of 2004 for marine life. The
percentage of coral cover in the District of Central Siantan ranged between 2.5% 62% were classified as poor to good. The condition of reef fish diversity among
the sites include the medium category. The families of the reef fish that found in
the Siantan Tengah District include Pomacentridae, Caesionidae, Carangidae,
Chaetodontidae, Labridae, Lutjanidae, Ephippidae, Scaridae, Nemipteridae,
Siganidae, Apogonidae and Synodonthidae.
The sustainability status of coral reef ecosystem management in Siantan
Tengah District with Rap Insus COREMAG showed that the multidimensional
status are quite sustainable (51.538), ecological dimensions are quite sustainable

(66.646); economic dimension are highly sustainable (75.729); social dimension
are less sustainable (42.324); technological dimension are quite sustainable
(67.535); and institutional dimension are less sustainable (49.850). Strategy to
reach the sustainability on coral reef management are : On ecological dimension is
to rehabilitate the coral reef ecosystem. In the social dimension, improving the
quality of community resources and development of alternative livelihoods. While
the institutional dimensions is to increased coordination between stakeholders as
well as increased monitoring, supervision and enforcement. On technological
dimension is to improve the facilities and infrastructure monitoring and
improvement of infrastructure related to marine ecotourism activities. On the
economic dimension, to organize public training program to became a tour guide,
providing support in the form of capital for the community to build a homestay.
Keywords: coral reef management, Siantan Tengah District, sustainability
analysis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KECAMATAN
SIANTAN TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

RIFKI ALDI RAMADHANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc

x

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

xii
xxxiii
xiv

1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 111
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3222

Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
2 METODE PENELITIAN ....................................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian
5
Sumber Data dan Prosedur Penelitian
5
Teknik Pengumpulan Data Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
dan Kualitas Perairan
7
Teknik Penentuan Responden
9
Analisis Data
10
Analisis Kondisi Terumbu Karang
10
1
Analisis Indeks Keanekaragaman (H ), Indeks Keseragaman (E)

dan Indeks Dominasi (C) Ikan Karang
11
Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang
12
Penentuan dan Penilaian Atribut Keberlanjutan
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang
12
Penentuan Status Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang
15
Analisis Leverage dan Analisis Monte Carlo
16
Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Secara
Berkelanjutan
16
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
17
Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

17
Kondisi Perairan Kecamatan Siantan Tengah
20
22
Kondisi Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Siantan Tengah
Kondisi Terumbu Karang di Kedalaman 1.5-6 meter
23
Kondisi Terumbu Karang di Kedalaman 6-13 meter
24
Kondisi Komunitas Ikan Karang di Perairan Kecamatan
Siantan Tengah

25

xi
Status Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Sosial
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan
Status Keberlanjutan Multi Dimensi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan
Siantan Tengah
Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Secara
Berkelanjutan
4

27
27
29
31
33
35

37
41

SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
Simpulan

46

Saran

47

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

48

LAMPIRAN .....................................................................................................

52

xii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan dalam Penelitian ....................
Kategori dan Kode Bentuk Pertumbuhan Karang ...................................
Persentase Tutupan Karang Hidup Berdasarkan Bentuk Pertumbuhan ..
Persentase Tutupan Algae .............................................................
Kriteria Penilaian Indeks Mortalitas Karang...........................................
Kriteria Pembuatan Skor Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ....................................
Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang ............
Jumlah Penduduk di Kecamatan Siantan Tengah ...................................
Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Siantan Tengah ..................
Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah .............
Produksi Perikanan Budidaya dan Tangkap
Kabupaten Kepulauan Anambas .............................................................
Kualitas Perairan di Kecamatan Siantan Tengah ....................................
Nilai Indeks Multidimensi Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ....................................
Nilai Statistik Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG pada
Lima Dimensi ..........................................................................................
Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis
Rap-Insus COREMAG Dengan Analisis Monte Carlo ..........................
Atribut Sensitif Dimensi Keberlanjutan Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah

6
8
10
10
11
13
16
18
18
19
19
20
39
40
41
41

xiii

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Bagan Kerangka Penelitian.....................................................................
Peta Lokasi penelitian .............................................................................
Pengambilan Foto dengan Menggunakan Transek Kuadrat ...................
Persentase Tutupan Terumbu Karang pada Kedalaman 1.5-6 meter .....
Indeks Mortalitas Karang pada Kedalaman 1.5-6 meter ........................
Tingkat Rekruitmen Karang pada Kedalaman 1.5-6 meter ....................
Persentase Tutupan Terumbu Karang pada Kedalaman 6-13 meter ......
Indeks Mortalitas Karang pada Kedalaman 6-13 meter .........................
Tingkat Rekruitmen Karang pada Kedalaman 6-13 meter .....................
Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E)
dan Indeks Dominasi Ikan Karang pada Kedalaman 1.5-6m dan 6-13m
Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG Dimensi Ekologi .......................
Hasil Analisis Leverage Dimensi Ekologi ..............................................
Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG Dimensi Ekonomi .....................
Hasil Analisis Leverage Dimensi Ekonomi............................................
Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG Dimensi Sosial ..........................
Hasil Analisis Leverage Dimensi Sosial.................................................
Hasil Analisis Rap-Insus Dimensi Teknologi.........................................
Hasil Analisis Leverage Dimensi Teknologi ..........................................
Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG Dimensi Kelembagaan ..............
Hasil Analisis Leverage Dimensi Kelembagaan ....................................
Hasil Analisis Rap-Insus COREMAG Multi-Dimensi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ..................
Diagram Layang Indeks Keberlanjutan Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang antar Dimensi ............................................

4
5
7
23
23
24
24
25
25
26
27
284
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.
15.

16.

Kualitas Perairan di Kecamatan Siantan Tengah ...................................
Persentase Tutupan Terumbu Karang Berdasarkan Kategori
Bentuk Pertumbuhan di Kecamatan Siantan Tengah
pada Kedalaman 1.5-6 Meter ..................................................................
Persentase Tutupan Terumbu Karang Berdasarkan Kategori
Bentuk Pertumbuhan di Kecamatan Siantan Tengah
pada Kedalaman 6-13 Meterr ..................................................................
Kelimpahan dan Jenis Ikan Karang di Kecamatan Siantan Tengah pada
Kedalaman 1.5-6 Meter
Kelimpahan dan Jenis Ikan Karang di Kecamatan Siantan
Tengah pada Kedalaman 6-13 Meter ......................................................
Hasil Skoring Setiap Atribut Dimensi Ekologi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Skoring Setiap Atribut Dimensi Ekonomi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Skoring Setiap Atribut Dimensi Sosial Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Skoring Setiap Atribut Dimensi Teknologi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Skoring Setiap Atribut Dimensi Kelembagaan
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan
Siantan Tengah ........................................................................................
Hasil Simulasi Monte Carlo Dimensi Ekologi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Simulasi Monte Carlo Dimensi Ekonomi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Simulasi Monte Carlo Dimensi Sosial Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Simulasi Monte Carlo Dimensi Teknologi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
Hasil Simulasi Monte Carlo Dimensi Kelembagaan
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan
Siantan Tengah ........................................................................................ 66
Hasil Simulasi Monte Carlo Multi-Dimensi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah ...................
.................................................................................................................

52

54

55
55
60
61
61
62
62

63
64
64
65
65

66
66

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas pada perairan pesisir
di wilayah tropis. Sebaran terumbu karang di Indonesia termasuk yang terkaya di
dunia dengan luasan mencapai 60 000 km2 yang pada umumnya menyebar pada
perairan kawasan pulau-pulau kecil mulai dari wilayah barat Sumatera, Kepulauan
Riau, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku hingga Papua (Bengen 2013).
Sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir dan juga tersebar di kawasan
pulau-pulau kecil, terumbu karang berfungsi sebagai tempat pemijahan (spawning
ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding
ground) oleh kebanyakan ikan (Nybakken 1992; Supriharyono 2007; Bengen
2013). Berdasarkan hal tersebut ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan
tingginya produktivitas perikanan (ikan-ikan karang) yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar konstruksi dan sebagai objek
kegiatan wisata bahari (Done et al. 1996; Costanza et al. 1997; Moberg and Folke
1999; Bengen 2013).
Aktivitas pembangunan yang meningkat di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil menyebabkan semakin meningkat ancaman terhadap kerusakan ekosistem
dan sumberdaya alam pesisir, khususnya ekosistem terumbu karang (Bengen
2013). Hal tersebut dikarenakan tingginya potensi ekosistem terumbu karang
menyebabkan pemanfaatannya terjadi secara berlebihan sehingga terjadi
kerusakan yang parah (Dahuri et al. 2008).
Pada umumnya kerusakan pada terumbu karang dapat terjadi secara alami
maupun akibat kegiatan manusia. Adapun kegiatan manusia yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang diantaranya adalah pengambilan
karang untuk bahan bangunan secara berlebihan, kegiatan penangkapan ikan
menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kegiatan pariwisata,
konversi lahan atas pesisir, pencemaran laut dan perubahan iklim global
(McClanahan et al. 2001; Moberg and Folke 1999; Dahuri et al. 2008; Bengen
2013).
Adanya kerusakan ekosistem terumbu karang dapat mengancam
kemampuan ekosistem dalam menyediakan sumberdaya di wilayah pesisir dan
laut seperti hilangnya daerah pemijahan dan mencari makan bagi biota laut serta
berkurangnya ikan. Selain itu dampak kerusakan lainnya yaitu hilangnya fungsi
fisik ekosistem terumbu karang seperti peredam gelombang dan pencegahan
intrusi air laut. Oleh karena itu untuk mengembalikan fungsi-fungsi ekosistem
terumbu karang, maka diperlukan pengelolaan wilayah pesisir khususnya
ekosistem terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan (Cicin-Sain 1998;
Christie and White 2007; Dahuri et al. 2008; Bengen 2013).
Salah satu kabupaten yang mempunyai potensi terumbu karang yang cukup
besar yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas, dengan luas terumbu karang
mencapai 6 037 967.71 ha (DKP 2009). Kabupaten tersebut merupakan sebuah
kabupaten baru hasil dari pemekaran sebagian wilayah Kabupaten Natuna
berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2008. Tingginya potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan baik yang bersifat hayati, non hayati dan juga
jasa-jasa lingkungan menyebabkan Kabupaten Kepulauan Anambas layak untuk

2

dikembangkan (Bappeda Kabupaten Anambas 2013). Namun dengan tingginya
potensi yang dimiliki dan merupakan wilayah perbatasan antar negara
mengakibatkan Kabupaten Kepulauan Anambas menghadapi berbagai macam
ancaman yang dapat menyebabkan turunnya nilai keanekaragaman hayati dan
nilai keindahan pada ekosistem terumbu karang. Adapun kegiatan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang di Kepulauan Anambas
secara garis besar meliputi (1) penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan; (2) pengambilan karang untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar
bangunan (DKP Anambas 2010).
Terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Anambas tersebar di seluruh
kecamatan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas yang
memiliki potensi terumbu karang yaitu Kecamatan Siantan Tengah. Pada
umumnya aktivitas masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah memanfaatkan
sumberdaya perikanan sebagai mata pencaharian utama. Aktivitas tersebut dapat
berpengaruh terhadap keberlangsungan ekosistem terumbu karang. Oleh karena
itu penting melakukan penelitian mengenai keberlanjutan dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah terkait pencadangan
kawasan konservasi Kabupaten Kepulauan Anambas.
Perumusan Masalah
Kecamatan Siantan Tengah merupakan salah satu kecamatan yang
ditetapkan sebagai kawasan minapolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas
karena memiliki potensi perikanan khususnya budidaya perikanan laut yang
paling besar. Hal ini dapat dilihat dari luas usaha dan produksi budidaya
perikanan laut di Kecamatan Siantan Tengah masing-masing sebesar 13 995 m2
dan 92.56 ton/tahun atau 43% dari total luas usaha dan produksi budidaya
perikanan laut di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sementara itu jika dilihat dari
kepadatan penduduk di Kecamatan Siantan Tengah sebesar 147.02 orang/Km2
lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Kabupaten Kepulauan Anambas yang
mencapai sebesar 69.81 orang/Km2 (Bappeda Kabupaten Anambas 2013).
Adapun aktivitas masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah pada umumnya
melakukan aktivitas pemanfaatan yang sangat berhubungan dengan sumberdaya
hayati terumbu karang yaitu aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas budidaya
laut. Namun demikian masih ditemukan aktivitas masyarakat yang menyebabkan
kerusakan pada ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah.
Adapun aktivitas masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah yang menyebabkan
kerusakan pada ekosistem terumbu karang diantaranya adalah (1) penangkapan
ikan yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan alat tangkap seperti bom,
potasium, sianida, bubu, pukat, pancing dasar dan juga dengan racun; (2)
pengumpulan invertebrata dari terumbu karang; (3) pengambilan karang secara
berlebihan yang digunakan untuk pembuatan kapur, bahan bangunan dan fondasi
jalan (LKKPN Pekanbaru 2010). Aktivitas masyarakat tersebut menunjukkan
adanya ekspoitasi terhadap sumberdaya terumbu karang sehingga dapat
mempengaruhi pada kualitas ekosistem terumbu karang maupun keberlanjutan
ekosistem terumbu karang.
Selain aktivitas tersebut, masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah juga
melakukan kegiatan budidaya perikanan yang dapat menghasilkan limbah.

3

Limbah tersebut dapat menyebabkan timbulnya pencemaran sehingga
mempengaruhi kualitas lingkungan perairan sehingga dapat merugikan ekosistem
terumbu karang.
Di sisi lain, upaya pemerintah yang telah dilaksanakan untuk menjamin
kelestarian sumberdaya lingkungan perairan agar berkelanjutan adalah dengan
adanya pencadangan kawasan konservasi Kepulauan Anambas yang diinisiasi
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Adanya pencadangan kawasan
konservasi tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun upaya sosialisasi dan perencanaan yang dilakukan oleh Loka Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru yang merupakan UPT
Kementerian Kelautan dan Perikanan hanya dilakukan secara terbatas pada
instansi pemerintah, tokoh masyarakat perwakilan kecamatan dan desa. Selain hal
tersebut keterlibatan masing-masing stakeholders dalam pengelolaan ekosistem
terumbu karang masih bersifat sektoral sehingga pengelolaan ekosistem terumbu
karang tidak terkoordinasi dengan baik
Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan informasi mengenai kondisi
ekosistem terumbu karang dan kualitas lingkungan perairan di Kecamatan Siantan
Tengah pada saat ini. Selain itu juga diperlukan informasi mengenai status
keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan
Tengah terkait pencadangan kawasan konservasi Kabupaten Kepulauan Anambas
sehingga dapat disusun strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
berkelanjutan. Hal tersebut dapat dideskripsikan seperti pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kondisi ekosistem terumbu karang dan kualitas lingkungan
perairan di Kecamatan Siantan Tengah;
2. Menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di
Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Kepulauan Anambas;
3. Menyusun strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
berkelanjutan di Kecamatan Siantan Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi ekologi terumbu karang. Selain itu dapat diketahui status
keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan
Tengah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan di
Kecamatan Siantan Tengah serta dapat memberikan informasi untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.

4

Persentase Tutupan Karang,
Persentase Tutupan Alga, Tingkat
Rekruitmen Karang, Indeks
Mortalitas Karang, Keanekaragam
Ikan Karang,Indeks Keseragaman
Ikan Karang, Indeks Dominasi Ikan
Karang

Kondisi Ekosistem
Terumbu Karang

Kualitas Perairan(Suhu,
Salinitas, Kecerahan, Arus,
DO, Nitrat dan Fosfat)

Kualitas Ekosistem
Terumbu Karang

Penangkapan ikan yang
merusak, pengambilan batu
karang, kegiatan budidaya
perikanan laut

Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang secara
Berkelanjutan

Eksploitasi Sumberdaya
Terumbu Karang
Pengumpulan invertebrata
terumbu karang secara
berlebihan, pembangunan
rumah di wilayah perairan

Aturan Lokal, Kelembagaan,
Keterlibatan Masyarakat

Kesejahteraan
Masyarakat

Pencadangan Kawasan
Konservasi Kabupaten
Kepulauan Anambas

Gambar 1. Bagan Kerangka Penelitian

5

2

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kecamatan Siantan Tengah,
Kabupaten Kepulauan Anambas. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan
dari bulan Maret sampai Mei 2014. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar
2.
Lokasi penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling pada daerah
yang memungkinkan untuk melakukan studi mendalam mengenai komunitas
masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya ekosistem terumbu karang di
Kecamatan Siantan Tengah.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Sumber Data dan Prosedur Penelitian
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dari penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data
terlebih dahulu ditentukan variabel apa saja yang akan diambil (Gulo dan
Hardiwati 2005). Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang
terkait dengan atribut-atribut pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
berkelanjutan yang meliputi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan
kelembagaan. Pengumpulan data primer meliputi data kondisi ekosistem terumbu

6

karang, kualitas perairan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lokasi penelitian serta
wawancara secara mendalam (depth interview) dengan bantuan kuesioner.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintahan dan
swasta. Secara rinci, jenis dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian.
No
Tujuan
Variabel Data
Sumber Data
Penelitian
1.
Kondisi
1. Kualitas lingkungan Sampling
ekosistem
perairan
lapangan dan
terumbu karang 2. Bentuk
Citra
Satelit
pertumbuhan
(Alos Avner
terumbu karang
tahun 2009)
3. Persentase tutupan
terumbu karang
4. Persentase tutupan
alga
5. Indeks mortalitas
karang
6. Tingkat rekruitmen
karang
7. Indeks
Keanekaragaman
ikan karang
8. Indeks
Keseragaman ikan
karang
9. Indeks Dominasi
Ikan Karang
2.
Status
1. Dimensi Ekologi
Wawancara
keberlanjutan
2. Dimensi Ekonomi
dengan
pengelolaan
3. Dimensi Sosial
Kuesioner
ekosistem
4. Dimensi Teknologi
terumbu karang 5. Dimensi
terkait
Kelembagaan
pencadangan
kawasan
konservasi
Strategi
1. Status keberlanjutan Sampling
3.
pengelolaan
pengelolaan
lapangan,
ekosistem
ekosistem terumbu
wawancara,
terumbu karang
karang
penyebaran
terkait
2. Atribut sensitif dari kuesioner dan
pencadangan
setiap dimensi
studi pustaka
kawasan
konservasi

Analisis Data
CPCe,
KepMen LH No.
4 tahun 2001,
Zamani dan
Madduppa
(2011), Indeks
Keanekaragaman
Shannon (H1),
Indeks
keseragaman (E),
Indeks Dominasi
(C)

Rap-Insus
COREMAG

Analisis
Deskriptif

7

Teknik Pengumpulan Data Kondisi Ekosistem Terumbu Karang dan
Kualitas Perairan
Pengumpulan data kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan dengan cara
observasi secara langsung yaitu dengan melihat kondisi di lokasi penelitian.
Adapun data yang diambil untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang
adalah persentase tutupan karang, persentase tutupan alga, indeks mortalitas
karang, tingkat rekruitmen karang, struktur komunitas ikan karang dan kualitas
perairan terumbu karang.
Penentuan stasiun pengamatan di lapangan menggunakan teknik stratified
random sampling berdasarkan hasil identifikasi habitat perairan dangkal dengan
citra satelit Landsat 8 OLI yaitu sebanyak 55 stasiun pengamatan. Teknik ini
didasarkan atas pengetahuan mengenai area studi yang dibagi kedalam beberapa
kelompok atau strata yang dipilih secara acak yang bertujuan untuk menguji
akurasi klasifikasi dalam pemetaan dengan membagi peta area studi menjadi
beberapa kelas (Congalton and Green 2009).
Dalam pengambilan data kondisi terumbu karang yang meliputi persentase
tutupan karang, persentase tutupan algae, indeks mortalitas karang dan tingkat
rekruitmen karang dilakukan dengan pengambilan foto menggunakan transek
kuadrat. Pengambilan foto kondisi habitat terumbu karang berdasarkan skema
klasifikasi perairan yang telah disusun sebelumnya dan mengacu kepada akurasi
posisi dengan menggunakan GPS. Transek kuadrat yang digunakan terbuat dari
pipa PVC berukuran 0.5 m x 0.5 m. Pengambilan foto dilakukan sebanyak 10 kali
dengan tujuan dapat mewakili kondisi di tiap stasiun pengamatan seperti yang
tercantum pada Gambar 3. Kondisi terumbu karang kemudian digolongkan
menurut komponen dasar penyusun ekosistem terumbu karang berdasarkan
bentuk pertumbuhan (lifeform) karang dan kode yang digunakan seperti yang
tercantum pada Tabel 2.

Gambar 3 Pengambilan foto menggunakan
transek kuadrat

8

Tabel 2. Kategori dan kode bentuk pertumbuhan karang
Kategori
Hard Coral
Dead Coral
Dead Coral with Alga

Kode
DC
DCA

Branching
Encrusting

ACB
ACE

Submassive

ACS

Digitate

ACD

Tabulate

ACT

Branching

CB

Encrusting

CE

Foliose

CF

Massive

CM
CS

Acropora

Non-Acropora

Submassive

Mushroom
Heliopora
Millepora
Other Fauna
Soft Coral
Sponge
Zoanthids
Others

Alga

Abiotik

CMR
CHL
CML
SC
SP
ZO
OT

assemblage

AA

Corraline
Halimeda
Macroalgae
Turf Algae

CA
HA
MA
TA

Sand
Rubble
Silt
Water
Rock

S
R
SI
W
RCK

Sumber: English et al. (1994).

Keterangan
Berwarna putih
Masih tegak, tetapi sudah tidak terlalu putih
dan ditumbuhi alga
Memiliki cabang seperti ranting pohon
Bentuk merayap, biasanya terjadi pada
Acropora yang belum sempurna
Memiliki
percabangan
berbentuk
gada/lempeng dan kokoh
Bentuk cabang rapat menyerupai jari-jari
tangan
Bentuk bercabang mendatar dan rata seperti
meja
Memiliki cabang lebih panjang daripada
diameter yang dimiliki
Tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan
permukaan yang kasar dan keras serta
berlubang-lubang kecil
Berbentuk lembaran yang menonjol pada
dasar terumbu, berukuran kecil dan
membentuk lipatan atau melingkar
Berbentuk seperti bongkahan batu biasanya
permukaan karang ini halus dan padat
Berbentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan
atau kolom-kolom kecil
Berbentuk seperti jamur
Memiliki warna biru pada rangkanya
Memiliki warna kuning di ujung koloni
Karang yang tubuhnya lunak
Jenis-jenis sponges
Misalnya Platythos, Protopalythoa
Ascidians, anemone, gorgorians, kima
raksasa,crenodia dan lainnya
Sekumpulan alga yang terdiri dari beberapa
jenis yang sulit dipisahkan
Alga berkapur
Alga berkapur dari genera Halimeda
Seperti rumput berwarna coklat, merah
Algae filamen yang umumnya kecil (+
2cm) dan halus
Pasir
Pecahan karang
Lumpur, campuran pasir-pasir
Celah dengan kedalaman lebih dari 50 cm
Batu

9

Pengambilan data kelimpahan ikan dilakukan dengan menggunakan metode
underwater visual sensus. Pengamatan ikan karang dilakukan pada setiap stasiun
pengamatan yang sama untuk pengamatan biota karang dalam luasan 10m x 10m.
Adapun tujuannya adalah agar data ikan karang yang diperoleh dapat juga
mendeskripsikan secara rinci daerah pengamatan.
Data kualitas perairan diperoleh dengan melakukan pengukuran secara
langsung dengan tujuan untuk mengetahui status terkini dari kondisi perairan di
lokasi penelitian. Pengukuran kualitas perairan meliputi pengukuran terhadap
parameter fisika dan kimia perairan. Metode pengambilan dan analisis kualitas
perairan dilakukan dengan mengacu pada APHA (1989). Adapun parameterparameter yang diukur langsung di seluruh stasiun pengamatan (in situ)
diantaranya adalah suhu, salinitas, kecepatan arus, kecerahan, pH (derajat
keasaman) dan oksigen terlarut. Sedangkan parameter nitrat (NO3) dan fosfat
(PO4) yang diambil di beberapa stasiun yang dianggap dapat mewakili
keseluruhan lokasi penelitian diukur di laboratorium.
Pengukuran laju sedimentasi pada lokasi penelitian dilakukan dengan
memasang sediment trap. Sediment trap yang digunakan terbuat dari pipa PVC
dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 11.5 cm. Tabung sediment trap dipasang
pada tiang kayu di ketinggian + 20 cm dari dasar perairan. Pemasangan sediment
trap selama 20 hari, kemudian sedimen yang terkumpul dikeringkan dalam oven
pada suhu 600C selama 24 jam (English et al. 1994). Kemudian dilakukan
pengukuran berat kering sedimen dalam satuan milligram dengan timbangan
analitik. Laju sedimentasi dinyatakan dalam satuan mg/cm2/hari (Roger et al.
1994).
Teknik Penentuan Responden
Responden masyarakat yang dipilih adalah masyarakat nelayan dan
masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan
di wilayah pesisir Kecamatan Siantan Tengah yang berjumlah 40 orang. Adapun
penentuan jumlah responden masyarakat dengan menggunakan pendekatan rule
of thumbs (pendekatan aturan statistik, yaitu minimal 30 responden) yang
disebabkan oleh besarnya populasi masyarakat (> 10) (Sugiyono 2005).
Sementara itu untuk menentukan responden pakar dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Responden yang dipilih harus memiliki pengetahuan secara
mendalam terhadap bidang yang dikaji dalam hal ini terkait pengelolaan
ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah. Pertimbangan untuk
menentukan responden pakar didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : (1)
memiliki kompetensi pengalaman dalam kajian penelitian; (2) menduduki jabatan
dan memiliki kompetensi dengan kajian bidang peneltian dan (3) memiliki
kredibilitas yang tinggi dan berada pada lokasi penelitian. Adapun jumlah
responden pakar berjumlah 7 (tujuh) orang yang dipilih secara purposive yang
terdiri dari Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Sekretaris Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Sekretaris Bupati, Kepala UPTD DKP Siantan Tengah, Sekretaris
BAPPEDA, Koordinator Loka KKPN Anambas dan Koordinator Conservation
International (CI).

10

Analisis Data
Analisis Kondisi Terumbu Karang
Analisis data kondisi terumbu karang terbagi menjadi tiga analisis yaitu
analisis persentase tutupan karang, analisis persentase tutupan algae dan analisis
indeks mortalitas karang. Analisis persentase tutupan karang dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Coral Point Count with Excel Extension (CPCE) (Kohler
and Gill 2006). CPCE merupakan sebuah aplikasi standalone yang secara
otomatis dapat melakukan analisa perhitungan titik secara acak dan juga mampu
melakukan perhitungan substrat dasar terhadap gambar yang diambil dibawah air.
Selain itu juga CPCE dapat menghasilkan analisis statistik untuk setiap bentuk
pertumbuhan karang pada Microsoft Excel.
Proses identifikasi berdasarkan bentuk pertumbuhan karang dilakukan
dengan menentukan titik secara acak pada gambar yang diambil dan selanjutnya
memberi label berdasarkan abjad atau nomor. Setelah proses identifikasi selesai
data yang ada dapat diekspor ke program Microsoft Excel untuk melakukan
perhitungan persentase tutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhan
(lifeform). Adapun kriteria penilaian kondisi ekosistem terumbu karang
berdasarkan persentase tutupan karang hidup tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase tutupan karang hidup berdasarkan bentuk pertumbuhan
Penutupan (%)
Kriteria Penilaian
0 - 24.9
Buruk
25 - 49.9
Sedang
50 - 74.9
Baik
75 -100.0
Sangat baik
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.4 (2001)
Penilaian kondisi terumbu karang tidak hanya dilihat dari persentase tutupan
karang saja tetapi juga dilihat dari persentase tutupan algae. Adapun kriteria
penilaian persentase tutupan algae tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase tutupan Algae
Penutupan (%)
0 - 24.9
25 - 49.9
50 - 74.9
75 -100.0
Sumber: Zamani dan Madduppa (2011)

Kriteria Penilaian
Sangat baik
Baik
Sedang
Buruk

Zamani dan Madduppa (2011) menyatakan bahwa penilaian terhadap
kondisi ekosistem terumbu tidak hanya berdasarkan kepada persentase tutupan
karang dikarenakan bisa terjadi dua daerah memiliki persentase penutupan karang
hidup yang sama namun terjadi tingkat kerusakan yang berbeda. Tingkat
kerusakan ini dilihat dari seberapa besar perubahan karang hidup menjadi karang
mati yang dapat diketahui melalui indeks mortalitas karang. Nilai indeks
mortalitas karang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat
kerusakan terumbu karang yang dilihat seberapa besarnya perubahan karang hidup

11

menjadi karang mati. Nilai indeks mortalitas yang mendekati nol tidak
menunjukkan perubahan berarti bagi karang hidup, sedangkan nilai yang
mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang
hidup menjadi karang mati (Zamani dan Madduppa 2011). Adapun kriteria
indeks mortalitas karang tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria penilaian indeks mortalitas karang
Indeks Mortalitas
Kriteria Penilaian
0.00 – 0.249
Sangat Baik
0.25 – 0.499
Baik
0.50 – 0.749
Sedang
0.75 – 1.000
Buruk
Sumber: Zamani dan Madduppa (2011)
Analisis Indeks Keanekaragaman (H1), Indeks Keseragaman (E) dan
Indeks Dominasi (C) Ikan Karang
Analisis keanekaragaman ikan karang bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai jumlah individu masing-masing spesies ikan karang dalam
suatu komunitas. Perhitungan keanekaragaman ikan karang di perairan Kecamatan
Siantan Tengah menggunakan indeks Shannon-Wiener (H1) dalam Krebs (1972)
dengan rumus sebagai berikut:
s

H 1   pi ln pi
i 1

Keterangan:
H1
pi
N
ni
i

= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
= perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i (ni) terhadap jumlah
total (N) = ni/N
= Jumlah individu seluruh spesies
= Jumlah individu dari spesies ke-1
= 1,2,3,...., n

Kriteria penilaian yang digunakan untuk indeks keanekaragaman ikan
karang adalah : H1