Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga

(1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SIBOLGA

OLEH

Harry Kurniadi Atmaja

110501034

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

i ABSTRAK

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan infrastruktur jalan, air, listrik, daan telepon terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, serta untuk mengethui gambaran terkini mengenai kondisi infrastruktur Kota Sibolga.

Data yang digunakan adalah data time series dengan kurun waktu dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2013 di Kota Sibolga. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, serta dilakukan uji statistik yang meliputi pengujian secara parsial (uji t), pengujian secara simultan (uji f), dan uji koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui apakah infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon memiliki pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga yang diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil akhirnya adalah dari ke empat variabel bebas (jalan, air, listrik, dan telepon) memiliki satu variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu air. Sementara dua variabel lainnya, yaitu jalan dan telepon tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, sedangkan satu variabel lagi yaitu listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.


(3)

ii ABSTRACT

The problem in this reaserch is for finding out the influence of increasing the infrastructure of road, air, electricity, telephone over the growth of economy in Sibolga City and also for understanding the recent overview of the condition of infrastructure in Sibolga City.

This data uses time series which the period from 1989 to 2013 in Sibolga, and then it uses classical assumption that include normality test, multicollinearity , autocorrelation , and heteroscedasticity test , and also it uses statistic test that include partial test (t test) , simultaneous test (f test) , and the coefficient test of determination (R2) for knowing whether the road infrastructure , water , electricity , and telephone has an influence over the growth of economic in Sibolga represented by Gross Domestic Product (GDP).

The end of the result of four independent variables (roads , water , electricity , and telephone) has a variable that is gives a positive influence which it has a significant and positive effect over the growth of economic, that is water. While the other two variables road and phone don’t have a significant effect , but it has a positive effect over the growth of economic in Sibolga , while one more variable that electricity does not have a significant and negative effect over economic growth Sibolga.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga” dapat penulis selesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan terutama kepada :

1. Kedua orangtuaku yang terhormat dan tercinta, ayahanda Suteja Atmaja dan ibunda Naila Sri Humaira, (Almh.)nenekku yang tercinta Nurfaisah Sinaga, serta adikku Adithya Rahman Atmaja yang telah memberikan doa dan dukungan.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembanguan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

iv

6. Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, tenaga, dan pikiran bagi penulisan skripsi ini.

7. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku dosen penguji I dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji II yang telah memberikan petunjuk, kritik dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengajar saya selama dalam perkuliahan, serta telah bersedia membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Tidak tertinggal kepada sahabat sejati dan teman akrab penulis; Septa Muliadi Ginting, Zainudin Polem, Roihannah Azizah Nasution, Melia Irra Lestary, Mitra Asri Pratiwi, dan Praditha Diandini yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis selama masa pembuatan skripsi ini.

11.Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh teman – teman seangkatan di Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan motivasi, inspirasi, dan dukungan selama ini.

12.Dan semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dikarenakan masih kurangnya dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh


(6)

v

karena itu untuk menyempurnakan skripsi ini dikemudian hari, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi para pembaca yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca skripsi ini dan bersedia memberikan kritik dan sarannya untuk skripsi ini sehingga penulis dapatmenyempurnakan skripsi ini di masa mendatang.Semoga nantinya skripsi ini dapat membantu atau berguna bagi para pembacanya.

Medan, April 2015

Harry Kurniadi Atmaja NIM. 110501034


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pegertian Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 10

2.3 Pengertian Infrastruktur ... 11

2.3.1 Pengertian Infrastruktur Jalan ... 13

2.3.2 Pengertian Infrastruktur Air ... 14

2.3.3 Pengertian Infrastruktur Listrik ... 15

2.3.4 Pengertian Infrastruktur Telepon ... 16

2.4 Pengertian Transportasi ... 16

2.5 PenelitianTerdahulu ... 18

2.6 KerangkaKonseptual ... 19

2.7 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1Jenis Penelitian ... 22

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3Batasan Operasional ... 22

3.4Defenisi Operasional ... 23

3.5Jenis dan Sumber Data ... 24

3.6Metode Pengumpulan Data ... 24

3.7Teknik dan Metode Analisis ... 25

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 27

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 27

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas ... 28

3.7.1.3 Uji Autokorelasi ... 28


(8)

vii

3.7.2 Uji Statistik ... 29

3.7.2.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 29

3.7.2.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 30

3.7.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Deskriptif Objek Penelitian ... 32

4.1.1 Perkembangan PDRB Kota Sibolga ... 33

4.1.2 Perkembangan Infrastruktur Jalan Kota Sibolga ... 35

4.1.3 Perkembangan Infrastruktur Air Kota Sibolga ... 37

4.1.4 Perkembangan Infrastruktur Listrik Kota Sibolga ... 39

4.1.5 Perkembangan Infrastruktur Telepon Kota Sibolga ... 41

4.2. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 43

4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 43

4.2.1.1Hasil Uji Normalitas ... 43

4.2.1.2Hasil Uji Multikolinearitas ... 44

4.2.1.3Hasil Uji Autokorelasi ... 45

4.2.1.4Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.2.2 Hasil Uji Statistik ... 47

4.2.2.1Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 47

A.Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Jalan ... 48

B.Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Air ... 49

C.Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Listrik ... 49

D.Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Telepon .... 50

4.2.2.2Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 50

4.2.2.3Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Status Jalan di Kota Sibolga Tahun 2001 –

2013... 5

4.1 Data PDRB Perkapita Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013 ... 34

4.2 Data Jalan Perkapita Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013 ... 36

4.3 Data Pelanggan Air Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013 ... 38

4.4 Data Pelanggan Listrik Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013 ... 40

4.5 Data Jumlah Pelanggan Telepon Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013 ... 42

4.6 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 45

4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 46

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 47


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 19 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 44


(11)

i ABSTRAK

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan infrastruktur jalan, air, listrik, daan telepon terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, serta untuk mengethui gambaran terkini mengenai kondisi infrastruktur Kota Sibolga.

Data yang digunakan adalah data time series dengan kurun waktu dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2013 di Kota Sibolga. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, serta dilakukan uji statistik yang meliputi pengujian secara parsial (uji t), pengujian secara simultan (uji f), dan uji koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui apakah infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon memiliki pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga yang diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil akhirnya adalah dari ke empat variabel bebas (jalan, air, listrik, dan telepon) memiliki satu variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu air. Sementara dua variabel lainnya, yaitu jalan dan telepon tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, sedangkan satu variabel lagi yaitu listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.


(12)

ii ABSTRACT

The problem in this reaserch is for finding out the influence of increasing the infrastructure of road, air, electricity, telephone over the growth of economy in Sibolga City and also for understanding the recent overview of the condition of infrastructure in Sibolga City.

This data uses time series which the period from 1989 to 2013 in Sibolga, and then it uses classical assumption that include normality test, multicollinearity , autocorrelation , and heteroscedasticity test , and also it uses statistic test that include partial test (t test) , simultaneous test (f test) , and the coefficient test of determination (R2) for knowing whether the road infrastructure , water , electricity , and telephone has an influence over the growth of economic in Sibolga represented by Gross Domestic Product (GDP).

The end of the result of four independent variables (roads , water , electricity , and telephone) has a variable that is gives a positive influence which it has a significant and positive effect over the growth of economic, that is water. While the other two variables road and phone don’t have a significant effect , but it has a positive effect over the growth of economic in Sibolga , while one more variable that electricity does not have a significant and negative effect over economic growth Sibolga.


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan merupakan salah satu fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah sebagai salah satu pengambilan kebijakan. Salah satu indikator untuk melihat pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan dalam aktivitas perekonomian.

Berdasarkan konsep pembangunan, terkandung makna-makna alokasi sumber-sumber daya, regulasi, dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai metode alokasi sumber-sumber daya yang dimiliki publik, seperti sumber daya alam, sumber daya energi, sumber dana, dan sumber daya manusia. Dalam perspektif ini, pembangunan seyogianya dapat memperluas akses publik untuk memperoleh sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, mempermudah akses publik untuk memperoleh dan menikmati berbagai fasilitas pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik, keamanan, dan lain-lain), serta menjamin ketersediaan infrastruktur dan keberlanjutan sumber-sumber daya tersebut bagi kelangsungan hidup masyarakat.

Kajian teori ekonomi pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang


(14)

memadai. Infrastruktur juga merupakan segala sesuatu penunjang utama terselenggaranya suatu proses pembangunan suatu daerah. Dengan meningkatnya kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi telah mengantar pemerintah Indonesia untuk menyediakan kerangka kerja yang lebih baik untuk menarik investasi dan partisipasi swasta di skala yang terukur dalam proyek infrastruktur.

Pembangunan suatu daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu pembangunan membutuhkan pendekatan yang tepat, guna menghasilkan pertumbuhan yang disertai pemerataan. Infrastruktur berperan penting dalam peningkatan investasi dan memperluas jangkauan partisipasi masyarakat, serta pemerataan hasil pembangunan.

Sifat dan jenis infrastruktur yang diperlukan suatu daerah dipengaruhi oleh karakteristik alam dan pola persebaran penduduk yang khas pada daerah tersebut. Infrastruktur bukan hanya diperlukan untuk meningkatkan daya saing demi mendorong lebih banyak kegiatan investasi, produksi dan perdagangan, tetapi juga untuk mempercepat pemerataan pembangunan sehingga tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diturunkan.

Selain itu, keberadaan infrastruktur juga sangat diperlukan agar proses pembangunan sumber daya manusia di suatu daerah dapat berjalan dengan baik. Proses pembangunan yang disertai dengan perkembangan teknologi yang cepat mengharuskan adanya pendekatan yang benar-benar tepat dalam program pengembangan SDM.


(15)

Peran infrastruktur penting guna menghubungkan berbagai pusat kegiatan ekonomi dengan daerah penyangganya. Di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau, seperti di lereng-lereng gunung atau lembah, biasanya penduduknya hidup dalam kemiskinan dan terisolasi dari gerak maju pembanguan di pusat pertumbuhan terdekat sekalipun. Dengan kendala kondisi geografi yang sedemikian itu, kaum petani di daerah-daerah terpencil sulit memasarkan hasil pertaniannya. Kalaupun bisa, kaum petani yang penghasilannya tidak seberapa tersebut harus membayar dengan biaya yang mahal. Kendala tersebut menghalangi kaum miskin untuk ikut dalam proses pembanguan, baik untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau meningkatkan produktivitas kerjanya. Disinilah pembangunan infrastruktur dapat berperan dalam penanggulangan kemiskinan, yakni dengan meningkatkan akses bagi kaum miskin dan akses bagi intervensi pemerintah untuk lebih efektif dalam menanggulangi kemiskinan. Akses yang lebih baik akan mampu mengurangi biaya hidup, meningkatkan pendapatan, dan membuka kesempatan bagi kaum miskin untuk mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, terciptanya penurunan ongkos pengiriman barang-barang, terdapatnya pengangkutan barang-barang dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan perbaikan kualitas dari jasa-jasa pengangkutan tersebut. Hubungan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi adalah secara langsung infrastruktur memberikan manfaat


(16)

kepada rumah tangga (household) dan banyak dinikmati juga oleh perusahaan yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan.

Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi dua antaralain (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat meliputi semua prasarana umum, seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah ; (2) infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial, seperti kesehatan dan pendidikan.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran yang nyata. Infrastruktur juga memiliki pengaruh penting dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja.

Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam membangun ekonominya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber daya yang disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana infrastruktur, sehingga menimbulkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif pengembangan


(17)

suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi langsung yang diarahkan pada sektor produktif atau investasi, seperti pada pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan prasarana infrastruktur lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur juga harus diperhatikan, karena infrastruktur merupakan basis dari pembangunan.

Dalam beberapa bulan terkhir masyarakat kota Sibolga juga banyak mengeluhkan kondisi infrastruktur khususnya infrastruktur jalan yang saat ini dirasakan sangat mengganggu arus lalu lintas jika mereka pergi bekerja atau mengirimkan barang yang akan dijual ke pasar domestik ataupun diekspor. Kerusakan beberapa ruas jalan menyebabkan ketidakefisienan waktu dalam berkendara dan terganggunya distribusi barang dan jasa.

Tabel 1.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Status Jalan di Kota Sibolga Tahun 2001 – 2013

Tahun Status Jalan Panjang Jalan

Kondisi Jalan

Baik Sedang Rusak Rusak Berat 2001 Jalan Kota 49.21 22.71 12.75 10.23 3.52 2002 Jalan Kota 52.92 13.72 16.45 16.09 6.66 2003 Jalan Kota 53.05 11.82 16.10 13.61 11.51 2004 Jalan Kota 53.05 18.58 13.72 16.11 4.64 2005 Jalan Kota 53.05 20.69 13.19 15.21 3.94 2006 Jalan Kota 53.05 15.74 16.01 16.94 4.39 2007 Jalan Kota 54.74 13.58 12.08 14.41 14.65 2008 Jalan Kota 54.95 13.58 12.20 14.43 14.73 2009 Jalan Kota 54.56 25.01 7.90 11.79 9.85 2010 Jalan Kota 54.91 29.24 6.88 9.01 8.69 2011 Jalan Kota 55.05 30.78 8.05 8.04 7.07 2012 Jalan Kota 56.04 30.99 10.96 9.74 4.35 2013 Jalan Kota 56.04 26.87 12.21 10.41 6.55


(18)

Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah bahwa kondisi infrastruktur Kota Sibolga menunjukkan kurang memadai. Kondisi infrastruktur yang kurang memadai akan mengurangi daya tarik investor dan wisatawan baik asing maupun domestik yang akan masuk ke Kota Sibolga sehingga pada akhirnya akan mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat Kota Sibolga.

Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga”.

1.2Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dibuatlah rumusan masalah untuk melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh peningkatan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga?

2. Bagaimana pengaruh peningkatan infrastruktur air terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga?

3. Bagaimana pengaruh peningkatan infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga?

4. Bagaimana pengaruh peningkatan infrastruktur telepon terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(19)

1. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

2. Untuk mengetahui gambaran terkini mengenai kondisi infrastruktur Kota Sibolga.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun hasil atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan bagi penulis. 2. Sebagai refrensi ataupun informasi bagi penelitian selanjutnya.

3. Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terkhusus bagi mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Evolusi teori pertumbuhan ekonomi dimulai dari teori – teori pertumbuhan linier yang diungkapkan oleh Adam Smith, Karl Max, dan Rostow.Teori pertumbuhan ekonomi pada masa itu terbatas karena adanya sifat kelangkaan pada sumber daya alam dan kemiskinan para pekerja. Adam Smith menyatakan bahwa kebijakanLaissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu negara.Ekonomi klasik lainnya, David Ricardo memperkenalkan konsep diminishing return dan marginal product yang kemudian akan digunakan pada teori – teori pertumbuhan ekonomi selanjutnya (Kuncoro, 2010).

S. Kuznet (1966) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.Prof. Bauer menunjukkan bahwa penentuan utamapertumbuhan ekonomi adalah bakat, kemampuan, kualitas, kapasitas dan kecakapan, sikap, adat-istiadat, nilai, tujuan dan motivasi, serta struktur politik dan kelembagaan (Jhingan, 2013).


(21)

Teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh W.W Rostow (1960) yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu artikel dalam economic journal dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stages Of Economic Growth. Menurut Rostow (1960), perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi tersebut, yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, gerakan kearah kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi. Dalam membedakan kelima tahap tersebut rostow menggolongkannya berdasarkan pada ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi. Menurut rostow pembangunan ekonomi atau tranformasi suatu masyarakat tradisional menuju masayarakat modern merupakan suatu proses yang multidimensional. Dimana perubahan ini bukan hanya bertumpu pada perubahan ekonomi dari agraris ke industri saja, melainkan juga perubahan pada sosial, budaya, politik, ekonomi bahkan agama (Todaro, 2006).


(22)

2.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Perhitungan nilai tambah adalah nilai produksi dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar. Penegertian domestik/regional dapat merupakan provinsi atau daerah kabupaten/kota. Transaksi ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen). Pendapatan perkapita merupakan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu nilai (Kuncoro, 2013).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan


(23)

jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.

2.3 Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur ekonomi mempunyai peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara.Pembedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut.Pembahasan tentang infrastruktur cenderung mengarah pada pembahasan barang publik.Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter eksternalitas.Kondisi ini sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak memberikan bayaran secara langsung.


(24)

Canning dan Pedroni menyatakan bahwa infrastruktur memiliki sifat eksternalitas.Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan, dsb memiliki sifat eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa fasilitas yang diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (Spillover Effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan – perusahaan dan sektor pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja ataupun juga meningkatkan level teknologi. Dengan dibangunnya infrastruktur, tingkat produktivitas perusahaan dan sektor pertanian akan meningkat. Salah satunya yang paling terlihat adalah pembangunan jalan (Hapsari, 2011: 16-17).

Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg dalam Kodoatie, 2003). The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu: 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi


(25)

public utilities (telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi (Firdaus & Prasetyo, 2009: 225).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya harus diatur oleh pemerintah, yaitu infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur diatas dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena bersifat dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah tentang penyediaannya.

2.3.1 Pengertian Infrastruktur Jalan

Jalan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta apidan jalan kabel.

Jalan bagi suatu bangsa merupakan keadaan jalan & jaringannya, dapat dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan & kemajuan ekonomi suatu


(26)

bangsa.Berdasarkan sistem, jalan dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980, Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian jalan yang dimaksud adalah Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).

2.3.2 Pengertian Infrastruktur Air

Perkembangan pembangunan di Indonesia selama ini menunjukkan bahwa dari berbagai infrastruktur lingkungan yang dibutuhkan masyarakat (air minum, air limbah, persampahan dan drainase), infrastruktur air bersih merupakan sarana yang paling banyak mendapatkan perhatian.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. (Wikipedia, 2014).


(27)

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat diminum.

Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2.3.3 Pengertian Infrastruktur Listrik

Sejak adanya listrik, manusia mengalami kemajuan yang sangat cepat dalam berbagai bidang. Yang paling menonjol adalah dalam bidang teknologi dan elektronika. Manfaat energi listrik bagi kehidupan manusia sehari-sehari sangatlah banyak, seperti belajar, memasak, dan bekerja. Bila diamati secara lebih dalam, maka kehidupan manusia sudah sangat bergantung pada listrik. Hal ini dapat dilihat jika ada pemadaman listrik sehari saja, maka akan banyak sekali masyarakat yang mengeluh, terutama dari kalangan pengusaha yang mengeluh rugi akibat dari pemadaman istrik tersebut.

Pengertian listrik tidak bisa lepas dari kehadiran PLN. PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai penyuplai listrik di seluruh Indonesia memiliki motto “Listrik Untuk Hidup Yang Lebih Baik”. Tentunya motto tersebut sangatlah tepat mengingat listrik memang telah mengubah sejarah kehidupan manusia. Listrik telah memberikan manfaat yang begitu besar bagi kelangsungan hidup manusia.


(28)

2.3.4 Pengertian Infrastruktur Telepon

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya (Wikipedia, 2015).

Teknologi komunikasi infrastruktur adalah suatu alat atau perangkat keras yang digunakan untuk melakukan komunikasi melalui perantara tertentu. Telepon adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi antara dua orang atau lebih yang bisa dilakukan secara berjauhan atau biasa dibilang tidak face to face.

2.4 Pengertian Transportasi

Transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya (Kamaluddin, 2003: 13).

Transportasi merupakan sarana penghubung atau yang menghubungkan antara daerah produksi dan pasar, atau dapat dikatakan mendekatkan daerah produksi dan pasar, atau seringkali dikatakan menjembatani produsen dengan konsumen.Peranan transportasi adalah sangat penting yaitu sebagai sarana penghubung, mendekatkan, dan menjembatani antara pihak – pihak yang saling membutuhkan. (Adisasmita, 2011: 7).


(29)

Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut dan menaikkan perdagangan dalam dan luar negeri negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di negara yang memiliki jalan raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai, pertumbuhan ekonominya akan terdorong maju, seperti yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda. Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama (Jhingan, 2013: 69).

Dalam kegiatan transportasi diperlukan empat komponen, yakni: (a) tersedianya muatan yang diangkut, (b) terdapatnya kendaraan sebagai sarana angkutannya, (c) adanya jalan yang dapat dilaluinya, dan (d) tersdianya terminal. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, darimana kegiatan pengangkutan dimulai, menuju ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan tersebut diakhiri (Rahardjo, 2010: 1).

Peranan infrastruktur di bidang transportasi antara lain untuk mengatasi hambatan – hambatan yang mengganggu kelancaran arus barang dan manusia baik melalui moda darat, laut, dan udara. Permasalahan transportasi seperti kemacetan (bottlenecking) dan kecelakaan merupakan akibat minimnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana infrastruktur transportasi. Permasalahan lain adalah ketidakseimbangan proporsi penggunaan moda darat, laut, dan udara. Sebagai contoh dalam transportasi arus barang dan penumpang, terjadi


(30)

ketidakseimbangan antara moda jalan dan moda kereta api, serta masih sedikitnya jumlah pelabuhan yang memiliki kemampuan handling yang efisien. Jalan raya merupakan tulang punggung dari sekitar 70 persen penumpang dan sekitar 90 persen barang. Kereta api hanya mengangkut kurang lebih empat persen penumpang dan 0.67 persen barang. Jika ketidakseimbangan ini terus berlangsung maka beban jalan menjadi semakin berat dan dapat mengahambat daya saing ekonomi nasional (Susanto, 2009: XII).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Sibarani (2002) mengenai kontribusi infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, menyimpulkan bahwa infrastruktur, dalam hal ini jalan, listrik, telepon, dan pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap agregat output yang diwakili oleh variabel pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.

Penelitian Yanuar (2006) mengenai kaitan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan output menggunakan analisis panel data 26 provinsi dengan model fixed effects menemukan modal fisik (physical capital), infrastruktur jalan, telepon, kesehatan, dan pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap output perekonomian.

Penelitian Prasetyo (2008) yang berjudul “Ketimpangan dan Pengaruh Infrastruktur terhadap Pembangunan Ekonomi Kawasan Barat Indonesia (KBI)” menyimpulkan bahwa listrik, panjang jalan, stok modal, dan otoritas daerah


(31)

berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi kawasan Barat Indonesia, sementara untuk variabel air bersih tidak signifikan.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Prasetyo dan Firdaus (2009) yang berjudul “Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia”menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur yang diantaranya adalah elektrifikasi, jalan beraspal, dan air bersih.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.

Infrastruktur masih menjadi masalah utama dalam suatu negara dimana jika di dalam suatu wilayah negara tidak dapat menjaga dan melestarikannya, maka


(32)

akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja. Infrastruktur merupakan investasi bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi infrastruktur akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya demografi.

Infrastruktur yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Jalan, air, listrik, dan telepon memberikan peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi, karena jalan, air, listrik, dan telepon dapat meningkatkan kesejahteraan, produktivitas yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi itu sendiri sehingga akan diperoleh kapasitas produktif dari sumber daya manusia dan didapatlah pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Tahap awal pada penelitian ini dimulai dengan melakukan proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder mengenai jalan, air, listrik, dan telepon yang ada di Kota Sibolga. Selanjutnya permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana infrastruktur seperti jalan, air, listrik, dan telepon memiliki pengaruh peningkatan yang signifikan terhadap output yang diwakili oleh variabel pendapatan perkapita (PDRB).

Dengan mengetahui kontribusi dari setiap jenis infrastruktur tadi terhadap pertumbuhan pendapatan perkapita (PDRB), maka dapat diketahui jenis prasarana infrastruktur yang memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga.


(33)

2.7 Hipotesis

Secara empiris, hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian yang kebenarannya masih harus diuji atau dibuktikan kembali. Oleh karena itu, penulis memberikan hipotesisnya sebagai berikut :

1. Peningkatan infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

2. Peningkatan infrastruktur air berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

3. Peningkatan infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

4. Peningkatan infrastruktur telepon berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris dalam memecahkan permasalahan dan menguji kesesuaian dari hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian empiris di mana data yang diperoleh dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/angka. Penelitian kuantitatif memerhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik.

Jenis penelitian deskriptif kuantitatif juga merupakan jenis penelitian dimana akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Sibolga, Sumatera Utara, Indonesia.Waktu penelitian dimulai dari pertengahan bulan Agustus 2014 hingga selesai.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini dilakukan dengan mengamati pengaruh peningkatan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga. Dalam


(35)

penelitian ini menggunakan empat variabel bebas (Independent Variable) dan satu variabel terikat (Dependent Variable). Variabel – variabel tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable) meliputi jalan, air, listrik, dan telepon. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) meliputi produk domestik regional

bruto (PDRB).

Data – data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan yaitu data tahun 1989 – 2013.

3.4Definisi Operasional

1. Produk Domestik Regional Bruto (Y) adalah PDRB (Juta/kapita) atas dasar harga konstan yang menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satuan tertentu sebagai tahun dasar.

2. Jalan (X1) yang digunakan adalah jalan (Km/kapita) yang termasuk dalam golongan jalan kota di Kota Sibolga.

3. Air (X2) yaitu jumlah kapasitas air bersih (m3/kapita) yang disalurkan kepada pelanggan atau konsumen yang tercatat oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Sibolga.

4. Listrik (X3) yaitu jumlah konsumen pengguna jasa listrik (Watt/kapita) yang tercatat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Kota Sibolga.

5. Telepon (X4) yaitu jumlah telepon (SST/kapita) yang meliputi seluruh sambungan telepon yang digunakan oleh konsumen di Kota Sibolga.


(36)

3.5Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder atau data kuantitatif. Sementara untuk sumber data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sibolga dari periode 2013, Perpustakaan Kota Sibolga dari periode 1989-2013, dan bahan – bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel, dan jurnal.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. PDRB (Juta/kapita) atas dasar harga konstan di Kota Sibolga.

2. Jalan (Km/kapita) yang termasuk dalam golongan jalan kota di Kota Sibolga. 3. Jumlah kapasitas air bersih (m3/kapita) yang disalurkan kepada pelanggan atau

konsumen yang tercatat oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Sibolga.

4. Jumlah konsumen pengguna jasa listrik (Watt/kapita) yang tercatat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Kota Sibolga.

5. Jumlah telepon (SST/kapita) yang meliputi seluruh sambungan telepon yang digunakan oleh konsumen di Kota Sibolga.

3.6Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari lembaga – lembaga ataupun instansi – instansi yang terkait dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari publikasi resmi


(37)

yang berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data time-series (runtutan waktu) dari tahun 1989 – 2013. Sumber data yang diperoleh dari Badan Pusat Statitik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sibolga, dan Perpustakaan Kota Sibolga adalah sebagai berikut :

1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sibolga. 2. Data Jalan Kota Sibolga.

3. Data Air Kota Sibolga. 4. Data Listrik Kota Sibolga. 5. Data Telepon Kota Sibolga. 3.7Teknik dan Metode Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif. Analisa ini merupakan pendekatan yang akan mengambarkan karakteristik suatu permasalahan yang berasal dari data pengolahan data kuantitatif. Dalam mengalisis data, penulis menggunakan model OLS (Ordinary Least Square), dimana dalam pengolahan data menggunakan Eviews. Model OLS merupakan suatu model ekonometrika, dimana terdapat variabel dependen yaitu variabel yang dijelaskan dalam suatu persamaan linear dan variabel independen yaitu variabel penjelas.

OLS juga merupakan model regeresi linear yang meminimalkan jumlah kesalahan kuadrat.Model regresi linear yang dipakai dengan metode OLS tersebut harus memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dalam melakukan pendugaan interval dan pengujian parameter regresi. Asumsi – asumsi BLUE adalah sebagai berikut :


(38)

• Model regresi adalah linear pada parameter – parameternya.

• Variabel bebas adalah bukan stokastik (memiliki nilai yang tetap untuk sampel yang berulang) dan tidak ada hubungan linear yang persis antara dua atau lebih peubah – peubah bebas (no-multicolinearity).

Error term atau galat mempunyai nilai harapan nol, E(εi) = 0.

Error term atau mempunyai varians konstan untuk semua observasi (homoscedasticity), E(ε2) = σ2.

Error term atau galat pada suatu observasi tidak berhubungan dengan tidak berhubungan dengan error term pada observasi lain (no-autocorrelation). • Error term atau galat berdistribusi normal.

Analisis data dilakukan dengan bantuan Ordinary Least Square (OLS) yang dirumuskan sebagai berikut:

PDRB = β0+ β1Jalan + β2Air + β3Listrik + β4Telepon + U

Dimana:

• PDRB :Produk Domestik Regional Bruto Perkapita. • Jalan :Kilometer Total Panjang Jalan Perkapita. • Air :Kapasitas Air Perkapita.

• Listrik : Kapasitas Watt Listrik Perkapita. • Telepon : Sambungan Telepon Perkapita. • β0 : Konstanta.

• β1 : Koefisien Jalan.


(39)

• β3 : Koefisien Listrik.

• Β4 : Koefisien Telepon.

• U : Faktor Penganggu.

Untuk menguji hasil output analisa regresi tersebut, maka dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokesdastisitas.

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

3.7.1.1

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tersebut, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Dalam uji normalitas, model regresi yang baik yaitu memiliki distribusi data normal atau setidaknya mendekati normal.Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Adapun pengambilan keputusan didasarkan kepada :

Uji Normalitas

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(40)

3.7.1.2

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-Square (R2), F-hitung, t-hitung, serta standard error.

Uji Multikolinearitas

Adanya multikolinearitas ditandai dengan : 1. Standard error tidak terhingga.

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1% dalam model persamaan tersebut.

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

4. R-Square (R2) sangat tinggi akan tetapi t-statistik berubah tanda dan

tidak signifikan. 3.7.1.3

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari periode waktu yang berbeda (observasi data cross section) berkorelasi atau dapat juga dikatakan adanya hubungan/korelasi antara residual yang sekarang dengan masa lalu.Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (εi.εj) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test (uji LM).Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat


(41)

derajat. Dikatakan terjadi autokorelasi jika nilai X2 (Obs* R-squared) hitung > X2 tabel atau nilai probability < derajat kepercayaan yang ditentukan.

3.7.1.4

Heteroskedastisitas merupakan kondisi dimana jika variabel random memiliki variansi yang berbeda.Sifat heteroskedastisitas dalam OLS adalah mengakibatkan koefisien tidak lagi mempunyai variansi minimum meskipun koefisien masih bias dan linear.Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Uji Heteroskedastisitas

Metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris menggunakan uji White dimana dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu uji White Heteroskedastisitas (no cross term) dan uji White Heteroskedastisitas (cross term).Dikatakan terdapat masalah heteroskedastisitas dari hasil estimasi jika X2 (Obs* R-squared) untuk uji White baik cross term maupun no cross term > X2 tabel atau nilai probability < derajat kepercayaan yang telah ditentukan.

3.7.2 Uji Statistik

3.7.2.1

Uji t mudah digunakan karena menjelaskan perbedaan – perbedaan unit-unit pengukuran variabel-variabel dan deviasi standar dari koefisien – koefisien yang diestimasi.Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variasi


(42)

variabel dependen. Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila :

1. Nilai mutlak tstat> nilai ttabel maka hipotesis nol (H0) ditolak dan

hipotesis alternatif (Ha) diterima.

2. Nilainya dikatakan tidak signifikan jika nilai tstat< nilai ttabel maka

hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

3.7.2.2

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melihat tingkat signifikansi (F*) pada α = 5%. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Pengujian secara simultan (Uji F)

H0 : b1 = b2 = bk ………… bk = 0 (tidak ada pengaruh).

Ha : b1 = 0 ……… i = 0 (terdapat pengaruh).

Jika F-hitung (F*) > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent. Dengan Kriteria:

Ho:β1=β2=o

Ho diterima (F* < F tabel) artinya variabel independent secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Ha:β1≠β2≠0

Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independent secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.


(43)

3.7.2.3

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.Dimana nilai

Koefisien determinasi (R2)

R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).Nilai koefisisen determinasi adalah nol dan satu, nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independennya dalam menjelaskan variasi variabel sangat terbatas dan nilai yang semakin mendekati satu, maka model tersebut dapat dikatakan semakin baik untuk memprediksi variasi variabel dependennya.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Objek Penelitian

Kota Sibolga adalah salah satukota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Sibolga terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari Kota Medan. Kota Sibolga hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.

Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0-150 meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang.Dengan batas-batas wilayah: timur, selatan, utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan barat dengan Samudera Hindia. Sementara sungai-sungai yang mengalir di kota tersebut adalah Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon, dan Aek Horsik.Masyarakat


(45)

Sibolga terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing,dan Minangkabau.Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau dengan logat Pesisir.Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim.

4.1.1 PerkembanganPDRB Kota Sibolga

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unitusaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasaakhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yangdihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar hargakonstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitungmenggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Dalam penelitian ini, saya menggunakan PDRB perkapita atas dasar harga konstan untuk melihat sejauh mana peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, sebab PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secarariil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi olehfaktor harga.Dengan begitu, PDRB menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan pertambahan pendapatan ataupun kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.


(46)

Tabel 4.1 Data PDRB Perkapita Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013

Tahun PDRB/Juta

1989 41.323

1990 45.897

1991 50.631

1992 56.410

1993 1.891.501

1994 2.070.303

1995 2.420.434

1996 2.826.587

1997 2.957.001

1998 2.648.825

1999 2.742.076

2000 2.864.965

2001 2.995.065

2002 3.099.407

2003 3.230.072

2004 3.325.126

2005 6.331.930

2006 6.991.127

2007 7.377.294

2008 7.809.737

2009 8.257.507

2010 8.759.805

2011 9.117.743

2012 9.543.258

2013 10.102.079

Sumber: BPS Kota Sibolga

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa laju perkembangan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita Kota Sibolga mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan.Hal itu disebabkan oleh peningkatan sektor pemerintah maupun sektor swasta. Peningkatan tersebut juga menunjukkan


(47)

adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga. Dengan adanya peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) yang berasal dari sektor pemerintah dan sektor swasta, maka pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga juga mengalami peningkatan yang artinya peningkatan tersebut memberikan kesejahteraan pada masyarakat Kota Sibolga.

4.1.2

Jalan merupakan salah satu infrastruktur penting dalam transportasi darat. Hal itu dikarenakan fungsi strategis yang dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu wilayah dengan wilayah lainnya. Jalan sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi, karena dengan adanya jalan, maka faktor produksi akan tetap berjalan sehingga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.Panjang jalan yang digunakan adalah jalan yang termasuk dalam golongan jalan kota.

PerkembanganInfrastruktur Jalan Kota Sibolga

Dalam penelitian ini kondisi jalan yang akan diteliti adalah jalan yang termasuk dalam kondisi baik dan sedang, serta tergolong dalam jalan kota. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, penghubungan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.Hal itu dikarenakan jalan yang tergolong dalam kondisi rusak dan rusak berat hanya memiliki nilai ekonomis yang sedikit atau sama sekali tidak ada.


(48)

Tabel 4.2 Data Jalan Perkapita Kota Siblga Tahun 1989 - 2013

Tahun Jalan/Km

1989 0.6663

1990 0.5552

1991 0.3770

1992 0.4940

1993 0.5237

1994 0.5191

1995 0.5124

1996 0.5770

1997 0.6915

1998 0.5567

1999 0.5147

2000 0.6354

2001 0.4219

2002 0.3539

2003 0.3229

2004 0.3701

2005 0.3818

2006 0.3453

2007 0.2753

2008 0.2724

2009 0.3426

2010 0.4275

2011 0.4562

2012 0.4886

2013 0.4545

Sumber: BPS Kota Sibolga

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kondisi jalan Kota Sibolga menunjukkan peningkatan dan penurunan yang tidak begitu signifikan. Data pada tabel 4.2 diperoleh dari penjumlahan kondisi jalan baik dan sedang yang kemudian dibagi dengan jumlah penduduk, sehingga diperoleh hasil panjang jalan perkapita seperti pada tabel 4.2 diatas. Dengan adanya peningkatan pada kondisi


(49)

jalan yang terjadi dari tahun ke tahun, maka kegiatan produksi akan meningkat sehingga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

4.1.3

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasanya dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya kegiatan ekonomi, seperti restoran ataupun warung – warung nasi. Air bersih adalah salah satu sumber daya yang memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup setiap individu. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil.Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.Di Kota Sibolga, sebagian kecil penduduknya menggunakan air yang bersumber dari gunung, karena pasokan air yang berasal dari PDAM Kota Sibolga pada saat musim kemarau sering mengalami kekurangan, sehingga penyaluran air bersih ke rumah – rumah penduduk dibatasi atau disalurkan secara bergiliran saat musim kemarau. Air bersih yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah jumlah kapasitas air bersih yang disalurkan kepada setiap pelanggan (m3) yang tercatat oleh PDAM di Kota Sibolga selama kurun waktu 25 tahun yang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.


(50)

Tabel 4.3 Data Pelanggan AirPerkapita Kota Sibolga Tahun 1989 - 2013

Tahun Jumlah Pelanggan/m3

1989 3.965

1990 5.477

1991 5.592

1992 5.738

1993 5.998

1994 6.095

1995 6.952

1996 7.098

1997 7.309

1998 7.883

1999 8.111

2000 8.872

2001 9.508

2002 9.926

2003 10.298

2004 10.661

2005 11.112

2006 11.279

2007 11.541

2008 11.849

2009 11.992

2010 12.467

2011 12.786

2012 13.031

2013 13.207

Sumber: PDAM Tirta Nauli Sibolga

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui adanya peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal itu dikarenakan, jumlah penduduk Kota Sibolga yang dari tahun ke tahun terus bertambah. Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk


(51)

Kota Sibolga, maka kebutuhan akan air bersih juga akan semakin meningkat, karena air bersih adalah sumber kehidupan dan salah satu faktor pendukung aktivitas perekonomian.

4.1.4

Listrik adalah sumber energiyang disalurkan melalui kabel.Listrik digunakan dengan luas di dalam aplikasi-aplikasi industri. Infrastruktur listrik sama pentingnya dengan infrastruktur air bersih, karena sama – sama merupakan faktor pendukung penting bagi berlangsungnya aktivitas perekonomian.Tanpa listrik, maka akan banyak kegiatan perekonomian yang terhenti, seperti kegiatan perkantoran, industri, dan lain – lain. Dewasa ini juga kebutuhan akan listrik semakin meningkat yang mengakibatkan persediaan jumlah listrik semakin menurun dan berimbas pada penyaluran listrik secara bergiliran, sehingga pihak PLN sering melakukan pemadaman bergiliran agar penyaluran listrik kepada konsumen dapat dilakukan dengan menyeluruh. Namun hal ini menimbulkan dampak negatif bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi, karena saat terjadinya pemadaman listrik secara bergiliran, maka saat itu juga banyak kegiatan ekonomi yang terhenti yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga. Infrastrukturlistrik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah jumlah pelanggan listrik (Watt) perkapita yang tercatat oleh PLN cabang Kota Sibolga. Namun ada beberapa data yang kosong, karena data – data yang kosong tersebut tidak terpublikasi di BPS Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kota Sibolga. Pihak PLN juga tidak dapat memberikan data – data tersebut yang dikarenakan alasan


(52)

rahasia. Data – data yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kota Sibolga selama 25 tahun dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Data Pelanggan Listrik Perkapita Kota Sibolga Tahun 1989 - 2013

Tahun Jumlah Pelanggan/Watt

1989 -

1990 10.941

1991 13.513

1992 8.656

1993 12.326

1994 8.308

1995 -

1996 -

1997 -

1998 -

1999 -

2000 -

2001 -

2002 -

2003 31.236

2004 31.315

2005 33.736

2006 15.705

2007 16.052

2008 16.450

2009 16.979

2010 17.177

2011 31.809

2012 55.270

2013 58.308

Sumber: PT PLN Cabang Sibolga

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa adanya peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk


(53)

dari tahun ke tahun, maka jumlah konsumsi listrik juga semakin meningkat. Hal itu dikarenakan listrik adalah salah satu faktor pendukung dalam kegiatan ekonomi. Namun permintaan akan konsumsi listrik tersebut tidak sebanding dengan kualitas yang diperoleh oleh konsumen, karena di Kota Sibolga sering terjadi pemadaman listrik yang dapat berakibat terganggunya aktivitas perekonomian di Kota Sibolga dan kondisi ini juga akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

4.1.5

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.Infrastruktur telepon yang akan diteliti dalam penelitian adalah jumlah pelanggan telepon (SST) perkapita yang tercatat oleh PT Telkom Kota Sibolga.Untuk data pelanggan telepon juga sama seperti data pelanggan listrik, dimana tidak semua data yang terisi lengkap. Data – data tersebut tidak semuanya terpublikasi di BPS Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kota Sibolga. Begitu juga dengan pihak Telkom yang tidak dapat memberikan data – data tersebut yang dikarenakan data tersebut adalah informasi rahasia perusahaan. Data – data yang berhasil diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kota Sibolga selama 25 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.


(54)

Tabel 4.5 Data Jumlah Pelanggan Telepon Perkapita Kota Sibolga Tahun 1989 – 2013

Tahun Jumlah Pelanggan/SST

1989 -

1990 -

1991 -

1992 -

1993 -

1994 1.859

1995 2.249

1996 2.557

1997 2.808

1998 3.224

1999 3.795

2000 -

2001 4.633

2002 5.703

2003 5.438

2004 5.438

2005 6.480

2006 -

2007 6.346

2008 5.489

2009 5.946

2010 4.190

2011 -

2012 -

2013 -

Sumber: Telkom Kota Sibolga

Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa adanya peningkatan dan penurunan jumlah pelanggan telepon yang tidak begitu signifikan. Jumlah pelanggan telepon juga terus menurun dari tahun ke tahun, terutama memasuki tahun 2005, jumlah pelanggan telepon terus menurun. Hal itu disebabkan oleh semakin banyak penduduk Kota Sibolga yang beralih pada telepon genggam, karena alasan mudah


(55)

dan praktis. Saat ini pengguna telepon lebih banyak pada instansi – instansi pemerintahan dan perkantoran, serta warung – warung internet yang menggunakan jasa satelit telepon sebagai penghubung jaringan internet. Telepon juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan ekonomi, karena masih banyaknya jumlah pelanggan telepon yang tersisa, maka akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.2.1

4.2.1.1Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tersebut, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Dalam uji normalitas, model regresi yang baik yaitu memiliki distribusi data normal atau setidaknya mendekati normal.Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot.Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera.Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada nilai Jarque-Bera < X2, maka data tersebut bersdistribusi normal.Ataupun jika nilai Jarque-Bera > X2, maka data tersebut tidak terdistribusi normal.Setelah melakukan ujipengolahan data


(56)

0 1 2 3 4 5 6

-2000000 -1000000 0 1000000

Series: Residuals Sample 1989 2013 Observations 25

Mean 8.27e-10

Median 27281.37

Maximum 1392497.

Minimum -2154376.

Std. Dev. 1031145.

Skewness -0.602375

Kurtosis 2.398271

Jarque-Bera 1.889065

Probability 0.388861

dengan menggunakan aplikasi Eviews, maka didapatlah hasil sebagai berikut :

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Eviews 5

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat nilai jarque-Bera adalah 1.889065. Nilai X2 untuk data ini adalah 9,49. Berdasarkan nilai Jarque-Bera (1.889065) < X2 (9,49), maka data tersebut dinyatakan terdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.2.1.2Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Jika terjadi korelasi maka terdapat multikolinearitas dimana pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas.Keadaan ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel


(57)

bebasnya lebih dari satu. Apabila hubungan diantara variabel independen yang satu dengan yang lainnya di atas 0,99 maka dapat dipastikan adanya multikolinearitas. Setelah melakukan uji pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Eviews, maka didapatlah hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas

PDRB JALAN AIR LISTRIK TELEPON

PDRB 1.00 -0.464410459129938 0.93411572525043 0.673524770320353 0.217924776440195

JALAN -0.464410459129938 1.00 -0.605102437598976 -0.384290548200551 -0.56549119082925

AIR 0.93411572525043 -0.605102437598976 1.00 0.666614126478183 0.384859617716043

LISTRIK 0.673524770320353 -0.384290548200551 0.666614126478183 1.00 -0.0595369677597371

TELEPON 0.217924776440195 -0.56549119082925 0.384859617716043 -0.0595369677597371 1.00

Sumber: Eviews 5

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antara variabel independen yaitu nilai korelasi jalan adalah -0.464410459129938, nilai korelasi air adalah 0.93411572525043, nilai korelasi listrik adalah 0.673524770320353,dannilai korelasi telepon adalah 0.217924776440195. Karena nilai korelasi menjauhi angka 1 (0,99), maka tidak terdapat gejala multikolinieritas antara variabel independen sehingga bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.2.1.3Hasil Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari periode waktu yang berbeda (observasi data cross section) berkorelasi atau dapat juga dikatakan adanya hubungan/korelasi antara residual yang sekarang dengan


(58)

masa lalu.Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier (LM).Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat.Dikatakan terjadi autokorelasi jika nilai X2 (Obs* R-squared) hitung > X2 tabel atau nilai probability < derajat kepercayaan yang ditentukan.Setelah melakukan uji pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Eviews, maka didapatlah hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 8.148125

Probability 0.286693

Obs*R-squared 11.87903

Probability 0.176398

Sumber: Eviews 5

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel diatas dapat dilihat nilai probability adalah 0.176398.Dengan nilai signifikan 5% yang berarti nilai probability (0.176398) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi tersebut adalah tidak signifikan.Dengan demikian, menurut uji serial korelasi (LM test), bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam estimasi sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.2.1.4Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan kondisi dimana jika variabel random memiliki variansi yang berbeda.Sifat heteroskedastisitas dalam


(59)

OLS adalah mengakibatkan koefisien tidak lagi mempunyai variansi minimum meskipun koefisien masih bias dan linear.Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Identifikasi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dilakukan melalui Uji White Heteroskedasticity test (no cross term).Dikatakan terdapat masalah heteroskedastisitas dari hasil estimasi jika X2 (Obs* R-squared) untuk uji White Heteroskedastisitas (no cross term)> X2 tabel atau nilai probability < derajat kepercayaan yang telah ditentukan. Setelah melakukan uji pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Eviews, maka didapatlah hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.872620

Probability 0.474193

Obs*R-squared 7.594286

Probability 0.402942

Sumber: Eviews 5

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai probability untuk Obs*R-squared adalah 7.594286dengan alpha (α) 5%.Karena nilai 7.594286> derajat kesalahan (α) = 5% (0,05), maka tidak terdapat heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.

4.2.2

4.2.2.1Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji t)


(60)

Uji t mudah digunakan karena menjelaskan perbedaan – perbedaan unit-unit pengukuran variabel-variabel dan deviasi standar dari koefisien – koefisien yang diestimasi.Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.Jika nilai probability < derajat kepercayaan yang ditentukan, maka suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya.Setelah melakukan uji pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Eviews, maka didapatlah hasil uji t statistikuntuk infrastruktur jalan (Jalan), infrastruktur air(air), infrastruktur listrik (listrik), dan infrastruktur telepon (telepon) terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga tahun 1989 sampai tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil Uji t

Variabel Coefficient Regresi Probability

Jalan 2648076. 0.3665

Air 1.195.280 0.0000

Listrik 3.595.930 0.8670

Telepon -1.595.193 0.2301

Sumber: Eviews 5

A. Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Jalan

Berdasarkan tabel 4.9dapat dilihat bahwa nilai probabilitas jalan sebesar0.3665.Karena nilai probabilitas jalan > alpha (α = 5 %), yang berarti bahwa variabel jalan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.Nilai koefisien jalan sebesar 2648076, arah koefisien regresi untuk variabel jalan yaitu bernilai positif.Artinya variabel


(61)

yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel jalan maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai variabel jalan maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

B. Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Air

Berdasarkan tabel 4.9dapat dilihat bahwa nilai probabilitas air sebesar0.0000. Karena nilai probabilitas air < alpha (α = 5%), yang berarti bahwa variabel air berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien air sebesar 1.195.280, arah koefisien regresi untuk variabel air yaitu bernilai positif.Artinya variabel yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel air maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai variabel air maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

C. Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Listrik

Berdasarkan tabel 4.9dapat dilihat bahwa nilai probabilitas listrik sebesar0.8670. Karena nilai probabilitas listrik > alpha (α = 5%), yang berarti bahwa variabel listrik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.Nilai koefisien listrik sebesar 3.595.930, arah koefisien regresi untuk variabel listrik yaitu bernilai positif.Artinya variabel yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel listrik maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai


(62)

variabel listrik maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

D. Hasil Uji t Untuk Variabel Infrastruktur Telepon

Berdasarkan tabel 4.9dapat dilihat bahwa nilai probabilitas telepon sebesar0.2301. Karena nilai probabilitas telepon> alpha (α = 5 %), yang berarti bahwa variabel telepontidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.Nilai koefisien telepon sebesar -1.595.193, arah koefisien regresi untuk variabel telepon yaitu bernilai negatif.Artinya variabel yang bernilai negatif itu mempunyai arti semakin tinggi nilai dari variabel telepon maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai variabel telepon maka akan semakin meningkat pula tingkat pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini disebabkan oleh semakin menurunnya jumlah pelanggan telepon di Kota Sibolga, karena sebagian penduduk Kota Sibolga telah beralih ke telepon genggam (handphone), sehingga saat ini pelanggan telepon lebih banyak di instansi – instansi pemerintahan, perkantoran, dan warung internet.

4.2.2.2Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melihat tingkat signifikansi (F*) pada α = 5%. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel.Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah terdapat


(1)

pengaruuh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen secara serentak.Jika F-hitung (F*) > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.Dalam penelitian ini pengujian secara serentak ingin melihat apakah variabel jalan, air, listrik, dan telepon berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh variabel PDRB.Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat terlihat dari nilai signifikansinya.Apabila nilai signifikansi < alpha, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jalan, air, listrik, dan telepon terhadap pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh variabel PDRB.Begitu pula sebaliknya, jika nilai signifikansi > alpha, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Setelah dilakukan pengujian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000000. Karena nilai probabilitas < alpha ( α = 5%), yaitu 0.000000<5% yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen (jalan, air bersih, listrik, dan telepon) terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh (PDRB) di Kota Sibolga selama periode tahun 1989-2013.


(2)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.Dimana nilai R2

Hasil pengujian data menunjukkan bahwa R2 yang diperoleh dari hasil estimasi sebesar 0.900361.Maka besarnya pengaruh total variabel bebas pada variabel terikat sekitar90% dan sisanya sebesar 10% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).Nilai koefisisen determinasi adalah nol dan satu, nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independennya dalam menjelaskan variasi variabel sangat terbatas dan nilai yang semakin mendekati satu, maka model tersebut dapat dikatakan semakin baik untuk memprediksi variasi variabel dependennya.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data yang dilakukan secara statistik, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Infrastruktur jalan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga, artinya variabel yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel jalan maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai variabel jalan maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

2. Infrastruktur air memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga, artinya variabel yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel air maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai variabel air maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

3. Infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang negatif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga, artinya variabel yang bernilai negatif itu mempunyai arti semakin tinggi nilai dari variabel listrik maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai variabel listrik maka akan semakin meningkat pula tingkat pertumbuhan ekonomi.


(4)

4. Infrastruktur telepon memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Sibolga, artinya variabel yang bernilai positif itu mempunyai arti semakin rendah nilai dari variabel telepon maka akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai variabel telepon maka akan semakin menurun pula tingkat pertumbuhan ekonomi.

5. Dari hasil estimasi model, faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga dapat disimpulkan bahwa infrastruktur air mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila infrastruktur air meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat begitu juga sebaliknya. Untuk infrastruktur jalan dan infrastruktur listrik memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan. Sedangkan infrastruktur telepon memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon sebagai bagian penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah, maka pemerintah sebaiknya memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon agar kualitas dan kuantitasnya dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat Kota Sibolga sehingga nantinya


(5)

akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

2. Bagi Pengusaha kemudahan yang bersifat membangun seperti dari segi ketersediaan bahan baku harus memiliki kemudahan akses jalur penghubungyang baik agar kegiatan usaha yang mereka lakukan mampu berjalan dengan baik dan memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya. Tentu hal ini sangat diharapkan oleh pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Oleh sebab itu, infrastruktur jalan, air, listrik, dan telepon sangat berperan penting disini untuk mendukung keberlangsungan aktivitas perekonomian para pengusaha sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga.

3. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, maka diperlukan kebijakan – kebijakan yang dapat mendorong agar infrastruktur dapat membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerintah Kota Sibolga harus mampu membuat infrastruktur yang nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta manfaat dari peningkatan infrastruktur tersebut dapat juga dirasakan oleh masyarakat Kota Sibolga, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus diimbangi dengan kesejahteraan masyarakat yang merata.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, 2010. Dasar – Dasar Ekonomi Transportasi, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Adisasmita, Sakti Adji, 2011. Transportasi dan Pengembangan Wilayah, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, 2013, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Bank Indonesia, Jakarta.

Hapsari, Tunjung, 2011.Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta.

Ikshantono, 2009.Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan.

Indah, Viani A, 2009. Pengertian Model OLS (Ordinary Least Square) dalam Fear of Floating, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.

Institut Teknologi Bandung, 2012, Infrastruktur Air Bersih,Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Bandung.

Jhingan, M.L. 2013.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 15, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Juanda, Bambang dan Junaidi, 2012.Ekonometrika Deret Waktu (Teori dan Aplikasi), Cetakan Pertama, Percetakan IPB, Bogor.

Juniwan, 2014.Infrastruktur Jalan Jadi Prioritas Pemko Sibolga Tahun 2014, Medan Bisnis, Medan.

Kadir, Abdul, 2006. Tranportasi: Peran dan Dampaknya Dalam Pertumbhan Ekonomi Nasional, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kamaluddin, Rustian, 2003. Ekonomi Transportasi (Karakteristik, Teori, dan Kebijakan), Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Kesmas, 2013.Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih, The Indonesian Public Health Portal.

Kuncoro, Mudrajad, 2010. Ekonomika Pembangunan (Masalah, Kebijakan, dan Politik), Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2013. Mudah Memahami & Menganalisis Indikator Ekonomi, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.