KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990 - 2009

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990 - 2009

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: Istrini Setyaningsih F0107009 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Jesus Christ my Savior Bapak dan Ibu Kakak-kakakku Keluarga besarku Sahabat-sahabat baikku Almamater

“Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah” (Filipi 2 : 14)

“Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan dan pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. (Efesus 3 : 20)

Puji syukur dan berlimpah terima kasih penulis panjatkan kehadiran ALLAH yang Maha Kuasa atas berkat kasih, hikmat dan tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ KEMAMPUAN KEUANGAN

DAERAH DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990 - 2009“.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan kepada:

1. Bapak Dr. AM Soesilo,MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dengan ijin yang diberikan.

4. Ibu Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk kepentingan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan

7. Segenap staf dan karyawan BPS Surakarta dan BPS Propinsi Yogyakarta yang membantu serta memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penelitian ini.

8. Bapak, ibu dan saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

9. Naz, Wia, Sesil, Moetz, Khurul, Ratih, Pikha t4q berbagi tawa dan berkeluh kesah dan teman-teman EP ’07, perjuangan gak berhenti sampai disini.

10. Mb Rie_ri, Priska, Mb Ijun, Mb Maya, Mb rintis , Mb Shinta dan Mb’Jusie dan para mayestiker lainnya ,Terima kasih buat hari – hari yang indah dan seru bersama kalian.

11. Wulan (kapan nyusul mb) Ninggar, Niken, Vita ( kapan maen lagi... ngekek trus ☺ , Shanti, RiWul (seru nek crita mbi kalian ra ntek2) , Christ (tq ya udah mau dirusuhi hee), Wisnu, Murni n adek2q lainnya ( trus semangat, n lanjutkan), Yuni, Septian ( wes ra gae geger ae hee) , pokoknya makasih buat kebersamaan kalian.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

Surakarta, April 2011

Penulis

F. Dana Perimbangan .............................................................

1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak ......................

2. Dana Alokasi Umum .....................................................

3. Dana Alokasi Khusus ..................................................

G. Hasil Penelitian Terdahulu.....................................................

H. Kerangka Pemikiran..................................................................

I. Hipotesa..................................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................

B. Jenis Dan Sumber Data............................................................

C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................

D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian..............................

E. Metode Analisis Data.............................................................

1. Pemilihan Model ...............................................................

2. Uji Statistik ..................................................................

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................

A. Gambaran Umum Kota Surakarta ........................................

B. Keadaan Geografis................................................................

C. Keadaan Demografis.............................................................

D. Kinerja Ekonomi...................................................................

E. Analisis dan Pembahasan .....................................................

F. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi........................................

A. Kesimpulan..............................................................................

B. Saran.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... LAMPIRAN.....................................................................................................

71

72

TABEL Halaman

1.1. Kontribusi PAD di Kota Surakarta Tahun 2001 – 2008 ............

2.1 Peraturan Undang – Undang Pemerintah Daerah Sejak Tahun 1945- 2004 ...................................................................................

4.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta Menurut Kecamatan Tahun

4.2 Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 ................

4.3 Penduduk berumur 5 Tahun ke atas Menurut pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan jenis Kelamin di Kota Suarakarta Tahun 2009 ....

4.4 Pendapatan Perkapita Atas Harga Konstan 2000 Pada Tahun 2000 – 2008 .........................................................................................

4.5 Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhannya ..........................................

4.6 Hasil Uji MWD Test dengan Linier ................................................

4.7 Hasil Uji MWD Test dengan Log Linier..........................................

4.8 Nilai Uji Stasioneritas dengan Metode DF dan ADF pada Ordo 0

4.9 Nilai Uji Stasioneritas dengan Metode DF dan ADF pada Ordo 1 ...............

4.10 Nilai Uji Stasioneritas dengan Metode DF dan ADF pada Ordo 2

4.11 Uji Kointegrasi ..............................................................................

4.12 Nilai Uji Kointegrsi dengan Metode DF dan ADF pada ordo 1...

4.13 Hasil Estimasi dengan ECM .........................................................

4.14 Hasil Uji Klein untuk Mendeteksi Multikolinieritas ....................

4.16 Hasil Uji B – G Test untuk Mendekteksi Autokorelasi .................

67

GAMBAR Halaman

1.1. Uji t......................................................................................................

1.2. Daerah Kritis Uji F.................................................................................

42

43

Lampiran 1 Data Penelitian Lampiran 2 Uji MWD test tanpa log Lampiran 3 Uji MWD test dengan log Lampiran 4 Uji Akar-akar unit Lampiran 5 Uji Derajat Integrasi Lampiran 6 Uji Kointegrasi Lampiran 7 Hasil ECM Lampiran 8 Uji Multikolinieritas Lampiran 9 Uji Heterokedasitas Lampiran 10 uji Autokorelasi

“KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2009”

Oleh: Nama : Istrini Setyaningsih NIM : F0107009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, dana bantuan dan dana bagi hasil ( dana bagi hasil pajak dan bukan pajak) terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga Pendapatan Asli Daerah, dana bantuan dan dana bagi hasil berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Analisis dalam penelitian adalah menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti Dinas Pendapatan,pengelolaan Keuangan dan Aset di Surakarta, BPS Surakarta dan BPS Provinsi Yogyakarta serta rujukan dari internet.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan error correction model (ECM) disertai dengan uji statistik dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah dalam jangka pendek tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel dana bantuan dalam jangka pendek tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan dalam jangka panjang dana bantuan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan variabel dana bagi hasil dalam jangka pendek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi dalam jangka panjang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diajukan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta dengan peningkatan PAD dan mengurangi ketergantungan transfer pusat, perlunya memperhatikan produk- produk unggulan yang dapat menghasilkan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi.

Keyword : Pertumbuhan ekonomi, PAD, Dana Bantuan dan Dana Bagi Hasil

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada awal tahun 2001 telah mulai diberlakukan otonomi daerah . Negara mengakui wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kabupaten / kota bukan lagi menjadi perpanjangan tangan pemerintah provinsi, dan pemerintah provinsi bukan sekedar menjadi wakil atau perpanjangan tangan pemerintah pusat (Faisal, hal 451).

Hal ini ditandai dengan diberlakukannya undang-undang yang menyangkut otonomi ini, yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (pembaharuan dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999). Salah satu konsekuensi lebih lanjut dari adanya undang- undang tersebut adalah perlunya diatur pula tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebagai perwujudan dalam mengakomodasi hal tersebut maka diterbitkan pula Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (pembaharuan Undang-Undang No. 25 tahun 1999). Kedua peraturan perundangan ini merupakan bagian utama dalam reformasi di bidang keuangan daerah.

lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan. Kebijakan otonomi daerah melalui reformasi keuangan daerah telah memberikan kesempatan besar kepada daerah untuk mengelola keuangan daerahnya secara mandiri karena di sadari bahwa yang memahami kondisi dan persoalan suatu daerah adalah (pemerintah) daerah tersebut.

Mardiasmo (2002) memberikan pendapat bahwa dalam era otonomi daerah tidak lagi sekedar menjalankan instruksi dari pusat, tetapi benar-benar mempunyai keleluasaan untuk meningkatkan kreativitas suatu daerah dalam mengembangkan potensinya yang selama era otonomi dapat dikatakan terpasung. Peluang untuk mencapai daerah yang mandiri pun terbuka lebar seiring diberlakukanya otonomi daerah. Namun demikian juga menjadi tantangan yang tidak ringan bagi daerah yang bersangkutan. Oleh sebagian kalangan kebijakan ini dianggap dimulai terlalu cepat. Melihat kenyataan yang ada , sebenarnya sangat sulit bagi kabupaten/kota untuk menjalankan otonomi daerah secara konsekuen. Kesiapan daerah yang yang berbeda satu dengan lainnya, baik dalam hal ketersediaan dan kemampuan sumber daya, maupun manajemen pengelolaan daerah (terutama dalam hal keuangan). Padahal salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai.

diukur dengan menggunakan kinerja PAD. Besar-kecilnya penerimaan PAD seringkali dihubungkan dengan keberhasilan daerah dalam menjalani otonomi daerah.

Tabel 1.1 Kontribusi PAD di Kota Surakarta tahun 2001 – 2008

Tahun

PAD

Perkembangan PAD (%)

TPD DDF(%)

15.09 751268361957 13.70 Sumber: BPS Dalam Angka 2008 Kota Surakarta

Di kota Surakarta, perkembangan PAD menunjukkan trend yang berfluktuatif, atau naik turun. Bila dilihat dari laju pertumbuhanya, penerimaan PAD di kota Surakarta mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2003 yakni 21.98 % menjadi 7.82 % pada tahun 2004. Pada tahun 2004 – tahun 2006 mengalami peningkatan, tetapi tahun 2007 turun menjadi 13.80 dan meningkat ditahun 2008 Untuk melihat seberapa jauh kemampuan pembiayaan urusan kota Surakarta bila mendanai sepenuhnya dengan pendapatan Asli daerah dapat dilihat dari proporsi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD) yang mulai dari tahun 2001 – 2008 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2008, proporsi PAD terhadap TPD sebesar 13.70 persen sehingga ketergantungan Pemerintah kota Surakarta terhadap sumber keuangan lain masih relatif tinggi.

kemampuan keuangan daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Bappenas (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi.Hidayat dan Sirojuzilan (2006) menyatakan pengaruh PAD mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka akan diadakan penelitian mengenai sejauh mana kontribusi kemampuan keuangan dengan pertumbuhan ekonomi. Dari permasalahan yang muncul diatas peneliti mengambil judul “Kemampuan keuangan Daerah dan Relevansinya

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta 1990 - 2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat disusun persoalan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang?

2. Bagaimanakah pengaruh Dana Bantuan terhadap pertumbuhan

ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang?

3. Bagaimanakah pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap pertumbuhan

ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi di

kota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2. Untuk menganalisis pengaruh Dana Bantuan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

3. Untuk menganalisis pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan , khususnya yang berhubungan dengan keuangan daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah

2. Sebagai informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam membahas dan memperdalam masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi Daerah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “autos” yang berarti sendiri, dan “nomos” yang berarti aturan. Daerah otonom sebagai kesatuan masyarakat hukum, dengan batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, kemudian yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada dasarnya merupakan amanat pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, landasan pemberian otonomi kepada daerah dan pembentukan daerah otonom adalah Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 18 yang berbunyi “Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang- undang dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak- hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

1945 – 2004

Tahun Undang-Undang

Subjek

1945 UU Nomor 1

Pemerintah Daerah

1948 UU Nomor 22

Pemerintah Daerah

1950 UU Nomor 44

Pemerintah Daerah

1956 UU Nomor 32 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 1957 UU Nomor 1

Pemerintah Daerah

1959 UU Nomor 6

Pemerintah Daerah

1960 UU Nomor 5

Pemerintah Daerah

1965 UU Nomor 18

Pemerintah Daerah

1974 UU Nomor 5

Pemerintah Daerah

1999 UU Nomor 22

Pemerintah Daerah

1999 UU Nomor 25 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 2004 UU Nomor 32

Pemerintah Daerah

2004 UU Nomor 33 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Sesuai dengan Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah kepada daerah didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan yang dimiliki daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional (Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Otonomi daerah atau desentralisasi fiskal merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis yang akan berdampak terhadap keseimbangan ekonomi.

Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara satu daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara satu daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu

B. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan terlihat adanya aspek dinamis dalam suatu perekonomian yaitu terlihat bagaimana perekonomian suatu daerah yang berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan makro. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu negara yang bersangkutan. Istilah pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik harus dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan produksi barang dan jasa. Sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut tidak hanya pertumbuhan produksi fisik barang dan jasa, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun kualitas faktor-faktor produksi yang

1998 : 5) Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan suatu daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan didasarkan atas harga konstan.

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Rostow yang dikenal model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi yang menggunakan data-data daerah.

Untuk melihat ketidakmertaan pertumbuhan ekonomi regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan :

1. Pertumbuhan output

2. Pertumbuhan output perkerja

Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output kerja untuk mengetahui indikator perubahan tingkat kompetitif daerah

Untuk mengetahui Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

G t =[ (Yr t – Yr t-1 ) / Yr t-1 ] x 100%

Dimana G t adalah tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dinyatakan dalam persen. Yr t adalah pendapatan riil pada tahun t, dan Yr t-1 adalah pendapatan riil pada tahun t-1.

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi (Jhingan, 1988). Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:

a. Sumber alam.

b. Akumulasi modal.

c. Organisasi (organisasi dalam ekonomi modern adalah para yang bersifat melengkapi).

d. Kemajuan teknologi.

e. Pembagian kerja dan skala produksi. Sedangkan faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:

a. Faktor sosial dan budaya.

b. Faktor manusia.

D. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan idiologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Smith dan Todaro, 2004).

Menurut pandangan ekonomi klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Struart Mill, maupun ekonom neoklasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) Jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya

Smith dan Todaro (2004) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga

bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, perlatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. Ketiga, Kemajuan teknologi yang bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu; kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan kemajuan teknologi yang hemat modal. Peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori pertumbuhan(Todaro dan Smith 2004,), antara lain :

Teori pertumbuhan Harrod-Domar, teori ini menyatakan bahwa agar bisa tumbuh dengan cepat, maka setiap perekonomian harus menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari pendapatan nasionalnya., dengan model persamaan sebagai berikut :

1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu dapat ditulis dalam bentuk persamaan sederhana S = sY

2. Investasi neto ( I ) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakilkan oleh ∆K , sehingga persamaan tersebut ditulis sebagai berikut : I= ∆K 2. Investasi neto ( I ) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakilkan oleh ∆K , sehingga persamaan tersebut ditulis sebagai berikut : I= ∆K

=k atau

=k

∆K = k ∆Y

3. Mengingat tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto ( I ) maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut : S=I

Teori pertumbuhan Neo-Klasik Solow, model pertumbuhan Neo- Klasik Solow (Solow neoclassical growth model) merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama., dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama.

Konsep tersebut dituliskan oleh Solow, yang menjadi salah satu karya klasik dalam literatur pertumbuhan ekonomi. Solow memasukkan faktor produksi modal (capital) dan tenaga kerja (labour) sebagai sumber Konsep tersebut dituliskan oleh Solow, yang menjadi salah satu karya klasik dalam literatur pertumbuhan ekonomi. Solow memasukkan faktor produksi modal (capital) dan tenaga kerja (labour) sebagai sumber

Y = k α (AL ) 1- α ( 2.8)

Di mana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Y / L = f ( K/L ,1 ) atau y = f (k )

( 2.9 ) Y = Ak α ( 2.10 )

Teori pertumbuhan endogen atau teori pertumbuhan baru (new growth theory, teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persistem, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara.

Aspek yang paling menarik dari model ini adalah, membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan negara maju dangan negara berkembang dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan.

Untuk menggambarkan pendekatan pertumbuhan endogen, akan dibahas model pertumbuhan endogen Romer, yang mengasumsikan bahwa proses pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri:

Y = AK α+β L 1- α Di asumsikan A bersifat konstan dan bukan meningkat sepanjang waktu, sehingga tidak terdapat kemajuan teknologi. g–n= β / [ 1 – α + β]

Di mana g adalah tingkat pertumbuhan output dan n adalah tingkat pertumbuhan populasi, β > 0 sehingga g-n > 0 dan Y/L tumbuh.

E. Pendapatan Asli Daerah

PAD (pendapatan asli daerah) merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipunggut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang terdiri dari :

1. Hasil pajak daerah Ketentuan mengenai pajak daerah ditetapkan dengaan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak daerah ditetapkan dengan perda (Peraturan daerah) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Hasil retribusi daerah Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada pemakai jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.

3. Hasil perusahaan milik daerah / pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

F. Dana Perimbangan

Dana perimbangan sebagaiamna telah dijelaskan dalam UU No.33 Tahun 2004 dan pasal 1 ayat (14) No.25/1999 adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber-sumber dana yang berasal dari dana perimbangan terdiri atas :

1. Bagi hasil pajak dan bukan pajak

Bagi hasil daerah berasal dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Bagi hasil pajak berupa : penerimaan PBB (Pajak Bumi dan bangunan), BPHTB (Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan) dan penerimaan dari sumber daya alam dengan pembagian sebagai berikut:

a. Penerimaan negara dari pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh persen) untuk pemerintah Pusat dan 90% untuk daerah

b. Penerimaan negara dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah Pusat dan 80% untuk daerah

c. 10% Penerimaan pajak Bumi dan Bangunan dan 20% penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang menjadi bagian pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh pemerintah kabupaten dan kota.

atau SDA ( sumber adya alam) adalah bagian daerah dari penerimaan negara yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam seperti :

Hasil pertambangan umum, hasil pertambangan minyak bumi, hasil pertambangan gas alam, sektor kehutanan dan perikanan . bagian daerah dari penerimaan sektor pertambangan serta kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, diterima oleh daerah penghasil dan daerah lainnya untuk pemerataan dengan perimbangan sebagai berikut:

a. Penerimaan negara dari SDA sektor kehutanan . sektor pertambangan umum dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

b. Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dengan imbangan sebagai berikut: (i) penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi dibagi dengan imbangan 85% untuk memenuhi pemerintah pusat dan 15% untuk daerah. Bagian daerah yang dibagi dengan rician sebagai berikut : 3% dibagikan untuk propinsi yang bersangkutan, 6 % dibagikan untuk Kabupaten/ kota penghasil, dan 6 % dibagikan untuk kabupaten / kota dalam propinsi yang bersangkuta. (ii) penerimaan negara dari pertambangan gas alam dibagikan dengan imbangan 70% untuk pemerintah pusat dan 30% untuk pemerintah daerah. Bagian daerah dibagi dengan rician sebagai berikut : 6% dibagikan untuk propinsi b. Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dengan imbangan sebagai berikut: (i) penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi dibagi dengan imbangan 85% untuk memenuhi pemerintah pusat dan 15% untuk daerah. Bagian daerah yang dibagi dengan rician sebagai berikut : 3% dibagikan untuk propinsi yang bersangkutan, 6 % dibagikan untuk Kabupaten/ kota penghasil, dan 6 % dibagikan untuk kabupaten / kota dalam propinsi yang bersangkuta. (ii) penerimaan negara dari pertambangan gas alam dibagikan dengan imbangan 70% untuk pemerintah pusat dan 30% untuk pemerintah daerah. Bagian daerah dibagi dengan rician sebagai berikut : 6% dibagikan untuk propinsi

2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN untuk dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi ( Rahardjo, 175).

Dana Alokasi umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah. Termasuk di dalam pengertian tersebut adalah jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah daerah di seluruh daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat, dan merupakan satu kesatuan dengan penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Besarnya DAU diterapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang diterapkan dalam APBN. DAU ini merupakan seluruh alokasi umum Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten / Kota. Kenaikan dana alokasi umum akan sejalan dengan penyerahan dan pengalihan kewenagan pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupoaten/ kota ditetapkan masing- masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum yang ditetapkan diatas.

Dana alokasi khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana alokasi khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai dana dalam APBN yang dimaksud sebagai daerah tetentu daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan kesedian dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahunnya.

Dana Alokasi Khusus digunakan untuk membiayai investasi pengadaaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk jangka panjang. Dalam keadaan tertentu, Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tahun.

Pengalokasian Dana Alokasi Khusus kepada daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Menteri teknis terkait dan instansi yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. Sehubungan dengan hal itu, Menteri Keuangan telah mengeluarkan Keputusan

Reboisasi. Hal hal yang diatur dalam keputusan Menteri Keuangan tersebut adalah sebagai berikut: penerimaan negara yang berasal dari Dana Reboisasi sebesar 40% disediakan kepada daerah penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus adalah penerimaan dana reboisasi yang berasal dari Rencana Karya Tahunan, Izin Pemanfaatan Kayu Tunggakan, Tunjangan HTI yang telah jatuh Tempo dan keberhasilan penananan kayu ilegal.

Bagian dana tersebut hanya dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan. Pelaksanaannyaa menggunakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran surat edaran bersama Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan, Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi (DAK-DR) untuk membiayai penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Reboisasi dan Penghijauan).

G. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini Untuk mendukung penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini

Paidi Hidayat dan Sirojuzilan (2006), kajiannya tentang keuangan daerah kota Medan di Era Otonomi daerah, dari hasil kajian yang dapat disimpulkan PAD Kota Medan mengalami peningkatan, walaupun rata- rata pertumbuhannya mengalami penurunan yang signifikan sebesar 43,14% dan yang masih mendominasi sumber penerimaan PAD adalah pajak dan retribusi daerah. PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Medan. Namun dilihat dari koefisien, Dana Perimbangan masih mendominasi dalam menjalankan roda pemerintahan dan masih menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

Priyo Hari Adi (2005), kajiannya tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi (studi kasus pada kabupaten dan kota se Jawa-Bali), dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Dimana daerah lebih peka terhadap kebutuhan dan kekuatan ekonomi lokal.

Justin Yifu Lin dan Zhiqiang (2000) studi empiris pada tingkat provinsi menggunakan data panel pada periode tahun 1970 – 1993. Model yang digunakan adalah sebagai berikut :

+ β 6 FPMP it + β 7 POPSHR it + β 8 ln( TPOP ) it +µ i + λ t +v it

Paparan ini menyatakan desentralisasi fiskal menunjukan bahwa mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.Dimana konsisten dengan hipotesisnya bahwa desentralisasi fiskal dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Ditambah pula , hasil yang didapat reformasi daerah, akumulasi modal dan sektor bukan utama yang berkembang menjadi kunci pengerak bagi pertumbuhan ekonomi di Cina selama lebih dari 20. Pendeknya Lin dan Liu mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi melalui 2 (dua) cara, yaitu: pertama dengan menaikkan investasi modal dan kedua melakukan efisiensi terhadap sumber daya yang dimiliki.

Zhang & Zou menggunakan data panel pada periode tahun 1970, dalam studinya mencoba mengeksplorasi bagaimana alokasi sumber daya fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah lokal di Cina berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam kajian mereka, explanatory variabel yang ajukan mempunyai 4 kategori yaitu:

1. Input produksi, termasuk investasi dan angkatan kerja

2. Mengukur pengeluaran desentralisasi fiskal

3. Mengukur komposisi anggaran pengeluaran pusat dan provinsi 3. Mengukur komposisi anggaran pengeluaran pusat dan provinsi

Model yang digunakan ialah

Y st = β m M st + β n N st + β dc DC st +u st

Dimana : s

= mengidentifikasikan provinsi

= menidentifikasikan tahun Mst = set variabel yang selalu termasuk dalam regresi Nst = subset variabel yang diindentifikasi oleh literatur sebagai

variabel penjelas penting yang potensial mengenai pertumbuhan ekonomi.

DCst = variabel of interest ust = error term

Variabel M mengandung tingkat pertumbuhan angkatan kerja (L) dan tingkat pajak (CT dan PT) , variabel N terdiri derajat keterbukaan (F) , tingkat inflasi (R) dan tingkat investasi (I). Hasil dari paparan Zhang dan Zhou menunjukan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif ini dianggap bahwa memang lebih baik masalah kebijakan fiskal bangsa dengan eksternalitas yang luas ditangani langsung oleh pemerintah pusat.

I. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Dari perumusan masalah yang telah disusun dimuka, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli daerah diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2. Dana bantuan diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

3. Dana bagi hasil diduga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surakarta dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Pendapatan Asli Daerah Jangka pendek dan panjang

Pertumbuhan ekonomi (PDRB)

Dana Bantuan Jangka pendek dan panjang

Dana Bagi Hasil Jangka pendek dan panjang

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk studi analisis kuantitatif sedang aspek ekonomi yang berpengaruh dan besarnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan model Koreksi Kesalahan (ECM). Variabel–variabel yang diteliti adalah pendapatan asli daerah (PAD), dana bantuan, dana bagi hasil (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak) dan PDRB. Data yang digunakan merupakan data runtut waktu (time series) tahunan. Periode penelitian 1990 – 2009, sehingga diperoleh data 20 data time series.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mencakup data mengenai PAD (Pendapatan Asli Daerah), Dana bantuan,Dana bagi hasil, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diperoleh dari BPS( Badan Pusat Statistika).

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, jadi teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan studi kepustakaan. Yang dimaksud dengan teknik kepustakaan meliputi bahan- Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, jadi teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan studi kepustakaan. Yang dimaksud dengan teknik kepustakaan meliputi bahan-

D. Definisi Operasional Variabel

1. Varibel Dependen

Variabel dependen atau sering juga disebut variabel terikat merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diproksi dengan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) menurut harga konstan 2000.

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang bisa mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah:

a. Pendapatan Asli Daerah

PAD dapat didefinisikan sebagai penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber atau potensi dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan peraturan daerah (Perda) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Dana bantuan digunakan untuk mengurangi ketimpangan horisontal antar daerah. Awal tahun 2000 menggunakan data dana alokasi umum sedangkan untuk tahun sebelumnya menggunakan dana bantuan.

c. Dana Bagi Hasil

Bagian dari dana perimbangan untuk mengatasi ketimpangan vertikal yang dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.

E. Metode Analisis

1. Pemilihan Model

Metode analisis data sangat penting digunakan untuk membuktikan hipotesa yang diajukan dalam penelitian. Metode analisis dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah, dana bantuan dan dana bagi hasil terhadap Pertumbuhan ekonomi (Y) di kota Surakarta, selama tahun 1990-2009.

Analisis data digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, analisa data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap variabel dependen pada periode tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar-variabel berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistika dan teori ekonometrika. Model alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika Error Correction Model (ECM). ECM merupakan salah satu pendekatan model linear dinamis yang berkaitan dengan perilaku data runtut waktu. Alasan dipilihnya model ECM adalah kemampuannya dalam meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang, dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomi, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap variabel runtut waktu yang tidak stasioner dan persoalan regresi lancung (Gujarati, 1995:387, 724-725 ; Thomas, 1993:151, 1997:377-378 ,Insukindro, 1999:2 ).

Dalam data time series, konsep stasioneritas data tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan estimasi dengan menggunakan metode ECM, perlu dilakukan uji stasioneritas terlebih dahulu. Namun sebelum dilakukan uji stasionaritas, sebaiknya dilakukan uji pemilihan model terlebih dahulu.

a. Seleksi Model Empirik

1) Uji Model Mackinnon, White dan Davidson (MWD test) Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak 1) Uji Model Mackinnon, White dan Davidson (MWD test) Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak

Uji model yang dipilih dalam penelitian ini adalah Uji Model MacKinnon, White dan Davidson (MWD test). Uji ini digunakan untuk mencari model persamaan ECM yang diajukan di atas yaitu apakah menggunakan regresi linear biasa (tanpa log) ataukah menggunakan regresi linear double log (dengan log).

Sebelum dilakukan uji pemilihan model , terlebih dahulu dibentuk fungsi : Y t = f( PAD1 t ,DB2 t ,DBH3 t ,e t )

Untuk penelitian ini, model di atas telah dimodifikasikan dalam bentuk ECM sehingga menjadi:

a) ECM tanpa log

Y t = α 0 + α 1 PAD1 + α 2 DB2 + α 3 DDBH3 + α 4 PAD1 (t-1) + α 5 DB2 (t-1) + α 6 DBH3 (t-1) + α 7 ECT 1 +e t ............( 1)

b) ECM dengan log

LY t = α 0 + α1LPAD1 + α2LDB2 +α3LDBH3 + α4LPAD1 (t-

1) + α5LDB2 (t-1) + α6DLDBH3 (t-1) + α 7 ECT 2 +e t

...................... (1) Keterangan : Y t =Y t –Y t-1

DB2 t = DB2 t – DB2 t-1 DBH3 t = DBH3 t – DBH3 t-1

ECT 1 = (PAD1 (t-1) + DB2 (t-1) + DBH3 (t-1) –Y (t-1) )

LY t = LY t – LY t-1 LPAD1 t = LPAD1 t – LPAD1 t-1 LDB2 t = LDB2 t – LDB2 t-1 LDBH3 t = LDBH3 t – LDBH3 t-1 ECT 2 = (LPAD1 (t-1) + LDB2 (t-1) + LDBH3 (t-1) –

LY (t-1) ) Yang mana :

Y t = perubahan produk domestik bruto surakarta dalam jangka panjang. PAD1 = perubahan pendapatan asli daerah dalam jangka panjang DB2 = perubahan dana bantuan dalam jangka panjang DBH3 = perubahan dana bagi hasil dalam jangka panjang

Y t = Produk domestik bruto surakarta (dalam milyar

rupiah)

Y t-1 = Produk domestik bruto surakarta tahun sebelumnya (dalam milyar rupiah) PAD1 t = pendapatan asli daerah (dalam milyar rupiah)

(dalam milyar rupiah) DB2 t = dana bantuan (dalam milyar rupiah) LDB2 t = dana bantuan tahun sebelumnya (dalam milyar rupiah) DBH3 t = dana bagi hasil (dalam milyar rupiah)

LDBH3 t = dana bagi hasil tahun sebelumnya (dalam

milyar rupiah) ECT 1 , ECT 2 = Error Correction Model α 0 = intercept α 1 - α 7 = koefisen regresi

e t = koefisien penggangu

Berdasarkan dua model ECM di atas, maka dipilih model ECM yang terbaik dengan menggunakan uji MWD, ada beberapa langkah berikut perlu dilakukan :

a) Estimasi persamaan (1) dan (2), kemudian nyatakan F1 dan F2 sebagai nilai prediksi atau fitted value persamaan (1) dan (2).

b) Nyatakan nilai Z1 sebagai F1 dikurangi F2 dan Z2 sebagai

antilog dikurangi F1.

c) Estimasi persamaan (3) dan (4) dengan OLS.

α 5 DB2 (t-1) + α 6 DBH3 (t-1) + α 7 ECT 1 +e t ...........(3) LY t = α 0 + α1LPAD1 + α2LDB2 +α3LDBH3 + α4LPAD1 (t-

1) + α5LDB2 (t-1) + α6LDBH3 (t-1) + α 7 ECT 2 +e t ...(4)

d) Dari langkah 3 diatas, bila Z1 signifikan secara statistik, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa model yang benar adalah bentuk linear ditolak dan sebaliknya, bila Z2 signifikan secara statistik, maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa model yang benar adalah double log linear ditolak.

2) Uji Stasioneritas , uji ini terdiri atas :

a) Uji akar-akar

Uji ini dimaksudkan untuk mengamati stasioner tidaknya suatu variabel. Keadaan stasioner adalah keadaan dimana karakteristik proses stokastik atau random tidak berubah selama kurun waktu yang berjalan. Hal ini diperlukan untuk membentuk persamaan yang mampu menggambarkan keadaan variabel di masa lalu dan di masa yang akan datang. Pengujian akar-akar unit dilakukan dengan menggunakan Dickey-Fuller (DF) Test dan Augmented Dickey- Fuller (ADF) Test.

Jika data yang diamati dalam uji akar-akar unit ternyata belum stasioner, maka harus dilanjutkan dengan uji derajat integrasi sampai memperoleh data yang stasioner. Uji derajat integrasi ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data yang diamati stasioner. Pengujian derajat integrasi akan dilakukan dengan menggunakan Dickey-Fuller (DF) Test dan Augmented Dickey- Fuller (ADF) Test .

c) Uji Kointegrasi

Pengujian ini merupakan kelanjutan dari akar-akar unit dan uji derajat integrasi. Untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini dahulu bahwa variabel-variabel terkait ini memiliki derajat integrasi yang sama atau tidak. Apabila variabel-variabel yang terkait berkointegrasi maka terdapat hubungan jangka panjang antar-variabel tersebut.

3) Uji model Koreksi Kesalahan(Error Correction Model/ ECM ) Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model / ECM) yang digunakan dalam penelitian ini terfokus pada model yang dikembangkan oleh Domowitz dan Elbadawi (1987) yang diturunkan dari fungsi biaya kuadrat tunggal (Domowitz dan Elbadawi dalam Insukindro, 1990:41).

tak bebas (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable). Misalkan fungsi Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh Pendapatan Asli daerah, Dana Bantuan, dan Dana Bagi Hasil. Apabila hal ini dirumuskan akan menjadi sebagai berikut : LY t = f( LX1 t ,LX2 t ,LX3 t ,e t )............................................( 1.1) Yang mana : LY t = Pertumbuhan ekonomi LX1 t = pendapatan asli daerah LX2 t = dana bantuan LX3 t = dana bagi hasil

Kedua, membentuk fungsi biaya kuadrat tunggal yang dikembangkan oleh Domowitz dan Elbadawi (1987) yang dirumuskan sebagai berikut (Domowitz dan Elbadawi dalam Insukindro, 1990:41) :

C=b 1 (Y t –Y t * ) 2 +b 2 [ (Y t –Y t-1 ) –f 1 (Z t –Z t-1 )] 2 ...........(1.2) Yang mana :

C = Biaya kuadrat periode tunggal

= Faktor – faktor yang mempengaruhi LY t Z t-1 = faktor – faktor yang mempengaruhi LY t tahun

sebelumnya.

F = vektor pembobot masing – masing elemen Z

Y* t = pertumbuhan ekonomi yang diharapkan perode

tahun t

b 1 (Y t – Y* t ) 2 = biaya ketidakseimbangan

b 2 [ (Y t –Y t-1 ) –f 1 (Z t –Z t-1 ) ] = biaya penyesuaian ketiga, meminimasi fungsi biaya kuadrat tunggal dari persamaan (1.2) untuk meminumkan biaya, maka δC /δC t =

0, sehingga :