Pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di kota sukabumi: periode tahun 1990-2012
PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:
PERIODE TAHUN 1990-2012
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infrastruktur
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
NIM H14100144
ii
ABSTRAK
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. Pengaruh Pembangunan
Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi.Dibimbing oleh
MUHAMMAD FINDI A.
Infrastruktur
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.Ketersediaan infrastruktur menjadi tuntutan yang sangat penting dalam
menjalankan roda perekonomian suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi dan
menganalisis pengaruh dari infrastruktur panjang jalan, listrik, air bersih, ranjang
rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Analisis ini menggunakan metode analisis regresi berganda berbasis OLS
(Ordinary Least Square) dengan menggunakan data sekunder time series di Kota
Sukabumi tahun 1990-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai pengukuran output, panjang
jalan (Km), jumlah energi listrik yang terjual (kWh), volume air bersih yang
tersalurkan (m3), jumlah ranjang rumah sakit yang tersedia (unit) dan jumlah
sekolah (unit). Hasil menunjukan bahwa berdasarkan model dalam analisis,
infrastruktur jalan, listrik dan sekolah memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.Sedangkan infrastruktur air bersih dan
ranjang rumah sakit memberikan pengaruh yang positif dan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Kata Kunci: Infrastruktur, OLS, pertumbuhan ekonomi
ABSTRACT
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. The Impact of Infrastructure
Development to Economic Growth in Sukabumi.Supervised by MUHAMMAD
FINDI A.
Infrastructure is a driving wheel of economic growth. The availability of
infrastructure became an important demand in running the economic wheel of an
area. The purpose of this research was to explain the infrastructure developing and
analyze the influence of long road, electricity, clean water, hospital bed and
school to economic growth in Sukabumi. The analysis was used multiple
regression analysis method with OLS (Ordinary Least Square)-based and time
series secondary data in Sukabumi from 1990 to 2012. The variable that used in
this research was Gross Domestic Regional Product (GDRP) as output
measurement, the long road (Km), total of sold-electricity (kWh), the volume of
accessed-clean water (m3), total of available-hospital bed (unit) and total of school
(unit). The result showed based on model analysis, the long road, electricity and
school infrastructure gave a negative influence to economic growth in Sukabumi,
whereas clean water and hospital bed infrastructure gave a positive influence and
significant contribution to economic growth in Sukabumi.
Key word : economic growth, infrastructure, OLS
PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:
PERIODE TAHUN 1990-2012
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
Judul Skripsi : Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012
Nama
: Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
NIM
: H14100144
Disetujui oleh
Dr. Muhammad Findi, M. E.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi, M. E.
selaku pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, kepada Dr. Wiwiek
Rindayati dan Salahudin El- Ayyubi, M. A. selaku penguji siding skripsi, seluruh
staf departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah membantu selama proses
pembuatan surat, pihak BPS RI dan Kota Sukabumi yang telah menyediakan dan
melayani penulis saat proses pengumpulan data, kepada Annisa Fitra, Aprillia
Fitria, Dyah Ayu, dan Muhammad Hilman selaku teman satu bimbingan yang
telah membantu. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu tercinta Titi Nurfianty,
Bapak tercinta H. Hidayat Noor dan Kakak tercinta Noviar Ramdhani, Luthfi
Ramdhani, S.E, Eva Nurlaela, Dinna Nurul Zannah serta Sahabat tercinta Unggul
Nandika Diennasti, Nilam Mayasari, Putri Claristha yang telah memberikan
perhatian serta membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah
memberikan dukungan secara moril. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua
keluarga besar Ilmu Ekonomi 47 yang telah menjadi keluarga selama masa
perkuliahan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
7
Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
7
Infrastruktur
9
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
10
11
12
METODE
13
Jenis dan Sumber Data
13
Metode dan Pengolahan Data
13
Analisis Regresi Linear Berganda
13
Model Penelitian
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi
17
Perkembangan Infrastruktur di Kota Sukabumi
18
Analisis Model Penelitian
23
Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
26
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
31
32
viii
DAFTAR TABEL
1 Peranan wilayah atau pulau dalam pembentukan PDRB nasional tahun
2009-2012
2 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Sukabumi tahun 19902012
3 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
4 Nilai VIF untuk uji multikolinearitas
5 Hasil estimasi pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Sukabumi
1
19
21
26
27
DAFTAR GAMBAR
1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000
tahun 2001-2012
2 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012
3 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun 20002012
4 Kerangka Pemikiran
5 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012
6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor
7 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
8 Jumlah energi listrik yang terjual menurut kategori pelanggan tahun
2012
9 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kota Sukabumi
tahun 1990-2012
10 Volume air bersih yangdisalurkan menurut kategori pelanggan tahun
2012
11 Jumlah sekolah di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
12 Jumlah ranjang rumah sakit di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
13 Uji normalitas
14 Jumlah sekolah menurut kondisi sekolah di Kota Sukabumi tahun 20032012
3
4
6
13
18
18
21
22
22
23
23
24
25
29
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai VIF untuk uji Multikolinearitas
2 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Sukabumi
3 Uji normalitas
4 Uji Heteroskedastisitas Lnresid^2
31
31
31
32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang penting dilakukan
oleh suatu Negara di berbagai belahan dunia manapun dengan tujuan untuk
mencapai indikator kesejahteraan sosial (social walfare). Terdapat beberapa
indikator yang bisa digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi
di suatu Negara atau wilayah salah satunya adalah dengan melihat nilai
pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan
adanya peningkatan taraf perekonomian di suatu wilayah sedangkan pertumbuhan
ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian di wilayah
tersebut.
Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu Negara
atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sarana dan prasarana,
sumberdaya alam, sumberdaya manusia baik jumlah maupun tingkat kualitas
penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk
berinovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat nilai Produk
Domestik Bruto (PDB), selain itu untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dapat diukur dengan melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Struktur perekonomian didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang berada di
Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah yang
memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB Nasional adalah Pulau
Jawa, hal tersebut dibuktikan dengan data dari tahun 2009-2012 yang
menunjukkan bahwa kontribusi Pulau Jawa dalam pembentukan PDB Nasional
selalu melebihi 50 persen, sedangkan sisanya berasal dari kontribusi wilayah lain
di Indonesia.
Tabel 1 Peranan Wilayah/Pulau dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
2009-2012 (persen).
Wilayah/Pulau
2009
2010
2011
2012
Sumatera
22.7
23.1
23.5
23.8
Jawa
58.6
58.1
57.6
57.5
Bali dan NusaTenggara
2.8
2.7
2.6
2.6
Kalimantan
9.2
9.2
9.6
9.3
Sulawesi
4.4
4.5
4.6
4.8
Maluku dan Papua
2.3
2.4
2.1
2.1
Indonesia
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber: BPS RI, 2012.
Tabel 1 menunjukkan perbedaan kontribusi tiap wilayah di Indonesia.
Perbedaan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional,
merupakan akibat dari ketidakmerataan penyebaran Sumberdaya Alam (SdA) dan
Sumberdaya Manusia (SdM) serta perbedaan laju pembangunan di tiap
wilayah.Selain itu, pengembangan dan pembangunan infrastruktur di tiap wilayah
juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional.
2
Infrastruktur merupakan roda penggerak bagi pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah.Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi
dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik
yang digunakan dalam produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat
luas.Dalam pengertian ini, infrastruktur ekonomi meliputi prasarana seperti tenaga
listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, sanitasi, serta
pembuangan limbah.Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana
kesehatan dan pendidikan.
Pembangunan infrastruktur menjadi faktor penentu keberhasilan
pembangunan bangsa. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan
ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu
sama lain, dengan kata lain ketersediaan infrastruktur juga sudah menjadi suatu
tuntutan untuk menjalankan roda perekonomian suatu bangsa, karena Negara yang
memiliki infrastruktur baik akan lebih dapat bersaing dibandingkan Negara yang
memiliki infrastruktur yang minim.
Di Indonesia, pengembangan infrastruktur masih terpusat di Pulau Jawa.
Terdapat tiga provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terbesar bagi
pembentukan PDB Nasional yaitu DKI Jakarta sebesar 16.5 persen, Jawa Timur
sebesar 14.7 persen dan Jawa Barat sebesar 14.3 persen (BPS, 2011). Jawa Barat
sebagai penyangga ibukota yang memiliki daerah Kabupaten/Kota lebih dari 20
daerah juga memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian
sehingga pengembangan serta pembangunan infrastruktur di Jawa Barat harus
diberi perhatian agar dapat menopang pertumbuhan Jawa Barat serta daerah yang
ada di Jawa Barat tersebut.
Satu dari beberapa kota di Provinsi Jawa Barat yang menarik untuk diteliti
serta sedang melakukan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran adalah
Kota Sukabumi. Kota Sukabumi memiliki wilayah dengan luas yang terbatas,
serta jumlah penduduk yang hanya sekitar 300 ribu jiwa sehingga kedua hal
tersebut tidak bisa dijadikan modal utama dalam pengembangan potensi ekonomi
di Kota Sukabumi. Namun, Kota Sukabumi memiliki letak yang strategis diantara
dua pusat pengembangan dan pusat pertumbuhan ekonomi yaitu wilayah Bandung
Raya dan wilayah megapolitan Jakarta, hal ini menjadi peluang yang dapat
menjadi modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian.
Posisi yang strategis tersebut mendorong mudahnya pergerakan arus orang
dan barang keluar atau masuk Kota Sukabumi.Selain itu, saat ini Kota Sukabumi
juga sangat diminati oleh investor asing yang dibuktikan dengan banyaknya
pabrik industri disekitar Kota Sukabumi.Kondisi tersebut dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi, laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
merupakan indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi di suatu
wilayah. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai seberapa jauh
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam periode tertentu,
indikator ini juga dapat digunakan untuk menentukan arah kebijakan
pembangunan di masa depan (BPS, 2012). Peningkatan LPE Kota Sukabumi juga
merupakan dampak dari peningkatan LPE Provinsi Jawa Barat.
3
7
5.39
Persen (%)
6
5
4
3
5.77
5.60
5.34
5.08
5.95
6.23
6.02
6.51
6.11
6.48
6.14
6.48
6.22
6.20
6.21
6.11 6.31
5.29
4.67
4.77
4.19
3.76
3.16
2
1
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
JABAR
KOTA SUKABUMI
Gambar 1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat tahun 2001-2012 atas dasar harga
konstan tahun 2000 (persen).
Sumber:
BPS RI, 2012 (diolah).
Pada Gambar 1 menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi
Kota Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2001-2012. Pertumbuhan ekonomi Kota
Sukabumi dan Jawa Barat terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan
nilai yang positif. Dengan kata lain, terjadi peningkatan output produksi barang
dan jasa setiap tahunnya. Selama 12 tahun periode pengamatan LPE Kota
Sukabumi mencapai 5.08 persen sampai dengan 6.51 persen, dengan angka
terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun 2007. Sedangkan untuk
Provinsi jawa Barat nilai LPE berkisar antara 3.16 persen sampai dengan 6.48
persen, dengan angka terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun
2007 dan 2011.
Jika dilihat dari gambar, LPE Kota Sukabumi selalu berada diatas LPE
Provinsi Jawa Barat. Namun, fluktuasi terjadipada tahun 2008 hingga tahun 2012,
bahkan selama tiga tahun terakhir LPE Kota Sukabumi selalu lebih rendah dari
LPE Jawa Barat. Walaupun demikian secara umum perekonomian Kota Sukabumi
pada tahun 2012 tetap dikatakan pertumbuhan yang positif, hanya saja mengalami
perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi yang meningkat,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi juga meningkat.PDRB
merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
perkembangan dan struktur perekonomian di suatu daerah.Selama periode tahun
1990-2012, PDRB Kota Sukabumi menunjukkan terjadinya fluktuasi namun
cenderung meningkat.
4
2,500,000.00
Juta Rupiah
2,000,000.00
1,500,000.00
1,000,000.00
500,000.00
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0.00
Tahun
Gambar 2
Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Tahun 1990-2012.
Sumber:
BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).
Gambar 2 menunjukkan peningkatan PDRB Kota Sukabumi Tahun 19902012.PDRB Kota Sukabumi jika dilihat dari trend pergerakannya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.Hanya pada tahun 1997 dan tahun1998 PDRB
mengalami penurunan namun tidak drastis, setelah itu hingga tahun 2012 PDRB
Kota Sukabumi terus mengalami peningkatan.Hal ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Kota Sukabumi
menunjukkan bahwa Kota Sukabumi telah menjadi daerah dengan potensi
ekonomi yang baik. Meskipun Kota Sukabumi bukan daerah berbasis industri,
tetapi selama beberapa tahun kebelakang hingga saat ini banyak investor asing
yang mendirikan pabrik sehingga Kota Sukabumi telah menjadi daerah
pergerakan arus distribusi barang dan orang. Kondisi tersebut mengharuskan Kota
Sukabumi memiliki infrastruktur yang dapat mendukung keberlangsungan
kegiatan ekonomi yang ada.Infrastruktur jalan, listrik, air bersih, rumah sakit dan
sekolah menjadi beberapa hal yang sangat penting untuk ditingkatkan kualitas
serta kuantitasnya demi menunjang keberhasilan kegiatan ekonomi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi.
Dinas Perhubungan Kota Sukabumi dalam anggaran tahun 2013,
mendapatkan dana yang berasal dari APBD sebesar 10 milyar rupiah. Alokasi
dana tersebut untuk membiayai pembangunan serta perbaikan infrastruktur di
Kota Sukabumi. Dalam upaya memperbaiki infrastrukturnya, pemerintah Kota
Sukabumi telah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018 dan
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rapetada), menyatakan bahwa
pembangunan infrastruktur strategis di Kota Sukabumi dalam kurun waktu 5
(lima) tahun mendatang mengarah pada penyelesaian pembangunan terminal, dan
pembangunan atau pemeliharaan jalan, penyelesaian jalan lingkar selatan,
persiapan interchange jalan tol bocimi.
Namun, sampai saat ini kondisi infrastruktur Kota Sukabumi masih
kurang baik dan jauh dari kondisi yang diharapkan. Banyak sekali jalan yang
rusak, yang akhirnya menyebabkan kemacetan, distribusi barang terhambat serta
kecelakaan.Selain itu, jumlah pasokan listrik dan air bersih di Kota Sukabumi
masih kurang dari yang seharusnya disediakan walaupun sampai saat ini bisa
5
dikatakan cukup.Pelayanan rumah sakit serta sekolah juga masih kurang
baik.Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan nilai PDRB Kota
Sukabumi, padahal menurut teori yang ada menyebutkan bahwa PDRB yang
meningkat mencerminkan bahwa infrastrukturnya berkontribusi dengan baik
terhadap nilai PDRB.
Adanya infrastruktur yang memadai akan memudahkan aktivitas
perekonomian yang berlangsung khususnya dalam hal distribusi barang dan jasa
sehingga jumlah output yang mampu dihasilkan akan meningkat. Hal ini
menyebabkan pemerintah harus bekerja lebih baik lagi dalam mengawasi
pembangunan serta perbaikan infrastruktur, karena jika tidak ada pembangunan
serta perbaikan infrastruktur maka secara otomatis kegiatan ekonomi yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi akan terhambat. Sedangkan,
keberadaan infrastruktur di Kota Sukabumi sangat dibutuhkan mengingat
kontribusinya yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Sukabumi.Oleh karena itu, permasalahan ini terpilih menjadi fokus penelitian.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi serta menganalisis bagaimana kondisi
infrastruktur di Kota Sukabumi.
Perumusan Masalah
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pembangunan
infrastruktur sangat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi serta pengembangan terhadap sektor-sektor lainnya yang ditandai
dengan mobilitas penduduk yang tinggi, percepatan laju arus barang, peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana pembangunan dan peningkatan efisiensi dari sarana
pembangunan tersebut. Infrastruktur yang memiliki kuantitas serta kualitas yang
baik memang sangat diperlukan bahkan menjadi sebuah tuntutan khususnya bagi
Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi setiap
tahunnya. Karena infrastruktur yang baik dan memadai akan mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi serta mempercepat proses
pembangunan.
Ketersediaan infrastruktur di Kota Sukabumi sejauh ini sudah cukup baik,
meskipun masih perlu perbaikan serta pembangunan infrastruktur lain untuk
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi. Perbaikan serta
pembangunan infrastruktur dengan kualitas yang baik memang sangat diperlukan,
hal ini bertujuan untuk memudahkan akses distribusi barang dan menunjang
fasilitas infrastruktur untuk kegiatan ekonomi lainnya. Infrastruktur jalan yang
baik akan memudahkan akses perpindahan barang dan jasa serta mempermudah
akses untuk daerah lainnya, ketersediaan akses air bersih dan listrik dapat
meningkatkan produksi rumah tangga dan industri yang akhirnya akan
memaksimalkan output yang dihasilkan, dan ketersediaan fasilitas pendidikan
serta kesehatan yang baik akan meningkatkan produktivitas penduduk yang
nantinya akan membantu menciptakan pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan.
6
Infrastruktur (%)
25
20
Air bersih
15
Panjang jalan
10
5
Ranjang rumah
sakit
Sekolah
0
Listrik
Tahun
Gambar 3
Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun
2000-2012.
Sumber:
BPS Kota Sukabumi, 2012 (diolah).
Berdasarkan Gambar 3 pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tidak
selalu menunjukkan peningkatan.Infrastruktur air bersih dan listrik mengalamai
peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa PLN dapat memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk wilayah Kota
Sukabumi meskipun mengalami penurunan pada tahun 2009 setelah sebelumnya
meningkat drastis pada tahun 2008. Begitu juga dengan air bersih, pertumbuhan
yang tetap setiap tahunnya sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan air
bersih di Kota Sukabumi sudah terpenuhi dengan baik.
Panjang jalan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya,
penurunan tersebut mengurangi panjang jalan dalam kondisi baik. Oleh karena itu,
pemerintah harus memperhatikan kondisi jalan dengan cara pemeliharaan secara
berkala. Infrastruktur sekolah dan ranjang rumah sakit mengalami pertumbuhan
yang cukup baik, meskipun untuk ranjang rumah sakit mengalami penurunan pada
tahun 2001 sampai 2003 namun itupun bukan penurunan yang drastis. Hal ini
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan untuk pendidikan serta kesehatan
sudah terpenuhi dengan baik di Kota Sukabumi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?
2. Bagaimana peran serta pengaruh dari infrastruktur jalan, listrik, air bersih,
ranjang rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Sukabumi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini diantaranya:
1. Mengidentifikasi perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?
2. Menganalisis pengaruh dari infrastruktur jalan, listrik, air bersih, ranjang
rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Sukabumi?
7
Manfaat Penelitian
Disamping untuk menjawab permasalahn yang ada, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagiberbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan mengenai pembangunan
infrastruktur yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan informasi bagi penelitian-penelitian lainnya.
3. Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi dan pengetahuan umum mengenai perkembangan infrastruktur
yang ada di Kota Sukabumi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kota Sukabumi di Provinsi
Jawa Barat dari tahun 1990 hingga 2012.Data yang dipakai merupakan data
sekunder.Penggunaan data dalam penelitian ini dimulai sejak tahun
1990.Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi yang meliputi
infrastruktur jalan berdasarkan kondisi jalan yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), konsumsi listrik PLN menurut klasifikasi yang disediakan oleh
P.T. PLN Distribusi Jawa Barat cabang Kota Sukabumi, ketersediaan air bersih
yang disediakan oleh PDAM, serta infrastruktur sosial meliputi infrastruktur
kesehatan dan pendidikan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan paling tidak harus
memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan
pedoman praktis dalam memahaminya.Komponen yang paling hakiki tersebut
yaitu kecukupan makanan (sustenance), memenuhi kebutuhan pokok,
meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan
(freedom)untuk memilih. Todaro (1998), juga mendefinisikan pembangunan
merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar
dari struktur sosial sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga
nasional sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan,
dan kemiskinan absolut. Sedangkan dalam arti sempit, Glasson (1977)
mendefinisikan pembangunan wilayah yaitu kemampuan wilayah yang
bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan.
Menurut Rustiadi et all (2005), secara filosofis proses pembangunan dapat
diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk
menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi
pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.
Pembangunan disuatu daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di wilayah (region) tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan
8
nasional.Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan terjadi jika laju
pertumbuhan ekonomi daerah meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat
masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan belum mampu
menciptakan spread effect maupun trickling down effect yang mementingkan
kebutuhan masyarakat.
Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat
eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang
memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar wilayah.
Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap
secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah menjadi
penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap
pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah, sehingga kemampuan
wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun
setengah jadi akan berbeda.
Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi dalam suatu
perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu
sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin
lama semakin besar. Ada tiga komponen utama dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi setiap bangsa, yaitu:
1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang ditanamkan
seperti tanah, peralatan fisik, serta sumber daya manusia melalui perbaikan
di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan.
2. Pertumbuhan jumlah penduduk, yang pada akhirnya menyebabkan
pertumbuhan angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi, yang diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Akumulasi modal diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima
saat ini ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output
dan pendapatan di masa yang akan datang. Pengadaan pabrik-pabrik, mesinmesin, peralatan dan bahan baku akan meningkatkan stock modal (capital stock)
dan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif yang bersifat langsung
tersebut harus ditopang oleh berbagai investasi penunjang yang disebut dengan
investasi infrastruktur sosial dan ekonomi.Pengadaan infrastruktur ini meliputi
pembangunan jalan, penyediaan energi listrik, penyediaan sarana air bersih,
perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, dan sebagainya.
Keseluruhan dari adanya penyediaan infrastruktur ini sangat dibutuhkan dalam
menunjang dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam suatu negara.
Selanjutnya terdapat teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh
Robert Solow yang dikenal dengan model pertumbuhan Solow (Solow growth
model). Model ini dirancang untuk menunjukan bagaimana persediaan modal,
pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam
perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa di
suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2003).
Arsyad (1999) menjelaskan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
daerah adalah apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di suatu
wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di
wilayah tertentu.Pertambahan pendapatan tersebut di ukur dalam nilai rill atau di
nyatakan dalam harga konstan.
9
Sukirno (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian suatu
Negara dari waktu ke waktu.Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk
presentase perubahan pendapatan nasional pada satu tahun tertentu terhadap
pendapatan nasional tahun sebelumnya.
Infrastruktur
Menurut Kwik Kian Gie (2002), infrastruktur merupakan roda penggerak
pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur
dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi
makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur dapat mempengaruhi
marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi
mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur dapat berpengaruh terhadap
pengurangan biaya produksi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem
sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.Sistem infrastruktur
dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,
peralatan-peralatan, serta instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk
berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).
Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah
studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003).
The World Bank (1994) mengelompokkan infrastruktur ke dalam beberapa
jenis, diantaranya :
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yangdiperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publicutilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal,
irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan,
lapangan terbang dansebagainya).
2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
rekreasi.
3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau kapital.Infrastruktur
tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang
berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur
tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan
produktivitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas.
Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan
ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.
Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat
dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP
lebih besar dari satu. Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita
meningkat secara relatif maka pengeluaran pemerintah akan meningkat.
10
Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai rujukan, antara lain:Prasetyo (2008) melakukan studi mengenai
“Ketimpangan dan Dampak Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI)”. Analisis regresi data panel
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi dan pandapatan perkapita di KBI. Infrastruktur yang diteliti meliputi:
panjang jalan, listrik dan air bersih. Analisis dilakukan dengan data 14 provinsi di
KBI dan pada kurun waktu 1995-2006. Dengan menggunakan model fixed effect
ditemukan bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan perkapita.
Sari, Perwita (2009) melakukan studi mengenai “Pengaruh Infrastruktur
terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten tertinggal KTI”membahas
tentang gambaran umum keragaman dan menganalisis pengaruh infrastruktur
khususnya infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi 25
kabupaten tertinggal Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penelitian menggunakan
data sekunder berupa data panel 25 kabupaten tertinggal KTI untuk periode 3
tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi yang dilakukan adalah analisis
regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS).
Hasil penelitian dengan menggunakan model fixed effect menunjukkan
bahwa infrastruktur ekonomi (panjang jalan, jumlah keluarga pengguna telepon,
jumlah keluarga pengguna listrik) dan infrastruktur sosial (jumlah sekolah) serta
program P2IPDT yang dilakukan KNPDT berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat membantu kabupaten tertinggal menjadi
suatu kabupaten yang terbuka dan mampu berinteraksi dengan “dunia luar”
sehingga akses ke berbagai faktor produksi menjadi semakin mudah untuk
dijangkau.
Andriani, Evanti (2013) “Analisis Peran Infrastruktur terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat”.penelitian ini menjelaskan
perkembangan infrastruktur di Jawa Barat dan menganalisis peran infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Analisis ini menggunakan data
panel dengan model fixed effect yang menggunakan data di 26 kabupaten/kota
yang ada di Provinsi jawa Barat dalam kurun waktu 2007-2011. Hasil
menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa Barat terus meningkat. Berdasarkan
model dalam analisis, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dimana infrastruktur
listrik memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Suyanto, Vitasari (2013) “Pengaruh Infrastruktur terhadap produk
Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Tertinggal dan NonTertinggal di Indonesia”. Analisis ini menggunakan metode data panel pada 159
kabupaten di Indonesia tahun 2009-2011dengan rincian 119 kabupaten nontertinggal dan 40 kabupaten tertinggal.Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
ketersediaan infrastruktur sekolah, rumahsakit dan jalan lebih besar pengaruhnya
di kabupaten tertinggal sedangkan ketersediaan listrik lebih besar pengaruhnya di
kabupaten non-tertinggal.
Jurnal hasil penelitian Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus
(2009) “Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Wilayah Indonesia”. Analisis ini menggunakan data panel 26 Provinsi di
Indonesia. Hasil dari penelitian ini, perekonomian di Indonesia masih bersifat
11
padat karya sehingga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan lapangan
pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja lebih efektif dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, infrastruktur listrik, jalan dan air berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Keterkaitan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan
ekonomi ditandai dengan peningkatan output. Apabila suatu daerah tidak
memiliki infrastruktur yang baik, akan menghambat kegiatan ekonomi di daerah
tersebut untuk berkembang. Namun, apabila infrastruktur di daerah tersebut
berkembang dengan baik maka akan terjadi peningkatan pendapatan nasional
yang diakibatkan oleh tingginya mobilitas penduduk serta mudahnya akses
distribusi barang dan jasa sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
Teori yang terkait dengan infrastruktur adalah teori Cobb-douglas, dalam
fungsi produksinya menyatakan bahwa produktivitas output terdiri dari tenaga
kerja, modal dan teknologi. Setiap peningkatan pada jumlah tenaga kerja, modal
dan tekonologi akan mengakibatkan perubahan pada tingkat output yang
dihasilkan. Modal yang digunakan yaitu dari sektor infrastruktur yang kemudian
diagregasi menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial.Dalam penelitian ini
difokuskan pada infrastruktur ekonomi meliputi infrastruktur jalan, listrik dan air
bersih.Kemudian infrastruktur sosial meliputi infrastruktur rumah sakit dan
sekolah. Peningkatan infarstruktur ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini akan meningkatkan aktivitas produksi dari
berbagai sektor. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dijelaskan
pada Gambar 4.
Kondisi Perekonomian Jawa
Barat
Pembangunan Infrastruktur di
Kota Sukabumi
Infrastruktur Ekonomi
- Air Bersih
-Listrik
- Panjang Jalan
Infrastruktur Sosial
-Ranjang Rumah Sakit
- Sekolah
Pertumbuhan Ekonomi Kota
Sukabumi
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis
penelitian berdasrkan teori yang tertera pada pendahuluan diantaranya:
12
1. Panjang jalan yang ada di Kota Sukabumi mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan
memperlancar proses pendistribusian dan mempermudah akses antar
daerah.
2. Jumlah energi listrik yang terjual mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena semakin banyak jumlah listrik yang terjual
menggambarkan banyaknya energi listrik yang di konsumsi oleh
masyarakat, yang berarti ketersediaan akses daerah terhadap energi listrik
dapat membantu meningkatkan pergerakan ekonomi Kota Sukabumi.
3. Jumlah air bersih yang tersalurkan mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan akses terhadap air bersih akan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan
masyarakat di Kota Sukabumi.
4. Peningkatan taraf pendidikan akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena tingginya tingkat pendidikan akan
meningkatkan produktivitas seseorang.
5. Rasio ranjang rumah sakit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi karena semakin tersedianya ranjang rumah sakit menunjukkan
bahwa akses bagi kesehatan tenaga kerja semakin mudah sehingga
produktivitas tenaga kerja akan meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time
series tahun 1990-2012.Data yang digunakan dalam analisis adalah data
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi, infrastruktur jalan, air
bersih, listrik, rumah sakit dan pendidikan.Data yang dikumpulkan merupakan
data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), baik BPS pusat
maupun BPS Daerah Kota Sukabumi.Selain itu, data sekunder dapat diperoleh
juga melalui studi kepustakaan dan literarur yang relevan serta berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan.
Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis variabel yang
berpengaruh terhadap pendapatan Kota Sukabumi, serta sektor-sektor
perekonomian yang berkembang dari tahun 1990-2012. Data tersebut merupakan
data time series dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan
MINITAB 14.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan deskriptif.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji keterkaitan antara pembangunan
infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Analisis ini menggunakan metode
regresi berganda. Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
ekonomi yang akan dianalisis dengan teknik Ordinary Least Square (OLS).
Dengan teknik tersebut diharapkan dapat diketahui pengaruh pembangunan
infrastruktur yang terdiri dari panjang jalan (km), energy listrik (kWh), air bersih
13
(m3), ranjang rumah sakit (unit) dan jumlah sekolah (satuan) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan MINITAB 14.Analisis deskriptif digunakan dengan
bantuan grafik dan diagram untuk memaparkan kondisi Infrastruktur dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Analisis Regresi Linier berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
independennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
time series, maka dapat diolah menggunakan perangkat lunak (software) Minitab
14.Menurut Gujarati (2006), metode OLS dapat digunakan jika memenuhi
beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi , tergantung
kepada nilai tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol.
2. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homokedastik.
3. Tidak ada autokorelasi dalam residual.
4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokasti.
5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan.
6. Variasi residual menyebar normal.
Jika asumsi tersebut dipertahankan dalam model regresi linier berganda,
maka penduga terkecilnya mempunyai variasi minimum yang merupakan penduga
linier tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan berbagai pengujian statistik, ekonomi dan ekonometrika.Pengujian
statistik dilakukan dengan uji signifikasi (uji t), analisis varian (uji F) dan uji
).Sedangkan untuk pengujian ekonometrika dilakukan
koefisien determinasi (
untuk mengestimasi parameter regresi dengan menggunakan OLS asumsi-asumsi
klasik.Untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik maka
harus dilakukan uji autokorelasi, uji multikolineritas dan uji heteroskedastisitas.
Apabila terjadi pelanggaran asumsi maka akan diperoleh hasil estimasi yang tidak
valid.
Model Umum Analisis Regresi Berganda:
Menurut Winarno (2007), model umum analisis regresi berganda dapat
digambarkan seperti berikut:
Dimana:
Y
i
X1, X2, Xn
= Variabel endogen atau tak bebas
= Tahun
= intersept atau nilai Y saat i= 0
= Variabel eksogen atau bebas
= Parameter dari X 1i, X 2i, X ni
= Error term atau derajat kesalahan
14
Model Penelitian
Pada penelitian ini, model yang digunakan mempunyai bentuk:
LN_Y = LN
+ LN_JLN +
LN_LTK+ LN_AIR+ LN_RRS+
LN_SK
Dimana:
Y
JLN
LIST
AIR
RRS
SKL
a0
b1, b2, b3, b4, b5
= Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi
(Juta Rupiah).
= Jumlah Panjang Jalan (Km).
= Jumlah Energi Listrik yang Terjual di Kota Sukabumi
(kWh).
= Volume Air Bersih yan Disalurkan (m3).
= Jumlah Ranjang Rumah Sakit (Unit).
= Jumlah Sekolah (Unit).
= konstanta (intersept).
=Parameter yang Diduga.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus dipenuhi analisis
regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).Selain itu,
untuk mendapatkan analisis regresi linear berganda yang baik harus memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai jika
memenuhi kriteria berikut:
1. b1dan b2 merupakan penaksir linear dimana penaksir tersebut merupakan
fungsi linear dari variabel acak Y.
2. kedua penaksir tidak bias yakni, E(b1)= B1 dan E(b2)= B2. Jika
penerapannya dilakukan secara berulang-ulang, maka rata-rata b1 dan
b2akan sama dengan nilai B1 dan B2.
3. E( 2)= 2, yang artinya varians kesalahan dari OLS tidak bias. Jika
penerapannya dilakukan berulang-ulang maka nilai taksiran dari varians
kesalahan akan tepat sama dengan nilai varians sebenarnya.
4. b1dan b2 merupakan penaksir yang efisien, yang artinya var (b 1) lebih kecil
daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B1 dan var (b2)
lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B 2.
Dengan demikian penaksir B1dan B2 dengan OLS sebenarnya akan lebih
tepat dibandingkan metode lainnya walaupun memberikan penaksir tak
bias juga dari parameter yang sebenarnya.
Uji Ekonometrika
untuk menguji asumsi klasik di dalam suatu penelitian, dilakukan beberapa
pengujian diantaranya:
1. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat error term terdistribusi secara
normal atau tidak.Uji ini dapat dilakukan melalui Jarque-Bera Test (J-B)
atau melihat dari plot sisaan. Jika nilai probabilitas pada (J-B) > taraf
15
nyata , maka error term dalam model yang digunakan terdistribusi secara
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya
hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut
Gujarati (2006), adanya multikolinearitas dapat terlihat melalui:
a. Nilai R-squared yang tinggi namun sedikit rasio yang signifikan.
b. Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya.
c. Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel bebas
sebagai salah satu variabel terikat dan variabel bebas lainnya tetap
diberlakukan sebagai variabel bebas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa model yang digunakan
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.Masalah ini terjadi jika variansi
dari suatu error tidak konstan (tetap).Cara yang dilakukan untuk
mendeteksi masalah ini dapat dilakukan dengan uji White.
Heteroskedastisitas dapat terjadi dalam suatu model jika nilai statistic
White lebih besar dari X2.
4. Uji Autokorelasi
Suatu model terindikasi telah terjadi autokorelasi jika antara suatu
pengamatan dengan pengamatan lainnya memiliki keterkaitan. Untuk
mendeteksi adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang nantinya akan
menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey
dilakukan dengan meregresi residual.Bila nilai probability (P-value) lebih
kecil dari taraf nyata, maka model yang digunakan mengandung
autokorelasi.
Uji Kriteria Statistik
a. Uji Koefisien Determinasi
) mengukur goodness of fit dari
Koefisien Determinasi(
menyatakan persentase
persamaan regresi linear berganda. Nilai
keragaman total dari peubah tidak bebas yang dijelaskan oleh semua
peubah secara bersama-sama.
Nilai R2 berkisar antara nol dan satu, kecocokan model dikatakan lebih
baik jika R2 semakin mendekati 1.
b. Uji T-statistik
Uji-t dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang dapat
menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis
pengujian ini adalah:
H0 = j = 0
H1 = j 0
Jika nilai t-statistik >t
(n-k-1) maka dikatakan tolak H0 yang
artinya dengan tingkat keyakinan 1- dapat disimpulkan bahwa variabel
bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat.
16
c. Uji F-statistik
Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara
bersama-sama.Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut
dapat menjelaskna atau memprediksi keragaman variabel terikat. Hipotesis
pengujian ini adalah:
H0 = 1 = 2 =…= k (tidak ada pengaruh).
H1 = minimal ada satu j yang 0 (ada pengaruh).
Dikatakan tolak H0 jika Fhit>F (k, n-k-1) yang artinya paling tidak ada
satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap variabel tak
yang
bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit >
artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur
keberhasilan suatu bangsa atau negara dalam melakukan pembangunan ekonomi.
Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).Nilai PDRB yang dilihat yaitu nilai PDRB atas dasar
harga konstan, karena PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan
pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu serta tidak
memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang ada.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, pertumbuhan
ekonomi Kota Sukabumi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5.29
persen, meningkat sekitar 1.1 persen dibandingkan tahun 2011. PDRB atas dasar
harga konstan memang selalu menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Hal
tersebut terlihat pada Gambar 5, dari tahun 1990 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar Rp. 2.082.287 juta rupiah. Nilai PDRB Kota Sukabumi pada
tahun 1990 adalah sebesar Rp. 67.604 juta sedangkan tahun 2012 sebesar Rp.
2.149.891 juta.
Juta Rupiah
25000
20000
15000
10000
PDRB
5000
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0
Tahun
Gambar 5
Sumber:
PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 Tahun1990
sampai 2012.
BPS RI, 2012 (diolah).
Besarnya nilai PDRB tidak terlepas dari kontribusi tiap sektor terhadap
pembentukan PDRB tersebut. Terdapat 9 sektor yang terdiri dari pertanian,
17
Persen
pertambangan dan penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan
jasa-jasa.
50.00
Pertanian
40.00
30.00
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
20.00
Listrik, Gas dan Air Bersih
10.00
Bangunan
Perdagangan Hotel Restoran
0.00
2009
2010
Tahun
2011
2012
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor.
Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).
Gambar 6 menunjukkan besarnya presentase kontribusi tiap sektor
terhadap PDRB Kota Sukabumi tahun 2009-2012. Dapa
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:
PERIODE TAHUN 1990-2012
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infrastruktur
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
NIM H14100144
ii
ABSTRAK
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. Pengaruh Pembangunan
Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi.Dibimbing oleh
MUHAMMAD FINDI A.
Infrastruktur
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.Ketersediaan infrastruktur menjadi tuntutan yang sangat penting dalam
menjalankan roda perekonomian suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi dan
menganalisis pengaruh dari infrastruktur panjang jalan, listrik, air bersih, ranjang
rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Analisis ini menggunakan metode analisis regresi berganda berbasis OLS
(Ordinary Least Square) dengan menggunakan data sekunder time series di Kota
Sukabumi tahun 1990-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai pengukuran output, panjang
jalan (Km), jumlah energi listrik yang terjual (kWh), volume air bersih yang
tersalurkan (m3), jumlah ranjang rumah sakit yang tersedia (unit) dan jumlah
sekolah (unit). Hasil menunjukan bahwa berdasarkan model dalam analisis,
infrastruktur jalan, listrik dan sekolah memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.Sedangkan infrastruktur air bersih dan
ranjang rumah sakit memberikan pengaruh yang positif dan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Kata Kunci: Infrastruktur, OLS, pertumbuhan ekonomi
ABSTRACT
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA. The Impact of Infrastructure
Development to Economic Growth in Sukabumi.Supervised by MUHAMMAD
FINDI A.
Infrastructure is a driving wheel of economic growth. The availability of
infrastructure became an important demand in running the economic wheel of an
area. The purpose of this research was to explain the infrastructure developing and
analyze the influence of long road, electricity, clean water, hospital bed and
school to economic growth in Sukabumi. The analysis was used multiple
regression analysis method with OLS (Ordinary Least Square)-based and time
series secondary data in Sukabumi from 1990 to 2012. The variable that used in
this research was Gross Domestic Regional Product (GDRP) as output
measurement, the long road (Km), total of sold-electricity (kWh), the volume of
accessed-clean water (m3), total of available-hospital bed (unit) and total of school
(unit). The result showed based on model analysis, the long road, electricity and
school infrastructure gave a negative influence to economic growth in Sukabumi,
whereas clean water and hospital bed infrastructure gave a positive influence and
significant contribution to economic growth in Sukabumi.
Key word : economic growth, infrastructure, OLS
PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SUKABUMI:
PERIODE TAHUN 1990-2012
DESTY NURHIDAYANTI CHAERUNNISA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
Judul Skripsi : Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012
Nama
: Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
NIM
: H14100144
Disetujui oleh
Dr. Muhammad Findi, M. E.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kota Sukabumi: Periode Tahun 1990-2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Muhammad Findi, M. E.
selaku pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, kepada Dr. Wiwiek
Rindayati dan Salahudin El- Ayyubi, M. A. selaku penguji siding skripsi, seluruh
staf departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah membantu selama proses
pembuatan surat, pihak BPS RI dan Kota Sukabumi yang telah menyediakan dan
melayani penulis saat proses pengumpulan data, kepada Annisa Fitra, Aprillia
Fitria, Dyah Ayu, dan Muhammad Hilman selaku teman satu bimbingan yang
telah membantu. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu tercinta Titi Nurfianty,
Bapak tercinta H. Hidayat Noor dan Kakak tercinta Noviar Ramdhani, Luthfi
Ramdhani, S.E, Eva Nurlaela, Dinna Nurul Zannah serta Sahabat tercinta Unggul
Nandika Diennasti, Nilam Mayasari, Putri Claristha yang telah memberikan
perhatian serta membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah
memberikan dukungan secara moril. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua
keluarga besar Ilmu Ekonomi 47 yang telah menjadi keluarga selama masa
perkuliahan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Desty Nurhidayanti Chaerunnisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
7
Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
7
Infrastruktur
9
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
10
11
12
METODE
13
Jenis dan Sumber Data
13
Metode dan Pengolahan Data
13
Analisis Regresi Linear Berganda
13
Model Penelitian
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi
17
Perkembangan Infrastruktur di Kota Sukabumi
18
Analisis Model Penelitian
23
Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
26
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
31
32
viii
DAFTAR TABEL
1 Peranan wilayah atau pulau dalam pembentukan PDRB nasional tahun
2009-2012
2 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Sukabumi tahun 19902012
3 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
4 Nilai VIF untuk uji multikolinearitas
5 Hasil estimasi pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Sukabumi
1
19
21
26
27
DAFTAR GAMBAR
1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000
tahun 2001-2012
2 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012
3 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun 20002012
4 Kerangka Pemikiran
5 PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 tahun 1990-2012
6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor
7 Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
8 Jumlah energi listrik yang terjual menurut kategori pelanggan tahun
2012
9 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kota Sukabumi
tahun 1990-2012
10 Volume air bersih yangdisalurkan menurut kategori pelanggan tahun
2012
11 Jumlah sekolah di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
12 Jumlah ranjang rumah sakit di Kota Sukabumi tahun 1990-2012
13 Uji normalitas
14 Jumlah sekolah menurut kondisi sekolah di Kota Sukabumi tahun 20032012
3
4
6
13
18
18
21
22
22
23
23
24
25
29
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai VIF untuk uji Multikolinearitas
2 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Sukabumi
3 Uji normalitas
4 Uji Heteroskedastisitas Lnresid^2
31
31
31
32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang penting dilakukan
oleh suatu Negara di berbagai belahan dunia manapun dengan tujuan untuk
mencapai indikator kesejahteraan sosial (social walfare). Terdapat beberapa
indikator yang bisa digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi
di suatu Negara atau wilayah salah satunya adalah dengan melihat nilai
pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan
adanya peningkatan taraf perekonomian di suatu wilayah sedangkan pertumbuhan
ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian di wilayah
tersebut.
Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu Negara
atau wilayah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sarana dan prasarana,
sumberdaya alam, sumberdaya manusia baik jumlah maupun tingkat kualitas
penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk
berinovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat nilai Produk
Domestik Bruto (PDB), selain itu untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dapat diukur dengan melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Struktur perekonomian didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang berada di
Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah yang
memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB Nasional adalah Pulau
Jawa, hal tersebut dibuktikan dengan data dari tahun 2009-2012 yang
menunjukkan bahwa kontribusi Pulau Jawa dalam pembentukan PDB Nasional
selalu melebihi 50 persen, sedangkan sisanya berasal dari kontribusi wilayah lain
di Indonesia.
Tabel 1 Peranan Wilayah/Pulau dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
2009-2012 (persen).
Wilayah/Pulau
2009
2010
2011
2012
Sumatera
22.7
23.1
23.5
23.8
Jawa
58.6
58.1
57.6
57.5
Bali dan NusaTenggara
2.8
2.7
2.6
2.6
Kalimantan
9.2
9.2
9.6
9.3
Sulawesi
4.4
4.5
4.6
4.8
Maluku dan Papua
2.3
2.4
2.1
2.1
Indonesia
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber: BPS RI, 2012.
Tabel 1 menunjukkan perbedaan kontribusi tiap wilayah di Indonesia.
Perbedaan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional,
merupakan akibat dari ketidakmerataan penyebaran Sumberdaya Alam (SdA) dan
Sumberdaya Manusia (SdM) serta perbedaan laju pembangunan di tiap
wilayah.Selain itu, pengembangan dan pembangunan infrastruktur di tiap wilayah
juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional.
2
Infrastruktur merupakan roda penggerak bagi pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah.Infrastruktur dibedakan menjadi dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi
dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik
yang digunakan dalam produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat
luas.Dalam pengertian ini, infrastruktur ekonomi meliputi prasarana seperti tenaga
listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, sanitasi, serta
pembuangan limbah.Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana
kesehatan dan pendidikan.
Pembangunan infrastruktur menjadi faktor penentu keberhasilan
pembangunan bangsa. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan
ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu
sama lain, dengan kata lain ketersediaan infrastruktur juga sudah menjadi suatu
tuntutan untuk menjalankan roda perekonomian suatu bangsa, karena Negara yang
memiliki infrastruktur baik akan lebih dapat bersaing dibandingkan Negara yang
memiliki infrastruktur yang minim.
Di Indonesia, pengembangan infrastruktur masih terpusat di Pulau Jawa.
Terdapat tiga provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terbesar bagi
pembentukan PDB Nasional yaitu DKI Jakarta sebesar 16.5 persen, Jawa Timur
sebesar 14.7 persen dan Jawa Barat sebesar 14.3 persen (BPS, 2011). Jawa Barat
sebagai penyangga ibukota yang memiliki daerah Kabupaten/Kota lebih dari 20
daerah juga memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian
sehingga pengembangan serta pembangunan infrastruktur di Jawa Barat harus
diberi perhatian agar dapat menopang pertumbuhan Jawa Barat serta daerah yang
ada di Jawa Barat tersebut.
Satu dari beberapa kota di Provinsi Jawa Barat yang menarik untuk diteliti
serta sedang melakukan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran adalah
Kota Sukabumi. Kota Sukabumi memiliki wilayah dengan luas yang terbatas,
serta jumlah penduduk yang hanya sekitar 300 ribu jiwa sehingga kedua hal
tersebut tidak bisa dijadikan modal utama dalam pengembangan potensi ekonomi
di Kota Sukabumi. Namun, Kota Sukabumi memiliki letak yang strategis diantara
dua pusat pengembangan dan pusat pertumbuhan ekonomi yaitu wilayah Bandung
Raya dan wilayah megapolitan Jakarta, hal ini menjadi peluang yang dapat
menjadi modal dasar dalam menggerakan roda perekonomian.
Posisi yang strategis tersebut mendorong mudahnya pergerakan arus orang
dan barang keluar atau masuk Kota Sukabumi.Selain itu, saat ini Kota Sukabumi
juga sangat diminati oleh investor asing yang dibuktikan dengan banyaknya
pabrik industri disekitar Kota Sukabumi.Kondisi tersebut dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi, laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
merupakan indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi di suatu
wilayah. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai seberapa jauh
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam periode tertentu,
indikator ini juga dapat digunakan untuk menentukan arah kebijakan
pembangunan di masa depan (BPS, 2012). Peningkatan LPE Kota Sukabumi juga
merupakan dampak dari peningkatan LPE Provinsi Jawa Barat.
3
7
5.39
Persen (%)
6
5
4
3
5.77
5.60
5.34
5.08
5.95
6.23
6.02
6.51
6.11
6.48
6.14
6.48
6.22
6.20
6.21
6.11 6.31
5.29
4.67
4.77
4.19
3.76
3.16
2
1
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
JABAR
KOTA SUKABUMI
Gambar 1 LPE Kota Sukabumi dan Jawa Barat tahun 2001-2012 atas dasar harga
konstan tahun 2000 (persen).
Sumber:
BPS RI, 2012 (diolah).
Pada Gambar 1 menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi
Kota Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2001-2012. Pertumbuhan ekonomi Kota
Sukabumi dan Jawa Barat terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan
nilai yang positif. Dengan kata lain, terjadi peningkatan output produksi barang
dan jasa setiap tahunnya. Selama 12 tahun periode pengamatan LPE Kota
Sukabumi mencapai 5.08 persen sampai dengan 6.51 persen, dengan angka
terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun 2007. Sedangkan untuk
Provinsi jawa Barat nilai LPE berkisar antara 3.16 persen sampai dengan 6.48
persen, dengan angka terendah pada tahun 2001 dan angka tertinggi pada tahun
2007 dan 2011.
Jika dilihat dari gambar, LPE Kota Sukabumi selalu berada diatas LPE
Provinsi Jawa Barat. Namun, fluktuasi terjadipada tahun 2008 hingga tahun 2012,
bahkan selama tiga tahun terakhir LPE Kota Sukabumi selalu lebih rendah dari
LPE Jawa Barat. Walaupun demikian secara umum perekonomian Kota Sukabumi
pada tahun 2012 tetap dikatakan pertumbuhan yang positif, hanya saja mengalami
perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukabumi yang meningkat,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi juga meningkat.PDRB
merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
perkembangan dan struktur perekonomian di suatu daerah.Selama periode tahun
1990-2012, PDRB Kota Sukabumi menunjukkan terjadinya fluktuasi namun
cenderung meningkat.
4
2,500,000.00
Juta Rupiah
2,000,000.00
1,500,000.00
1,000,000.00
500,000.00
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0.00
Tahun
Gambar 2
Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi Tahun 1990-2012.
Sumber:
BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).
Gambar 2 menunjukkan peningkatan PDRB Kota Sukabumi Tahun 19902012.PDRB Kota Sukabumi jika dilihat dari trend pergerakannya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.Hanya pada tahun 1997 dan tahun1998 PDRB
mengalami penurunan namun tidak drastis, setelah itu hingga tahun 2012 PDRB
Kota Sukabumi terus mengalami peningkatan.Hal ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Kota Sukabumi
menunjukkan bahwa Kota Sukabumi telah menjadi daerah dengan potensi
ekonomi yang baik. Meskipun Kota Sukabumi bukan daerah berbasis industri,
tetapi selama beberapa tahun kebelakang hingga saat ini banyak investor asing
yang mendirikan pabrik sehingga Kota Sukabumi telah menjadi daerah
pergerakan arus distribusi barang dan orang. Kondisi tersebut mengharuskan Kota
Sukabumi memiliki infrastruktur yang dapat mendukung keberlangsungan
kegiatan ekonomi yang ada.Infrastruktur jalan, listrik, air bersih, rumah sakit dan
sekolah menjadi beberapa hal yang sangat penting untuk ditingkatkan kualitas
serta kuantitasnya demi menunjang keberhasilan kegiatan ekonomi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi.
Dinas Perhubungan Kota Sukabumi dalam anggaran tahun 2013,
mendapatkan dana yang berasal dari APBD sebesar 10 milyar rupiah. Alokasi
dana tersebut untuk membiayai pembangunan serta perbaikan infrastruktur di
Kota Sukabumi. Dalam upaya memperbaiki infrastrukturnya, pemerintah Kota
Sukabumi telah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018 dan
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rapetada), menyatakan bahwa
pembangunan infrastruktur strategis di Kota Sukabumi dalam kurun waktu 5
(lima) tahun mendatang mengarah pada penyelesaian pembangunan terminal, dan
pembangunan atau pemeliharaan jalan, penyelesaian jalan lingkar selatan,
persiapan interchange jalan tol bocimi.
Namun, sampai saat ini kondisi infrastruktur Kota Sukabumi masih
kurang baik dan jauh dari kondisi yang diharapkan. Banyak sekali jalan yang
rusak, yang akhirnya menyebabkan kemacetan, distribusi barang terhambat serta
kecelakaan.Selain itu, jumlah pasokan listrik dan air bersih di Kota Sukabumi
masih kurang dari yang seharusnya disediakan walaupun sampai saat ini bisa
5
dikatakan cukup.Pelayanan rumah sakit serta sekolah juga masih kurang
baik.Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan nilai PDRB Kota
Sukabumi, padahal menurut teori yang ada menyebutkan bahwa PDRB yang
meningkat mencerminkan bahwa infrastrukturnya berkontribusi dengan baik
terhadap nilai PDRB.
Adanya infrastruktur yang memadai akan memudahkan aktivitas
perekonomian yang berlangsung khususnya dalam hal distribusi barang dan jasa
sehingga jumlah output yang mampu dihasilkan akan meningkat. Hal ini
menyebabkan pemerintah harus bekerja lebih baik lagi dalam mengawasi
pembangunan serta perbaikan infrastruktur, karena jika tidak ada pembangunan
serta perbaikan infrastruktur maka secara otomatis kegiatan ekonomi yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi akan terhambat. Sedangkan,
keberadaan infrastruktur di Kota Sukabumi sangat dibutuhkan mengingat
kontribusinya yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Sukabumi.Oleh karena itu, permasalahan ini terpilih menjadi fokus penelitian.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi serta menganalisis bagaimana kondisi
infrastruktur di Kota Sukabumi.
Perumusan Masalah
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pembangunan
infrastruktur sangat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi serta pengembangan terhadap sektor-sektor lainnya yang ditandai
dengan mobilitas penduduk yang tinggi, percepatan laju arus barang, peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana pembangunan dan peningkatan efisiensi dari sarana
pembangunan tersebut. Infrastruktur yang memiliki kuantitas serta kualitas yang
baik memang sangat diperlukan bahkan menjadi sebuah tuntutan khususnya bagi
Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi setiap
tahunnya. Karena infrastruktur yang baik dan memadai akan mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi serta mempercepat proses
pembangunan.
Ketersediaan infrastruktur di Kota Sukabumi sejauh ini sudah cukup baik,
meskipun masih perlu perbaikan serta pembangunan infrastruktur lain untuk
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi. Perbaikan serta
pembangunan infrastruktur dengan kualitas yang baik memang sangat diperlukan,
hal ini bertujuan untuk memudahkan akses distribusi barang dan menunjang
fasilitas infrastruktur untuk kegiatan ekonomi lainnya. Infrastruktur jalan yang
baik akan memudahkan akses perpindahan barang dan jasa serta mempermudah
akses untuk daerah lainnya, ketersediaan akses air bersih dan listrik dapat
meningkatkan produksi rumah tangga dan industri yang akhirnya akan
memaksimalkan output yang dihasilkan, dan ketersediaan fasilitas pendidikan
serta kesehatan yang baik akan meningkatkan produktivitas penduduk yang
nantinya akan membantu menciptakan pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan.
6
Infrastruktur (%)
25
20
Air bersih
15
Panjang jalan
10
5
Ranjang rumah
sakit
Sekolah
0
Listrik
Tahun
Gambar 3
Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tahun
2000-2012.
Sumber:
BPS Kota Sukabumi, 2012 (diolah).
Berdasarkan Gambar 3 pertumbuhan infrastruktur di Kota Sukabumi tidak
selalu menunjukkan peningkatan.Infrastruktur air bersih dan listrik mengalamai
peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa PLN dapat memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk wilayah Kota
Sukabumi meskipun mengalami penurunan pada tahun 2009 setelah sebelumnya
meningkat drastis pada tahun 2008. Begitu juga dengan air bersih, pertumbuhan
yang tetap setiap tahunnya sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan air
bersih di Kota Sukabumi sudah terpenuhi dengan baik.
Panjang jalan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya,
penurunan tersebut mengurangi panjang jalan dalam kondisi baik. Oleh karena itu,
pemerintah harus memperhatikan kondisi jalan dengan cara pemeliharaan secara
berkala. Infrastruktur sekolah dan ranjang rumah sakit mengalami pertumbuhan
yang cukup baik, meskipun untuk ranjang rumah sakit mengalami penurunan pada
tahun 2001 sampai 2003 namun itupun bukan penurunan yang drastis. Hal ini
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan untuk pendidikan serta kesehatan
sudah terpenuhi dengan baik di Kota Sukabumi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?
2. Bagaimana peran serta pengaruh dari infrastruktur jalan, listrik, air bersih,
ranjang rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Sukabumi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini diantaranya:
1. Mengidentifikasi perkembangan infrastruktur di Kota Sukabumi?
2. Menganalisis pengaruh dari infrastruktur jalan, listrik, air bersih, ranjang
rumah sakit dan sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Sukabumi?
7
Manfaat Penelitian
Disamping untuk menjawab permasalahn yang ada, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagiberbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan mengenai pembangunan
infrastruktur yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan informasi bagi penelitian-penelitian lainnya.
3. Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi dan pengetahuan umum mengenai perkembangan infrastruktur
yang ada di Kota Sukabumi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kota Sukabumi di Provinsi
Jawa Barat dari tahun 1990 hingga 2012.Data yang dipakai merupakan data
sekunder.Penggunaan data dalam penelitian ini dimulai sejak tahun
1990.Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi yang meliputi
infrastruktur jalan berdasarkan kondisi jalan yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), konsumsi listrik PLN menurut klasifikasi yang disediakan oleh
P.T. PLN Distribusi Jawa Barat cabang Kota Sukabumi, ketersediaan air bersih
yang disediakan oleh PDAM, serta infrastruktur sosial meliputi infrastruktur
kesehatan dan pendidikan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan paling tidak harus
memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan
pedoman praktis dalam memahaminya.Komponen yang paling hakiki tersebut
yaitu kecukupan makanan (sustenance), memenuhi kebutuhan pokok,
meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan
(freedom)untuk memilih. Todaro (1998), juga mendefinisikan pembangunan
merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar
dari struktur sosial sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga
nasional sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan,
dan kemiskinan absolut. Sedangkan dalam arti sempit, Glasson (1977)
mendefinisikan pembangunan wilayah yaitu kemampuan wilayah yang
bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan.
Menurut Rustiadi et all (2005), secara filosofis proses pembangunan dapat
diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk
menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi
pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.
Pembangunan disuatu daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di wilayah (region) tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan
8
nasional.Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan terjadi jika laju
pertumbuhan ekonomi daerah meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat
masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan belum mampu
menciptakan spread effect maupun trickling down effect yang mementingkan
kebutuhan masyarakat.
Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat
eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang
memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar wilayah.
Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap
secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah menjadi
penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap
pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah, sehingga kemampuan
wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun
setengah jadi akan berbeda.
Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi dalam suatu
perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu
sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin
lama semakin besar. Ada tiga komponen utama dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi setiap bangsa, yaitu:
1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang ditanamkan
seperti tanah, peralatan fisik, serta sumber daya manusia melalui perbaikan
di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan.
2. Pertumbuhan jumlah penduduk, yang pada akhirnya menyebabkan
pertumbuhan angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi, yang diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Akumulasi modal diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima
saat ini ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output
dan pendapatan di masa yang akan datang. Pengadaan pabrik-pabrik, mesinmesin, peralatan dan bahan baku akan meningkatkan stock modal (capital stock)
dan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif yang bersifat langsung
tersebut harus ditopang oleh berbagai investasi penunjang yang disebut dengan
investasi infrastruktur sosial dan ekonomi.Pengadaan infrastruktur ini meliputi
pembangunan jalan, penyediaan energi listrik, penyediaan sarana air bersih,
perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, dan sebagainya.
Keseluruhan dari adanya penyediaan infrastruktur ini sangat dibutuhkan dalam
menunjang dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam suatu negara.
Selanjutnya terdapat teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh
Robert Solow yang dikenal dengan model pertumbuhan Solow (Solow growth
model). Model ini dirancang untuk menunjukan bagaimana persediaan modal,
pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam
perekonomian serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa di
suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2003).
Arsyad (1999) menjelaskan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
daerah adalah apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di suatu
wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di
wilayah tertentu.Pertambahan pendapatan tersebut di ukur dalam nilai rill atau di
nyatakan dalam harga konstan.
9
Sukirno (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan perekonomian suatu
Negara dari waktu ke waktu.Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk
presentase perubahan pendapatan nasional pada satu tahun tertentu terhadap
pendapatan nasional tahun sebelumnya.
Infrastruktur
Menurut Kwik Kian Gie (2002), infrastruktur merupakan roda penggerak
pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur
dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi
makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur dapat mempengaruhi
marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi
mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur dapat berpengaruh terhadap
pengurangan biaya produksi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem
sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.Sistem infrastruktur
dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,
peralatan-peralatan, serta instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk
berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).
Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah
studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003).
The World Bank (1994) mengelompokkan infrastruktur ke dalam beberapa
jenis, diantaranya :
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yangdiperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi publicutilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal,
irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan,
lapangan terbang dansebagainya).
2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
rekreasi.
3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau kapital.Infrastruktur
tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang
berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur
tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan
produktivitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas.
Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan
ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.
Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat
dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP
lebih besar dari satu. Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita
meningkat secara relatif maka pengeluaran pemerintah akan meningkat.
10
Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai rujukan, antara lain:Prasetyo (2008) melakukan studi mengenai
“Ketimpangan dan Dampak Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI)”. Analisis regresi data panel
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi dan pandapatan perkapita di KBI. Infrastruktur yang diteliti meliputi:
panjang jalan, listrik dan air bersih. Analisis dilakukan dengan data 14 provinsi di
KBI dan pada kurun waktu 1995-2006. Dengan menggunakan model fixed effect
ditemukan bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan perkapita.
Sari, Perwita (2009) melakukan studi mengenai “Pengaruh Infrastruktur
terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten tertinggal KTI”membahas
tentang gambaran umum keragaman dan menganalisis pengaruh infrastruktur
khususnya infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi 25
kabupaten tertinggal Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penelitian menggunakan
data sekunder berupa data panel 25 kabupaten tertinggal KTI untuk periode 3
tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi yang dilakukan adalah analisis
regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS).
Hasil penelitian dengan menggunakan model fixed effect menunjukkan
bahwa infrastruktur ekonomi (panjang jalan, jumlah keluarga pengguna telepon,
jumlah keluarga pengguna listrik) dan infrastruktur sosial (jumlah sekolah) serta
program P2IPDT yang dilakukan KNPDT berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat membantu kabupaten tertinggal menjadi
suatu kabupaten yang terbuka dan mampu berinteraksi dengan “dunia luar”
sehingga akses ke berbagai faktor produksi menjadi semakin mudah untuk
dijangkau.
Andriani, Evanti (2013) “Analisis Peran Infrastruktur terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat”.penelitian ini menjelaskan
perkembangan infrastruktur di Jawa Barat dan menganalisis peran infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Analisis ini menggunakan data
panel dengan model fixed effect yang menggunakan data di 26 kabupaten/kota
yang ada di Provinsi jawa Barat dalam kurun waktu 2007-2011. Hasil
menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa Barat terus meningkat. Berdasarkan
model dalam analisis, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dimana infrastruktur
listrik memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Suyanto, Vitasari (2013) “Pengaruh Infrastruktur terhadap produk
Domestik Regional Bruto Per Kapita Kabupaten Tertinggal dan NonTertinggal di Indonesia”. Analisis ini menggunakan metode data panel pada 159
kabupaten di Indonesia tahun 2009-2011dengan rincian 119 kabupaten nontertinggal dan 40 kabupaten tertinggal.Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
ketersediaan infrastruktur sekolah, rumahsakit dan jalan lebih besar pengaruhnya
di kabupaten tertinggal sedangkan ketersediaan listrik lebih besar pengaruhnya di
kabupaten non-tertinggal.
Jurnal hasil penelitian Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus
(2009) “Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Wilayah Indonesia”. Analisis ini menggunakan data panel 26 Provinsi di
Indonesia. Hasil dari penelitian ini, perekonomian di Indonesia masih bersifat
11
padat karya sehingga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan lapangan
pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja lebih efektif dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, infrastruktur listrik, jalan dan air berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Keterkaitan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan
ekonomi ditandai dengan peningkatan output. Apabila suatu daerah tidak
memiliki infrastruktur yang baik, akan menghambat kegiatan ekonomi di daerah
tersebut untuk berkembang. Namun, apabila infrastruktur di daerah tersebut
berkembang dengan baik maka akan terjadi peningkatan pendapatan nasional
yang diakibatkan oleh tingginya mobilitas penduduk serta mudahnya akses
distribusi barang dan jasa sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
Teori yang terkait dengan infrastruktur adalah teori Cobb-douglas, dalam
fungsi produksinya menyatakan bahwa produktivitas output terdiri dari tenaga
kerja, modal dan teknologi. Setiap peningkatan pada jumlah tenaga kerja, modal
dan tekonologi akan mengakibatkan perubahan pada tingkat output yang
dihasilkan. Modal yang digunakan yaitu dari sektor infrastruktur yang kemudian
diagregasi menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial.Dalam penelitian ini
difokuskan pada infrastruktur ekonomi meliputi infrastruktur jalan, listrik dan air
bersih.Kemudian infrastruktur sosial meliputi infrastruktur rumah sakit dan
sekolah. Peningkatan infarstruktur ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sukabumi.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini akan meningkatkan aktivitas produksi dari
berbagai sektor. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dijelaskan
pada Gambar 4.
Kondisi Perekonomian Jawa
Barat
Pembangunan Infrastruktur di
Kota Sukabumi
Infrastruktur Ekonomi
- Air Bersih
-Listrik
- Panjang Jalan
Infrastruktur Sosial
-Ranjang Rumah Sakit
- Sekolah
Pertumbuhan Ekonomi Kota
Sukabumi
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis
penelitian berdasrkan teori yang tertera pada pendahuluan diantaranya:
12
1. Panjang jalan yang ada di Kota Sukabumi mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan
memperlancar proses pendistribusian dan mempermudah akses antar
daerah.
2. Jumlah energi listrik yang terjual mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena semakin banyak jumlah listrik yang terjual
menggambarkan banyaknya energi listrik yang di konsumsi oleh
masyarakat, yang berarti ketersediaan akses daerah terhadap energi listrik
dapat membantu meningkatkan pergerakan ekonomi Kota Sukabumi.
3. Jumlah air bersih yang tersalurkan mempunyai pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan akses terhadap air bersih akan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan
masyarakat di Kota Sukabumi.
4. Peningkatan taraf pendidikan akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi karena tingginya tingkat pendidikan akan
meningkatkan produktivitas seseorang.
5. Rasio ranjang rumah sakit berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi karena semakin tersedianya ranjang rumah sakit menunjukkan
bahwa akses bagi kesehatan tenaga kerja semakin mudah sehingga
produktivitas tenaga kerja akan meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time
series tahun 1990-2012.Data yang digunakan dalam analisis adalah data
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi, infrastruktur jalan, air
bersih, listrik, rumah sakit dan pendidikan.Data yang dikumpulkan merupakan
data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), baik BPS pusat
maupun BPS Daerah Kota Sukabumi.Selain itu, data sekunder dapat diperoleh
juga melalui studi kepustakaan dan literarur yang relevan serta berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan.
Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis variabel yang
berpengaruh terhadap pendapatan Kota Sukabumi, serta sektor-sektor
perekonomian yang berkembang dari tahun 1990-2012. Data tersebut merupakan
data time series dan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan
MINITAB 14.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan deskriptif.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji keterkaitan antara pembangunan
infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Analisis ini menggunakan metode
regresi berganda. Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
ekonomi yang akan dianalisis dengan teknik Ordinary Least Square (OLS).
Dengan teknik tersebut diharapkan dapat diketahui pengaruh pembangunan
infrastruktur yang terdiri dari panjang jalan (km), energy listrik (kWh), air bersih
13
(m3), ranjang rumah sakit (unit) dan jumlah sekolah (satuan) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi. Pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan MINITAB 14.Analisis deskriptif digunakan dengan
bantuan grafik dan diagram untuk memaparkan kondisi Infrastruktur dan
pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Analisis Regresi Linier berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
independennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
time series, maka dapat diolah menggunakan perangkat lunak (software) Minitab
14.Menurut Gujarati (2006), metode OLS dapat digunakan jika memenuhi
beberapa asumsi sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi , tergantung
kepada nilai tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol.
2. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homokedastik.
3. Tidak ada autokorelasi dalam residual.
4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokasti.
5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan.
6. Variasi residual menyebar normal.
Jika asumsi tersebut dipertahankan dalam model regresi linier berganda,
maka penduga terkecilnya mempunyai variasi minimum yang merupakan penduga
linier tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan berbagai pengujian statistik, ekonomi dan ekonometrika.Pengujian
statistik dilakukan dengan uji signifikasi (uji t), analisis varian (uji F) dan uji
).Sedangkan untuk pengujian ekonometrika dilakukan
koefisien determinasi (
untuk mengestimasi parameter regresi dengan menggunakan OLS asumsi-asumsi
klasik.Untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik maka
harus dilakukan uji autokorelasi, uji multikolineritas dan uji heteroskedastisitas.
Apabila terjadi pelanggaran asumsi maka akan diperoleh hasil estimasi yang tidak
valid.
Model Umum Analisis Regresi Berganda:
Menurut Winarno (2007), model umum analisis regresi berganda dapat
digambarkan seperti berikut:
Dimana:
Y
i
X1, X2, Xn
= Variabel endogen atau tak bebas
= Tahun
= intersept atau nilai Y saat i= 0
= Variabel eksogen atau bebas
= Parameter dari X 1i, X 2i, X ni
= Error term atau derajat kesalahan
14
Model Penelitian
Pada penelitian ini, model yang digunakan mempunyai bentuk:
LN_Y = LN
+ LN_JLN +
LN_LTK+ LN_AIR+ LN_RRS+
LN_SK
Dimana:
Y
JLN
LIST
AIR
RRS
SKL
a0
b1, b2, b3, b4, b5
= Produk Domestik Regional Bruto Kota Sukabumi
(Juta Rupiah).
= Jumlah Panjang Jalan (Km).
= Jumlah Energi Listrik yang Terjual di Kota Sukabumi
(kWh).
= Volume Air Bersih yan Disalurkan (m3).
= Jumlah Ranjang Rumah Sakit (Unit).
= Jumlah Sekolah (Unit).
= konstanta (intersept).
=Parameter yang Diduga.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus dipenuhi analisis
regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).Selain itu,
untuk mendapatkan analisis regresi linear berganda yang baik harus memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai jika
memenuhi kriteria berikut:
1. b1dan b2 merupakan penaksir linear dimana penaksir tersebut merupakan
fungsi linear dari variabel acak Y.
2. kedua penaksir tidak bias yakni, E(b1)= B1 dan E(b2)= B2. Jika
penerapannya dilakukan secara berulang-ulang, maka rata-rata b1 dan
b2akan sama dengan nilai B1 dan B2.
3. E( 2)= 2, yang artinya varians kesalahan dari OLS tidak bias. Jika
penerapannya dilakukan berulang-ulang maka nilai taksiran dari varians
kesalahan akan tepat sama dengan nilai varians sebenarnya.
4. b1dan b2 merupakan penaksir yang efisien, yang artinya var (b 1) lebih kecil
daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B1 dan var (b2)
lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B 2.
Dengan demikian penaksir B1dan B2 dengan OLS sebenarnya akan lebih
tepat dibandingkan metode lainnya walaupun memberikan penaksir tak
bias juga dari parameter yang sebenarnya.
Uji Ekonometrika
untuk menguji asumsi klasik di dalam suatu penelitian, dilakukan beberapa
pengujian diantaranya:
1. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat error term terdistribusi secara
normal atau tidak.Uji ini dapat dilakukan melalui Jarque-Bera Test (J-B)
atau melihat dari plot sisaan. Jika nilai probabilitas pada (J-B) > taraf
15
nyata , maka error term dalam model yang digunakan terdistribusi secara
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya
hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut
Gujarati (2006), adanya multikolinearitas dapat terlihat melalui:
a. Nilai R-squared yang tinggi namun sedikit rasio yang signifikan.
b. Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya.
c. Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel bebas
sebagai salah satu variabel terikat dan variabel bebas lainnya tetap
diberlakukan sebagai variabel bebas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa model yang digunakan
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.Masalah ini terjadi jika variansi
dari suatu error tidak konstan (tetap).Cara yang dilakukan untuk
mendeteksi masalah ini dapat dilakukan dengan uji White.
Heteroskedastisitas dapat terjadi dalam suatu model jika nilai statistic
White lebih besar dari X2.
4. Uji Autokorelasi
Suatu model terindikasi telah terjadi autokorelasi jika antara suatu
pengamatan dengan pengamatan lainnya memiliki keterkaitan. Untuk
mendeteksi adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang nantinya akan
menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey
dilakukan dengan meregresi residual.Bila nilai probability (P-value) lebih
kecil dari taraf nyata, maka model yang digunakan mengandung
autokorelasi.
Uji Kriteria Statistik
a. Uji Koefisien Determinasi
) mengukur goodness of fit dari
Koefisien Determinasi(
menyatakan persentase
persamaan regresi linear berganda. Nilai
keragaman total dari peubah tidak bebas yang dijelaskan oleh semua
peubah secara bersama-sama.
Nilai R2 berkisar antara nol dan satu, kecocokan model dikatakan lebih
baik jika R2 semakin mendekati 1.
b. Uji T-statistik
Uji-t dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang dapat
menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis
pengujian ini adalah:
H0 = j = 0
H1 = j 0
Jika nilai t-statistik >t
(n-k-1) maka dikatakan tolak H0 yang
artinya dengan tingkat keyakinan 1- dapat disimpulkan bahwa variabel
bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat.
16
c. Uji F-statistik
Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara
bersama-sama.Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut
dapat menjelaskna atau memprediksi keragaman variabel terikat. Hipotesis
pengujian ini adalah:
H0 = 1 = 2 =…= k (tidak ada pengaruh).
H1 = minimal ada satu j yang 0 (ada pengaruh).
Dikatakan tolak H0 jika Fhit>F (k, n-k-1) yang artinya paling tidak ada
satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap variabel tak
yang
bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit >
artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sukabumi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur
keberhasilan suatu bangsa atau negara dalam melakukan pembangunan ekonomi.
Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).Nilai PDRB yang dilihat yaitu nilai PDRB atas dasar
harga konstan, karena PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan
pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu serta tidak
memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang ada.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, pertumbuhan
ekonomi Kota Sukabumi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5.29
persen, meningkat sekitar 1.1 persen dibandingkan tahun 2011. PDRB atas dasar
harga konstan memang selalu menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Hal
tersebut terlihat pada Gambar 5, dari tahun 1990 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar Rp. 2.082.287 juta rupiah. Nilai PDRB Kota Sukabumi pada
tahun 1990 adalah sebesar Rp. 67.604 juta sedangkan tahun 2012 sebesar Rp.
2.149.891 juta.
Juta Rupiah
25000
20000
15000
10000
PDRB
5000
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
0
Tahun
Gambar 5
Sumber:
PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan 2000 Tahun1990
sampai 2012.
BPS RI, 2012 (diolah).
Besarnya nilai PDRB tidak terlepas dari kontribusi tiap sektor terhadap
pembentukan PDRB tersebut. Terdapat 9 sektor yang terdiri dari pertanian,
17
Persen
pertambangan dan penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan
jasa-jasa.
50.00
Pertanian
40.00
30.00
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
20.00
Listrik, Gas dan Air Bersih
10.00
Bangunan
Perdagangan Hotel Restoran
0.00
2009
2010
Tahun
2011
2012
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 6 Distribusi presentase PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009-2012 berdasarkan sektor.
Sumber: BPS Kota Sukabumi, 2013 (diolah).
Gambar 6 menunjukkan besarnya presentase kontribusi tiap sektor
terhadap PDRB Kota Sukabumi tahun 2009-2012. Dapa